Anda di halaman 1dari 38

Penyelesaian sengketa di luar Pengadilan

Adjudikasi - Mediasi

Magister Hukum – Unika Atma Jaya


2022
Pilihan Forum Penyelesaian Sengketa

AJUDIKASI NON-AJUDIKASI

LITIGASI NON-LITIGASI

• NEGOSIASI
• PENGADILAN • ARBITRASE • MEDIASI
• KONSILISASI
Non Ajudikasi
1. Konsultasi
2. Pendapat Ahli
3. Negosiasi
4. Mediasi
5. Konsiliasi

à Secara umum penyelesaian sengketa scr non ajudikasi


adalah proses penyelesaian sengketa dengan pendekatan
musyarah untuk mencapai mufakat.
mediasi dapat dipahami sebagai upaya
penyelesaian masalah dengan
menghadirkan pihak luar yang bersifat
netral dan membantu pihak-pihak yang
bersengketa untuk menghasilkan sebuah
kesepakatan yang memberi kepuasan

(Goodpaster, 1999)
Mediasi

1. voluntary
2. a private process in which a neutral
party helps people resolve disputes
3. getting two or more emotional people
with a problem to talk with each
other
Mediasi bukan
1. making decisions for disputants
2. free discovery for an inevitable
arbitration
Syarat Proses Mediasi :

1. Bersifat netral --- tidak memihak


2. Penentuan mediator disetujui kedua pihak
3. Mendukung terwujudnya kesepakatan atau
solusi permasalahan
4. mediator yang baik akan mengambil
keputusan melalui mendengarkan dan
berdialog mengenai isu secara langsung
dengan masing-masing pihak
Why Mediation?
1. Ringkas
2. Murah
3. Flesibel
4. Menjaga hubungan baik
5. Peran aktif para pihak
Kegiatan Dasar Mediator :
1. memahami apa konflik yang sebenarnya
2. memahami aktor-aktor yang terlibat
3. memahami konteks permasalahan scr luas
4. pemahaman terhadap sumber kekuasaan
dan pengaruhnya
5. mempersiapkan berbagai alternatif
penyelesaian yg strategis
Pelaksanaan Mediasi
Ditinjau dari segi power, ruang lingkup dan jenis
negosiator ;
• Mediasi Internal --- berasal dari golongan atau
kalangan yang sejajar

• Mediasi Eksternal --- mediator dari pihak-


pihak yang lebih tinggi, di luar lingkup konflik
Berdasarkan cara yang digunakan dalam penyelesaian
konflik :

a. Content mediation --- mengembalikan situasi


negosiasi ke tahap tawar – menawar.
b. meditor memberi arahan dan kembali menumbuhkan
semangat mencapai kesepakatan
c. issue identification --- memprioritaskan isu yang akan
diselesaikan supaya fokus pada satu isu.
d. positive framing of the issue --- memfokuskan pada
hasil yang ingin dicapai, akan menimbulkan semangat
penyelesaian dan kesepakatan.
Tahap secara normatif
A. Mengembangkan pilihan penyelesaian
sengketa
B. Merumuskan masalah & menyusun agenda
C. Mencapai kesepakatan
D. Mengungkap kepentingan tersembunyi
E. Memulai proses mediasi
F. Menganalisis pilihan penyelesaian sengketa
G. Proses tawar menawar akhir
Segitiga Mediasi
PROBLEM-DEFINING PREPARATORY
STAGES DEFINING MATTERS
DEFINING
THE
THE
PROBLEM
PROBLEM

EXPLORING
EXPLORING
PROBLEM-SOLVING “SOLUTIONS” POST MEDIATION
STAGES “SOLUTIONS” ACTIVITIES

BOULLE, MEDIATION:PRICIPLES PROCESS PRACTICE (1996)


Explore the hidden
DAPAT DILAKUKAN DENGAN DUA CARA:
1. CARA LANGSUNG
MENGEMUKAKAN PERTANYAN LANGSUNG
KPD. PARA PIHAK
2. CARA TIDAK LANGSUNG
MENDENGARKAN ATAU MERUMUSKAN
KEMBALI PERNYATAAN2 YG. DIKEMUKAKAN
OLEH PARA PIHAK
• Setiap negosiator/mediator pasti memiliki
sasaran atau goal atau
targets/aspiration point.
Limit • Setiap negosiator/mediator pasti memiliki
batas sejauh mana mereka akan
menerima tawaran lawan atau limit atau
reservation point.
Goal
• Ada berbagai kemungkinan alternatif
“realistis” jika perundingan tidak
membuahkan hasil, yang paling “baik”
biasanya dipilih sebagai BATNA (Best
Demand Alternative To A Negotiated Agreement).

• Tuntutan atau demand biasanya lebih


ambisius daripada sasaran yang
biasanya lebih ambisius daripada batas.
BATNA (Roger Fisher + William Ury)
• Alternatif lain di luar perundingan.

• Bukan sesuatu yang “diharapkan”, tetapi alternatif yang


diperhitungkan secara realistis, faktual, dan aktual.

• Karenanya negosiator/mediator harus selalu


memperbaiki BATNA-nya.

• Negosiator/mediator semestinya menerima hasil


perundingan yang lebih baik dari BATNA, dan menolak
hasil apapun yang lebih buruk dari BATNA.
The Orange Example
A mother of two children has one orange left in her fruit bowl.
Both children are implicitly claiming the orange for themselves:

“Mom, I absolutely want this orange!”


What should the mother do?

• Should she flip a coin?


• Should she cut the orange into two equal pieces?
• Should she let her children fight over the orange?
Daughter: Son:

The daughter would like to bake a cake. Therefore she


only needs the skin of the orange to add some flavor.

The son is thirsty and would like to squeeze the orange


for a glass of fresh juice. To do so he does not need the
skin of the orange.
Menghindari para pihak terjebak dari situasi
yang saling menyalahkan

A B
PROBLEM

A B
Opsi Kaukus
TUJUAN:
• menjalin hubungan dengan para pihak
• Membangun kepercayaan antara para pihak
• Menyediakan ruang bagi para pihak untuk dapat
merefleksikan persoalan secara individual dan privat
mengenai:
– Apa yang sedang terjadi
– Apa yang dirasakan
– Bagaimana hal ini bisa diselesaikan (move forward)
– Apakah proses mediasi dan pendekatan win-win bisa
membantu
Keterampilan yang menunjang
1. Membangun kepercayaan (rapport)
2. Mendengarkan secara sungguh-sungguh
3. Mengajak para pihak untuk “keluar dari area
konflik”
4. Mendorong para pihak untuk mediasi
5. Netralitas dan imparsialitas
MEDIASI DALAM
COURT DISPUTE RESOLUTION

AKTA
SEPAKAT
MEDIASI PERDAMAIAN
DI DALAM PROSES
PERADILAN TIDAK
SEPAKAT
(OLEH HAKIM ATAU
NON HAKIM)

GUGATAN
MAJELIS
HAKIM SIDANG KASUS PUTUSAN

DI KANTOR
PENGADILAN NEGRI

TIDAK
MEDIASI SEPAKAT
DI LUAR PROSES
PERADILAN
SEPAKAT
(OLEH NON HAKIM)
MEDIASI COURT BASED MEDIATION

Tidak tercapai WAKAI


lanjut ke proses litigasi
Proses litigasi dengan
WAKAI menggunakan Hukum
/Pendekatan Acara Perdata
Tercapai WAKAI
(litigasi selesai)

Tidak tercapai CHOTAI PROTOCOL Lanjut


ke Proses Litigasi atau sengketa selesai PUTUSAN
HAKIM
Sengketa CHOTEI
Tercapai CHOTEI Dapat diajukan
gugatan atau hentikan sengketa

Tidak tercapai CHOTEI dapat


diajukan gugatan atau hentikan
Permohonan sengketa
CHOTEI
/penyelesaian
terhadap Tercapai CHOTAI PROTOCOL
gugatan (Penyelesaian gugatan)
Mediasi dalam proses peradilan
PERMA 1 tahun 2016

Semua sengketa perdata yang diajukan ke


Pengadilan termasuk perkara perlawanan (verzet)
atas putusan verstek dan perlawanan pihak
berperkara (partij verzet) maupun pihak ketiga
(derden verzet) terhadap pelaksanaan putusan yang
telah berkekuatan hukum tetap, wajib terlebih
dahulu diupayakan penyelesaian melalui Mediasi,
kecuali ditentukan lain berdasarkan Peraturan
Mahkamah Agung ini
PERMA RI NO. 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN

• Pemberdayaan lembaga perdamaian merupakan salah satu strategi


yang ditempuh untuk mengatasi tunggakan perkara di Mahkamah
Agung karena sifat putusan perdamaian di hadapan hakim pertama
bersifat final and binding. Untuk itu dikeluarkanlah SEMA MARI No. 1
tahun 2003 yang kemudian di ubah dengan PERMA No. 1 Tahun 2008
dan terkahir diubah dengan PERMA No. 1 Tahun 2016
• Upaya perdamaian berada dalam tahap persidangan perdata, maka
terdapat dua tahap dalam persidangan tersebut, yaitu : 1) proses
perdamaian yang dapat dimasukkan dalam tahap pra-peradilan
(pretrial conference); dan 2) tahap peradilan
• Apabila suatu perkara telah didaftarkan, maka ditunjuk hakim tunggal
untuk melakukan usaha perdamaian melalui fasilitasi/ mediasi.
• Dari segi tugas hakim fasilitasi/mediasi yang diberi jangka waktu 30
hari paling lama dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 30 hari
dan apabila tidak berhasil dapat melapor kepada Ketua Pengadilan.
Ketua Majelis dan pemeriksaan perkara dilanjutkan oleh Majelis
Hakim
Tahapan berdasarkan perma
1. Tahap pramediasi
• Tahap pramediasi adalah tahap awal dimana mediator menyusun sejumlah langkah dan
persiapan sebelum mediasi dimulai. Pada tahap ini, mediator melakukan beberapa langkah
strategis, yaitu membangun kepercayaan diri, menghubungi para pihak, menggali dan
memberikan informasi awal mediasi, fokus pada masa depan, mengkoordinasikan para pihak
yang bersengketa, mewaspadai perbedaan budaya, menentukan tujuan, para pihak, serta
waktu dan tempat pertemuan, dan menciptakan situasi kondusif bagi kedua belah pihak.
2. Tahap pelaksanaan mediasi
• Tahap pelaksanaan mediasi adalah tahap dimana para pihak yang bersengketa bertemu dan
berunding dalam suatu forum. Dalam tahap ini, terdapat beberapa langkah penting, yaitu
sambutan dan pendahuluan oleh mediator, presentasi dan pemaparan kondisi-kondisi faktual
yang dialami para pihak, mengurutkan dan mengidentifikasi secara tepat permasalahan para
pihak, diskusi (negosiasi) masalah-masalah yang disepakati, mencapai alternatif-alternatif
penyelesaian, menemukan butir kesepakatan dan merumuskan keputusan, mencatat dan
menuturkan kembali keputusan, dan penutup mediasi.
3. Tahap akhir implementasi mediasi
• Tahap ini merupakan tahap dimana para pihak menjalankan kesepakatan-kesepakatan yang
telah mereka tuangkan bersama dalam suatu perjanjian tertulis. Para pihak menjalankan hasil
kesepakatan berdasarkan komitmen yang telah mereka tunjukkan selama dalam proses
mediasi. Pelaksanaan (implementasi) mediasi umumnya dijalankan oleh para pihak sendiri,
tetapi pada beberapa kasus, pelaksanaannya dibantu oleh pihak lain.
Pentingnya itikad baik
Pasal 7 menyatakan:
(1) Para Pihak dan/atau kuasa hukumnya wajib
menempuh Mediasi dengan iktikad baik.
(2) Salah satu pihak atau Para Pihak dan/atau
kuasa hukumnya dapat dinyatakan tidak
beriktikad baik oleh Mediator dalam hal yang
bersangkutan: a. tidak hadir setelah dipanggil
secara patut 2 (dua) kali berturut-turut dalam
pertemuan Mediasi tanpa alasan sah;
Akibat hukum tdk beritikad baik
q Akibat jika Penggugat tidak bertikkad baik dalam mediasi :
1) Apabila penggugat dinyatakan tidak beriktikad baik dalam proses Mediasi, maka
a. Penggugat yang dinyatakan tidak beriktikad ;
b. gugatan dinyatakan tidak dapat diterima oleh Hakim Pemeriksa Perkara
c. dikenai pula kewajiban pembayaran Biaya Mediasi.
d. Hakim Pemeriksa Perkara mengeluarkan putusan yang merupakan putusan akhir yang menyatakan
gugatan tidak dapat diterima disertai penghukuman pembayaran Biaya Mediasi dan biaya perkara.
2) Biaya Mediasi sebagai penghukuman kepada penggugat dapat diambil dari panjar biaya perkara atau
pembayaran tersendiri oleh penggugat dan diserahkan kepada tergugat melalui kepaniteraan Pengadilan.

q Akibat jika Tergugat tidak beriktikad baik :
1) Apabila Terggugat dinyatakan tidak beritikad baik dalam proses mediasi, maka
a. Terggugat dinyatakan tidak beritikad baik
b. Tergugat dikenai kewajiban pembayaran Biaya Mediasi.
c. Sebelum melanjutkan pemeriksaan, Hakim Pemeriksa Perkara mengeluarkan penetapan yang
menyatakan tergugat tidak beriktikad baik dan menghukum tergugat untuk membayar Biaya Mediasi.
2) Biaya Mediasi merupakan bagian dari biaya perkara yang wajib disebutkan dalam amar putusan akhir.
3) Dalam perkara perceraian di lingkungan peradilan agama, tergugat dihukum membayar Biaya Mediasi,
sedangkan biaya perkara dibebankan kepada penggugat.
4) Pembayaran Biaya Mediasi oleh tergugat yang akan diserahkan kepada penggugat melalui kepaniteraan
Pengadilan mengikuti pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap.

q Dalam hal Para Pihak secara bersama-sama dinyatakan tidak beriktikad baik oleh Mediator, maka
• gugatan dinyatakan tidak dapat diterima oleh Hakim Pemeriksa Perkara tanpa penghukuman Biaya Mediasi.
Prosedur
1. Ketentuan mengenai Prosedur berlaku dalam proses berperkara di Pengadilan
baik dalam lingkungan peradilan umum maupun peradilan agama (Pasal 2)
2. Setiap Hakim, Mediator, Para Pihak dan/atau kuasa hukum wajib mengikuti
prosedur penyelesaian sengketa melalui Mediasi (pasal 3 ayat 1).
3. Hakim Pemeriksa Perkara dalam pertimbangan putusan wajib menyebutkan
bahwa perkara telah diupayakan perdamaian melalui Mediasi dengan
menyebutkan nama Mediator. Hakim Pemeriksa Perkara yang tidak
memerintahkan Para Pihak untuk menempuh Mediasi sehingga Para Pihak
tidak melakukan Mediasi telah melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai Mediasi di Pengadilan. (Pasal 3 ayat (2)
dan (3)).
4. Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap tersebut dapat diajukan upaya hukum
maka Pengadilan Tingkat Banding atau Mahkamah Agung dengan putusan sela
memerintahkan Pengadilan Tingkat Pertama untuk melakukan proses Mediasi
dan Ketua Pengadilan menunjuk Mediator Hakim yang bukan Hakim
Pemeriksa Perkara yang memutus.
5. Proses Mediasi tesebutdilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak diterimanya pemberitahuan putusan sela Pengadilan Tinggi atau
Mahkamah Agung
Kewajiban menghadiri
q Para Pihak wajib menghadiri secara langsung pertemuan Mediasi
dengan atau tanpa didampingi oleh kuasa hukum.
q Kehadiran Para Pihak melalui komunikasi audio visual jarak jauh
dianggap sebagai kehadiran langsung.
q Ketidakhadiran Para Pihak secara langsung dalam proses Mediasi
hanya dapat dilakukan berdasarkan alasan sah, yaitu :
q Alasan sah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi antara lain:
a) kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan hadir dalam pertemuan
Mediasi berdasarkan surat keterangan dokter;
b) di bawah pengampuan;
c) mempunyai tempat tinggal, kediaman atau kedudukan di luar negeri;
atau
d) menjalankan tugas negara, tuntutan profesi atau pekerjaan yang
tidak dapat ditinggalkan.
Peran Mediator
1) memperkenalkan diri dan memberi kesempatan kepada Para Pihak untuk saling
memperkenalkan diri;
2) menjelaskan maksud, tujuan, dan sifat Mediasi kepada Para Pihak;
3) menjelaskan kedudukan dan peran Mediator yang netral dan tidak mengambil keputusan;
4) membuat aturan pelaksanaan Mediasi bersama Para Pihak;
5) menjelaskan bahwa Mediator dapat mengadakan pertemuan dengan satu pihak tanpa
kehadiran pihak lainnya (kaukus);
6) menyusun jadwal Mediasi bersama Para Pihak;
7) mengisi formulir jadwal mediasi.
8) memberikan kesempatan kepada Para Pihak untuk menyampaikan permasalahan dan usulan
perdamaian;
9) menginventarisasi permasalahan dan mengagendakan pembahasan berdasarkan skala
proritas
10) memfasilitasi dan mendorong Para Pihak untuk:
a. menelusuri dan menggali kepentingan Para Pihak;
b. mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi Para Pihak; dan
c. bekerja sama mencapai penyelesaian;
11) membantu Para Pihak dalam membuat dan merumuskan Kesepakatan Perdamaian;
12) menyampaikan laporan keberhasilan, ketidakberhasilan dan/atau tidak dapat
dilaksanakannya Mediasi kepada Hakim Pemeriksa Perkara;
13) menyatakan salah satu atau Para Pihak tidak beriktikad baik dan menyampaikan kepada
Hakim Pemeriksa Perkara;
14) tugas lain dalam menjalankan fungsinya
Mediasi gagal (Pasal 32)
q Apabila mediasi tidak berhasil,
1) Mediator wajib menyatakan Mediasi tidak berhasil mencapai kesepakatan
2) Mediator memberitahukannya secara tertulis kepada Hakim Pemeriksa Perkara.
3) Mediator dinyatakan tidak berhasil dalam hal:
a. Para Pihak tidak menghasilkan kesepakatan sampai batas waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari berikut
perpanjangannya ; atau
b. Para Pihak dinyatakan tidak beriktikad baik

q Apabila mediasi tidak dapat dilaksanakan,


1) Mediator wajib menyatakan Mediasi tidak dapat dilaksanakan
2) Mediator memberitahukannya secara tertulis kepada Hakim Pemeriksa Perkara dan setelah menerima pemberitahuan dari
Hakim Mediator, maka Hakim Pemeriksa Perkara segera menerbitkan penetapan untuk melanjutkan pemeriksaan perkara
sesuai dengan ketentuan hukum acara yang berlaku.
3) Mediasi dinyatakan tidak dapat dilaksanakan dalam hal:
a. melibatkan aset, harta kekayaan atau kepentingan yang nyata-nyata berkaitan dengan pihak lain yang:
1. tidak diikutsertakan dalam surat gugatan sehingga pihak lain yang berkepentingan tidak menjadi salah satu pihak
dalam proses Mediasi;
2. diikutsertakan sebagai pihak dalam surat gugatan dalam hal pihak berperkara lebih dari satu subjek hukum, tetapi
tidak hadir di persidangan sehingga tidak menjadi pihak dalam proses Mediasi; atau
3. diikutsertakan sebagai pihak dalam surat gugatan dalam hal pihak berperkara lebih dari satu subjek hukum dan
hadir di persidangan, tetapi tidak pernah hadir dalam proses Mediasi.
b. melibatkan wewenang kementerian/lembaga/instansi di tingkat pusat/daerah dan/atau Badan Usaha Milik
Negara/Daerah yang tidak menjadi pihak berperkara, kecuali pihak berperkara yang terkait dengan pihakpihak
tersebut telah memperoleh persetujuan tertulis dari kementerian/lembaga/instansi dan/atau Badan Usaha Milik
Negara/Daerah untuk mengambil keputusan dalam proses Mediasi.
c. Para Pihak dinyatakan tidak beriktikad baik
Perdamaian selama proses perdata
PADA TAHAP PEMERIKSAAN PERKARA
q Pada tiap tahapan pemeriksaan perkara, Hakim Pemeriksa Perkara tetap berupaya mendorong atau
mengusahakan perdamaian hingga sebelum pengucapan putusan.
q Para Pihak atas dasar kesepakatan dapat mengajukan permohonan kepada Hakim Pemeriksa Perkara
untuk melakukan perdamaian pada tahap pemeriksaan perkara.
q Setelah menerima permohonan Para Pihak untuk melakukan perdamaian, ketua majelis Hakim
Pemeriksa Perkara dengan penetapan segera menunjuk salah seorang Hakim Pemeriksa Perkara
untuk menjalankan fungsi Mediator dengan mengutamakan Hakim yang bersertifikat.
q Hakim Pemeriksa Perkara wajib menunda persidangan paling lama 14 (empat belas) hari terhitung
sejak penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

PADA TINGKAT UPAYA HUKUM BANDING, KASASI, ATAU PENINJAUAN KEMBALI


q Sepanjang perkara belum diputus pada tingkat upaya hukum banding, kasasi atau PK, Para Pihak atas
dasar kesepakatan dapat menempuh upaya perdamaian, dimana jika dikehendaki, Para Pihak melalui
ketua Pengadilan mengajukan Kesepakatan Perdamaian secara tertulis kepada Hakim Pemeriksa
Perkara tingkat banding, kasasi, atau peninjauan kembali untuk diputus dengan Akta Perdamaian
sepanjang memenuhi ketentuan Pasal 27 ayat (2).
q Kesepakatan Perdamaian wajib memuat ketentuan yang mengesampingkan putusan yang telah ada.
q Akta Perdamaian ditandatangani oleh Hakim Pemeriksa Perkara tingkat banding, kasasi, atau
peninjauan kembali dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diterimanya
Kesepakatan Perdamaian.
q Apabila berkas perkara banding, kasasi, atau peninjauan kembali belum dikirimkan, berkas perkara
dan Kesepakatan Perdamaian dikirimkan bersama-sama ke Pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung.
UTS akan disetting online
Sabtu, 29 Oktober 2022

Jam 09.00-11.00

Anda mungkin juga menyukai