PENAL
Oleh:
A. Latar Belakang
menjunjung tinggi adanya supremasi hukum. Selain itu, juga menuntut adanya
terkait dengan korupsi dengan dikotomi sebagai kejahatan yang luar biasa
(extra ordinary crime) dan kejahatan kerah putih (white collar crime). Selain
itu korupsi telah menjadi trading influence karena dilakukan oleh mereka yang
pada tindak pidana korupsi, dan tidak terlepas dari upaya meningkatkan
tiga isu pokok, yaitu pencegahan, pemberantasan, dan pengembalian aset hasil
korupsi (aset recovery). Upaya pengembalian aset negara yang dicuri (stolen
aset recovery) melalui tindak pidana korupsi cenderung tidak mudah untuk
dilakukan. Para pelaku tindak pidana korupsi memiliki akses yang luar biasa
haven) hasil kejahatan tersebut dapat melampaui lintas batas wilayah negara di
pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi dari pelaku dan ahli warisnya
represif dan preventif. Aset atau harta kekayaan hasil tindak pidana korupsi
adalah aset atau harta kekayaan negara yang semestinya dipergunakan untuk
Indonesia secara adil dan merata di segala bidang. 1 Untuk itu perlu hukum
yang tegas yang mengatur pengembalian aset tindak pidana korupsi dari
1
Bambang Waluyo, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi: Strategi Dan Optimalisasi (Sinar
Grafika, 2022).
pelaku, keluarga dan ahli warisnya sebagai bagian yang ikut bersama-sama
kepada negara.
B. Rumusan Masalah
diangkat adalah urgensi kebijakan perampasan aset hasil tindak pidana korupsi
1. Apa yang menjadi dasar sistem hukum dalam pengembalian aset hasil
pidana korupsi?
C. Pembahasan
1. Sistem Hukum Dalam Pengembalian Aset Hasil Tindak Pidana
Korupsi
korupsi yaitu:
atas aset hasil dari tindak pidana korupsi dari pelaku tindak pidana
maupun perdata, aset hasil tindak pidana korupsi, baik yang ada di dalam
dan dikembalikan kepada negara korban dari hasil tindak pidana korupsi,
alat atau sarana untuk melakukan hasil tindak pidana lainnya dan
memberikan efek jera bagi pelaku dan/atau calon pelaku tindak pidana
korupsi.”3
adalah setiap harta kekayaan yang diperoleh, baik secara langsung maupun
2
M Arif Setiawan and M H SH, ‘Upaya Penegakan Hukum Pengembalian Kerugian Negara Oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi Akibat Tindak Pidana Korupsi’, 2020.
3
Ade Mahmud, Pengembalian Aset Tindak Pidana Korupsi: Pendekatan Hukum Progresif (Sinar
Grafika (Bumi Aksara), 2021).
tidak langsung dari tindak pidana, baik yang sebum maupun sesudah
disesuaikan dengan jenis tindak pidana yang terkait dengan harta kekayaan
yang akan dirampas, yaitu 1) Setiap harta kekayaan hasil tindak pidana
atau yang diperoleh dari hasil tindak pidana; 2) Harta kekayaan yang
kejahatan; 5) Segala sesuatu yang menjadi hak milik pelaku tindak pidana
hasil tindak pidana. Perampasan aset hasil tindak pidana korupsi dapat
bersalah maka barang yang didapatkan dari hasil tindak pidana korupsi,
oleh putusan pengadilan dapat ditetapkan agar dirampas oleh negara untuk
dimusnahkan dilakukan tindakan lain agar barang atau aset tersebut dapat
4
Muhammad Yusuf, Merampas Aset Koruptor (Solusi Pemberantasan Korupsi Di Indonesia)
(Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2013).
5
Latifah, M. (2016). Urgensi Pembentukan Undang-Undang Perampasan Aset Hasil Tindak
Pidana Di Indonesi (The Urgency Of Assets Recovery Act In Indonesia). Negara Hukum:
Membangun Hukum Untuk Keadilan Dan Kesejahteraan, Vol. 6, (No. 1).
Dengan demikian selama proses penegakan hukum atas sebuah
dengan ijin dari ketua pengadilan negeri setempat, namun dalam keadaan
6
Hasil tindak pidana atau proceeds of crime adalah harta kekayaan yang secara langsung maupun
tidak langsung diperoleh dari suatu tindak pidana (“Proceeds of crime” shall mean any property
derived from or obtained, directly or indirectly, through the commission of an offence). Sedangkan
pengertian harta kekayaan adalah semua benda bergerak atau benda tidak bergerak, baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud (“Property” shall mean assets of every kind, wheter
corporeal or incorporeal, movable or immovable, tangible or intangible, and legal documents or
instruments evidencing title to, or interest in, such assets). Lihat Article 2 Use of Term, United
Nations Convention Against Transnational Organized Crime 2000, hal. 2.
7
Instrumen tindak pidana atau instruments of crime adalah sarana yang digunakan untuk
melaksanakan atau sarana yang memungkinkan terlaksananya suatu tindak pidana
Upaya pengembalian aset negara yang dicuri (stolen aset recovery)
melampaui lintas wilayah negara di mana tindak pidana korupsi itu sendiri
(1) hambatan dalam penyidikan; (2) sistem hukum antar negara yang
berbeda; (3) tidak memadainya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
Indonesia; (4) tidak mudah melakukan kerja sama dengan negara lain baik
uang pengganti dan putusan yang keliru oleh hakim; serta (7)
Pidana Korupsi
8
Saldi Isra, Asset Recovery Tindak Pidana Korupsi Melalui Kerjasama Internasional
9
Penelitian KHN, Stolen Aset Recovery (STAR) initiatif, Tahun 2009. Basrief Arief, disampaikan
dalam diskusi ahli tentang Implementasi Stolen Asset Recovery (StAR) dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, yang diadakan oleh Komisi Hukum Nasional, Jakarta, 28 Januari 2008
Sistem peradilan pidana di Indonesia didasarkan pada peraturan
berwujud atau barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang
untuk barang yang telah disita dalam hal terdakwa meninggal dunia
sebelum adanya putusan dijatuhkan terhadapnya dengan didapatnya
pada Pasal 32, 33, 34 dan 38C, hakim atas tuntutan pihak penuntut
korupsi dapat dilakukan melalui jalur pidana dan jalur perdata. Proses
10
Lihat Pasal 32, 33, 34, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dan Pasal 38C Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi.
1) Pelacakan aset dengan tujuan untuk mengidentifikasi bukti
ayat (1) huruf (c) UNCAC, yang mewajibkan semua negara anggota
untuk mempertimbangkan perampasan hasil tindak kejahatan tanpa
melalui pemidanaan.
Korupsi
oleh tindak pidana korupsi, maka diperlukan suatu upaya-upaya yang luar
pidana. Mereka berbagi tujuan yang sama, yaitu perampasan oleh negara
merupakan efek jera terhadap siapa saja yang melanggar hukum. Tindakan
untuk tujuan kriminal lebih lanjut, dan juga berfungsi sebagai upaya
pencegahan (preventif).11
pidana Korupsi tidaklah cukup memadai, dalam hal ini berkenaan dengan
Ketentuan tersebut tidak mudah untuk diterapkan oleh hakim dan sering
mencukupi.
atau dibuat undang-undang yang terpisah. Selain itu, yurisdiksi juga perlu
dimasukkan dan sejauh mana pula mereka harus membuat prosedur baru.
secara khusus dan tindak pidana lainnya yang dapat merugikan kekayaan
11
Theodore S. Greenberg, Linda M. Samuel, Wingate Grand, and Larissa Gray, hlm.18.
negara maupun perekonomian negara pada umumnya. 36 konsep tersebut
adalah:12
defined);
4. Peraturan atas bukti dan prosedur yang berlaku harus diberikan secara
5. Aset yang berasal dari pelanggaran kriminal dalam lingkup yang luas
harus tunduk pada perampasan aset (In remAssets derived from the
forfeiture);
6. Kategori aset harus bersifat luas dan tunduk kepada hal perampasan
12
Theodore S. Greenberg, Linda M. Samuel, Wingate Grand, and Larissa Gray, Op.Cit, hlm. 29-
107
7. Definisi aset dalam lingkup perampasan harus diartikan luas untuk
forfeiture case);
or appeal of any order that could place forfeitable property beyond the
14. Konsep dasar seperti standar (beban) dari penggunaan bukti dan
proceedings);
19. Seorang jaksa atau lembaga pemerintah harus diberi wewenang untuk
a formal claim);
forfeiture proceedings);
properti telah ditransfer kepada orang dalam atau kepada siapa pun
conduct);
22. Sejauh mana penuntut untuk melakukan klaim aset yang akan
use those assets for purposes of contesting the forfeiture action or for
pernyataan yang benar telah diberikan dan aset tetap tidak dapat
proper notice has been given and the assets remain unclaimed);
to such procedure);
(Specify any remedies that are available to the claimant in the event
26. Putusan akhir dari perampasan aset In rem harus dinyatakan secara
writing);
28. Pertimbangkan tugas hakim dan jaksa dengan keahlian khusus atau
forfeitures);
mengakuisi aset secara cepat dan efisien (There should be a system for
agar efektif dan adanya batas campur tangan politik dalam kegiatan
activities);
to victims);
to cooperating jurisdictions).
korban adalah melalui bantuan hukum timbal balik. Ketika aset-aset hasil
aset. Hal ini sesuai dengan apa yang diatur dalam Pasal 46 United Nation
perampasan aset dari hasil tindak pidana korupsi ketika aset tersebut
yang ditulis oleh Dr. Ramelan, S.H., M.H., di antaranya sebagai berikut:13
tindak pidana (in rem) diberikan kepada penyidik atau penuntut umum.
13
Ramelan, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Perampasan Aset
Tindak Pidana, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2012), hlm. 170-174
penyidik atau penuntut umum dapat memerintahkan pemblokiran
secara jelas mengenai: (a) nama dan jabatan penyidik atau penuntut
umum; (b) bentuk, jenis, atau keterangan lain mengenai aset yang
mengajukan keberatan.
pidana.
pengadilan.
e. Dalam hal para pihak tidak ada di tempat tinggalnya atau di tempat
korporasi. Surat panggilan yang diterima oleh para pihak sendiri atau
oleh orang lain atau melalui orang lain, dilakukan dengan tanda
penerimaan.
sidang tidak boleh kurang dari 3 (tiga) hari kerja, kecuali dalam hal
sangat perlu dan mendesak untuk diperiksa dan hal tersebut dinyatakan
yang diduga merupakan hasil tindak pidana dan aset-aset lain yang patut
memakan proses yang sangat lama. Melalui RUU Perampasan Aset yang
pemerintah di antaranya terkait dengan isu hak atas harta kekayaan dan
kejahatan
D. Kesimpulan
jumlah aset yang telah dikorupsi. Permasalahannya adalah ketika aset tersebut
adanya kekuatan hukum nasional yang mengatur masalah tersebut Saat ini
dikenal beberapa bentuk kerja sama internasional dalam memberantas tindak
aset. Sejauh ini Mekanisme perampasan dan pengelolaan aset hasil tindak
pidana korupsi dapat dilakukan melalui 2 (dua) jalur yaitu secara pidana yaitu
melalui putusan pengadilan yang terdapat pada Pasal 18 ayat (1) UU Tipikor
kerugian negara akibat yang ditimbulkan pelaku dan melalui hukum perdata
yaitu melalui gugatan secara perdata (civil provedure) dengan mengacu pada
Pasal 32, 33, 34, 38c UU Tipikor yang pada intinya menyatakan bahwa
terpidana. Dalam penyitaan dan pengembalian aset saat ini butuh aturan yang
lebih efektif dalam penanganan kasus pengembalian dan perampasan aset hasil
terhadap RUU perampasan aset, sehingga terdapat mekanisme yang lebih jelas
Hasil tindak pidana atau proceeds of crime adalah harta kekayaan yang secara
pengertian harta kekayaan adalah semua benda bergerak atau benda tidak
evidencing title to, or interest in, such assets). Lihat Article 2 Use of Term,
United Nations Convention Against Transnational Organized Crime 2000,
hal. 2.
Internasional
Penelitian KHN, Stolen Aset Recovery (STAR) initiatif, Tahun 2009. Basrief
Lihat Pasal 32, 33, 34, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dan Pasal 38C
Based Asset Forfeiture, (Washington D.C.: The World Bank & UNODC,
2009.