Anda di halaman 1dari 3

A.

Kelebihan Penyelesaian Sengketa Secara Arbitrase


1. Pemeriksaan dilakukan secara tertutup (pasal 27 Undang-Undang No.30/1999)
Pemeriksaan pekara dalam arbitrase dilakukan secara tertutup, hal tersebut tentunya
berbeda dengan pengadilan umum yang mana pemeriksaan perkaranya dilakukan secara
terbuka. Bagi sebagian orang, tentu saja pemeriksaan sengketa secara tertutup dinilai
menguntungkan karena menjaga kerahasiaan dan privasi dari pihak-pihak yang
bersengketa. Misalnya pada perusahaan tertentu, sengketa yang diselesaikan secara
arbitrase tidak akan mengganggu citra perusahaan di mata konsumen.
2. Para pihak dapat menentukan hukum acara arbitrase yang digunakan dalam pemeriksaan
sengketa dengan bebas sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan. (pasal 31) Dalam hal ini, terdapat kebebasan memilih hukum acara yang
digunakan di dalam proses pemeriksaan perkara. Para pihak dapat lebih mudah memilih
hukum acara yang sekiranya dapat menyelesaikan sengketa mereka.
3. Waktu penyelesaian sengketa relatif cepat (maksimal 180 hari). Salah satu kelebihan
penyelesaian sengketa secara arbitrase yang paling menonjol adalah jangka waktu yang
cepat. Hal tersebut menjadi penting mengingat perkembangan kehidupan masyarakan
pada masa sekarang ini sudah sedemikian dinamis, penyelesaian sengketa secara arbitrase
tergolong cepat, dibandingkan melalui pengadilan umum. Hal tersebut juga dikarenakan
dalam arbitrase tidak mengenal istilah banding ataupun kasasi. Sehingga putusan yang
dikeluarkan mengikat dan final.
4. Keputusan bersifat final dan mengikat.
5. Para pihak (dengan persetujuan arbiter) dapat menentukan tempat penyelesaian sengketa.
Ketentuan ini lebih memudahkan para pihak dalam memilih tempat yang dirasa nyaman
dan tempat yang mudah dijangkau oleh para pihak.
6. Para pihak dapat menunjuk arbiter. Tidak seperti di pengadilan umum (dimana hakim
yang menangani perkara ditentukan oleh kepala pengadilan), dalam penyelesaian
sengketa secara arbitrase, para pihak dapat bebas (tentunya sesuai syarat arbiter) untuk
memilih arbiter. Keuntungannya, para pihak dapat memilih orang yang mereka percaya
mampu untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi. Kemudian salah satu keuntungan
dalam hal ini adalah para arbiter biasanya adalah seorang yang sangat ahli di bidangnya,
mengerti hal-hal teknis mengenai pokok sengketa, sehingga diharapkan dapat menilai
perkara dengan lebih objektif.
Pada intinya penyelesaian sengketa secara arbitrase mematahkan anggapan sebagian
orang yang menganggap penyelesaian sengketa secara hukum memakan waktu yang
lama dan merepotkan. Penyelesaian sengketa secara arbitrase berlangsung cepat dan
lebih fleksibel dalam prosesnya. Para pihak dapat menentukan sendiri hukum acara,
tempat, bahkan arbiter yang akan memeriksa perkara mereka.

B. Kekurangan Penyelesaian Sengketa Secara Arbitrase


1. Biaya lebih mahal. Contoh biaya perkara di BANI:
https://www.baniarbitration.org/ina/costs.php
2. Keputusan bersifat final dan mengikat. Dalam hal ini memang keputusan yang tidak
dapat diajukan proses banding dapat saja bermakna positif juga (proses menjadi lebih
cepat). Namun di sisi yang lain dapat menjadi kekurangan. Pertama, dalam pengambilan
keputusan, tidak ada bahan pertimbangan yang diambil berdasarkan putusan sebelumnya.
Kedua, konsekuensi bisa sangat merugikan pihak yang kalah mengingat tidak terdapat
upaya hukum banding. Sehingga para pihak seharusnya sudah mengantisipasi
konsekuensi atas kemungkinan keputusan terburuk.
3. Lembaga arbitrase tidak memiliki kekuatan eksekutorial. Karena keputusan arbitrase
harus diserahkan ke pengadilan negeri agar dapat dieksekusi. Secara tidak langsung daya
paksa dari penyelesaian sengketa secara arbitrase dianggap relatif lemah kendati terdapat
ketentuan hukum yang mengatur.
4. Masalah pada subjeknya. Kelemahan dari segi ini memang bukan terdapat pada aturan
hukum maupun sistemnya, melainkan terdapat pada masyarakat itu sendiri. Bahwa
pemahaman masyarakat terhadap penyelesaian sengketa secara arbitrase memang saat ini
masih kurang serta belum dikenal luas. Kemudian rendahnya tingkat kepercayaan
masyarakat tentang penyelesaian sengketa secara arbitrase, hingga rendahnya kepatuhan
serta etika bisnis yang kurang oleh sebagian orang/badan hukum tertentu menjadi
kelemahan tersendiri penyelesaian sengketa secara arbitrase.

C. Kelebihan Dan Kelemahan Arbitrase


Pada umumnya lembaga arbitrase mempunyai kelebihan dibandingkan dengan lembaga
peradilan umum, yaitu sebagai berikut.

1. Sidang arbitrase adalah tertutup untuk umum, sehingga kerahasiaan sengketa para pihak
terjamin.
2. Kelambatan yang diakibatkan oleh hal prosedural dan administratif dapat dihindari.
3. Para pihak yang bersengketa dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya
mempunyai pengalaman, pengetahuan, jujur dan adil, serta latar belakang yang cukup
mengenai masalah yang disengketakan.
4. Sikap arbiter atau majelis arbiter dalam menangani perkara arbitrase didasarkan pada
sikap yang mengusahakan win-win solution terhadap para pihak yang bersengketa.
5. Pilihan umum untuk menyelesaikan sengketa serta proses dan tempat penyelenggaraan
arbitrase dapat ditentukan oleh para pihak.
6. Putusan arbitrase mengikat para pihak (final and binding) dan dengan melalui tata cara
(prosedur) sederhana ataupun langsung dapat dilaksanakan.
7. Suatu perjanjian arbitrase (klausul arbitrase) tidak menjadi batal karena berakhir atau
batalnya perjanjian pokok.
8. Didalam proses arbitrase, arbiter atau majelis arbitrase harus mengutamakan perdamaian
diantara para pihak yang bersengketa.

Selain kelebihan-kelebihan tersebut diatas, terdapat juga kelemahankelemahan dari arbitrase,


yaitu sebagai berikut.

1. Putusan arbitrase ditentukan oleh kemampuan teknis arbiter untuk memberikan


keputusan yang memuaskan untuk melakukan rasa keadilan para pihak.
2. Apabila pihak yang kalah tidak mau melaksanakan putusan arbitrase, maka diperlukan
perintah dari pengadilan untuk melakukan eksekusi atas putusan arbitrase tersebut.
3. Pada praktiknya pengakuan dan pelaksanaan keputusan arbitrase asing masih menjadi hal
yang sulit.
4. Pada umumnya pihak-pihak yang bersengketa di arbitrase adalah perusahaan-perusahaan
besar, oleh karena itu untuk mempertemukan kehendak para pihak yang bersengketa dan
membawanya ke badan arbitrase tidaklah mudah.

Hal 116, ARBITRASE MERUPAKAN UPAYA HUKUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG
INTERNASIOANAL Oleh : Grace Henni Tampongangoy

Anda mungkin juga menyukai