Anda di halaman 1dari 62

Sosialisasi POJK Nomor 8 Tahun 2023

Penerapan Program APU PPT dan PPPSPM


di Sektor Jasa Keuangan
Bagian II :
 Ketentuan Umum;
 Kewajiban Penerapan APU PPT dan PPPSPM Berbasis Risiko;
 Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris; dan
 Kebijakan dan Prosedur.

R. Rinto Teguh Santoso


Direktur Grup Penanganan APU dan PPT
Otoritas Jasa Keuangan
OUTLINE :
1# BAB I POJK No. 8/2023 : Ketentuan Umum
2# BAB II POJK No. 8/2023 : Kewajiban Penerapan APU PPT dan
PPPSPM Berbasis Risiko
3# BAB III POJK No. 8/2023 : Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan
Komisaris
4# BAB IV POJK No. 8/2023 : Kebijakan dan Prosedur
1 Ketentuan Umum
BAB I POJK No. 8/2023:

#
Perluasan
Cakupan PJK
Pasal 1 angka 1 jo. Pasal 2 ayat (1)
POJK 8/2023

Penyedia Jasa Keuangan (PJK) adalah lembaga jasa


keuangan dan/atau pihak yang melakukan kegiatan usaha
penghimpunan dana, penyaluran dana, dan/atau
pengelolaan dana di sektor jasa keuangan, yng terdiri atas:
a. bank; l. perusahaan pembiayaan infrastruktur;
b. perusahaan efek; m. lembaga pembiayaan ekspor Indonesia;
c. manajer investasi; n. perusahaan pergadaian;
d. kustodian; o. lembaga keuangan mikro;
e. wali amanat; p. penyelenggara layanan pendanaan bersama berbasis teknologi
f. penyelenggara penawaran efek melalui layanan urun informasi;
dana berbasis teknologi informasi; q. penyelenggara layanan transaksi keuangan berbasis teknologi
g. perusahaan asuransi; informasi atau penyelenggara inovasi teknologi sektor keuangan; dan
h. perusahaan pialang asuransi; r. lembaga jasa keuangan lainnya dan/atau pihak yang melakukan
i. dana pensiun lembaga keuangan; kegiatan usaha penghimpunan dana, penyaluran dana, pengelolaan
j. perusahaan pembiayaan; dana di sektor jasa keuangan, serta yang dinyatakan diawasi oleh
k. perusahaan modal ventura; Otoritas Jasa Keuangan, berdasarkan peraturan perundang-undangan,
antara lain PT Permodalan Nasional Madani,
baik yang memiliki prinsip konvensional maupun syariah.

4
Penegasan PEP Tidak Dimaksudkan
untuk Tingkatan Menengah atau Tingkatan Lebih Rendah

Pasal 1 angka 13 jo. Pasal 2 ayat (2)


POJK 8/2023

Politically Exposed Person (PEP) adalah orang yang


diberi kewenangan untuk melakukan fungsi penting
(prominent function), meliputi:
a. PEP asing;
b. PEP domestik; dan
c. orang yang diberi kewenangan untuk melakukan
fungsi penting (prominent function) oleh
organisasi internasional,
yang tidak dimaksudkan untuk tingkatan menengah
atau tingkatan lebih rendah.

5
Penyederhanaan
Definisi Direksi & Dewan Komisaris
POJK 12/POJK.01/2017 jo. POJK 23/POJK.01/2019 mengatur definisi Direksi dan Dewan Komisaris Secara Rinci utk Hampir Setiap Jenis PJK

Direksi: Dewan Komisaris:


a. bagi PJK di Sektor Perbankan, PJK di Sektor Pasar Modal, PJK di Sektor a. bagi PJK di Sektor Perbankan, PJK di Sektor Pasar Modal, PJK di Sektor Industri
Industri Keuangan Non Bank berbentuk badan hukum perseroan terbatas Keuangan Non Bank berbentuk badan hukum perseroan terbatas adalah dewan
adalah Direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang komisaris sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengatur mengenai perseroan terbatas; mengenai perseroan terbatas;
b. bagi BPR, perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan b. bagi BPR, perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan
pialang asuransi, perusahaan pembiayaan, PMV, perusahaan pembiayaan pialang asuransi, perusahaan pembiayaan, PMV, perusahaan pembiayaan
infrastruktur, perusahaan pergadaian, LKM atau penyelenggara layanan infrastruktur, perusahaan pergadaian, LKM, atau penyelenggara layanan pinjam
pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi berbentuk badan meminjam uang berbasis teknologi informasi berbentuk badan hukum koperasi
hukum koperasi adalah pengurus sebagaimana dimaksud dalam Undang- adalah pengawas sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
Undang yang mengatur mengenai perkoperasian; mengenai perkoperasian;
c. bagi perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, atau perusahaan c. bagi perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, atau perusahaan
pialang asuransi berbentuk badan hukum usaha bersama adalah Direksi pialang asuransi berbentuk badan hukum usaha bersama adalah dewan
sebagaimana dimaksud dalam anggaran dasar perusahaan; komisaris sebagaimana dimaksud dalam anggaran dasar perusahaan;
d. bagi PMV berbentuk badan usaha perseroan komanditer adalah yang d. bagi PMV berbentuk badan usaha perseroan komanditer adalah yang setara
setara dengan Direksi sebagaimana dimaksud dalam anggaran dasar dengan dewan komisaris sebagaimana dimaksud dalam anggaran dasar
perusahaan; perusahaan;
e. bagi DPLK adalah pengurus sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang e. bagi DPLK adalah dewan pengawas sebagaimana dimaksud dalam Undang-
yang mengatur mengenai dana pensiun; Undang yang mengatur mengenai dana pensiun;
f. bagi LPEI adalah direktur eksekutif sebagaimana dimaksud dalam Undang- f. bagi LPEI adalah dewan direktur sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Undang yang mengatur mengenai LPEI; dan yang mengatur mengenai lembaga pembiayaan ekspor Indonesia; dan
g. bagi BPR berbentuk hukum perusahaan umum daerah, perusahaan g. bagi BPR berbentuk hukum perusahaan umum daerah, perusahaan perseroan
perseroan daerah, atau perusahaan daerah adalah Direksi sebagaimana daerah, atau perusahaan daerah, adalah pengawas sebagaimana dimaksud
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai pemerintahan dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai pemerintahan daerah.
daerah.

6
Penyederhanaan
Definisi Direksi & Dewan Komisaris

Definisi Dalam Pasal 1 angka 19 dan 20


POJK 8/2023

Direksi: Dewan Komisaris:


Direksi PJK atau Organ yang Setara dengan Direksi pada Dewan Komisaris bagi PJK atau Organ yang Setara dengan
Badan Hukum PJK, yang selanjutnya disebut Direksi Dewan Komisaris pada Badan Hukum PJK, yang
adalah organ yang melakukan fungsi pengurusan PJK selanjutnya disebut Dewan Komisaris adalah organ pada
untuk kepentingan PJK sesuai dengan maksud dan tujuan masing-masing PJK yang berperan untuk melakukan
masing-masing PJK serta mewakili PJK di dalam maupun fungsi pengawasan secara umum dan/atau khusus
di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat
dasar, atau pemimpin kantor cabang dan pejabat satu kepada Direksi, atau pihak yang ditunjuk untuk
tingkat di bawah pemimpin kantor cabang bagi PJK yang melaksanakan fungsi pengawasan bagi PJK yang
berstatus sebagai kantor cabang dari PJK yang berstatus sebagai kantor cabang dari PJK yang
berkedudukan di luar negeri. berkedudukan di luar negeri.

7
Perluasan
Cakupan Korporasi

Definisi Dalam Pasal 1 angka 22


POJK 8/2023 Harmonisasi dengan UU Cipta Kerja yang
merubah UU 40/2007 ttg Perseroan Terbatas
yang mendefinisikan Perseroan Terbatas sebagai:
Korporasi adalah perseroan perorangan,
kumpulan orang, dan/atau kelompok
“badan hukum yang merupakan persekutuan
yang terorganisasi, baik yang merupakan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
badan hukum maupun bukan badan
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
hukum
yang seluruhnya terbagi dalam saham atau
badan hukum perorangan yang memenuhi
kriteria usaha mikro dan kecil sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan mengenai
usaha mikro dan kecil”

8
2
BAB II POJK No. 8/2023:
Kewajiban Penerapan APU PPT dan PPPSPM
Berbasis Risiko

#
5 Pilar Utama
Penerapan Program APU PPT dan PPPSPM

PENGAWASAN AKTIF DIREKSI


DAN DEWAN KOMISARIS

PJK wajib menerapkan program APU, SUMBER DAYA MANUSIA


DAN PELATIHAN
PPT, dan PPPSPM secara efektif
dengan memperhatikan risiko TPPU, KEBIJAKAN DAN
TPPT, dan/atau PPSPM serta kegiatan, PROSEDUR
skala usaha, kompleksitas usaha,
dan/atau karakteristik usaha PJK yang
mencakup 5 pilar utama.
SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN
PENGENDALIAN INTERN

Pasal 3 POJK 8/2023

10
Kewajiban Mengidentifikasi, Menilai, dan Memahami Risiko
TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM

Profil Negara atau area


Nasabah geografis
Wajib didokumentasikan dalam bentuk dokumen
penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM yang
telah disusun secara individual oleh PJK (Individual
Risk Assessment/IRA)

1 2 Wajib mempertimbangkan seluruh faktor risiko


yang relevan

Wajib mengkinikan penilaian risiko sebanyak 1


3 4 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, atau lebih

Wajib memiliki mekanisme yang memadai terkait


penyediaan informasi penilaian risiko kepada
instansi yang berwenang

Produk, jasa Jaringan


Pasal 4 ayat (1) s.d. (3) POJK 8/2023
dan transaksi distribusi
11
Kewajiban Penyusunan & Penyampaian
Individual Risk Assessment (IRA

Wajib menyampaikan dokumen penilaian risiko TPPU,


TPPT, dan/atau PPSPM yang telah disusun secara
individual (Individual Risk Assessment/IRA) sebanyak 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun, atau lebih

Wajib mengacu pada penilaian risiko Indonesia terhadap


TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM secara nasional dan secara
sektoral.

Pasal 4 ayat (4) s.d. (6) POJK 8/2023

12
Format
Individual Risk Assessment (IRA)
Bagian I : pendahuluan, yang paling sedikit terdiri dari:
1) latar belakang; dan
2) tujuan;
Bagian II : landasan teori, yang paling sedikit terdiri dari:
1) metodologi;
2) kerangka kerja; dan
3) pembatasan ruang lingkup;
Bagian III : profil PJK, yang berisi uraian mengenai gambaran umum PJK, baik dari sisi kelembagaan maupun operasional;
Bagian IV : hasil penilaian risiko, yang paling sedikit terdiri dari:
1) peta risiko/kriteria TPPU secara umum, yang dipetakan dari sisi tindak pidana asal, pekerjaan Nasabah orang perseorangan (natural
person), bentuk Nasabah Korporasi, bidang usaha Nasabah Korporasi (legal person), area geografis (dapat berupa negara serta
provinsi dan/atau kota/kabupaten di Indonesia), produk/jasa/layanan, dan metode transaksi;
2) peta risiko/kriteria risiko TPPT secara umum, yang dipetakan dari sisi pekerjaan Nasabah orang perseorangan (natural person),
bentuk Nasabah Korporasi, bidang usaha Nasabah Korporasi (legal person), area geografis (dapat berupa negara serta provinsi
dan/atau kota/kabupaten di Indonesia), produk/jasa/layanan, dan metode transaksi;
3) peta risiko/kriteria risiko PPSPM secara umum, yang dipetakan dari sisi pekerjaan Nasabah orang perseorangan (natural person),
bentuk Nasabah Korporasi, bidang usaha Nasabah Korporasi (legal person), area geografis (dapat berupa negara serta provinsi
dan/atau kota/kabupaten di Indonesia), produk/jasa/layanan, dan metode transaksi;
4) peta risiko seluruh nasabah, yaitu pemetaan nasabah berdasarkan tingkat risikonya; dan
5) risiko akhir setiap kantor cabang dan/atau kantor perwakilan serta risiko akhir PJK secara agregat;
Bagian V : mitigasi risiko, yang berisi paling sedikit mengenai hal-hal yang telah dilakukan PJK dalam memitigasi risiko TPPU, TPPT, dan PPSPM; dan
Bagian VI : kesimpulan dan tindak lanjut, yang merupakan ringkasan dari hasil penilaian risiko serta mitigasi risiko yang akan dilakukan.

Pasal 4 ayat (7) & Lampiran POJK 8/2023 13


BAB III POJK No. 8/2023:
Pengawasan Aktif Direksi
3 dan Dewan Komisaris
#
Pengawasan Aktif Direksi

1 Mengusulkan kebijakan dan prosedur kepada Dewan Komisaris

2 Memastikan penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM dilaksanakan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur

3 Membentuk unit kerja khusus dan/atau menunjuk pejabat penanggung jawab APU PPT
dan PPPSPM

4 Melakukan pengawasan atas kepatuhan unit kerja dalam menerapkan program APU, PPT,
dan PPPSPM

Memastikan bahwa kebijakan dan prosedur sejalan dengan perubahan dan


5 pengembangan produk, jasa, dan teknologi di sektor jasa keuangan serta sesuai dengan
perkembangan modus TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM

Memastikan pejabat dan/atau pegawai, khususnya pegawai dari satuan kerja terkait dan
6 pegawai baru, telah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan penerapan program APU,
PPT, dan PPPSPM sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, atau lebih

7 Memastikan adanya pembahasan terkait penerapan progam APU, PPT, dan PPPSPM dalam
rapat Direksi. Pasal 8 POJK 8/2023

15
Pengawasan Aktif
Dewan Komisaris

1 Memastikan PJK memiliki kebijakan dan prosedur

2 Memberikan persetujuan atas kebijakan dan prosedur yang diusulkan Direksi

3 Melakukan evaluasi atas kebijakan dan prosedur

4 Melakukan pengawasan atas pelaksanaan tanggung jawab Direksi

5 Memastikan adanya pembahasan terkait penerapan progam APU, PPT, dan PPPSPM dalam
rapat Dewan Komisaris

Pasal 9 POJK 8/2023

16
Penanggung Jawab
APU PPT dan PPPSPM

Penunjukan penanggung jawab dilakukan sesuai dengan kebutuhan PJK


berdasarkan penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM, kegiatan, skala
usaha, kompleksitas usaha, karakteristik usaha, dan/atau apabila terdapat
peristiwa atau perkembangan besar dalam manajemen dan operasional PJK.

SEBAGAI CONTOH:
UKK
penunjukan 1 (satu) penanggung jawab APU, PPT, dan PPPSPM yang
memiliki fungsi dan/atau kewenangan untuk beberapa kantor cabang;
dan/atau penunjukan penanggung jawab APU, PPT, dan PPPSPM berasal dari
kantor pusat atau kantor wilayah dengan tugas dan tanggung jawab
Direksi Menunjuk khusus mengawasi penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM di
Penanggung Jawab beberapa kantor cabang tertentu; dan/atau
pada kantor pusat
dan kantor cabang penunjukan penanggung jawab APU, PPT, dan PPPSPM yang dirangkap
Pejabat oleh pejabat dari unit kerja yang tidak berhubungan dengan Nasabah
(non operasional) pada kantor cabang lainnya seperti unit kerja
manajemen risiko, namun dengan tetap mempertimbangkan bahwa
unit kerja yang melaksanakan kebijakan dan prosedur penerapan
program APU, PPT, dan PPPSPM terpisah dari unit kerja yang
Pasal 10 POJK 8/2023 mengawasi penerapannya.

17
Penanggung Jawab
APU PPT dan PPPSPM di setiap PJK
Unit kerja khusus dan/atau pejabat APU PPT dan PPPSPM ditetapkan sebagai bagian dari struktur organisasi PJK
dan bertanggung jawab kepada Direksi

 Bank,
 PE, PJK wajib memastikan bahwa
 MI,
berada di bawah salah Penanggung Jawab memiliki:
 LPEI, satu anggota Direksi
 Perusahaan Asuransi, yang membawahkan
 Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, dan fungsi kepatuhan
 Penyelenggara LPBBTI  kemampuan yang
memadai
 Penyelenggara SCF,
 Perusahaan Pialang Asuransi,
 DPLK,
 Perusahaan Pembiayaan, berada di bawah salah
 PMV, satu anggota Direksi  akses pada seluruh
 LKM, data Nasabah dan
 Perusahaan Pergadaian, dan informasi lainnya yang
terkait.
 Penyelenggara Inovasi Teknologi Sektor Keuangan

 Kustodian, dirangkap oleh


 Wali Amanat, dan/atau penanggung jawab
 DPLK penerapan program
yang merupakan unit usaha dari PJK APU, PPT, dan PPPSPM Pasal 11 POJK 8/2023
pada PJK tersebut
18
Syarat Penanggung Jawab
APU PPT dan PPPSPM di setiap PJK

UKK Pejabat
paling sedikit terdiri atas 1 (satu) orang pegawai hanya dapat merangkap untuk melaksanakan
yang bertindak sebagai pimpinan dan 1 (satu) fungsi manajemen risiko dan/atau fungsi
orang pegawai yang bertindak sebagai pelaksana kepatuhan

pimpinan dan pelaksana pada unit kerja khusus Bagi PE, MI, kustodian, dan/atau Wali Amanat
tidak merangkap fungsi lain memiliki pejabat penanggung jawab program APU,
PPT, dan PPPSPM yang merangkap fungsi
pimpinan unit kerja khusus ditetapkan dan kepatuhan, pejabat tersebut harus terpisah dari
diangkat oleh Direksi fungsi audit internal

berada di bawah koordinasi Direksi secara langsung


dalam struktur organisasi PJK

bersifat independen dari fungsi lain

Pasal 12 POJK 8/2023 Pasal 13 POJK 8/2023

19
Tugas Penanggung Jawab
APU PPT dan PPPSPM di setiap PJK
1. menganalisis secara berkala penilaian risiko sebanyak 1 (satu) 10. memastikan bahwa kegiatan usaha yang berisiko diidentifikasi secara;
kali dalam 1 (satu) tahun, atau lebih; 11. memastikan adanya mekanisme komunikasi yang baik dari setiap
2. menyusun, melakukan pengkinian, serta mengusulkan satuan kerja dengan menjaga kerahasiaan informasi dan
kebijakan untuk dimintakan pertimbangan Direksi; memperhatikan ketentuan anti tipping-off;
3. memastikan adanya sistem yang dapat mengidentifikasi, 12. melakukan pengawasan terkait penerapan program APU, PPT, dan
menganalisa, memantau dan menyediakan laporan secara PPPSPM terhadap satuan kerja terkait;
efektif; 13. memastikan adanya identifikasi area yang berisiko tinggi;
4. memastikan bahwa kebijakan dan prosedur telah sesuai 14. menerima, melakukan analisis, dan menyusun laporan TKM, TKT,
dengan perubahan dan perkembangan di sektor jasa dan/atau TKL yang disampaikan oleh satuan kerja;
keuangan, kegiatan, skala usaha, kompleksitas usaha, 15. menyusun laporan TKM, TKT, dan/atau TKL :
karakteristik usaha, volume transaksi PJK, dan/atau modus 16. memantau secara berkala dan memastikan tindak lanjut terhadap
TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM; DTTOT dan DPPSPM;
5. memastikan bahwa formulir yang berkaitan dengan Nasabah 17. memantau, menganalisis, dan merekomendasikan kebutuhan APU,
telah mengakomodasi data yang; PPT, dan PPPSPM bagi pejabat dan/atau pegawai PJK;
6. memantau rekening Nasabah dan pelaksanaan transaksi 18. memastikan seluruh kegiatan untuk penerapan program APU, PPT,
Nasabah; dan PPPSPM terlaksana dengan baik; dan
7. melakukan evaluasi terhadap hasil pemantauan dan analisis 19. melakukan tugas lain untuk penerapan program APU, PPT, dan
transaksi Nasabah untuk memastikan ada atau tidak adanya PPPSPM.
TKM, TKT, dan/atau TKL;
8. menatausahakan hasil pemantauan dan evaluasi;
9. memastikan pengkinian data dan profil Nasabah serta data dan
profil transaksi Nasabah;
Pasal 14 POJK 8/2023

20
Wewenang Penanggung Jawab
APU PPT dan PPPSPM di setiap PJK

1. memperoleh akses terhadap informasi yang dibutuhkan yang ada di


seluruh unit organisasi PJK;
2. melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap penerapan
program APU, PPT, dan PPPSPM oleh unit kerja terkait;
3. mengusulkan pejabat dan/atau pegawai unit kerja terkait untuk
membantu penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM;
4. melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan, Transaksi Keuangan
Tunai, dan/atau transaksi keuangan Transfer Dana dari dan ke luar
negeri termasuk yang dilakukan oleh Direksi, Dewan Komisaris,
dan/atau pihak terafiliasi dengan Direksi atau Dewan Komisaris,
secara langsung kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan; dan
5. melakukan kewenangan lain untuk penerapan program APU, PPT,
dan PPPSPM.

Pasal 15 POJK 8/2023

21
4 Kebijakan dan Prosedur
BAB IV POJK No. 8/2023:

#
Cakupan
Kebijakan dan Prosedur

2 4 6 8
identifikasi dan pengelolaan risiko
verifikasi Pemilik yang berkelanjutan
terhadap Nasabah, pengkinian dan
Manfaat pelaporan kepada
negara, produk, dan pemantauan
PPATK
1 3
(Beneficial

5
jasa serta jaringan
Owner) distribusi
7
pemeliharaan data yang pelaporan kepada
penolakan
identifikasi dan akurat terkait dengan pejabat senior,
transaksi dan
verifikasi transaksi, Direksi, dan Dewan
penutupan
Nasabah penatausahaan proses Komisaris terhadap
hubungan usaha CDD, serta pelaksanaan
penatausahaan kebijakan dan
kebijakan dan prosedur prosedur

Pasal 17 ayat (6) POJK 8/2023

23
Cakupan
Kebijakan dan Prosedur

Khusus untuk bank umum, ditambahkan 2 cakupan kebijakan dan prosedsur

1 2

Cross
Border
Transfer Dana
Correspondent
Bankin

Pasal 17 ayat (8) POJK 8/2023

24
Identifikasi dan Penilaian Risiko
Terhadap Produk, Praktik Usaha, dan Teknologi Baru

PJK wajib mengidentifikasi dan melakukan penilaian risiko TPPU/TPPT yang terkait dengan
pengembangan produk dan praktik usaha baru, termasuk mekanisme distribusi baru, dan penggunaan
teknologi baru atau pengembangan teknologi untuk produk baru maupun produk yang telah ada.

1 2 3

produk,praktik usaha, dan pengelolaan dan mitigasi risiko


penilaian risiko
teknologi diluncurkan atau
digunakan
Pasal 18 POJK 8/2023

25
Kewajiban
Pelaksanaan CDD

CDD dilakukan pada saat:

1 2 3 4 5

melakukan hubungan terdapat transaksi terdapat terdapat indikasi PJK meragukan


usaha dengan Calon keuangan dengan mata transaksi Transaksi Keuangan kebenaran
Nasabah uang rupiah dan/atau mata Transfer Mencurigakan informasi yang
uang asing yang nilainya Dana diberikan
paling sedikit atau setara
dengan Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah)

Pasal 19 POJK 8/2023

26
Pengelompokan
Calon Nasabah, Nasabah, WIC, dan BO

PJK wajib mengelompokkan Calon Nasabah dan Nasabah Klasifikasi Calon Nasabah, WIC, dan Nasabah
berdasarkan tingkat risiko terjadinya Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme.

 Cakupan analisis tingkat risiko paling kurang meliputi:


a. Identitas;
b. lokasi usaha (bagi Nasabah perusahaan);
c. profil Nasabah;
d. frekuensi transaksi;
e. kegiatan usaha;
f. struktur kepemilikan (bagi Nasabah perusahaan);
g. produk,jasa,dan jaringan distribusi (delivery orang Korporasi perikatan
channels) yang digunakan oleh Nasabah;dan lainnya
perseorangan
h. informasi lainnya yang dapat digunakan untuk (legal
mengukur tingkat risiko Nasabah
(natural person)
arrangement)
Pasal 20 POJK 8/2023 Pasal 24 POJK 8/2023

27
Kegiatan
CDD/EDD
1
2
3

IDENTIFIKASI
Meminta data, informasi, dan VERIFIKASI
dokumen pendukung
1. Memastikan kebenaran serta kesesuaian data, PEMANTAUAN
informasi, dan dokumen pendukung yang Memantau Transaksi untuk
telah diberikan; dan memastikan bahwa transaksi yang
2. Memastikan kebenaran serta kesesuaian profil dilakukan sejalan dengan pemahaman
pemberi data, informasi, dan dokumen PJK atas Nasabah, kegiatan usaha dan
pendukung dengan profil Calon Nasabah profil risiko Nasabah, termasuk sumber
Pasal 1 angka 12 jo. Pasal 21 ayat (1) POJK 8/2023 dananya

28
Verifikasi
Memastikan kebenaran serta kesesuaian
data, informasi, dan dokumen pendukung Membandingkan identitas yang diberikan dg
yang telah diberikan database yang dipercaya

Memastikan kebenaran serta kesesuaian


profil pemberi data, informasi, dan dokumen Memeriksa kesesuaian ciri-ciri fisik
pendukung dengan profil Calon Nasabah

Pasal 21 ayat (1) huruf b dan ayat (2) POJK 8/2023

29
Verifikasi
Pertemuan Tatap Muka Secara Elektronik

 pegawai PJK melakukan pertemuan tatap muka secara real-time


dan online dengan Calon Nasabah;
 pegawai PJK menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras
milik PJK atau menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras
milik pihak ketiga; dan
 Calon Nasabah menggunakan perangkat lunak dan perangkat
keras milik PJK atau perangkat lunak dan perangkat keras milik
pihak ketiga, atau Calon Nasabah menggunakan perangkat lunak
milik PJK atau milik pihak ketiga, yang diakses atau telah diunduh
dan terpasang pada perangkat keras milik Calon Nasabah.

Pasal 21 ayat (4) POJK 8/2023

30
Verifikasi
Tidak Tatap Muka Secara Elektronik
 PJK menggunakan perangkat lunak milik PJK atau milik pihak ketiga, dan perangkat keras milik PJK
atau milik pihak ketiga;
 Calon Nasabah menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras milik PJK atau milik pihak
ketiga, atau Calon Nasabah menggunakan perangkat lunak milik PJK atau milik pihak ketiga yang
diakses atau telah diunduh dan terpasang melalui perangkat keras atau telah terpasang di
perangkat keras milik Calon Nasabah; dan
 PJK memanfaatkan data kependudukan serta memperhatikan dan menerapkan paling sedikit 2
(dua) faktor keaslian (authentication factor), berupa:
1. sesuatu yang menjadi ciri khas dari Calon Nasabah (something you are), yaitu ciri-ciri fisik
dan/atau data biometric yang bersifat bawaan dan unik bagi setiap orang, antara lain wajah
(facial recognition), pola sidik jari (fingerprint), dan pola retina/iris mata (retinal pattern).;
dan
2. sesuatu yang Calon Nasabah miliki (something you have), yaitu dokumen identitas yang
dimiliki oleh Calon Nasabah yaitu Kartu Tanda Penduduk yang wajib disertai pula dengan hal
lainnya, seperti one-time password (OTP), tanda tangan digital - 12 - (digital signature), atau
bentuk lain yang dapat dipersamakan.
PJK dapat menambahkan faktor keaslian (authentication factor) lainnya, berupa sesuatu yang
Calon Nasabah ketahui (something you know), yaitu sesuatu yang bersifat rahasia dan hanya
Pasal 21 ayat (5) dan (6) POJK 8/2023 diketahui oleh Calon Nasabah saja, seperti username, password, personal identification number
(PIN), atau bentuk lain yang dapat dipersamakan
31
Pemanfaatan Pihak Ketiga
Dalam Verifikasi Tatap Muka
dan Tidak Tatap Muka Secara Elektronik

1 PJK wajib memiliki perjanjian kerja sama secara tertulis dengan pihak ketiga

2 pihak ketiga merupakan perseroan terbatas atau koperasi yang tercatat,


terdaftar, memiliki izin dan/atau memperoleh persetujuan dari OJK

3 pihak ketiga wajib memiliki perjanjian kerja sama dengan kementerian atau
lembaga yang menyelenggarakan urusan kependudukan dan pencatatan sipil
untuk memperoleh hak akses dan/atau memfasilitasi hak akses data
kependudukan pada kementerian atau lembaga tersebut, sistem elektronik yang
dimiliki oleh pihak ketiga terhubung dengan sistem elektronik terkait akses data
kependudukan yang dimiliki oleh kementerian atau lembaga dimaksud

PJK wajib bertanggung jawab atas hasil verifikasi


serta bertanggung jawab menjaga kerahasiaan data hasil verifikasi dimaksud

Pasal 22 ayat (1), (2), dan (4) POJK 8/2023

32
Cakupan Perjanjian Kerjasama dg Pihak Ketiga
Dalam Verifikasi Tatap Muka
dan Tidak Tatap Muka Secara Elektronik

mekanisme
kepemilikan data mekanisme
hak dan menyelesaikan
pelaksanaan verifikasi pelaporan kejadian
kewajiban para perselisihan
sepenuhnya kritis oleh pihak
pihak antara PJK dan
menjadi milik PJK ketiga pada PJK pihak ketiga

nama, alamat, ruang lingkup mekanisme


dan identitas perjanjian kerja sharing data pengakhiran
para pihak sama secara seamless perjanjian

ketentuan
mengenai
pelindungan
data Nasabah ketentuan subkontrak
bahwa pihak ketiga dapat melakukan
pengalihan sebagian
kegiatan (subkontrak) berdasarkan
persetujuan PJK

Pasal 22 ayat (3) POJK 8/2023

33
Larangan Membuka Hubungan Usaha atau
Memelihara Rekening

 PJK dilarang membuka hubungan usaha atau memelihara


rekening anonim atau rekening yang menggunakan nama fiktif.
 PJK dilarang membuka hubungan usaha dengan Calon Nasabah
atau memelihara rekening Nasabah, jika:
a. Calon Nasabah atau Nasabah menolak untuk mematuhi
peraturan yang terkait dengan penerapan program APU, PPT,
dan PPPSPM; atau
b. PJK meragukan kebenaran identitas dan kelengkapan
dokumen Calon Nasabah atau Nasabah.

Pasal 23 POJK 8/2023

34
Penolakan Transaksi
dan Penutupan Hubungan Usaha Tidak Memenuhi
Permintaan
Data/Inforamsi
Dalam Rangka
CDD/EDD

PJK wajib menolak melakukan hubungan usaha Terdapat Dalam


Diketahui dan/atau
dengan Calon Nasabah, DTTOT & Daftar
Patut Diduga
Menggunakan
menolak transaksi dengan Nasabah atau WIC, PPSPM
Dokumen Palsu
dan/atau menutup hubungan usaha dengan Nasabah

 CDD/EDD tetap diselesaikan


 Hasil CDD/EDD tetap didokumentasikan
 Dilaporkan sbg LTKM
Berbentuk Shell
Bank atau yang Menyampaikan
Dalam hal PJK menduga adanya transaksi keuangan Mengizinkan Informasi yang
termasuk percobaan transaksi terkait dengan TPPU, TPPT, Rekeningnya Diragukan
dan/atau PPSPM, dan PJK meyakini bahwa proses CDD akan Digunakan oleh Kebenarannya
Shell Bank
melanggar ketentuan anti tipping-off, PJK wajib Memiliki Sumber
menghentikan prosedur CDD dan melaporkan TKM kpd Dana Transaksi
Yang Diketahui
PPATK Dan/Atau Patut
Diduga Berasal
Dari Hasil Tindak
Pasal 49 POJK 8/2023
Pidana
35
Penundaan dan
Penghentian Sementara Transaksi

 PJK dapat melakukan penundaan transaksi dalam hal:


1. Nasabah atau WIC melakukan transaksi yang diketahui
dan/atau patut diduga menggunakan harta kekayaan yang
berasal dari hasil tindak pidana; PJK dapat melakukan
2. Nasabah diketahui dan/atau patut diduga memiliki rekening penghentian sementara
untuk menampung harta kekayaan yang berasal dari hasil untuk seluruh atau
tindak pidana; dan/atau sebagian transaksi dalam
3. Nasabah atau WIC diketahui dan/atau patut diduga hal terdapat permintaan
menggunakan dokumen palsu. dari PPATK.
 PJK wajib melakukan penundaan transaksi sesaat setelah
menerima perintah/permintaan penundaan transaksi dari
PPATK, penyidik, penuntut umum, atau hakim.
Penundaan dilakukan paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung
sejak penundaan transaksi dilakukan
Pasal 48 POJK 8/2023
Pasal 47 POJK 8/2023

36
Manajemen Risiko
Terhadap Nasabah Berisiko Tinggi
PJK wajib memiliki sistem manajemen risiko yang memadai untuk menentukan apakah Calon Nasabah, Nasabah,
BO, atau WIC termasuk kriteria berisiko tinggi.
transaksi dengan negara atau teritori asal,
latar belakang atau pihak yang berasal termasuk domisili,atau dilakukannya
profil Berisiko Tinggi dari High Risk dalam transaksi termasuk High Risk
(High Risk Customers); Countries kategori PEP Countries
1 3 5 7

2 4
6 8

produk sektor jasa


keuangan yang berisiko transaksi tidak bidang usaha termasuk
sesuai dengan High Risk Business transaksi yang dilakukan diduga
tinggi untuk digunakan
profil terkait dengan tindak pidana di
sebagai sarana TPPU/TPPT
sektor jasa keuangan,TPPU/TPPT

Pasal 35 POJK 8/2023 37


Tindakan
Terhadap PEP

1 memiliki sistem manajemen risiko untuk menentukan Calon Nasabah, Nasabah, WIC, atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) memenuhi kriteria PEP

2 memiliki sistem manajemen risiko untuk menentukan Calon Nasabah, Nasabah, WIC, atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) memenuhi kriteria PEP

3 menunjuk pejabat senior yang bertanggung jawab atas hubungan usaha dengan Calon
Nasabah, Nasabah, WIC, atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) yang memenuhi kriteria PEP

4 melakukan EDD secara berkala paling sedikit berupa analisis terhadap informasi mengenai
Nasabah atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), sumber dana, dan sumber kekayaan

5 pemantauan yang lebih ketat atas hubungan usaha


Pasal 37 ayat (1) POJK 8/2023

38
Kewenangan Pejabat Senior
Dalam Terhadap PEP

memberikan persetujuan atau penolakan terhadap membuat keputusan untuk meneruskan atau menghentikan
pembukaan hubungan usaha Calon Nasabah, atau Pemilik hubungan usaha dan/atau transaksi dengan Nasabah, WIC,
Manfaat (Beneficial Owner) dan/atau transaksi Nasabah, WIC, atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) yang termasuk
atau Pemilik Manfaat Beneficial Owner) yang tergolong kriteria berisiko tinggi, termasuk PEP
berisiko tinggi, termasuk PEP

Pasal 38 huruf a POJK 8/2023

39
Tindakan
Terhadap PEP Domestik atau Orang
yang Diberi Kewenangan Untuk Melakukan Fungsi Penting (Prominent Function)
Dalam Organisasi Internasional

1 PJK wajib memiliki sistem manajemen risiko untuk menentukan Nasabah atau Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) memenuhi kriteria PEP

2 Dalam hal terdapat risiko yang lebih tinggi atas hubungan usaha antara PJK dengan Nasabah atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) tersebut, PJK wajib:
 menunjuk pejabat senior yang bertanggung jawab atas hubungan usaha dengan Calon Nasabah,
Nasabah, WIC, atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) yang memenuhi kriteria PEP;
 memperoleh persetujuan dari pejabat senior sebagaimana dimaksud dalam huruf b untuk
membuka hubungan usaha dengan Calon Nasabah atau meneruskan hubungan usaha termasuk
transaksi dengan Nasabah, WIC, atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) yang memenuhi kriteria
PEP;
 melakukan EDD secara berkala paling sedikit berupa analisis terhadap informasi mengenai
Nasabah atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), sumber dana, dan sumber kekayaan; dan
 pemantauan yang lebih ketat atas hubungan usaha

Pasal 38 huruf b POJK 8/2023

40
Langkah Pencegahan
(Countermeasures)

 PJK wajib melakukan EDD dan langkah pencegahan (countermeasures)


yang proporsional dan memadai terhadap risiko, hubungan usaha,
transaksi, Calon Nasabah, WIC, dan/atau Nasabah yang berasal dari
Negara Berisiko Tinggi yang dipublikasikan oleh FATF untuk dilakukan
langkah pencegahan (countermeasures).
 Dalam hal FATF mempublikasikan daftar Negara Berisiko Tinggi tanpa
disertai dengan seruan untuk dilakukan langkah pencegahan
(countermeasures), PJK wajib menerapkan langkah pencegahan
(countermeasures) secara independent.
 Dalam melakukan langkah pencegahan (countermeasures) yang
proporsional dan memadai, PJK wajib meminta konfirmasi serta
klarifikasi kepada otoritas terkait

Pasal 41 POJK 8/2023

41
Contoh Langkah Pencegahan
(Countermeasures)
 mensyaratkan PJK untuk menerapkan aspek khusus dalam EDD;
 memperkenalkan mekanisme pelaporan yang relevan atau pelaporan transaksi keuangan yang sistematis;
 menolak pendirian kantor cabang atau kantor perwakilan di negara yang bersangkutan, atau mempertimbangkan bahwa kantor
cabang atau kantor perwakilan yang bersangkutan berada di negara yang tidak memiliki sistem APU, PPT, dan PPPSPM yang
memadai;
 melarang mendirikan kantor cabang atau kantor perwakilan di negara yang bersangkutan, atau mempertimbangkan bahwa kantor
cabang atau kantor perwakilan yang bersangkutan berada di negara yang tidak memiliki sistem APU, PPT, dan PPPSPM yang
memadai;
 membatasi hubungan usaha atau transaksi keuangan dengan negara atau orang yang teridentifikasi di negara tersebut;
 melarang mengandalkan pihak ketiga yang berada di negara bersangkutan untuk melakukan proses CDD;
 meminta untuk mengkaji ulang dan mengubah, atau jika perlu menghentikan, hubungan koresponden dengan lembaga keuangan
di negara yang bersangkutan;
 meningkatkan persyaratan audit eksternal untuk cabang dan anak perusahaan yang berkedudukan di negara yang bersangkutan;
dan/atau
 meningkatkan persyaratan audit eksternal untuk Konglomerasi Keuangan, sehubungan dengan cabang dan anak perusahaan
Konglomerasi Keuangan tersebut yang berkedudukan di negara yang bersangkutan.
PJK dapat melakukan langkah pencegahan (countermeasures) lainnya yang memiliki efek yang serupa dalam memitigasi risiko TPPU,
TPPT, dan/atau PPSPM.

Penjelasan Pasal 41 POJK 8/2023

42
CDD
Sederhana

PJK dapat menerapkan prosedur CDD sederhana terhadap Calon Nasabah atau transaksi yang tingkat risiko
terjadinya TPPU/TPPT tergolong rendah berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan melalui analisis risiko
yang memadai.

1 mengurangi frekuensi pengkinian data Nasabah

2 mengurangi pamantauan dan pemeriksaan transaksi ambang batas wajar yang telah
ditentukan oleh PJK; dan/atau

3 tidak mengumpulkan informasi yang khusus atau tidak melakukan tindakan yang khusus
dalam memahami tujuan dan sifat hubungan usaha, namun cukup mengacu kepada
tujuan dan sifat hubungan usaha yang telah ditetapkan

Pasal 45 POJK 8/2023

43
CDD
oleh Pihak Ketiga
PJK dapat menggunakan hasil identifikasi dan verifikas yang telah dilakukan oleh pihak ketiga terhadap Calon
Nasabahnya yang telah menjadi Nasabah pada pihak ketiga tersebut.
 Pelaksanaan penggunaan hasil identifikasi dan verifikasi tidak berlaku untuk hubungan outsourcing dan/atau
keagenan antara PJK dan pihak ketiga dimaksud;
 PJK wajib memiliki kerja sama dengan pihak ketiga dalam bentuk kesepakatan tertulis;
 PJK wajib segera secara langsung mendapatkan informasi yang diperlukan terkait dengan informasi dan hasil
identifikasi dan verifikasi;
 PJK wajib mengambil langkah yang memadai untuk memastikan bahwa pihak ketiga bersedia memenuhi
permintaan informasi dan salinan dokumen pendukung segera tanpa ada penundaan jika dibutuhkan oleh PJK
dalam penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM;
 PJK wajib memastikan bahwa pihak ketiga merupakan lembaga keuangan, penyedia barang dan/atau jasa, profesi
tertentu, dan/atau entitas lain yang wajib menerapkan penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM, termasuk
memiliki prosedur CDD dan penatausahaan dokumen, serta tunduk pada pengaturan, pengawasan, dan
pemantauan dari otoritas berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
 PJK wajib memperhatikan informasi terkait risiko negara tempat pihak ketiga tersebut berasal.

Pasal 46 POJK 8/2023

44
Identifikasi dan Verifikasi Calon
Nasabah dan Nasabah
Identifikasi Calon Nasabah dilakukan melalui permintaan data dan informasi yang meliputi:
a. bagi Calon Nasabah orang perseorangan: b. bagi Calon Nasabah Korporasi; c. bagi Calon Nasabah perikatan lainnya (legal
1. identitas yang memuat: 1. nama; arrangement):
a) nama lengkap termasuk nama alias, jika ada; 2. nomor izin dari instansi berwenang 1. nama;
b) nomor dokumen identitas; termasuk izin, jika ada; 2. nomor izin dari instansi berwenang, jika ada;
c) alamat tempat tinggal sesuai dokumen identitas 3. bidang usaha atau kegiatan; 3. alamat kedudukan;
dan alamat tempat tinggal lain, jika ada; 4. alamat kedudukan; 4. bentuk perikatan (legal arrangement);
d) tempat dan tanggal lahir; 5. tempat dan tanggal pendirian; 5. identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)
e) kewarganegaraan; 6. bentuk badan hukum atau badan usaha; apabila Calon Nasabah memiliki Pemilik
f) pekerjaan; 7. identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Manfaat (Beneficial Owner);
g) alamat dan nomor telepon tempat kerja, jika ada; Owner); 6. sumber dana;
h) jenis kelamin; 8. sumber dana; 7. maksud dan tujuan hubungan usaha atau
i) status perkawinan; dan 9. maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan dilakukan Calon Nasabah;
j) nama gadis ibu kandung, transaksi yang akan dilakukan Calon dan
2. Identitas BO, jika ada; Nasabah; dan 8. data dan informasi lainnya, jika dibutuhkan.
3. sumber dana; 10. data dan informasi lainnya, jika
4. penghasilan rata-rata per tahun dan/atau nilai harta dibutuhkan.
kekayaan (net worth);
5. maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi
yang akan dilakukan Calon Nasabah; dan
6. data dan informasi lainnya, jika dibutuhkan.

Pasal 25 ayat (1) POJK 8/2023

45
Identifikasi dan Verifikasi Calon
Nasabah dan Nasabah
Permintaan data dan informasi untuk WIC yang melakukan Data dan informasi informasi wajib didukung dengan
transaksi dengan Bank: dokumen identitas dan spesimen tanda tangan:
Transaksi nominal
Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah)/yang setara Calon Nasabah dan WIC orang perseorangan
dilakukan dalam 1 (satu) kali maupun beberapa kali transaksi dalam
1 (satu) hari kerja
a. WNI berupa kartu tanda penduduk atau
Meminta seluruh data dan informasi
identitas kependudukan digital;
b. WNA berupa paspor yang disertai dengan
Transaksi nominal kurang dari dokumen keimigrasian;dan
Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah)/yang setara c. Diaspora Indonesia atau masyarakat Indonesia
di luar negeri berupa paspor dan kartu
Orang Perseorangan Korporasi Perikatan masyarakat indonesia di luar negeri.
Lainnya
a. nama lengkap termasuk nama a. Nama a. Nama
alias, jika ada b. Alamat b. Alamat
b. nomor dokumen identitas kedudukan kedudukan
c. alamat tempat tinggal sesuai
dokumen identitas dan
alamat tempat tinggal lain,
jika ada; Pasal 25 ayat (2) POJK 8/2023
Pasal 26 POJK 8/2023

46
Identifikasi dan Verifikasi Calon
Nasabah dan Nasabah
Calon Nasabah dan WIC Korporasi

a. Korporasi tergolong usaha mikro dan usaha b. Kororasi yang tidak tergolong usaha mikro c. Korporasi perseroan perorangan selain
kecil ditambah dengan paling sedikit: dan usaha kecil selain disertai dokumen disertai dokumen dalam huruf a angka 3,
1. kuasa kepada pihak yang ditunjuk dalam huruf a, ditambah dengan paling ditambah dengan paling sedikit:
mempunyai wewenang bertindak untuk sedikit: 1. nomor induk berusaha;
dan atas nama perusahaan 1. akta pendirian/anggaran dasar; 2. kuasa kepada pihak yang ditunjuk
2. spesimen tanda tangan pihak yang 2. izin usaha dari instansi yang berwenang; mempunyai wewenang bertindak
berwenang mewakili perusahaan 3. laporan keuangan atau deskripsi kegiatan untuk dan atas nama perseroan
3. kartu Nomor Pokok Wajib Pajak bagi usaha perusahaan; perorangan, dan
Nasabah yang diwajibkan untuk memiliki 4. struktur manajemen perusahaan; 3. spesimen tanda tangan pihak yang
Nomor Pokok Wajib Pajak; dan 5. struktur kepemilikan perusahaan; dan berwenang mewakili perseroan
4. surat izin tempat usaha atau dokumen 6. dokumen identitas anggota Direksi atau perorangan.
lain yang dipersyaratkan oleh instansi pemegang kuasa dari anggota Direksi yang
yang berwenang. berwenang mewakili perusahaan untuk
melakukan hubungan usaha dengan PJK.

Pasal 27 ayat (1) POJK 8/2023

47
Identifikasi dan Verifikasi Calon
Nasabah dan Nasabah
berupa Korporasi selain yang berbentuk perusahaan

Data dan informasi meliputi: Dokumen pendukung informasi:

1. nama; Korporasi berupa yayasan: Korporasi selain perusahaan dan Perikatan lainnya (legal
2. nomor izin dari instansi 1. izin kegiatan yayasan; yayasan, baik yang merupakan arrangement):
berwenang; 2. deskripsi kegiatan yayasan; badan hukum maupun bukan badan 1. bukti pendaftaran pada
3. bidang usaha atau kegiatan; 3. struktur dan nama hukum: instansi yang berwenang;
4. alamat kedudukan; pengurus yayasan; dan 1. bukti izin dari instansi yang 2. nama perikatan;
5. tempat dan tanggal pendirian; 4. dokumen identitas anggota berwenang; 3. akta pendirian dan/atau
6. bentuk badan hukum; pengurus atau pemegang 2. nama Korporasi; anggaran dasar dan
7. identitas Pemilik Manfaat kuasa dari anggota 3. akta pendirian dan/atau anggaran anggaran rumah tangga,
(Beneficial Owner); pengurus yang berwenang dasar dan anggaran rumah jika ada; dan
8. sumber dana; mewakili yayasan untuk tangga; dan 4. dokumen identitas pihak
9. maksud dan tujuan hubungan melakukan hubungan 4. dokumen identitas pihak yang yang berwenang mewakili
usaha Calon Nasabah atau usaha dengan PJK; berwenang mewakili Korporasi perikatan lainnya (legal
transaksi yang akan dilakukan dalam melakukan hubungan arrangement) dalam
WIC; dan usaha dengan PJK; melakukan hubungan
10. data dan informasi lainnya, usaha dengan PJK.
jika dibutuhkan.

Pasal 28 POJK 8/2023

48
Identifikasi dan Verifikasi Calon
Nasabah dan Nasabah

Identifikasi Calon Nasabah dan WIC berupa lembaga negara, instansi


pemerintah, lembaga internasional, dan perwakilan negara asing, PJK
wajib meminta informasi mengenai nama dan alamat kedudukan lembaga,
instansi, atau perwakilan tersebut.
Informasi di atas wajib didukung dengan dokumen meliputi:
a. surat penunjukan bagi pihak yang berwenang mewakili lembaga,
instansi, atau perwakilan dalam melakukan hubungan usaha dengan
PJK; dan
b. spesimen tanda tangan pihak yang berwenang mewakili lembaga,
instansi, atau perwakilan dalam melakukan hubungan usaha dengan
PJK.

Pasal 29 POJK 8/2023

49
Identifikasi dan Verifikasi Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner/BO)
PJK wajib memastikan Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC yang
 Kewajiban verifikasi BO, berlaku pula terhadap dari Calon membuka hubungan usaha atau melakukan transaksi bertindak untuk
Nasabah/Nasabah/WIC berupa: diri sendiri atau untuk Kepentingan BO
a. lembaga negara atau instansi pemerintah; Apabila BO tergolong berisiko tinggi, termasuk PEP, PJK wajib
b. perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh menerapkan prosedur EDD.
negara; dan
c. perusahaan publik atau emiten. Apabila Calon Nasabah/Nasabah/WIC tidak memiliki BO atau tidak
 Dalam hal data, dokumen, dan/atau informasi identitas memiliki penghasilan, PJK wajib
BO tersedia dan/atau dipublikasikan untuk umum secara
memadai dan dapat dipercaya serta harus dapat • Menentukan BO; dan
memberikan keyakinan kepada PJK tentang profil, PJK • melakukan identifikasi dan verifikasi identitas BO berdasarkan informasi atau data
relevan yang diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya.
tidak perlu lagi meminta data dan/atau informasi
identitas BO kepada Calon Nasabah/Nasabah/WIC. Sumber yang dapat dipercaya:
• Dokumen, informasi, atau data yang berasal dari kementerian/lembaga/otoritas yang
 Dalam hal PJK meragukan data, dokumen, dan/atau
berwenang, contohnya kartu keluarga, database berbayar, database BO dari Kumham
informasi yang tersedia dan/atau dipublikasikan untuk • Dokumen, informasi, dan data dalam rangka keterbukaan informasi di pasar modal
umum, PJK wajib meminta data, dokumen, dan/atau dan/atau perusahaan publik, contohnya data dan informasi yang ada di bursa efek
informasi identitas BO kepada Calon terkait dengan kewajiban keterbukaan informasi emiten dan perusahaan publik; atau
Nasabah/Nasabah/WIC. • Dokumen, informasi dan data yang berasal dari pihak ketiga, contohnya database
yang berasal dari public domain yang reputable dan bersifat independen dan/atau
Pasal 34 POJK 8/2023
database pihak ketiga yang berbayar.
Pasal 32 & Pasal 33 POJK 8/2023

50
Identifikasi dan Verifikasi Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner/BO)
Identifikasi dan verifikasi identitas BO dilakukan Bagi Calon Nasabah/Nasabah/ WIC yang merupakan
terhadap informasi berupa: perikatan lainnya (legal arrangement) berbentuk trust,
PJK wajib melakukan identifikasi dan verifikasi identitas
informasi dan dokumen identitas BO berdasarkan informasi atau data relevan yang
diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya terhadap
Sumber dana informasi berupa:
penghasilan rata-rata per tahun dan/atau nilai harta a. identitas penitip harta (settlor);
kekayaan (net worth) b. identitas penerima dan pengelola harta (trustee);
c. identitas penjamin (protector);
hubungan hukum antara Calon Nasabah, Nasabah,
d. identitas penerima manfaat (beneficiary) atau kelas
atau WIC dan BO yang ditunjukkan dengan surat
penerima manfaat (class of beneficiary); dan
penugasan, surat perjanjian, surat kuasa, atau bentuk
lainnya e. orang perseorangan yang mengendalikan trust.

pernyataan dari Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC Jika PJK ragu/tidak meyakini BO
mengenai kebenaran identitas maupun sumber dana • identifikasi dan verifikasi BO melalui
dari bentuk lain
• PJK wajib menolak untuk melakukan
hubungan usaha atau transaksi dengan
Pasal 33 POJK 8/2023
Calon Nasabah/Nasabah/WIC

51
CDD Penerima Manfaat (Beneficiary)
Asuransi Jiwa dan Produk Investasi lain Terkait Polis Asuransi

 untuk penerima manfaat (beneficiary) yang telah diidentifikasi


sebagai perorangan atau nonperorangan, PJK wajib meminta
nama orang perseorangan atau Korporasi atau perikatan
lainnya (legal arrangement) dari penerima manfaat
(beneficiary);
 untuk penerima manfaat (beneficiary) yang telah ditunjuk
berdasarkan karakteristik atau berdasarkan cara lain, PJK wajib
meminta informasi yang memadai mengenai penerima
manfaat (beneficiary) untuk meyakinkan PJK bahwa informasi
tersebut dapat digunakan untuk membuktikan identitas dari
penerima manfaat (beneficiary), pada saat pembayaran klaim
asuransi; dan
 PJK wajib melakukan verifikasi terhadap identitas penerima
manfaat (beneficiary) pada saat pembayaran klaim asuransi.

Pasal 42 POJK 8/2023

52
CDD Penerima Manfaat (Beneficiary)
Asuransi Jiwa dan Produk Investasi lain Terkait Polis Asuransi

 PJK wajib memasukkan penerima manfaat (beneficiary) dari polis asuransi jiwa sebagai salah satu faktor
risiko yang relevan dalam pertimbangan penerapan EDD untuk memastikan EDD perlu diterapkan atau
tidak.
 Dalam hal PJK menetapkan bahwa penerima manfaat (beneficiary) termasuk kriteria berisiko tinggi, PJK
wajib melakukan EDD yang mencakup pula identifikasi dan verifikasi terhadap identitas Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) dari penerima manfaat (beneficiary) pada saat pembayaran klaim asuransi.
 PJK wajib melakukan tindakan yang memadai untuk menentukan penerima manfaat (beneficiary)
dan/atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dari penerima manfaat (beneficiary) pada saat pembayaran
klaim asuransi jiwa merupakan PEP.
 Dalam hal teridentifikasi risiko yang lebih tinggi terhadap penerima manfaat (beneficiary) dan/atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dari penerima manfaat (beneficiary) sebelum pembayaran klaim
asuransi jiwa, PJK wajib menginformasikan kepada pejabat senior untuk melakukan pengawasan lebih
lanjut mengenai hubungan usaha dengan pemegang polis dan mempertimbangkan untuk
melaporkannya sebagai Transaksi Keuangan Mencurigakan.

Pasal 43 & Pasal 44 POJK 8/2023

53
Cross Border
Correspondent Banking
Sebelum menyediakan jasa Cross Border Correspondent Banking, bank umum wajib memahami kegiatan usaha
Bank Penerima dan/atau Bank Penerus dengan meminta informasi mengenai

tingkat penerapan program


profil calon Bank
APU, PPT, dan PPPSPM di
Penerima dan/atau Bank
negara tempat kedudukan
Penerus
Bank Penerima dan/atau
Bank Penerus

reputasi Bank Penerima informasi relevan lain yang


dan/atau Bank Penerus diperlukan bank umum untuk
berdasarkan informasi mengetahui profil calon Bank
yang dapat Penerima dan/atau Bank
dipertanggungjawabkan Penerus
Informasi mengenai Bank Penerima dan/atau Bank Penerus wajib didasarkan pada informasi
publik yang memadai yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh otoritas yang berwenang

Pasal 54 ayat (1) dan (2) POJK 8/2023

54
Cross Border
Correspondent Banking

Bank umum wajib menunjuk Bank umum wajib melakukan penilaian


pejabat senior yang terhadap penerapan program APU,
bertanggung jawab atas PPT, dan PPPSPM pada Bank Penerima
hubungan usaha dengan calon dan/atau Bank Penerus
Bank Penerima dan/atau Bank
Penerus

Bank umum wajib memahami tanggung jawab penerapan


program APU, PPT, dan PPPSPM dari masing-masing pihak
yang terkait dengan kegiatan Cross Border Correspondent
Banking

Pasal 54 ayt (3) s.d. (5) POJK 8/2023

55
Cross Border
Correspondent Banking

Dalam hal terdapat:


a. perubahan profil Bank Penerima dan/atau Bank
Penerus yang bersifat substansial; dan/atau
b. informasi pada profil Bank Penerima dan/atau
Bank Penerus yang tersedia belum dilengkapi
dengan informasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 54 ayat (1) POJK 8/2023,
bank umum wajib melakukan identifikasi, verifikasi,
dan pemantauan terhadap Bank Penerima dan/atau
Bank Penerus yang disesuaikan dengan pendekatan
berdasarkan risiko (risk based approach)

Pasal 55 POJK 8/2023

56
Transfer Dana
Bagi bank yang melaksanakan kegiatan Transfer Dana baik di dalam
wilayah Indonesia maupun secara lintas negara dilakukan dengan
memperhatikan:
a. Bank Pengirim wajib: b. Bank Penerus wajib meneruskan pesan dan perintah
1. memperoleh informasi yang akurat dan melakukan identifikasi Transfer Dana kepada Bank Penerima yang dilengkapi
serta verifikasi terhadap Nasabah atau WIC pengirim dan/atau dengan informasi yang akurat yang disampaikan oleh
Nasabah atau WIC penerima, meliputi: Bank;
a) nama Nasabah atau WIC pengirim; c. Bank Penerus wajib menatausahakan informasi yang
b) nomor rekening Nasabah pengirim; akurat yang diterima dari Bank Pengirim atau Bank
c) alamat Nasabah atau WIC pengirim; Penerus lainnya dengan jangka waktu paling singkat 5
d) nomor dokumen identitas, nomor identifikasi, atau (lima) tahun sejak diterimanya perintah Transfer Dana
tempat dan tanggal lahir dari Nasabah atau WIC pengirim; dari Bank Pengirim atau Bank Penerus lainnya; dan
e) nama Nasabah atau WIC penerima; d. Bank Penerima wajib memastikan kelengkapan
f) nomor rekening Nasabah penerima; informasi yang akurat.
g) alamat Nasabah atau WIC penerima;
h) jumlah uang dan jenis mata uang;
i) tanggal transaksi; dan
j) informasi lainnya, jika dibutuhkan;
2. menyampaikan informasi sebagaimana dimaksud pada angka 1
kepada Bank Penerus atau Bank Penerima; dan
3. menatausahakan seluruh transaksi Transfer Dana;
Pasal 58 ayat (1) POJK 8/2023

57
Transfer Dana

 Untuk kegiatan Transfer Dana di dalam wilayah Indonesia, Bank Pengirim wajib menyampaikan secara tertulis
informasi tambahan yang dibutuhkan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja berdasarkan permintaan tertulis
dari Bank Penerima.
 Untuk kegiatan Transfer Dana di dalam wilayah Indonesia, Bank Pengirim wajib menyampaikan secara tertulis
informasi yang diatur dalam POJK 8/2023 dan/atau informasi tambahan lainnya yang dibutuhkan dalam waktu
paling lama 3 (tiga) hari kerja berdasarkan permintaan tertulis dari otoritas yang berwenang.
 Dalam hal identitas Nasabah atau WIC penerima belum diverifikasi sebelumnya, Bank Penerima wajib melakukan
verifikasi atas identitas dari Nasabah atau WIC penerima dan menatausahakan informasi dimaksud sesuai dengan
ketentuan penatausahaan dokumen.

 Dalam hal terdapat beberapa Transfer Dana dari 1 (satu) Nasabah atau WIC pengirim yang tergabung dalam 1
(satu) dokumen yang ditujukan kepada beberapa Nasabah dan/atau WIC penerima, bank wajib memastikan
dokumen tersebut memuat informasi mengenai Nasabah atau WIC pengirim dan informasi mengenai Nasabah
dan/atau WIC penerima secara lengkap.
 Bank wajib menelusuri informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di negara Nasabah dan/atau WIC penerima.
 Bank wajib mencantumkan nomor rekening atau nomor referensi transaksi Nasabah atau WIC pengirim.

Pasal 58 ayat (2) sd. (4) dan Pasal 59 POJK 8/2023

58
Pengecualian
Transfer Dana

1 2 3

Transfer Dana yang Transfer Dana yang Transfer Dana yang dilakukan
menggunakan layanan menggunakan alat pembayaran antar PJK dan untuk
perbankan digital; menggunakan kartu kepentingan PJK

Pasal 60 POJK 8/2023

59
Kewajiban
Pengkinian

 Dalam hal terdapat perubahan yang diketahui dari


pemantauan PJK terhadap Nasabah atau informasi lain
yang dapat dipertanggungjawabkan, PJK wajib
melakukan upaya pengkinian data, informasi, dan/atau
dokumen pendukung
 Upaya pengkinian wajib didokumentasikan

Pasal 51 POJK 8/2023

60
Penatausahaan
Dokumen
 PJK wajib menatausahakan:
a. dokumen yang terkait dengan data Calon Nasabah, Nasabah, dan/atau WIC dengan jangka waktu paling singkat 5
(lima) tahun sejak:
1. berakhirnya hubungan usaha atau transaksi dengan Nasabah atau WIC; dan/atau
2. ditemukannya ketidaksesuaian transaksi dengan tujuan ekonomis dan/atau tujuan usaha; dan
b. dokumen Nasabah atau WIC yang terkait dengan transaksi keuangan dengan jangka waktu sebagaimana diatur
dalam peraturan perundangundangan mengenai dokumen perusahaan.

 Dokumen yang terkait dengan data Calon Nasabah, Nasabah, dan/atau WIC meliputi:
a. identitas Calon Nasabah, Nasabah, dan/atau WIC termasuk dokumen pendukungnya;
b. informasi transaksi;
c. hasil analisis yang telah dilakukan;
d. korespondensi dengan Nasabah atau WIC; dan
e. dokumen lain, jika dibutuhkan.
 PJK wajib menyimpan catatan dan dokumen mengenai seluruh proses identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan
sesuai dengan peraturan perundangundangan. (4) PJK wajib memberikan data, informasi, dan/atau dokumen yang
ditatausahakan, sesegera mungkin dan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak PJK menerima permintaan dari Otoritas
Jasa Keuangan dan/atau otoritas lain yang berwenang

Pasal 63 POJK 8/2023

61
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai