“Karena Korupsi sebagai penghalang utama dalam proses pemilu dan proses-
proses politik, maka harus segera diambil tindakan untuk menerapkan cara-cara
efektif yang mengatur sumbangan untuk politisi dan partai polotik dan segera
mencatanya secara pulbik dan menetapkan batas-batas pengeluargaan kampanye
dan mengaudinya secara ketatat serta melanjutkan progam Pendidikan
kewarganegaraan menjadi sangat penting”
“Dalam tinjauan IACC tentang Pembiayaan partai politik dan korupsi pemilu,
terlihat jelas bahwa partai politik tidak dapat diabaikan dalam reformasi
keuangan. Parta Politik harus terlibat dalam Upaya reformasi internal,
mempraktikan transparansi dan menunjukkan komitmen untuk standar etika.
IACC mengakui bahwa politisi menghadapi kesulitan yang kian bertambah dalam
1
https://iaccseries.org/about, konverensi IACC ke-8, diakses 10 November 2017 dalam Maria
Silvya E, Wangga , Pertanggungjawaban Pidana Partai Politik sebagai Badan Hukum dalam Tindak
Pidana Korupsi, Jurnal Intergritas KPK, Vol. 4 Nomor 2. Hal 260-261 pada tanggal 24 Maret 2024
2
https://iaccseries.org/about, konverensi IACC ke-11, diakses 10 November 2017 dalam Maria
Silvya E, Wangga , Pertanggungjawaban Pidana Partai Politik sebagai Badan Hukum dalam Tindak
Pidana Korupsi, Jurnal Intergritas KPK, Vol. 4 Nomor 2. Hal 261 pada tanggal 24 Maret 2024
1
membiayai kampanye dan bahwa Upaya reformasi tidak mungkin berhasil kalua
biaya pemilu dikurangi”
“1. Each State Party shall adopt such measures as may be necessary, consistent
with its legal principles, to establish the liability of legal persons for
participation in the offences established in accordance with this Convention.
2. Subject to the legal principles of the State Party, the liability of legal persons
may be criminal, civil or administrative.
3. Such liability shall be without prejudice to the criminal liability of the natural
persons who have committed the offences.
4. Each State Party shall, in particular, ensure that legal persons held liable in
accordance with this article are subject to effective, proportionate and
dissuasive criminal or non-criminal sanctions, including monetary sanctions”
Menanggapi adanya International Anti-Corruption Conference (IACC) dan
United Nations Convention Aginst Corruption yang telah diratifikasi di Indonesia.
Sebernarnya sebelum pembahasan tersebut Indonesia sudah melakukan
perumusan hukum dan sudah disahkan terkait pengaturan korupsi dalam Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak PIdana Korupsi
yang kemudian juga terjadi perbuahan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun
2001 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak pidana Korupsi, kemudian perumuhan
tindak pidana korupsi juga tertungan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2023
Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
2
Rumusan mengenai korporasi tersebut tertera didalam Pasal 1 Ayat (1) yang
menyebutkan “Kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baik
merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum”.
3
negara, badan usaha milik daerah, atau yang disamakan dengan itu, serta
perkumpulan baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum,
badan usaha yang berbentuk lirma, persekutuan komanditer, atau yang
disamakan dengan itu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.”
2. Perumusan Tindak Pidana Korupsi Oleh Partai Politik Yang Saat Ini
Digunakan
1) Dalam hal korupsi dilakukan untuk dan atas nama korporasi, maka
tuntutan dan penjatuhan pidana dilakukan terhadap korporasi dan/atau
pengurusnya;
2) Korupsi dilakukan oleh korporasi apabila korupsi tersebut dilakukan oleh
orang-orang yang baik atas hubungan kerja maupun hubungan lainnya,
bertindak dalam lingkungan korporasi baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama;
3) Tuntutan pidana terhadap korporasi diwakili oleh pengurusnya;
4) Pengurus yang mewakili korporasi dapat diwakili oleh orang lain;
5) Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap
sendiri ke pengadilan atau hakim memerintahkan agar pengurus yang
mewakili korporasi dihadapkan ke sidang pengadilan;
4
6) Penyerahan untuk surat panggilan menghadap bagi korporasi yang dituntut
pidana disampaikan ke pengurus di tempat tinggal pengurus atau kantor
pengurus; dan
7) Pidana pokok yang dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana denda
dengan ketentuan maksimum pidana ditambah sepertiga (1/3)
5
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit kategori II dan paling
banyak kategori VI.”
6
(5) Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap
sendiri ke pengadilan atau hakim memerintahkan agar pengurus yang
mewakili korporasi dihadapkan ke sidang pengadilan;
(6) Penyerahan untuk surat panggilan menghadap bagi korporasi yang dituntut
pidana disampaikan ke pengurus di tempat tinggal pengurus atau kantor
pengurus; dan
(7) Pidana pokok yang dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana denda
dengan ketentuan maksimum pidana ditambah sepertiga (1/3)
7
korporasi maupun berbadan hukum maupun tidak dapat dijerat dalam KUHP
baru ini.
4. Perumusan Sanksi Pidana Korupsi Dilakukan Partai Politik Yang Saat Ini
Digunakan
Rumusan tentang sanksi pidana terhadap korporasi yang melakukan tindak
pidana korupsi diatur didalam Pasal 20 angka (7) dan Pasal 18 Undang- undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jenis
pidana yang diterapkan adalah jenis pidana pokok dan jenis pidana tambahan.
Jika melihat rumusan Pasal 20 angka (7) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan
terhadap korporasi hanya pidana denda dengan ketentuan maksimum pidana
denda ditambah 1/3 (satu pertiga). Jika melihat dari sanksinya terhadap tindak
pidana korupsi hanyalah pidana denda ditambah 1/3 dan sampai saat ini
pengaturan lebih lanjut mengenai denda yang tidak dapat dibayar oleh
korporasi belum mengatur. Namun jika melihat rumusan didalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
merumuskan berbeda. Jika melihat dari sanksi yang tertera didalam Pasal 604
memberikan rumusan “dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit kategori II dan paling banyak kategori
VI.” Hal ini terdapat pidana penjara minimum dan maksimum serta terdapat
denda yang dikategorikan berdasarkan ketentuan yang tertera didalam Pasal 79
sebagai berikut :
(1) Pidana denda paling banyak ditetapkan berdasarkan:
a. kategori I, Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah);
b. kategori II, Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
c. kategori III, Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);
d. kategori IV, Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
e. kategori V, Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);
f. kategori VI, Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah);
g. kategori VII, Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah); dan
h. kategori VIII, Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).
8
(2) Dalam hal terjadi perubahan nilai uang, ketentuan besarnya pidana denda
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah