#
Perluasan
Cakupan PJK
Pasal 1 angka 1 jo. Pasal 2 ayat (1)
POJK 8/2023
4
Penegasan PEP Tidak Dimaksudkan
untuk Tingkatan Menengah atau Tingkatan Lebih Rendah
5
Penyederhanaan
Definisi Direksi & Dewan Komisaris
POJK 12/POJK.01/2017 jo. POJK 23/POJK.01/2019 mengatur definisi Direksi dan Dewan Komisaris Secara Rinci utk Hampir Setiap Jenis PJK
6
Penyederhanaan
Definisi Direksi & Dewan Komisaris
7
Perluasan
Cakupan Korporasi
8
2
BAB II POJK No. 8/2023:
Kewajiban Penerapan APU PPT dan PPPSPM
Berbasis Risiko
#
5 Pilar Utama
Penerapan Program APU PPT dan PPPSPM
10
Kewajiban Mengidentifikasi, Menilai, dan Memahami Risiko
TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM
12
Format
Individual Risk Assessment (IRA)
Bagian I : pendahuluan, yang paling sedikit terdiri dari:
1) latar belakang; dan
2) tujuan;
Bagian II : landasan teori, yang paling sedikit terdiri dari:
1) metodologi;
2) kerangka kerja; dan
3) pembatasan ruang lingkup;
Bagian III : profil PJK, yang berisi uraian mengenai gambaran umum PJK, baik dari sisi kelembagaan maupun operasional;
Bagian IV : hasil penilaian risiko, yang paling sedikit terdiri dari:
1) peta risiko/kriteria TPPU secara umum, yang dipetakan dari sisi tindak pidana asal, pekerjaan Nasabah orang perseorangan (natural
person), bentuk Nasabah Korporasi, bidang usaha Nasabah Korporasi (legal person), area geografis (dapat berupa negara serta
provinsi dan/atau kota/kabupaten di Indonesia), produk/jasa/layanan, dan metode transaksi;
2) peta risiko/kriteria risiko TPPT secara umum, yang dipetakan dari sisi pekerjaan Nasabah orang perseorangan (natural person),
bentuk Nasabah Korporasi, bidang usaha Nasabah Korporasi (legal person), area geografis (dapat berupa negara serta provinsi
dan/atau kota/kabupaten di Indonesia), produk/jasa/layanan, dan metode transaksi;
3) peta risiko/kriteria risiko PPSPM secara umum, yang dipetakan dari sisi pekerjaan Nasabah orang perseorangan (natural person),
bentuk Nasabah Korporasi, bidang usaha Nasabah Korporasi (legal person), area geografis (dapat berupa negara serta provinsi
dan/atau kota/kabupaten di Indonesia), produk/jasa/layanan, dan metode transaksi;
4) peta risiko seluruh nasabah, yaitu pemetaan nasabah berdasarkan tingkat risikonya; dan
5) risiko akhir setiap kantor cabang dan/atau kantor perwakilan serta risiko akhir PJK secara agregat;
Bagian V : mitigasi risiko, yang berisi paling sedikit mengenai hal-hal yang telah dilakukan PJK dalam memitigasi risiko TPPU, TPPT, dan PPSPM; dan
Bagian VI : kesimpulan dan tindak lanjut, yang merupakan ringkasan dari hasil penilaian risiko serta mitigasi risiko yang akan dilakukan.
2 Memastikan penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM dilaksanakan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur
3 Membentuk unit kerja khusus dan/atau menunjuk pejabat penanggung jawab APU PPT
dan PPPSPM
4 Melakukan pengawasan atas kepatuhan unit kerja dalam menerapkan program APU, PPT,
dan PPPSPM
Memastikan pejabat dan/atau pegawai, khususnya pegawai dari satuan kerja terkait dan
6 pegawai baru, telah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan penerapan program APU,
PPT, dan PPPSPM sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, atau lebih
7 Memastikan adanya pembahasan terkait penerapan progam APU, PPT, dan PPPSPM dalam
rapat Direksi. Pasal 8 POJK 8/2023
15
Pengawasan Aktif
Dewan Komisaris
5 Memastikan adanya pembahasan terkait penerapan progam APU, PPT, dan PPPSPM dalam
rapat Dewan Komisaris
16
Penanggung Jawab
APU PPT dan PPPSPM
SEBAGAI CONTOH:
UKK
penunjukan 1 (satu) penanggung jawab APU, PPT, dan PPPSPM yang
memiliki fungsi dan/atau kewenangan untuk beberapa kantor cabang;
dan/atau penunjukan penanggung jawab APU, PPT, dan PPPSPM berasal dari
kantor pusat atau kantor wilayah dengan tugas dan tanggung jawab
Direksi Menunjuk khusus mengawasi penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM di
Penanggung Jawab beberapa kantor cabang tertentu; dan/atau
pada kantor pusat
dan kantor cabang penunjukan penanggung jawab APU, PPT, dan PPPSPM yang dirangkap
Pejabat oleh pejabat dari unit kerja yang tidak berhubungan dengan Nasabah
(non operasional) pada kantor cabang lainnya seperti unit kerja
manajemen risiko, namun dengan tetap mempertimbangkan bahwa
unit kerja yang melaksanakan kebijakan dan prosedur penerapan
program APU, PPT, dan PPPSPM terpisah dari unit kerja yang
Pasal 10 POJK 8/2023 mengawasi penerapannya.
17
Penanggung Jawab
APU PPT dan PPPSPM di setiap PJK
Unit kerja khusus dan/atau pejabat APU PPT dan PPPSPM ditetapkan sebagai bagian dari struktur organisasi PJK
dan bertanggung jawab kepada Direksi
Bank,
PE, PJK wajib memastikan bahwa
MI,
berada di bawah salah Penanggung Jawab memiliki:
LPEI, satu anggota Direksi
Perusahaan Asuransi, yang membawahkan
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, dan fungsi kepatuhan
Penyelenggara LPBBTI kemampuan yang
memadai
Penyelenggara SCF,
Perusahaan Pialang Asuransi,
DPLK,
Perusahaan Pembiayaan, berada di bawah salah
PMV, satu anggota Direksi akses pada seluruh
LKM, data Nasabah dan
Perusahaan Pergadaian, dan informasi lainnya yang
terkait.
Penyelenggara Inovasi Teknologi Sektor Keuangan
UKK Pejabat
paling sedikit terdiri atas 1 (satu) orang pegawai hanya dapat merangkap untuk melaksanakan
yang bertindak sebagai pimpinan dan 1 (satu) fungsi manajemen risiko dan/atau fungsi
orang pegawai yang bertindak sebagai pelaksana kepatuhan
pimpinan dan pelaksana pada unit kerja khusus Bagi PE, MI, kustodian, dan/atau Wali Amanat
tidak merangkap fungsi lain memiliki pejabat penanggung jawab program APU,
PPT, dan PPPSPM yang merangkap fungsi
pimpinan unit kerja khusus ditetapkan dan kepatuhan, pejabat tersebut harus terpisah dari
diangkat oleh Direksi fungsi audit internal
19
Tugas Penanggung Jawab
APU PPT dan PPPSPM di setiap PJK
1. menganalisis secara berkala penilaian risiko sebanyak 1 (satu) 10. memastikan bahwa kegiatan usaha yang berisiko diidentifikasi secara;
kali dalam 1 (satu) tahun, atau lebih; 11. memastikan adanya mekanisme komunikasi yang baik dari setiap
2. menyusun, melakukan pengkinian, serta mengusulkan satuan kerja dengan menjaga kerahasiaan informasi dan
kebijakan untuk dimintakan pertimbangan Direksi; memperhatikan ketentuan anti tipping-off;
3. memastikan adanya sistem yang dapat mengidentifikasi, 12. melakukan pengawasan terkait penerapan program APU, PPT, dan
menganalisa, memantau dan menyediakan laporan secara PPPSPM terhadap satuan kerja terkait;
efektif; 13. memastikan adanya identifikasi area yang berisiko tinggi;
4. memastikan bahwa kebijakan dan prosedur telah sesuai 14. menerima, melakukan analisis, dan menyusun laporan TKM, TKT,
dengan perubahan dan perkembangan di sektor jasa dan/atau TKL yang disampaikan oleh satuan kerja;
keuangan, kegiatan, skala usaha, kompleksitas usaha, 15. menyusun laporan TKM, TKT, dan/atau TKL :
karakteristik usaha, volume transaksi PJK, dan/atau modus 16. memantau secara berkala dan memastikan tindak lanjut terhadap
TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM; DTTOT dan DPPSPM;
5. memastikan bahwa formulir yang berkaitan dengan Nasabah 17. memantau, menganalisis, dan merekomendasikan kebutuhan APU,
telah mengakomodasi data yang; PPT, dan PPPSPM bagi pejabat dan/atau pegawai PJK;
6. memantau rekening Nasabah dan pelaksanaan transaksi 18. memastikan seluruh kegiatan untuk penerapan program APU, PPT,
Nasabah; dan PPPSPM terlaksana dengan baik; dan
7. melakukan evaluasi terhadap hasil pemantauan dan analisis 19. melakukan tugas lain untuk penerapan program APU, PPT, dan
transaksi Nasabah untuk memastikan ada atau tidak adanya PPPSPM.
TKM, TKT, dan/atau TKL;
8. menatausahakan hasil pemantauan dan evaluasi;
9. memastikan pengkinian data dan profil Nasabah serta data dan
profil transaksi Nasabah;
Pasal 14 POJK 8/2023
20
Wewenang Penanggung Jawab
APU PPT dan PPPSPM di setiap PJK
21
4 Kebijakan dan Prosedur
BAB IV POJK No. 8/2023:
#
Cakupan
Kebijakan dan Prosedur
2 4 6 8
identifikasi dan pengelolaan risiko
verifikasi Pemilik yang berkelanjutan
terhadap Nasabah, pengkinian dan
Manfaat pelaporan kepada
negara, produk, dan pemantauan
PPATK
1 3
(Beneficial
5
jasa serta jaringan
Owner) distribusi
7
pemeliharaan data yang pelaporan kepada
penolakan
identifikasi dan akurat terkait dengan pejabat senior,
transaksi dan
verifikasi transaksi, Direksi, dan Dewan
penutupan
Nasabah penatausahaan proses Komisaris terhadap
hubungan usaha CDD, serta pelaksanaan
penatausahaan kebijakan dan
kebijakan dan prosedur prosedur
23
Cakupan
Kebijakan dan Prosedur
1 2
Cross
Border
Transfer Dana
Correspondent
Bankin
24
Identifikasi dan Penilaian Risiko
Terhadap Produk, Praktik Usaha, dan Teknologi Baru
PJK wajib mengidentifikasi dan melakukan penilaian risiko TPPU/TPPT yang terkait dengan
pengembangan produk dan praktik usaha baru, termasuk mekanisme distribusi baru, dan penggunaan
teknologi baru atau pengembangan teknologi untuk produk baru maupun produk yang telah ada.
1 2 3
25
Kewajiban
Pelaksanaan CDD
1 2 3 4 5
26
Pengelompokan
Calon Nasabah, Nasabah, WIC, dan BO
PJK wajib mengelompokkan Calon Nasabah dan Nasabah Klasifikasi Calon Nasabah, WIC, dan Nasabah
berdasarkan tingkat risiko terjadinya Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme.
27
Kegiatan
CDD/EDD
1
2
3
IDENTIFIKASI
Meminta data, informasi, dan VERIFIKASI
dokumen pendukung
1. Memastikan kebenaran serta kesesuaian data, PEMANTAUAN
informasi, dan dokumen pendukung yang Memantau Transaksi untuk
telah diberikan; dan memastikan bahwa transaksi yang
2. Memastikan kebenaran serta kesesuaian profil dilakukan sejalan dengan pemahaman
pemberi data, informasi, dan dokumen PJK atas Nasabah, kegiatan usaha dan
pendukung dengan profil Calon Nasabah profil risiko Nasabah, termasuk sumber
Pasal 1 angka 12 jo. Pasal 21 ayat (1) POJK 8/2023 dananya
28
Verifikasi
Memastikan kebenaran serta kesesuaian
data, informasi, dan dokumen pendukung Membandingkan identitas yang diberikan dg
yang telah diberikan database yang dipercaya
29
Verifikasi
Pertemuan Tatap Muka Secara Elektronik
30
Verifikasi
Tidak Tatap Muka Secara Elektronik
PJK menggunakan perangkat lunak milik PJK atau milik pihak ketiga, dan perangkat keras milik PJK
atau milik pihak ketiga;
Calon Nasabah menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras milik PJK atau milik pihak
ketiga, atau Calon Nasabah menggunakan perangkat lunak milik PJK atau milik pihak ketiga yang
diakses atau telah diunduh dan terpasang melalui perangkat keras atau telah terpasang di
perangkat keras milik Calon Nasabah; dan
PJK memanfaatkan data kependudukan serta memperhatikan dan menerapkan paling sedikit 2
(dua) faktor keaslian (authentication factor), berupa:
1. sesuatu yang menjadi ciri khas dari Calon Nasabah (something you are), yaitu ciri-ciri fisik
dan/atau data biometric yang bersifat bawaan dan unik bagi setiap orang, antara lain wajah
(facial recognition), pola sidik jari (fingerprint), dan pola retina/iris mata (retinal pattern).;
dan
2. sesuatu yang Calon Nasabah miliki (something you have), yaitu dokumen identitas yang
dimiliki oleh Calon Nasabah yaitu Kartu Tanda Penduduk yang wajib disertai pula dengan hal
lainnya, seperti one-time password (OTP), tanda tangan digital - 12 - (digital signature), atau
bentuk lain yang dapat dipersamakan.
PJK dapat menambahkan faktor keaslian (authentication factor) lainnya, berupa sesuatu yang
Calon Nasabah ketahui (something you know), yaitu sesuatu yang bersifat rahasia dan hanya
Pasal 21 ayat (5) dan (6) POJK 8/2023 diketahui oleh Calon Nasabah saja, seperti username, password, personal identification number
(PIN), atau bentuk lain yang dapat dipersamakan
31
Pemanfaatan Pihak Ketiga
Dalam Verifikasi Tatap Muka
dan Tidak Tatap Muka Secara Elektronik
1 PJK wajib memiliki perjanjian kerja sama secara tertulis dengan pihak ketiga
3 pihak ketiga wajib memiliki perjanjian kerja sama dengan kementerian atau
lembaga yang menyelenggarakan urusan kependudukan dan pencatatan sipil
untuk memperoleh hak akses dan/atau memfasilitasi hak akses data
kependudukan pada kementerian atau lembaga tersebut, sistem elektronik yang
dimiliki oleh pihak ketiga terhubung dengan sistem elektronik terkait akses data
kependudukan yang dimiliki oleh kementerian atau lembaga dimaksud
32
Cakupan Perjanjian Kerjasama dg Pihak Ketiga
Dalam Verifikasi Tatap Muka
dan Tidak Tatap Muka Secara Elektronik
mekanisme
kepemilikan data mekanisme
hak dan menyelesaikan
pelaksanaan verifikasi pelaporan kejadian
kewajiban para perselisihan
sepenuhnya kritis oleh pihak
pihak antara PJK dan
menjadi milik PJK ketiga pada PJK pihak ketiga
ketentuan
mengenai
pelindungan
data Nasabah ketentuan subkontrak
bahwa pihak ketiga dapat melakukan
pengalihan sebagian
kegiatan (subkontrak) berdasarkan
persetujuan PJK
33
Larangan Membuka Hubungan Usaha atau
Memelihara Rekening
34
Penolakan Transaksi
dan Penutupan Hubungan Usaha Tidak Memenuhi
Permintaan
Data/Inforamsi
Dalam Rangka
CDD/EDD
36
Manajemen Risiko
Terhadap Nasabah Berisiko Tinggi
PJK wajib memiliki sistem manajemen risiko yang memadai untuk menentukan apakah Calon Nasabah, Nasabah,
BO, atau WIC termasuk kriteria berisiko tinggi.
transaksi dengan negara atau teritori asal,
latar belakang atau pihak yang berasal termasuk domisili,atau dilakukannya
profil Berisiko Tinggi dari High Risk dalam transaksi termasuk High Risk
(High Risk Customers); Countries kategori PEP Countries
1 3 5 7
2 4
6 8
1 memiliki sistem manajemen risiko untuk menentukan Calon Nasabah, Nasabah, WIC, atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) memenuhi kriteria PEP
2 memiliki sistem manajemen risiko untuk menentukan Calon Nasabah, Nasabah, WIC, atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) memenuhi kriteria PEP
3 menunjuk pejabat senior yang bertanggung jawab atas hubungan usaha dengan Calon
Nasabah, Nasabah, WIC, atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) yang memenuhi kriteria PEP
4 melakukan EDD secara berkala paling sedikit berupa analisis terhadap informasi mengenai
Nasabah atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), sumber dana, dan sumber kekayaan
38
Kewenangan Pejabat Senior
Dalam Terhadap PEP
memberikan persetujuan atau penolakan terhadap membuat keputusan untuk meneruskan atau menghentikan
pembukaan hubungan usaha Calon Nasabah, atau Pemilik hubungan usaha dan/atau transaksi dengan Nasabah, WIC,
Manfaat (Beneficial Owner) dan/atau transaksi Nasabah, WIC, atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) yang termasuk
atau Pemilik Manfaat Beneficial Owner) yang tergolong kriteria berisiko tinggi, termasuk PEP
berisiko tinggi, termasuk PEP
39
Tindakan
Terhadap PEP Domestik atau Orang
yang Diberi Kewenangan Untuk Melakukan Fungsi Penting (Prominent Function)
Dalam Organisasi Internasional
1 PJK wajib memiliki sistem manajemen risiko untuk menentukan Nasabah atau Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) memenuhi kriteria PEP
2 Dalam hal terdapat risiko yang lebih tinggi atas hubungan usaha antara PJK dengan Nasabah atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) tersebut, PJK wajib:
menunjuk pejabat senior yang bertanggung jawab atas hubungan usaha dengan Calon Nasabah,
Nasabah, WIC, atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) yang memenuhi kriteria PEP;
memperoleh persetujuan dari pejabat senior sebagaimana dimaksud dalam huruf b untuk
membuka hubungan usaha dengan Calon Nasabah atau meneruskan hubungan usaha termasuk
transaksi dengan Nasabah, WIC, atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) yang memenuhi kriteria
PEP;
melakukan EDD secara berkala paling sedikit berupa analisis terhadap informasi mengenai
Nasabah atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), sumber dana, dan sumber kekayaan; dan
pemantauan yang lebih ketat atas hubungan usaha
40
Langkah Pencegahan
(Countermeasures)
41
Contoh Langkah Pencegahan
(Countermeasures)
mensyaratkan PJK untuk menerapkan aspek khusus dalam EDD;
memperkenalkan mekanisme pelaporan yang relevan atau pelaporan transaksi keuangan yang sistematis;
menolak pendirian kantor cabang atau kantor perwakilan di negara yang bersangkutan, atau mempertimbangkan bahwa kantor
cabang atau kantor perwakilan yang bersangkutan berada di negara yang tidak memiliki sistem APU, PPT, dan PPPSPM yang
memadai;
melarang mendirikan kantor cabang atau kantor perwakilan di negara yang bersangkutan, atau mempertimbangkan bahwa kantor
cabang atau kantor perwakilan yang bersangkutan berada di negara yang tidak memiliki sistem APU, PPT, dan PPPSPM yang
memadai;
membatasi hubungan usaha atau transaksi keuangan dengan negara atau orang yang teridentifikasi di negara tersebut;
melarang mengandalkan pihak ketiga yang berada di negara bersangkutan untuk melakukan proses CDD;
meminta untuk mengkaji ulang dan mengubah, atau jika perlu menghentikan, hubungan koresponden dengan lembaga keuangan
di negara yang bersangkutan;
meningkatkan persyaratan audit eksternal untuk cabang dan anak perusahaan yang berkedudukan di negara yang bersangkutan;
dan/atau
meningkatkan persyaratan audit eksternal untuk Konglomerasi Keuangan, sehubungan dengan cabang dan anak perusahaan
Konglomerasi Keuangan tersebut yang berkedudukan di negara yang bersangkutan.
PJK dapat melakukan langkah pencegahan (countermeasures) lainnya yang memiliki efek yang serupa dalam memitigasi risiko TPPU,
TPPT, dan/atau PPSPM.
42
CDD
Sederhana
PJK dapat menerapkan prosedur CDD sederhana terhadap Calon Nasabah atau transaksi yang tingkat risiko
terjadinya TPPU/TPPT tergolong rendah berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan melalui analisis risiko
yang memadai.
2 mengurangi pamantauan dan pemeriksaan transaksi ambang batas wajar yang telah
ditentukan oleh PJK; dan/atau
3 tidak mengumpulkan informasi yang khusus atau tidak melakukan tindakan yang khusus
dalam memahami tujuan dan sifat hubungan usaha, namun cukup mengacu kepada
tujuan dan sifat hubungan usaha yang telah ditetapkan
43
CDD
oleh Pihak Ketiga
PJK dapat menggunakan hasil identifikasi dan verifikas yang telah dilakukan oleh pihak ketiga terhadap Calon
Nasabahnya yang telah menjadi Nasabah pada pihak ketiga tersebut.
Pelaksanaan penggunaan hasil identifikasi dan verifikasi tidak berlaku untuk hubungan outsourcing dan/atau
keagenan antara PJK dan pihak ketiga dimaksud;
PJK wajib memiliki kerja sama dengan pihak ketiga dalam bentuk kesepakatan tertulis;
PJK wajib segera secara langsung mendapatkan informasi yang diperlukan terkait dengan informasi dan hasil
identifikasi dan verifikasi;
PJK wajib mengambil langkah yang memadai untuk memastikan bahwa pihak ketiga bersedia memenuhi
permintaan informasi dan salinan dokumen pendukung segera tanpa ada penundaan jika dibutuhkan oleh PJK
dalam penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM;
PJK wajib memastikan bahwa pihak ketiga merupakan lembaga keuangan, penyedia barang dan/atau jasa, profesi
tertentu, dan/atau entitas lain yang wajib menerapkan penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM, termasuk
memiliki prosedur CDD dan penatausahaan dokumen, serta tunduk pada pengaturan, pengawasan, dan
pemantauan dari otoritas berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
PJK wajib memperhatikan informasi terkait risiko negara tempat pihak ketiga tersebut berasal.
44
Identifikasi dan Verifikasi Calon
Nasabah dan Nasabah
Identifikasi Calon Nasabah dilakukan melalui permintaan data dan informasi yang meliputi:
a. bagi Calon Nasabah orang perseorangan: b. bagi Calon Nasabah Korporasi; c. bagi Calon Nasabah perikatan lainnya (legal
1. identitas yang memuat: 1. nama; arrangement):
a) nama lengkap termasuk nama alias, jika ada; 2. nomor izin dari instansi berwenang 1. nama;
b) nomor dokumen identitas; termasuk izin, jika ada; 2. nomor izin dari instansi berwenang, jika ada;
c) alamat tempat tinggal sesuai dokumen identitas 3. bidang usaha atau kegiatan; 3. alamat kedudukan;
dan alamat tempat tinggal lain, jika ada; 4. alamat kedudukan; 4. bentuk perikatan (legal arrangement);
d) tempat dan tanggal lahir; 5. tempat dan tanggal pendirian; 5. identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)
e) kewarganegaraan; 6. bentuk badan hukum atau badan usaha; apabila Calon Nasabah memiliki Pemilik
f) pekerjaan; 7. identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Manfaat (Beneficial Owner);
g) alamat dan nomor telepon tempat kerja, jika ada; Owner); 6. sumber dana;
h) jenis kelamin; 8. sumber dana; 7. maksud dan tujuan hubungan usaha atau
i) status perkawinan; dan 9. maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan dilakukan Calon Nasabah;
j) nama gadis ibu kandung, transaksi yang akan dilakukan Calon dan
2. Identitas BO, jika ada; Nasabah; dan 8. data dan informasi lainnya, jika dibutuhkan.
3. sumber dana; 10. data dan informasi lainnya, jika
4. penghasilan rata-rata per tahun dan/atau nilai harta dibutuhkan.
kekayaan (net worth);
5. maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi
yang akan dilakukan Calon Nasabah; dan
6. data dan informasi lainnya, jika dibutuhkan.
45
Identifikasi dan Verifikasi Calon
Nasabah dan Nasabah
Permintaan data dan informasi untuk WIC yang melakukan Data dan informasi informasi wajib didukung dengan
transaksi dengan Bank: dokumen identitas dan spesimen tanda tangan:
Transaksi nominal
Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah)/yang setara Calon Nasabah dan WIC orang perseorangan
dilakukan dalam 1 (satu) kali maupun beberapa kali transaksi dalam
1 (satu) hari kerja
a. WNI berupa kartu tanda penduduk atau
Meminta seluruh data dan informasi
identitas kependudukan digital;
b. WNA berupa paspor yang disertai dengan
Transaksi nominal kurang dari dokumen keimigrasian;dan
Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah)/yang setara c. Diaspora Indonesia atau masyarakat Indonesia
di luar negeri berupa paspor dan kartu
Orang Perseorangan Korporasi Perikatan masyarakat indonesia di luar negeri.
Lainnya
a. nama lengkap termasuk nama a. Nama a. Nama
alias, jika ada b. Alamat b. Alamat
b. nomor dokumen identitas kedudukan kedudukan
c. alamat tempat tinggal sesuai
dokumen identitas dan
alamat tempat tinggal lain,
jika ada; Pasal 25 ayat (2) POJK 8/2023
Pasal 26 POJK 8/2023
46
Identifikasi dan Verifikasi Calon
Nasabah dan Nasabah
Calon Nasabah dan WIC Korporasi
a. Korporasi tergolong usaha mikro dan usaha b. Kororasi yang tidak tergolong usaha mikro c. Korporasi perseroan perorangan selain
kecil ditambah dengan paling sedikit: dan usaha kecil selain disertai dokumen disertai dokumen dalam huruf a angka 3,
1. kuasa kepada pihak yang ditunjuk dalam huruf a, ditambah dengan paling ditambah dengan paling sedikit:
mempunyai wewenang bertindak untuk sedikit: 1. nomor induk berusaha;
dan atas nama perusahaan 1. akta pendirian/anggaran dasar; 2. kuasa kepada pihak yang ditunjuk
2. spesimen tanda tangan pihak yang 2. izin usaha dari instansi yang berwenang; mempunyai wewenang bertindak
berwenang mewakili perusahaan 3. laporan keuangan atau deskripsi kegiatan untuk dan atas nama perseroan
3. kartu Nomor Pokok Wajib Pajak bagi usaha perusahaan; perorangan, dan
Nasabah yang diwajibkan untuk memiliki 4. struktur manajemen perusahaan; 3. spesimen tanda tangan pihak yang
Nomor Pokok Wajib Pajak; dan 5. struktur kepemilikan perusahaan; dan berwenang mewakili perseroan
4. surat izin tempat usaha atau dokumen 6. dokumen identitas anggota Direksi atau perorangan.
lain yang dipersyaratkan oleh instansi pemegang kuasa dari anggota Direksi yang
yang berwenang. berwenang mewakili perusahaan untuk
melakukan hubungan usaha dengan PJK.
47
Identifikasi dan Verifikasi Calon
Nasabah dan Nasabah
berupa Korporasi selain yang berbentuk perusahaan
1. nama; Korporasi berupa yayasan: Korporasi selain perusahaan dan Perikatan lainnya (legal
2. nomor izin dari instansi 1. izin kegiatan yayasan; yayasan, baik yang merupakan arrangement):
berwenang; 2. deskripsi kegiatan yayasan; badan hukum maupun bukan badan 1. bukti pendaftaran pada
3. bidang usaha atau kegiatan; 3. struktur dan nama hukum: instansi yang berwenang;
4. alamat kedudukan; pengurus yayasan; dan 1. bukti izin dari instansi yang 2. nama perikatan;
5. tempat dan tanggal pendirian; 4. dokumen identitas anggota berwenang; 3. akta pendirian dan/atau
6. bentuk badan hukum; pengurus atau pemegang 2. nama Korporasi; anggaran dasar dan
7. identitas Pemilik Manfaat kuasa dari anggota 3. akta pendirian dan/atau anggaran anggaran rumah tangga,
(Beneficial Owner); pengurus yang berwenang dasar dan anggaran rumah jika ada; dan
8. sumber dana; mewakili yayasan untuk tangga; dan 4. dokumen identitas pihak
9. maksud dan tujuan hubungan melakukan hubungan 4. dokumen identitas pihak yang yang berwenang mewakili
usaha Calon Nasabah atau usaha dengan PJK; berwenang mewakili Korporasi perikatan lainnya (legal
transaksi yang akan dilakukan dalam melakukan hubungan arrangement) dalam
WIC; dan usaha dengan PJK; melakukan hubungan
10. data dan informasi lainnya, usaha dengan PJK.
jika dibutuhkan.
48
Identifikasi dan Verifikasi Calon
Nasabah dan Nasabah
49
Identifikasi dan Verifikasi Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner/BO)
PJK wajib memastikan Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC yang
Kewajiban verifikasi BO, berlaku pula terhadap dari Calon membuka hubungan usaha atau melakukan transaksi bertindak untuk
Nasabah/Nasabah/WIC berupa: diri sendiri atau untuk Kepentingan BO
a. lembaga negara atau instansi pemerintah; Apabila BO tergolong berisiko tinggi, termasuk PEP, PJK wajib
b. perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh menerapkan prosedur EDD.
negara; dan
c. perusahaan publik atau emiten. Apabila Calon Nasabah/Nasabah/WIC tidak memiliki BO atau tidak
Dalam hal data, dokumen, dan/atau informasi identitas memiliki penghasilan, PJK wajib
BO tersedia dan/atau dipublikasikan untuk umum secara
memadai dan dapat dipercaya serta harus dapat • Menentukan BO; dan
memberikan keyakinan kepada PJK tentang profil, PJK • melakukan identifikasi dan verifikasi identitas BO berdasarkan informasi atau data
relevan yang diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya.
tidak perlu lagi meminta data dan/atau informasi
identitas BO kepada Calon Nasabah/Nasabah/WIC. Sumber yang dapat dipercaya:
• Dokumen, informasi, atau data yang berasal dari kementerian/lembaga/otoritas yang
Dalam hal PJK meragukan data, dokumen, dan/atau
berwenang, contohnya kartu keluarga, database berbayar, database BO dari Kumham
informasi yang tersedia dan/atau dipublikasikan untuk • Dokumen, informasi, dan data dalam rangka keterbukaan informasi di pasar modal
umum, PJK wajib meminta data, dokumen, dan/atau dan/atau perusahaan publik, contohnya data dan informasi yang ada di bursa efek
informasi identitas BO kepada Calon terkait dengan kewajiban keterbukaan informasi emiten dan perusahaan publik; atau
Nasabah/Nasabah/WIC. • Dokumen, informasi dan data yang berasal dari pihak ketiga, contohnya database
yang berasal dari public domain yang reputable dan bersifat independen dan/atau
Pasal 34 POJK 8/2023
database pihak ketiga yang berbayar.
Pasal 32 & Pasal 33 POJK 8/2023
50
Identifikasi dan Verifikasi Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner/BO)
Identifikasi dan verifikasi identitas BO dilakukan Bagi Calon Nasabah/Nasabah/ WIC yang merupakan
terhadap informasi berupa: perikatan lainnya (legal arrangement) berbentuk trust,
PJK wajib melakukan identifikasi dan verifikasi identitas
informasi dan dokumen identitas BO berdasarkan informasi atau data relevan yang
diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya terhadap
Sumber dana informasi berupa:
penghasilan rata-rata per tahun dan/atau nilai harta a. identitas penitip harta (settlor);
kekayaan (net worth) b. identitas penerima dan pengelola harta (trustee);
c. identitas penjamin (protector);
hubungan hukum antara Calon Nasabah, Nasabah,
d. identitas penerima manfaat (beneficiary) atau kelas
atau WIC dan BO yang ditunjukkan dengan surat
penerima manfaat (class of beneficiary); dan
penugasan, surat perjanjian, surat kuasa, atau bentuk
lainnya e. orang perseorangan yang mengendalikan trust.
pernyataan dari Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC Jika PJK ragu/tidak meyakini BO
mengenai kebenaran identitas maupun sumber dana • identifikasi dan verifikasi BO melalui
dari bentuk lain
• PJK wajib menolak untuk melakukan
hubungan usaha atau transaksi dengan
Pasal 33 POJK 8/2023
Calon Nasabah/Nasabah/WIC
51
CDD Penerima Manfaat (Beneficiary)
Asuransi Jiwa dan Produk Investasi lain Terkait Polis Asuransi
52
CDD Penerima Manfaat (Beneficiary)
Asuransi Jiwa dan Produk Investasi lain Terkait Polis Asuransi
PJK wajib memasukkan penerima manfaat (beneficiary) dari polis asuransi jiwa sebagai salah satu faktor
risiko yang relevan dalam pertimbangan penerapan EDD untuk memastikan EDD perlu diterapkan atau
tidak.
Dalam hal PJK menetapkan bahwa penerima manfaat (beneficiary) termasuk kriteria berisiko tinggi, PJK
wajib melakukan EDD yang mencakup pula identifikasi dan verifikasi terhadap identitas Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) dari penerima manfaat (beneficiary) pada saat pembayaran klaim asuransi.
PJK wajib melakukan tindakan yang memadai untuk menentukan penerima manfaat (beneficiary)
dan/atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dari penerima manfaat (beneficiary) pada saat pembayaran
klaim asuransi jiwa merupakan PEP.
Dalam hal teridentifikasi risiko yang lebih tinggi terhadap penerima manfaat (beneficiary) dan/atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dari penerima manfaat (beneficiary) sebelum pembayaran klaim
asuransi jiwa, PJK wajib menginformasikan kepada pejabat senior untuk melakukan pengawasan lebih
lanjut mengenai hubungan usaha dengan pemegang polis dan mempertimbangkan untuk
melaporkannya sebagai Transaksi Keuangan Mencurigakan.
53
Cross Border
Correspondent Banking
Sebelum menyediakan jasa Cross Border Correspondent Banking, bank umum wajib memahami kegiatan usaha
Bank Penerima dan/atau Bank Penerus dengan meminta informasi mengenai
54
Cross Border
Correspondent Banking
55
Cross Border
Correspondent Banking
56
Transfer Dana
Bagi bank yang melaksanakan kegiatan Transfer Dana baik di dalam
wilayah Indonesia maupun secara lintas negara dilakukan dengan
memperhatikan:
a. Bank Pengirim wajib: b. Bank Penerus wajib meneruskan pesan dan perintah
1. memperoleh informasi yang akurat dan melakukan identifikasi Transfer Dana kepada Bank Penerima yang dilengkapi
serta verifikasi terhadap Nasabah atau WIC pengirim dan/atau dengan informasi yang akurat yang disampaikan oleh
Nasabah atau WIC penerima, meliputi: Bank;
a) nama Nasabah atau WIC pengirim; c. Bank Penerus wajib menatausahakan informasi yang
b) nomor rekening Nasabah pengirim; akurat yang diterima dari Bank Pengirim atau Bank
c) alamat Nasabah atau WIC pengirim; Penerus lainnya dengan jangka waktu paling singkat 5
d) nomor dokumen identitas, nomor identifikasi, atau (lima) tahun sejak diterimanya perintah Transfer Dana
tempat dan tanggal lahir dari Nasabah atau WIC pengirim; dari Bank Pengirim atau Bank Penerus lainnya; dan
e) nama Nasabah atau WIC penerima; d. Bank Penerima wajib memastikan kelengkapan
f) nomor rekening Nasabah penerima; informasi yang akurat.
g) alamat Nasabah atau WIC penerima;
h) jumlah uang dan jenis mata uang;
i) tanggal transaksi; dan
j) informasi lainnya, jika dibutuhkan;
2. menyampaikan informasi sebagaimana dimaksud pada angka 1
kepada Bank Penerus atau Bank Penerima; dan
3. menatausahakan seluruh transaksi Transfer Dana;
Pasal 58 ayat (1) POJK 8/2023
57
Transfer Dana
Untuk kegiatan Transfer Dana di dalam wilayah Indonesia, Bank Pengirim wajib menyampaikan secara tertulis
informasi tambahan yang dibutuhkan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja berdasarkan permintaan tertulis
dari Bank Penerima.
Untuk kegiatan Transfer Dana di dalam wilayah Indonesia, Bank Pengirim wajib menyampaikan secara tertulis
informasi yang diatur dalam POJK 8/2023 dan/atau informasi tambahan lainnya yang dibutuhkan dalam waktu
paling lama 3 (tiga) hari kerja berdasarkan permintaan tertulis dari otoritas yang berwenang.
Dalam hal identitas Nasabah atau WIC penerima belum diverifikasi sebelumnya, Bank Penerima wajib melakukan
verifikasi atas identitas dari Nasabah atau WIC penerima dan menatausahakan informasi dimaksud sesuai dengan
ketentuan penatausahaan dokumen.
Dalam hal terdapat beberapa Transfer Dana dari 1 (satu) Nasabah atau WIC pengirim yang tergabung dalam 1
(satu) dokumen yang ditujukan kepada beberapa Nasabah dan/atau WIC penerima, bank wajib memastikan
dokumen tersebut memuat informasi mengenai Nasabah atau WIC pengirim dan informasi mengenai Nasabah
dan/atau WIC penerima secara lengkap.
Bank wajib menelusuri informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di negara Nasabah dan/atau WIC penerima.
Bank wajib mencantumkan nomor rekening atau nomor referensi transaksi Nasabah atau WIC pengirim.
58
Pengecualian
Transfer Dana
1 2 3
Transfer Dana yang Transfer Dana yang Transfer Dana yang dilakukan
menggunakan layanan menggunakan alat pembayaran antar PJK dan untuk
perbankan digital; menggunakan kartu kepentingan PJK
59
Kewajiban
Pengkinian
60
Penatausahaan
Dokumen
PJK wajib menatausahakan:
a. dokumen yang terkait dengan data Calon Nasabah, Nasabah, dan/atau WIC dengan jangka waktu paling singkat 5
(lima) tahun sejak:
1. berakhirnya hubungan usaha atau transaksi dengan Nasabah atau WIC; dan/atau
2. ditemukannya ketidaksesuaian transaksi dengan tujuan ekonomis dan/atau tujuan usaha; dan
b. dokumen Nasabah atau WIC yang terkait dengan transaksi keuangan dengan jangka waktu sebagaimana diatur
dalam peraturan perundangundangan mengenai dokumen perusahaan.
Dokumen yang terkait dengan data Calon Nasabah, Nasabah, dan/atau WIC meliputi:
a. identitas Calon Nasabah, Nasabah, dan/atau WIC termasuk dokumen pendukungnya;
b. informasi transaksi;
c. hasil analisis yang telah dilakukan;
d. korespondensi dengan Nasabah atau WIC; dan
e. dokumen lain, jika dibutuhkan.
PJK wajib menyimpan catatan dan dokumen mengenai seluruh proses identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan
sesuai dengan peraturan perundangundangan. (4) PJK wajib memberikan data, informasi, dan/atau dokumen yang
ditatausahakan, sesegera mungkin dan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak PJK menerima permintaan dari Otoritas
Jasa Keuangan dan/atau otoritas lain yang berwenang
61
TERIMA
KASIH