Anda di halaman 1dari 24

Sosialisasi POJK Nomor 8 Tahun 2023

Penerapan Program APU PPT dan PPPSPM


di Sektor Jasa Keuangan
Bagian III :
 Pengendalian Intern;
 Sistem Informasi Manajemen;
 Sumber Daya Manusia dan Pelatihan;
 Penerapan APU PPT dan PPPSPM bagi Jaringan Kantor dan Perusahaan Anak;
 Tindak Lanjut DTTOT & PPPSPM; dan
 Kewajiban Pelaporan.

Nasirullah
Deputi Direktur Grup Penanganan APU dan PPT
Otoritas Jasa Keuangan
OUTLINE :
1# Pengendalian Internal
2# Sistem Informasi Manajemen
3# Sumber Daya Manusia dan Pelatihan
4# Penerapan Program APU, PPT dan PPPSM di Jaringan Kantor
& Perusahaan Anak
5# Tindak Lanjut DTTOT & PPPSM
6# Kewajiban Pelaporan
1 Pengendalian Internal

#
Pengendalian
Internal

Memiliki Kebijakan, prosedur, dan


pemantauan internal yang memadai

Pasal 65 POJK 8/2023

Pemeriksaan secara independent untuk memastikan


penerapan program APU, PPT dan PPPSPM.
PJK Wajib Memiliki Sistem
Pengendalian Internal yang
efektif dan independen

Adanya batasan wewenang dan tanggung jawab satuan kerja


terkait penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM

4
Sistem
2 Informasi Manajemen

#
Sistem
Informasi Manajemen

Pasal 69 ayat (1), (3), dan (4) POJK 8/2023

1 2 3
Memiliki system informasi manajemen Memiliki dan memelihara Memiliki dan
yang mampu mengidentifikasi, profil Nasabah secara memelihara profil
menganalisa, memantau dan terpadu WIC.
menyediakan laporan secara efektif
mengenai karakteristik atau kebiasaan
pola transaksi yang dilakukan nasabah.

6
Sistem
Informasi Manajemen

Pasal 69 ayat (2) dan (5) POJK 8/2023

Apabila PJK merupakan anak perusahaan


Konglomerasi Keuangan, dapat
menggunakan system informasi yang
dimiliki oleh induk perusahaan.

PJK wajib mempertimbangkan faktor


teknologi informasi yang berpotensi
dilakukan oleh pelaku TPPU, TPPT,
dan/atau PPPSPM

7
Sumber Daya Manusia
3 dan Pelatihan

#
Prosedur Penyaringan
serta Pengenalan dan Pemantauan

Pasal 71 POJK 8/2023

Untuk mencegah PJK digunakan sebagai media TPPU, TPPT dan/atau


PPSPM yang melibatkan pihak intern, PJK wajib melakukan:

Pre-employee screening, prosedur penyaringan untuk Yang dimaksud dengan “pegawai tidak
memastikan standar yang tinggi pada penerimaan tetap” antara lain: 1. pegawai yang dalam
pegawai, baik pegawai tetap maupun tidak tetap, masa percobaan sebelum diangkat menjadi
termasuk pejabat senior, tenaga ahli, dari mulai tingkat pegawai tetap; 2. pegawai yang dalam masa
rendah sampai dengan 1 tingkat di bawah Direksi dan pendidikan sebelum diangkat menjadi
Dewan Komisaris; dan pegawai tetap; dan/atau 3. pegawai kontrak.

Know your employee, pengenalan dan pemantauan Pengenalan dan pemantauan terhadap profil
terhadap profil pegawai. pegawai (know your employee) mencakup
karakter, perilaku, dan gaya hidup pegawai.

9
Pelatihan
Sumber Daya Manusia

Pasal 72 POJK 8/2023

Penerapan peraturan perundang-undangan


mengenai penerapan program APU, PPT, dan
PPPSPM;
• PJK wajib memberikan pelatihan
tentang APU, PPT, dan PPPSPM Teknik, metode, dan tipologi TPPU, TPPT, dan/atau
PPPSPM;
kepada pejabat dan/atau pegawai
Materi Kebijakan dan prosedur penerapan program APU,
paling sedikit 1 (satu) kali atau lebih
PPT, dan PPPSPM serta peran dan tanggung jawab
sesuai dengan kebutuhan dalam 1 pegawai dalam mencegah dan memberantas
(satu) tahun. TPPU< TPPT, dan/atau PPPSPM; dan
Materi pelatihan lain, jika dibutuhkan.

Pelatihan dapat diberikan PJK dengan:


a. Menyelenggarakan secara mandiri; PJK wajib melakukan evaluasi terhadap
b. Bekerja sama dengan pihak lain; dan/atau pelatihan yang diberikan kepada pegawai.
c. Mengikutsertakan pegawai dalam pelatihan.

10
4 Penerapan Program APU, PPT, dan PPPSPM
pada Jaringan Kantor & Perusahaan Anak

#
Penerapan Program APU, PPT, & PPPSPM
Di Jaringan Kantor & Perusahaan Anak

Pasal 67 POJK 8/2023

• Konglomerasi Keuangan wajib • Seluruh jaringan kantor dan perusahaan anak di dalam dan luar
menerapkan program APU, PPT, dan negeri wajib mengimplementasikan kebijakan dan prosedur
PPPSPM ke seluruh jaringan kantor dan program APU, PPT, dan PPPSPM.
perusahaan anak, baik di dalam dan di
luar negeri, serta memantau pelaksanaan: • PJK yang menjadi perusahaan induk Konglomerasi Keuangan
a. Kebijakan dan prosedur pertukaran wajib bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
informasi untuk tujuan CDD dan Konglomerasi Keuangan telah menerapkan program APU, PPT,
manajemen risiko terhadap TPPU, dan PPPSPM ke seluruh jaringan kantor dan perusahaan anak di
TPPT, dan/atau PPPSPM; dan dalam dan di luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
b. Memiliki ketentuan yang memadai termasuk kewajiban seluruh PJK yang menjadi anggota
mengenai keamanan dan Konglomerasi Keuangan untuk melakukan penilaian risiko dan
kerahasiaan informasi yang melakukan mitigasi risiko yang memadai.
dipertukaran, termasuk mitigasi
untuk mencegah pelanggaran
ketentuan anti-tipping off.
12
Penerapan Program APU, PPT, & PPPSPM
Di Jaringan Kantor & Perusahaan Anak

Pasal 67 ayat (4) s.d. (7) POJK 8/2023

Dalam hal di negara tempat kedudukan kantor dan perusahaan anak di luar negeri memiliki peraturan APU, PPT, dan
PPPSPM yang lebih ketat dari POJK 8/2023, kantor dan perusahaan anak di luar negeri dimaksud wajib tunduk pada
ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas negara dimaksud

Dalam hal di negara tempat kedudukan kantor dan perusahaan anak belum mematuhi Rekomendasi FATF atau telah
mematuhi namun standar program APU, PPT, dan PPPSPM yang dimiliki lebih longgar dari yang diatur dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini, kantor dan perusahaan anak dimaksud wajib menerapkan program APU, PPT, dan PPPSPM
sebagaimana diatur dalam POJK 8/2023.

Dalam hal penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM sebagaimana diatur dalam POJK 8/2023 mengakibatkan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara tempat kedudukan kantor dan
perusahaan anak berada, pejabat kantor PJK di luar negeri tersebut wajib menginformasikan kepada kantor pusat PJK
atau perusahaan induk Konglomerasi Keuangan.

Kantor pusat PJK atau Konglomerasi Keuangan melalui perusahaan induk Konglomerasi Keuangan wajib menerapkan
tindakan tambahan yang memadai untuk mengelola risiko TPPU, TPPT, dan PPSPM serta menginformasikan kepada
Otoritas Jasa Keuangan

13
Tindak Lanjut
5 DTTOT dan PPPSPM
#
Tindak Lanjut
DTTOT & PPPSPM

Pasal 53 ayat (1) s.d. (6) POJK 8/2023


PJK wajib melakukan mitigasi risiko atas
4 kemungkinan terjadinya false positive atau false
negative

1 PJK wajib memelihara dan mengkinikan


DTTOT dan/atau DPPSPM
Dalam hal terdapat kesesuaian identitas dan
informasi lain terkait Nasabah atau Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) dengan identitas dan informasi

PJK dilarang menyediakan, memberikan,


5 lain yang tercantum dalam DTTOT dan/atau DPPSPM
PJK wajib melakukan Pemblokiran secara serta merta
tanpa penundaan dan tanpa pemberitahuan

2 atau meminjamkan dana kepada atau


untuk kepentingan orang atau Korporasi
yang identitasnya tercantum dalam
sebelumnya kepada Nasabah atau Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner)

DTTOT dan/atau DPPSPM

PJK wajib melakukan identifikasi dan


memastikan kesesuaian identitas dan
6 Dalam hal dilakukan pemblokiran, PJK wajib
melaporkannya sebagai LTKM

3 informasi lain mengenai Nasabah dengan


identitas dan informasi lain yang
tercantum dalam DTTOT dan/atau
DPPSPM
15
Tindak Lanjut
DTTOT & PPPSPM
Pasal 53 ayat (7) s.d. (10) POJK 8/2023
laporan Pemblokiran secara serta merta wajib

PJK yang melakukan Pemblokiran secara


10 ditembuskan kepada OJK melalui SIGAP

serta merta tanpa penundaan wajib


7 membuat berita acara Pemblokiran
secara serta merta tanpa penundaan dan
Dalam hal tidak ditemukan kesesuaian identitas
dan informasi lain terkait Nasabah dengan
identitas dan informasi lain yang tercantum
menyampaikan
dalam DTTOT dan/atau DPPSPM, PJK wajib
11 menyampaikan laporan nihil:
 Kepada PPATK utk DPPSPM
PJK yang melakukan Pemblokiran secara
8 serta merta tanpa penundaan, wajib
membuat berita acara
 Kepada Kepolisian utk DTTOT

menyampaikan laporan Pemblokiran


12 laporan nihil wajib ditembuskan kepada OJK
melalui SIGAP
secara serta merta dengan melampirkan

9 berita acara Pemblokiran secara serta


merta tanpa penundaan:
 Kepada PPATK utk DPPSPM
 Kepada Kepolisian utk DTTOT
16
Tindak Lanjut
DTTOT & PPPSPM

PJK wajib mengidentifikasi, menilai, memahami, dan memitigasi risiko


penghindaran sanksi (sanction evasion) terkait DTTOT dan/atau DPPSPM
yang dilakukan oleh Calon Nasabah, Nasabah, WIC, dan/atau Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner).

“Penghindaran sanksi (sanction evasion)” adalah upaya penghindaran sanksi


yang dilakukan pihak yang identitasnya tercantum dalam DTTOT dan/atau
DPPSPM yang melakukan hubungan usaha dan/atau transaksi keuangan
dengan atau atas nama pihak lain dengan tujuan untuk menghindari
terdeteksinya Transaksi Keuangan Mencurigakan.

Sebagai contoh, adanya Calon Nasabah, Nasabah, WIC, dan/atau Pemilik


Manfaat (Beneficial Owner) yang melakukan hubungan usaha dan/atau
transaksi melalui modus:
a. dilakukan untuk kepentingan dan/atau atas arahan, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dari pihak yang tercantum identitasnya dalam
DTTOT dan/atau DPPSPM;
b. dikendalikan oleh pihak yang tercantum identitasnya dalam DTTOT
dan/atau DPPSPM; dan/atau Pasal 53 ayat (11) POJK 8/2023
c. dilakukan untuk membantu pihak yang tercantum identitasnya dalam
DTTOT dan/atau DPPSPM dalam rangka penghindaran sanksi.

17
6 Kewajiban Pelaporan

#
Kewajiban Pelaporan
Kepada OJK
Pasal 74 ayat (1) POJK 8/2023
PJK wajib menyampaikan laporan kepada OJK melalui sistem elektronik mengenai:

Dokumen penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM yang telah Laporan realisasi pengkinian disampaikan setiap tahun paling lama
disusun secara individual untuk pertama kali paling lama 12 bulan akhir bulan Januari setelah periode pengkinian data berakhir.
sejak pemberlakuan POJK 8/2023;

Tembuan laporan pemblokiran secara serta merta dengan


Pengkinian atas dokumen penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau
melampirkan berita acara Pemblokiran secara serta merta paling
PPSPM yang telah disusun secara individual disampaikan setiap
lama 3 hari kerja sejak PJK menerima DTTOT dan DPPSPM; dan
tahun paling lambat akhir bulan juli;

Kebijakan dan prosedur penerapan program APU, PPT, dan Tembusan laporan nihil paling lama 3 hari kerja sejak PJK
PPPSPM paling lama 6 bulan sejak diberlakukannya POJK ini. menerima DTTOT dan DPPSPM

Laporan rencana pengkinian disampaikan setiap tahun paling lama


akhir bulan Desember sebelum periode pengkinian data;

19
Kewajiban Pelaporan
Kepada OJK
Pasal 74 ayat (2) s.d. (5) POJK 8/2023

1 Penyampaian laporan wajib disampaikan kepada kepala satuan kerja


pengawasan melalui sistem elektronik yang diselenggarakan oleh OJK

2 Dalam hal sistem elektronik belum tersedia atau mengalami gangguan, PJK
wajib menyampaikan dokumen secara fisik atau melalui surat elektronik ke OJK
yang ditujukan kepada kepala satuan kerja pengawasan

3 Dalam hal tanggal pelaporan atuh pada hari libur, penyampaian laporan
dilakukan pada hari kerja berikutnya

4 Dalam hal terdapat perubahan atas kebijakan dan prosedur, dan/atau laporan
rencana pengkinian data, yang telah disampaikan, PJK wajib menyampaikan
perubahan tersebut paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak perubahan dilakukan

20
Penyampaian Data, Informasi
dan/atau Dokumen kepada OJK

PJK wajib menyampaikan data, informasi dan/atau dokumen


kepada OJK, berdasarkan:

1 Permintaan OJK

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan/atau


2 ketentuan mengenai pelaporan melalui sistem
pelaporan Otoritas Jasa Keuangan

Pasal 75 POJK 8/2023

21
Kewajiban Pelaporan
Kepada PPATK

Pasal 76 POJK 8/2023


PJK wajib menyampaikan LTKM, LTKT,
dan Laporan lain, termasuk
1 penyampaian laporan koreksi atas
semua laporan tersebut

Kewajiban PJK untuk melaporkan TKM


termasuk transaksi dan/atau percobaan
transaksi yang diduga terkait dengan TPPT 2
dan/atau PPSPM.

3 Penyampaian laporan berpedoman pada


ketentuan yang ditetapkan oleh PPATK

22
Pelaporan
Lainnya
Pasal 77 POJK 8/2023

PJK wajib menyampaikan laporan Pemblokiran secara serta merta yang dilampiri
dengan berita acara Pemblokiran secara serta merta terkait dengan DTTOT kepada
Laporan Pemblokiran DTTOT
Kepolisian Negara Republik Indonesia paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak PJK
menerima DTTOT

PJK wajib menyampaikan laporan Pemblokiran secara serta merta yang dilampiri
Laporan Pemblokiran DPPSPM dengan berita acara Pemblokiran secara serta merta terkait dengan DPPSPM
kepada PPATK paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak PJK menerima DPPSPM

PJK wajib menyampaikan laporan nihil terkait DTTOT DTTOT kepada Kepolisian
Negara Republik Indonesia paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak PJK menerima
Laporan Nihil DTTOT
DTTOT

PJK wajib menyampaikan laporan nihil terkait DPPSPM kepada PPATK paling lama
Laporan Nihil DPPSPM 3 (tiga) hari kerja sejak PJK menerima DPPSPM

23
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai