Anda di halaman 1dari 15

Arbitrase

LISA RIZKA AMELIA


1710923056
ARBITRASE

Merupakan sebuah upaya agar perselisihan


tidak dibawa ke meja hijau atau pengadilan
Apakah arbitrase adalah metode
terbaik untuk menyelesaikan
perselisihan konstruksi?
 Jawabannya pasti "mungkin." Para pendukung arbitrase menyambutnya
dengan cepat dan ekonomis. Akan tetapi, pengalaman menunjukkan bahwa
hal ini tidak selalu benar, terutama dalam kasus yang lebih besar. Arbitrase
dapat menjadi sangat panjang, mahal, dan pada dasarnya dapat
menyebabkan hasil yang tidak konsisten. Satu kasus arbitrase di mana penulis
terlibat berlangsung selama lima tahun, sebagian besar karena penundaan
dengar pendapat dan sulitnya menjadwalkan tanggal dengar pendapat yang
dapat diterima bersama oleh para arbiter, pihak-pihak dalam arbitrase, dan
pengacara mereka, yang juga harus menjalin jadwal arbitrase mereka keluar-
masuk dari tanggal-tanggal yang sama menuntut pengadilan — banyak di
antaranya terjadi dalam waktu singkat, sehingga memaksa arbitrase dijadwal
ulang.
Menurut Black's Law Dictionary yang dikutip dalam 
jurnalhukum.blogspot.com, "Arbitration. an arrangement for
taking an abiding by the judgement of selected persons in some
disputed matter, instead of carrying it to establish tribunals of
justice, and is intended to avoid the formalities, the delay, the
expense and vexation of ordinary litigation". Menurut Pasal 1
angka 1 Undang Undang Nomor 30 tahun 1999 Arbitrase adalah
cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan
umum yang didasarkan pada Perjanjian Arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
Pada dasarnya arbitrase dapat berwujud dalam 2 (dua) bentuk, yaitu:
1. Klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat
para pihak sebelum timbul sengketa (Factum de compromitendo) atau
2. Suatu perjanjian Arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul
sengketa (Akta Kompromis).

Sebelum UU Arbitrase berlaku, ketentuan mengenai arbitrase diatur dalam pasal 


615 s/d 651 Reglemen Acara Perdata (Rv). Selain itu, pada penjelasan pasal 3
ayat(1) Undang-Undang No.14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan
Kehakiman menyebutkan bahwa penyelesaian perkara di luar Pengadilan atas
dasar perdamaian atau melalui wasit (arbitrase) tetap diperbolehkan.
Lembaga arbitrase masih memiliki ketergantungan pada pengadilan, misalnya
dalam hal pelaksanaan putusan arbitrase. Ada keharusan untuk mendaftarkan
putusan arbitrase di pengadilan negeri. Hal ini menunjukkan bahwa lembaga
arbitrase tidak mempunyai upaya pemaksa terhadap para pihak untuk menaati
putusannya.

Peranan pengadilan dalam penyelenggaraan arbitrase berdasar UU Arbitrase


antara lain mengenai penunjukkan arbiter atau majelis arbiter dalam hal para
pihak tidak ada kesepakatan (pasal 14 (3)) dan dalam hal pelaksanaan putusan
arbitrase nasional maupun nasional yang harus dilakukan melalui mekanisme
sistem peradilan yaitu pendafataran putusan tersebut dengan menyerahkan
salinan autentik putusan. Bagi arbitrase internasional mengambil tempat di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Pertimbangkan juga kasus di mana pemilik menuntut kontraktor umum
untuk menengahi klaim bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh salah satu
subkontraktornya rusak.

Jika subkontrak tidak menyediakan arbitrase, atau jika


kedua perjanjian arbitrase tidak menetapkan bahwa pihak ketiga yang memiliki
kepentingan dalam masalah yang akan diarbitrasikan dapat bergabung sebagai
pihak dalam arbitrase, kontraktor umum mungkin tidak dapat bergabung dengan
subkontraktor di arbitrase dengan pemilik atas pekerjaan subkontraktor.
Jika ini terjadi, arbiter dalam persidangan antara pemilik dan
kontraktor umum dapat menemukan bahwa pekerjaan subkontraktor
rusak. Keputusan ini tidak akan mengikat subkontraktor, namun, yang
mungkin meyakinkan majelis arbitrase yang berbeda bahwa dia tidak
bertanggung jawab atas cacat yang diklaim.

Kontraktor umum kemudian


akan bertanggung jawab kepada pemilik untuk biaya memperbaiki
pekerjaan yang cacat, meskipun tidak akan dapat memulihkan biaya-biaya
ini dari subkontraktor.
Hasil Cepat?

Masalah lain dengan arbitrase adalah bahwa persidangan biasanya tidak


diadakan sehari-hari. Ini karena arbiter memiliki urusan bisnis mereka
sendiri untuk dilakukan, dan jarang dapat menjadwalkan lebih dari dua
sidang pada hari-hari berturut-turut. Ini berarti bahwa arbitrase yang
melibatkan empat hari pemeriksaan dapat benar-benar memakan waktu dua
atau tiga bulan sebelum pemeriksaan selesai. Demikian pula, arbitrase besar
dan kompleks yang membutuhkan 30 hari pemeriksaan (bukan tidak biasa)
dapat memakan waktu tiga tahun untuk diselesaikan. Perlu dicatat juga,
bahwa dengan persidangan yang berjauhan, pengacara untuk para pihak
memiliki kesempatan untuk mempersiapkan lebih banyak, sehingga semakin
meningkatkan biaya arbitrase.
Arbiter sewenang-wenang

Arbiter biasanya tidak terikat oleh aturan hukum. Misalnya, sebagai pemilik,
Anda
mungkin bersikeras bahwa kontrak konstruksi Anda menyertakan klausul dengan
ketentuan bahwa kontraktor tidak berhak atas kerusakan apa pun atas
keterlambatan. Meskipun pengadilan telah memegang klausul yang dapat
diberlakukan dalam menghadapi penundaan yang direncanakan, tidak ada yang
mencegah arbiter mengabaikan klausul dan memberikan ganti rugi kepada
kontraktor atas keterlambatan tersebut.
Kelebihan arbitrase
 Kerahasiaan sengketa terjaga. Kerahasiaan merupakan suatu keunggulan yang
dapat diperoleh ketika menggunakan jalur di luar pengadilan. Hal ini
disebabkan oleh karena proses hingga putusan penyelesaian sengketa tidak
dipublikasikan kepada publik.  Keunggulan ini tentu akan berimplikasi kepada
hubungan antara para pihak yang bersengketa tetap baik, sehingga
kelangsungan pekerjaan tetap dapat dilanjutkan.

 Kedua, sengketa diputus oleh pihak penengah (mediator, konsiliator, arbiter)


yang mengerti bidang konstruksi. Hal ini dikarenakan para pihak yang
bersengketa dapat bebas memilih pihak penengah yang akan memutus atau
memberi anjuran terkait sengketa yang sedang terjadi. Artinya para pihak
dapat memilih pihak penengah yang memiliki pengetahuan konstruksi. Hal ini
tidak terlepas dari sifat sengketa konstruksi bersifat teknis, sehingga pihak
yang menjadi penengah dapat memutus atau memberi anjuran secara tepat.
Kelebihan arbitrase

 Ketiga, jangka waktu relatif singkat. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian


Sengketa memiliki keunggulan secara waktu dalam penyelesaian sengketa.
Artinya, penyelesaian sengketa dapat diselesaikan secara cepat daripada
penyelesaian melalui jalur pengadilan. Hal ini tentu akan berimplikasi
terhadap kepastian yang akan diterima para pihak yang bersengketa, seperti:
kepastian atas kelangsungan pekerjaan, pembayaran pekerjaan. Kondisi
sesuai dengan kebutuhan dari para pihak dimana sengketa dapat terselesaikan
dengan tidak mengancam keberlangsungan pekerjaan dan hubungan baik
diantara para pihak.
Kelemahan arbitrase

 Keterlambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif


dapat dihindari
 Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk penyelesaian masalahnya;
para pihak dapat memilih tempat penyelenggaraan arbitrase
 Putusan arbitrase merupakan suatu putusan yang mengikat para pihak melalui
prosedurr sederhana ataupun dapat langsung dilaksanakan
Kelemahan arbitrase
 Honorarium arbiter, panitera dan administrasi relative mahal, tolok ukur jumlah umumnya
ditentukan oleh nilai klaim (sengketa). Apabila biaya ditolak atau dibayar oleh salah satu pihak,
pihak yang lain wajib membayarnya lebih dulu agar sengketa diperiksa oleh arbitor
 Relative sulit untuk membentuk majelis arbitrase lembaga Arbitrase Ad hoc
 Tidak memiliki juru sita sendiri sehinggga menghambat penetapan prosedur dan mekanisme
apabila Arbitrase secara efektif
 Putusan arbitrase tidak memiliki daya paksa yang efektif dan sangat bergantung kepada
pengadilan jika putusan tidak dijalankan dengan sukarela
 Eksekusi putusan Arbitrase cenderung mudah untuk diintervansi pihak yang kalah melalui lembaga
peradilan (Bantahan, verzet) sehingga waktu realisasi pembayaran ganti rugi menjadi relative
bertambah lama
 Untuk mempertemukan kehendak para pihak yang bersengeta untuk membawanya ke badan
Arbitrase tidaklah mudah, kedua pihak harus sepakat.
 Tentang pengakuan dan pelaksanaan keputusan arbitrase asing, saat ini di banyak Negara masalah
pengakuan dan pelaksanaan keputusan arbitrase asing masih menjadi persoalan yang sulit.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai