Anda di halaman 1dari 5

1.

Jelaskan apa yang saudara ketahui tentang PPN , PPN Masukan dan
PPN Keluaran !

JAWABAN :
Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pungutan yang
dibebankan atas transaksi jual-beli barang dan jasa yang dilakukan oleh
wajib pajak pribadi atau wajib pajak badan yang telah menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP). Tarif PPN menurut ketentuan Undang-
Undang No.42 tahun 2009 pasal 7 : Tarif PPN (Pajak Pertambahan
Nilai) adalah 10% (sepuluh persen). Tarif PPN (Pajak Pertambahan
Nilai) sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas: Ekspor Barang Kena
Pajak Berwujud.
PPN masukan dan keluaran merupakan dua istilah yang dikenal
dalam jenis pajak PPN. Fungsinya untuk menghitung seberapa besar
PPN yang perlu wajib pajak setorkan ke pemerintah. PPN masukan
merupakan pajak yang dikenakan ketika Pengusaha Kena Pajak (PKP)
melakukan pembelian atas Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa
Kena Pajak (JKP).
Sedangkan PPN keluaran merupakan pajak yang dikenakan saat
PKP melakukan penjualan terhadap BKP/JKP. Secara sederhana
penghitungan PPN masukan dan keluaran itu ketika PKP
mengkreditkan/mengurangkan pajak masukan dalam satu masa pajak
dengan PPN keluaran dalam masa pajak yang sama. Jika dalam suatu
masa pajak PPN keluaran ternyata lebih besar, maka kelebihan pajak
keluaran tersebut harus disetorkan kepada negara. Namun, jika yang
kelebihan adalah PPN masukannya, maka PKP bisa mendapatkan
kompensasi di masa pajak selanjutnya atau PKP bisa mengajukan
restitusi pajak.

2. Berapakah Batas Omset yang dijadikan ambang batas pengukuhan


Pengusaha Kena Pajak ?
JAWABAN :

Batasan omzet pengusaha kecil yang wajib dikukuhkan sebagai


PKP senilai Rp4,8 miliar yang tercantum dalam PMK No.
197/PMK.03/2013 yang efektif sejak 1 Januari 2014. Sebelum peraturan
itu disahkan, PKP yang dikenakan senilai Rp600 juta.

3. Pembayaran Fee atas Jasa Dokter dikenakan Pajak apa ? dan bagaimana
mekanisme perhitungannya ?

JAWABAN :
Penghasilan yang diterima dokter tersebut merupakan objek pajak
penghasilan, maka seorang dokter wajib membayar atau melunasi pajak
penghasilan termasuk penghasilan yang diterima dari penghasilan lainnya.
Tarif PPh Pasal 21 khusus untuk dokter
Dalam menghitung pajak penghasilan, perlu diketahui tarif pajak
yang berlaku yang sesuai dengan ketentuannya. Ada beberapa tarif yang
digunakan untuk pemotongan PPh Pasal 21 khusus untuk dokter yaitu
sebagai berikut:
1. Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, bahwa tarif pajak yang diterapkan
atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
adalah sebagai berikut :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif


 Sampai dengan Rp 50.000.000 5%
 diatas Rp 50.000.000 s.d. Rp 250.000.000 15%
 diatas Rp 250.000.000 s.d. Rp 500.000.000 25%
 diatas Rp 500.000.000 30%

2. Tarif Pasal 4 PP No.80 Tahun 2010


Sesuai dengan Pasal 4 PP No. 80 Tahun 2010 tentang Tarif
Pemotongan dan Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan
yang Menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, bahwa Pajak Penghasilan Pasal
21 yang terutang berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama
apapun yang menjadi beban APBN atau APBD, dipotong oleh bendahara
pemerintah yang membayarkan honorarium atau imbalan lain tersebut.
Pajak Penghasilan pasal 21 yang dimaksud yaitu bersifat final dengan
tarif:
 Sebesar 0% (nol persen) dari jumlah bruto honorarium atau
imbalan lain bagi PNS Golongan I dan Golongan II, Anggota TNI
dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan
Pensiunannya;
 Sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto honorarium atau
imbalan lain bagi PNS Golongan III, Anggota TNI dan Anggota
POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan pensiunannya;
 Sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto honorarium
atau imbalan lain bagi pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota
TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat perwira Menengah
dan perwira Tinggi, dan Pensiunannya.

Penghitungan PPh 21 atas dokter (PNS) yang menerima


penghasilan berupa Honorarium, komisi atau fee, uang saku, uang
presentasi, uang rapat yang dananya berasal dari APBN/APBD

Contoh 1 :
Dokter Daniel (PNS Golongan IV) menerima honorarium yang
dananya dari APBN/APBD sebesar Rp9.500.000. Berapa PPh Pasal 21
yang terutang dan harus dipotong oleh pemberi kerja?

Jawab:

15% xRp9.500.000 = Rp1.425.000,-

Catatan:

Pada Kasus ini Pemotongan PPh Pasal 21 bersifat final, oleh


karena itu tidak diperhitungkan lagi dengan penghasilanlainnya, namun
tetap dilaporkan dalam SPT Tahunan OP dengan melampirkan bukti
potong PPh Pasal 21 tersebut.

Penghitungan PPh 21 atas dokter (Swasta) yang menerima


penghasilan berupa Honorarium, komisi atau fee, uang saku, uang
presentasi, uang rapat yang dananya berasal dari APBN/APBD

Contoh :

Dokter Sandi (Pegawai swasta) menerima uang komisi yang


berasal dari DEPKES sebesar Rp16.000.000,-. Berapa PPh Pasal 21 yang
terutang dan harus dipotong oleh pemberi kerja?

Jawab:

5% x (50% x Rp16.000.000,-) = Rp400.000,-

Catatan:

Pada kasus ini Dokter Sandi wajib menerima bukti potong PPh
Pasal 21 dari DEPKES dan wajib menghitung kembali penghasilan
tersebut dalam SPT Tahunan PPh-nya.
4. Berapakah PTKP orang pribadi tahun 2021 dengan status Menikah dan
memiliki/menanggung seorang anak dan adik sepupunya ?
JAWABAN :
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
101/PMK.010/2016, berikut tarif PTKP yang ditetapkan hingga saat ini:
 Besar PTKP wajib pajak orang pribadi sejumlah Rp54.000.000.
 Tambahan wajib pajak yang sudah menikah sebesar
Rp4.500.000.
 PTKP istri yang pendapatannya digabung dengan suami
sebanyak Rp54.000.000.
 Tambahan maksimal 3 orang untuk tanggungan keluarga sedarah
dalam satu garis keturunan, semenda, atau anak angkat, sejumlah
Rp4.500.000.
Contoh keluarga sedarah yang dimaksud dalam poin empat adalah orang
tua kandung, saudara kandung dan anak. Sementara yang dimaksud
keluarga semenda adalah mertua, anak tiri, dan ipar.

Anda mungkin juga menyukai