Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGGUNAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS:


TINJAUAN TERHADAP EFEKTIVITAS DAN KEUNGGULAN

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Non-Litigasi

Disusun Oleh :
1. Dian Islamiati Haris : 211102030576
2. Meidah khumaeni : 211103011330
3. Muhammad Diaz Yudhistyan : 211103010595

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
kata pengantar
daftar isi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan mediasi dalam penyelesaian sengketa bisnis telah menjadi topik yang semakin

penting dalam praktik hukum. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa di mana pihak-

pihak yang bersengketa bekerja sama dengan seorang mediator untuk mencapai

kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak.

Salah satu keuntungan utama dari mediasi adalah bahwa proses ini biasanya lebih cepat dan

lebih murah daripada litigasi. Dalam litigasi, pihak-pihak yang bersengketa harus

menghadiri sidang-sidang pengadilan yang dapat memakan waktu dan biaya yang besar. Di

sisi lain, mediasi dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat dan dengan biaya yang

lebih rendah karena pihak-pihak dapat mengatur jadwal mediasi sesuai kebutuhan mereka.

Mediasi adalah salah satu mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan (out of court

settlement) melalui perundingan yang melibatkan pihak ketiga. Pihak ketiga ini biasa

disebut dengan mediator yang harus bersifat netral dan tidak memihak. Mediator bertugas

untuk membantu pihak yang bersengketa dalam mengidentifikasi isu-isu yang

dipersengketakan guna mencapai kesepakatan.

Namun, mediator tidak memiliki kewenangan untuk membuat keputusan atau memaksakan

sebuah penyelesaian. Ciri utama proses mediasi adalah perundingan yang esensinya sama

dengan proses musyawarah atau mufakat, maka tidak boleh adapaksaan untuk menerima

atau menolak sesuai gagasan atau penyelesaian selama mediasi berlangsung. Segala

sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak. Oleh karena itu, proses

penyelesaian melalui mediasi ini merupakan proses penyelesaian yang dapat mencapai win-
win solution, dimana pihak-pihak yang bersengketa sama-sama menang atau sama-sama

mendapatkan keuntungan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Mediasi, serta apa saja karakteristik dan prosedurnya?

2. Apa saja efektivitas dan keunggulan Mediasi dalam menyelesaikan sengketa bisnis?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan tujuan penulisan ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Mediasi, serta apa saja karakteristik

dan prosedurnya.

2. Untuk mengetahui efektivitas dan keunggulan Mediasi dalam menyelesaikan sengketa

bisnis.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mediasi, Karakteristik dan Prosedur Mediasi.

A. Pengertian Mediasi

Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para

pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau

memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses mediasi adalah perundingan yang

esensinya sama dengan proses musyawarah atau konsensus. Sesuai dengan hakikat

perundingan atau musyawarah atau konsensus, maka tidak boleh ada paksaan untuk

menerima atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi

berlangsung. Segala sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak.

Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No.

1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yang merupakan hasil revisi dari

Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2003 (PERMA No. 2 Th. 2003), dimana dalam

PERMA No. 2 Tahun 2003 masih terdapat banyak kelemahan-kelemahan Normatif yang

membuat PERMA tersebut tidak mencapai sasaran maksimal yang diinginkan, dan juga

berbagai masukan dari kalangan hakim tentang permasalahan permasalahan dalam PERMA

tersebut.

Latar Belakang mengapa Mahkamah Agung RI (MA-RI) mewajibkan para pihak menempuh

mediasi sebelum perkara diputus oleh hakim diuraikan dibawah ini. Kebijakan MA-RI

memberlakukan mediasi ke dalam proses perkara di Pengadilan didasari atas beberapa alasan

sebagai berikut :
1. Proses mediasi diharapkan dapat mengatasi masalah penumpukan perkara. Jika para

pihak dapat menyelesaikan sendiri sengketa tanpa harus diadili oleh hakim, jumlah

perkara yang harus diperiksa oleh hakim akan berkurang pula. Jika sengketa dapat

diselesaikan melalui perdamaian, para pihak tidak akan menempuh upaya hukum

kasasi karena perdamaian merupakan hasil dari kehendak bersama para pihak,

sehingga mereka tidak akan mengajukan upaya hukum. Sebaliknya, jika perkara

diputus oleh hakim, maka putusan merupakan hasil dari pandangan dan penilaian

hakim terhadap fakta dan kedudukan hukum para pihak. Pandangan dan penilaian

hakim belum tentu sejalan dengan pandangan para pihak, terutama pihak yang kalah,

sehingga pihak yang kalah selalu menempuh upaya hukum banding dan kasasi. Pada

akhirnya semua perkara bermuara ke Mahkamah Agung yang mengakibatkan

terjadinya penumpukan perkara.

2. Proses mediasi dipandang sebagai cara penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan

murah dibandingkan dengan proses litigasi. Di Indonesia memang belum ada

penelitian yang membuktikan asumsi bahwa mediasi merupakan proses yang cepat

dan murah dibandingkan proses litigasi. Akan tetapi, jika didasarkan pada logika

seperti yang telah diuraikan pada alasan pertama bahwa jika perkara diputus, pihak

yang kalah seringkali mengajukan upaya hukum, banding maupun kasasi, sehingga

membuat penyelesaian atas perkara yang bersangkutan dapat memakan waktu

bertahun-tahun, dari sejak pemeriksaan di Pengadilan tingkat pertama hingga

pemeriksaan tingkat kasasi Mahkamah Agung. Sebaliknya, jika perkara dapat

diselesaikan dengan perdamaian, maka para pihak dengan sendirinya dapat menerima

hasil akhir karena merupakan hasil kerja mereka yang mencerminkan kehendak

bersama para pihak. Selain logika seperti yang telah diuraikan sebelumnya, literatur

memang sering menyebutkan bahwa penggunaan mediasi atau bentuk-bentuk


penyelesaian yang termasuk ke dalam pengertian alternative dispute resolution (ADR)

merupakan proses penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah dibandingkan

proses litigasi.

3. Pemberlakuan mediasi diharapkan dapat memperluas akses bagi para pihak untuk

memperoleh rasa keadilan. Rasa keadilan tidak hanya dapat diperoleh melalui proses

litigasi, tetapi juga melalui proses musyawarah mufakat oleh para pihak. Dengan

diberlakukannya mediasi ke dalam sistem peradilan formal, masyarakat pencari

keadilan pada umumnya dan para pihak yang bersengketa pada khususnya dapat

terlebih dahulu mengupayakan penyelesaian atas sengketa mereka melalui pendekatan

musyawarah mufakat yang dibantu oleh seorang penengah yang disebut mediator.

Meskipun jika pada kenyataannya mereka telah menempuh proses musyawarah

mufakat sebelum salah satu pihak membawa sengketa ke Pengadilan, Mahkamah

Agung tetap menganggap perlu untuk mewajibkan para pihak menempuh upaya

perdamaian yang dibantu oleh mediator, tidak saja karena ketentuan hukum acara

yang berlaku, yaitu HIR dan Rbg, mewajibkan hakim untuk terlebih dahulu

mendamaikan para pihak sebelum proses memutus dimulai, tetapi juga karena

pandangan, bahwa penyelesaian yang lebih baik dan memuaskan adalah proses

penyelesaian yang memberikan peluang bagi para pihak untuk bersama-sama mencari

dan menemukan hasil akhir.

4. Institusionalisasi proses mediasi ke dalam sistem peradilan dapat memperkuat dan

memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam penyelesaian sengketa. Jika pada

masa-masa lalu fungsi lembaga pengadilan yang lebih menonjol adalah fungsi

memutus, dengan diberlakukannya PERMA tentang Mediasi diharapkan fungsi

mendamaikan atau memediasi dapat berjalan seiring dan seimbang dengan fungsi

memutus. PERMA tentang Mediasi diharapkan dapat mendorong perubahan cara


pandang para pelaku dalam proses peradilan perdata, yaitu hakim dan advokat, bahwa

lembaga pengadilan tidak hanya memutus, tetapi juga mendamaikan. PERMA tentang

Mediasi memberikan panduan untuk dicapainya perdamaian.

B. Karakteristik Mediasi

1. Interest accomodation / interest based-problem solving

Penyelesaian sengketa didasarkan pada terakomodasinya kepentingan-kepentingan

pihak yang bersengeketa. Mekanisme ini lebih mengutamakan persamaan daripada

perbedaan.

2. Voluntary and consensual

Penyelesaian sengketa dengan menempuh mekanisme mediasi bersifat suka rela dan

telah disepakati oleh pihak yang bersengketa.

3. Procedural flexibility

Prosedur yang ditempuh dalam proses untuk mencapai kesepakatan bersifat informal

dan luwes. Pada mekanisme mediasi, prosedurnya ditetapkan oleh pihak-pihak yang

bersengketa dengan dibantu oleh mediator.

4. Norm creating

Mediator dapat membangun norma-norma baru yang disepakati para pihak sebagai

acuan untuk menyelesaikan sengketa mereka.

5. Person-centered

Kemauan yang serius dan para pihak diperlukan guna mencapai kesepakatan.

Kesepakatan tidak akan tercapai apabila dalam diri masing-masing pihak masih ada

keengganan untuk melanjutkan kerjasama.

6. Relationship-oriented
Mekanisme mediasi dilaksanakan dalam hal para pihak yang bersengketa masih saling

menghargai atau setidaknya menilai bahwa hubungan bisnis atau kerjasma diantara

mereka masih berharga untuk dilanjutkan.

7. Future focus

Persoalan pada masa lalu yang menimbulkan konflik tidak diungkapkan lagi, tetapi

lebih diutamakan untuk mencapai kesepakatan agar dari kerja sama yang dilanjutkan

tersebut membawa keuntungan bagi mereka.

8. Private and confidential

Proses yang ditempuh dalam mekanisme mediasi bersifat tertutup atau rahasia untuk

umum atau pihak lain.

C. Prosedur Mediasi

Prosedur mediasi meliputi beberapa tahap, yaitu:

1. Pemilihan mediator: Para pihak wajib memilih mediator dari daftar mediator yang

disediakan.

2. Pertemuan mediasi: Para pihak wajib hadir secara langsung dalam pertemuan mediasi.

3. Penyelesaian mediasi: Berhasil atau tidaknya proses perundingan bisa kita lihat dari

hasil akhirnya.

4. Tahap diskusi: Pihak-pihak yang bersengketa melakukan diskusi dalam waktu yang

ditentukan.

5. Tahap penyelesaian mediasi: Setelah melalui fase diskusi, tahapan mediasi yang

selanjutnya adalah penyelesaian.

6. Tahap pra mediasi: Pada hari sidang pertama yang dihadiri kedua belah pihak, hakim

mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi.


7. Tahap proses mediasi: Dalam waktu paling lama 5 hari kerja setelah para pihak

menunjuk mediator yang disepakati atau setelah ditunjuk oleh Ketua masing-masing

pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada hakim mediator yang ditunjuk.

Proses mediasi berlangsung paling lama 30 hari kerja sejak mediator dipilih oleh para pihak

atau ditunjuk oleh majelis hakim. Mediator wajib mempersiapkan jadwal pertemuan mediasi

kepada para pihak untuk disepakati. Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan

"Kaukus".

Mediator berkewajiban menyatakan mediasi telah gagal jika salah satu pihak atau para pihak

atau kuasa hukumnya telah 2 kali tidak hadir.Jika mediasi menghasilkan kesepakatan

perdamaian, maka wajib dirumuskan secara tertulis dan ditandatangani oleh para pihak. Para

pihak wajib menghadap kembali kepada hakim pada hari sidang yang telah ditentukan untuk

memberi tahu kesepakatan. Para pihak dapat mengajukan kesepakatan perdamaian kepada

hakim untuk dikuatkan dalam bentuk "Akta Perdamaian". Apabila para pihak tidak

menghendaki kesepakatan perdamaian dikuatkan dalam bentuk Akta perdamaian, maka harus

memuat kesepakatan dalam bentuk surat.

Jika mediasi tidak menghasilkan kesepakatan, mediator wajib menyatakan secara tertulis

bahwa proses mediasi telah gagal dan memberitahukan kegagalan tersebut kepada hakim.

Pada tiap tahapan pemeriksaan perkara, hakim pemeriksa perkara tetap berwenang untuk

mengusahakan perdamaian hingga sebelum proses persidangan. Tempat penyelenggaraan

mediasi dilakukan di pengadilan dan tidak dikenakan biaya.


2.2 Efektivitas dan Keunggulan Mediasi dalam Menyelesaikan Sengketa Bisnis.

Sengketa bisnis adalah situasi yang tidak diinginkan oleh para pebisnis namun seringkali

tidak dapat dihindari dalam dunia perbisnisan. Sengketa bisnis merupakan perselisihan yang

terjadi antara pihak-pihak yang terlibat dalam berbagai macam kegiatan bisnis atau

perdagangan. Sengketa ini dapat muncul dari berbagai faktor, mulai dari perbedaan pendapat

dalam interpretasi kontrak hingga perselisihan dalam hal pembayaran atau pelaksanaan

kesepakatan. Penyelesaian sengketa bisnis yang efektif dan efisien menjadi kunci dalam

menjaga kelangsungan operasional perusahaan serta menjaga hubungan baik antara pihak-

pihak yang terlibat. Salah satu penyelesaian sengketa bisnis yang dinilai cukup efektif adalah

penyelesaian melalui mediasi, karena dengan mediasi sengketa bisnis dapat terselesaikan

dengan cara win-win solution, yang mana pihak yang bersengketa sama-sama mendapatkan

keuntungan.

Salah satu keuntungan utama dari mediasi adalah bahwa proses ini biasanya lebih cepat dan

lebih murah daripada litigasi. Dalam litigasi, pihak-pihak yang bersengketa harus menghadiri

sidang-sidang pengadilan yang dapat memakan waktu dan biaya yang besar. Di sisi lain,

mediasi dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat dan dengan biaya yang lebih

rendah karena pihak-pihak dapat mengatur jadwal mediasi sesuai kebutuhan mereka.

Selain itu, mediasi juga dikenal karena dapat menghasilkan solusi yang lebih berkelanjutan

daripada litigasi. Dalam mediasi, pihak-pihak yang bersengketa memiliki kendali yang lebih

besar atas hasil akhir, sehingga mereka lebih mungkin untuk merasa puas dengan

kesepakatan yang dicapai. Hal ini dapat mengurangi risiko konflik yang berkelanjutan di

masa depan. Namun, meskipun mediasi memiliki banyak keuntungan, ada juga beberapa

kelemahan yang perlu diperhatikan. Misalnya, mediasi membutuhkan kerjasama antara


pihak-pihak yang bersengketa, dan jika salah satu pihak tidak mau berpartisipasi dengan baik

dalam proses mediasi, maka mediasi mungkin tidak akan berhasil. Selain itu, meskipun

mediasi biasanya lebih cepat daripada litigasi, ada juga kemungkinan bahwa proses mediasi

dapat memakan waktu yang cukup lama, tergantung pada kompleksitas sengketa dan

kerjasama antara pihak-pihak yang bersengketa.

Mediasi memiliki beberapa keunggulan dan efektivitas dalam menyelesaikan sengketa bisnis,

antara lain:

1. Kecepatan: Mediasi cenderung lebih cepat daripada proses litigasi karena pihak-pihak

dapat mengatur jadwal mediasi sesuai kebutuhan mereka, tanpa harus menunggu

jadwal sidang pengadilan yang padat.

2. Biaya yang lebih rendah: Biaya mediasi umumnya lebih rendah daripada biaya litigasi

karena tidak melibatkan biaya pengacara yang tinggi, biaya persidangan, dan biaya

administrasi pengadilan lainnya.

3. Kepuasan yang lebih besar: Dalam mediasi, pihak-pihak yang bersengketa memiliki

kendali yang lebih besar atas hasil akhir, sehingga mereka lebih mungkin untuk

merasa puas dengan kesepakatan yang dicapai.

4. Kerahasiaan: Proses mediasi bersifat rahasia, yang berarti informasi yang dibagikan

selama mediasi tidak dapat digunakan dalam proses litigasi jika mediasi tidak

berhasil. Hal ini dapat membantu pihak-pihak yang bersengketa untuk lebih terbuka

dan berani dalam mencari solusi.

5. Pembentukan hubungan yang lebih baik: Mediasi dapat membantu pihak-pihak yang

bersengketa untuk memahami perspektif satu sama lain dan membangun hubungan

yang lebih baik di masa depan, yang mungkin tidak terjadi jika sengketa diselesaikan

melalui litigasi.
6. Solusi yang berkelanjutan: Karena pihak-pihak yang bersengketa memiliki kendali

yang lebih besar atas hasil akhir dalam mediasi, solusi yang dicapai cenderung lebih

berkelanjutan daripada keputusan yang dipaksakan oleh pengadilan.


DAFTAR PUSTAKA

Dwi Yunia Shandra Anggraeny. (23 Juni 2023). Penyelesaian Sengketa Bisnis melalui

Mediasi: Pendekatan Efektif untuk Mencapai Win-Win Solution.

https://www.umm.ac.id/id/arsip-koran/lima-detik/penyelesaian-sengketa-bisnis-

melalui-mediasi-pendekatan-efektif-untuk-mencapai-winwin-solution.html. diakses

pada tanggal 15 Maret 2024.

Pengertian dan Ruang Lingkup Mediasi. (15 Januari 2019). https://www.pa-

tanjungredeb.go.id/layanan-publik/mediasi/pengertian-mediasi. diakses pada tanggal

15 Maret 2024.

Anda mungkin juga menyukai