Anda di halaman 1dari 12

1.

Kompetisi Waktu

Salah satu komponen yang dapat menentukan sebuah perusahaan dapat bersaing
adalah waktu. Ada pepatah yang mengatakan “WAKTU ADALAH UANG”.
Pepatah ini masih sangat relevan dengan inti masalah logistik. Terdapat cara
pandang yang berbeda terkait masalah waktu, yaitu:

 Bagi pelanggan/konsumen, waktu merupakan salah satu bentuk layanan


yang dibutuhkan (dikehendaki dan diharapkan).
 Bagi perusahaan penjual/produsen, waktu merupakan biaya.

Waktu merupakan faktor kompetisi yang penting, yang merupakan bagian dari
layanan yang dirikan oleh sebuah perusahaan. Hal ini sesuai dengan tujuan akhir
dari SCM, yaitu:

 Harga
 Mutu
 Layanan

Terdapat beberapa pertimbangan mengapa waktu harus diperhitungkan dengan


baik, antara lain:

1.1. Siklus Hidup Produk Semakin Pendek

Merupakan pola penjualan barang dari sejak pertama kali diluncurkan sampai
mundur sama sekali. Banyak dikenal dengan sebutan Product Life Cycle yang
terdiri dari beberapa tahapan, antara lain:

a) Tahap pengenalan (introduction)


Tahap pengenalan adalah suatu periode pertumbuhan penjualan yang
lambat saat produk itu diperkenalkan di pasar. Ciri-ciri umum tahap ini
adalah penjualan yang masih rendah, volume pasar berkembang lambat
(karena tingginya market resistence), persaingan yang masih relatif kecil,
tingkat kegagalan relatif tinggi, masih banyak dilakukan modifikasi
produk dalam pengujian dan pengembangannya, biaya produksi dan
pemasaran sangat tinggi. Barang yang dijual umumnya barang yang betul-
betul baru atau model/bentuk baru dari suatu barang. Pada tahap ini
promosi yang dilakukan harus agresif dan menitik beratkan pada merek.
Promosi ini ditujukan kepada pembeli potensial agar sadar akan ciri-ciri,
penggunaan dan kelebihan dari produk. Kesulitan yang mungkin terjadi
pada tahap ini adalah hanya sedikit penjual yang memiliki daya dan
kemampuan untuk meluncurkan produk baru.harga awal produk juga
tinggi. Kesulitan-kesulitan ini membuat banyak produk gagal pada tahap
perkenalan.

b) Tahap pertumbuhan (growth)


Tahap pertumbuhan adalah suatu periode penerimaan pasar yang cepat dan
peningkatan laba yang besar. Pada tahap ini kurva penjualan dan kurva
laba semakin meningkat, meskipun begitu tahap ini merupakan tahap
kritis. Produk yang sudah dikenal pasar memancing pesaing untuk masuk
ke pasar sehingga persaingan semakin ketat. Perusahaan yang ingin
bertahan perlu memperkuat pasar dan mendorong terjadinya loyalitas
merek. Cara yang umum dilakukan adalah memperluas dan meningkatkan
distribusi.
Tahap pertumbuhan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
- Pertumbuhan Cepat (Rapid Growth), tahap ini melakukan beberapa
bentuk strategi antara lain meliputi penyempurnaan produk
(penambahan karakteristik atau sifat tertentu dan pembuatan model
baru), pengembangan segmen pasar baru, penambahan saluran
distribusi baru, dan pengurangan harga untuk merebut konsumen baru.
- Pertumbuhan Lambat (Slow Growth), pada tahap ini penjualan masih
meningkat, namun dengan pertumbuhan semakin menurun, sebagian
besar difokuskan untuk memperkuat dan mempertahankan posisi pasar
serta membangun kesetiaan konsumen dan penyalur.

c) Tahap kematangan (maturity)


Tahap kematangan adalah suatu periode penurunan dalam pertumbuhan
penjualan karena produk itu telah diterima oleh sebagian besar pembeli
potensial. Tahap ini ditandai dengan tercapainya titik tertinggi dalam
penjualan dan biasanya merupakan tahap terlama dalam product life cycle.
Pada tahap ini kurva penjualan mencapai puncaknya dan mulai menurun.
Tahap ini juga diartikan dengan persaingan yang ketat karena banyaknya
merek yang ada di pasar.

d) Tahap kejenuhan (saturation)


Pada tahap-tahap ini, kurve laba mulai menurun baik laba produsen
maupun laba pada pengecer. Persaingan harga menjadi sangat tajam dan
penjualan dengan tukar tambah sering pula terjadi. Pada tahap kedewasaan
penjualan masih bisa meningkat, sehingga usaha periklanan biasanya
mulai ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan. Pada tahap
kejenuhan, perusahaan sudah lebih banyak mempertimbangkan usaha
periklanan produk baru. Di sini, penggunaan penyalur yang baik juga
sangat menentukan.
e) Tahap penurunan (decline)
Tahap Penurunan adalah suatu periode saat penjualan menunjukkan arah
yang menurun dan laba yang menipis. Pada tahap ini penjualan perusahaan
semakin bergerak ke arah penurunan. Penurunan ini antara lain disebabkan
oleh perubahan selera pasar, adanya produk subtitusi dan perubahan
teknologi. Keadaan ini membuat terjadinya persaingan harga, kelebihan
kapasitas dan laba perusahaan menghilang.

Dari Gambar 1, terlihat bahwa waktu yang diperlukan untuk mengembangkan


model baru, memperkenalkan dan mengembangkan produk di pasaran menjadi
sangat singkat. Fast track system merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan dalam pengembangan produksi, proses manufaktur, dan logistik yang
merupakan strategi kunci dalam memenangkan kompetisi.
Ketika sebuah perusahaan terlambat untuk memasuki pasar (waktu yang
ditentukan dalam memperkenalkan/menjual sebuah produk tidak tepat), akan
mengakibatkan percepatan/semakin cepatnya tercipta persediaan yang tinggal
guna (obsolescent stock).

1.2. Dorongan Pelanggan Untuk Mengurangi Persediaan Barang

Salah satu gejala yang muncul saat ini adalah pengurangan persediaan (inventory)
yang dilakukan oleh berbagai perusahaan, baik bahan baku, bahan penolong,
bahan setengah jadi, maupun bahan jadi. Hal ini terjadi karena banyaknya kapital
(modal) yang terkunci (yang tidak bergerak) dalam persediaan tersebut. Hal
tersebut bertujuan untuk mengurangi biaya penyediaan (inventory carrying cost).
Jika waktu yang diperlukan dalam supply chain dapat dipercepat, maka biaya
dapat dikurangi.

1.3. Perubahan Pasar

Persoalan yang banyak dialami oleh perusahaan adalah ketidakakuratan dalam


peramalan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa hal, antara lain:

 Kondisi pasar yang selalu berubah-ubah,


 Metode yang kurang akurat, dan
 Lead time yang semakin besar.

Maka cara mengatasinya adalah dengan memperpendek/mempersingkat lead time

2. Konsep Lead Time

Secara umum lead time adalah waktu yang diperlukan dari proses awal
pemesanan sampai barang diterima oleh pemesan. Atau dengan sederhana dapat
dikatakan sebagi waktu tunggu. Dalam Manajemen Rantai Pasokan, lead time
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi pelanggan/konsumen dan dari sisi
supplier, yaitu:

a) Sisi Pelanggan.

Lead time merupakan rentang waktu yang dibutuhkan dari saat memesan produk
sampai produk tersebut diterima. Dikenal dengan istilah the order to delivery
cycle.

b) Sisi Supplier

Lead time merupakan rentang waktu yang dibutuhkan untuk mengubah produk
dari penerimaan pesanan sampai menerima uang tunai (pembayaran). Dikenal
dengan istilah the cash to cash cycle.

2.1. The Order To Delivery Cycle

Pertanyaan mendasar yang sering diperdebatkan adalah mana yang paling penting
antara panjang pendeknya lead time dengan konsistensi dan keandalan lead time.
Banyak yang mengatakan bahwa konsistensi dan keandalan sering lebih penting
dari pada panjang pendeknya lead time. Tetapi panjang pendek lead time tetap
penting terutama jika konsumen sangat mementingkan lead time tersebut.

Komponen yang termasuk dalam kegiatan ini, antara lain:

 Proses pemesanan dari pelanggan.


 Proses pencatatan pesanan.
 Proses pemesanan.
 Proses pengangkutan.
 Pesanan diterima pelanggan.
 Proses pembuatan atau penyiapan barang.

Kebutuhan waktu untuk setiap proses disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

 Fluktuasi jumlah pesanan


 Proses yang tidak efisien
 Hambatan yang dialami dan lainnya

2.2. The Cash To Cash Cycle.

Sebuah perusahaan sangat berkepentingan untuk dapat dengan segera


mengkonversikan suatu pesanan menjadi uang. Pada hakekatnya tidak hanya lead
time dari proses pemesanan hingga proses penerimaan uang, tetapi sejak proses
pembelian bahan baku sampai menjadi uang hasil penjualan, yang melalui suatu
proses panjang yang disebut dengan Pipeline Process. Proses dalam ketegori ini
meliputi:

 Pembelian bahan baku.


 Penyimpanan bahan baku.
 Produksi bahan setengah jadi.
 Penyimpanan barang setengah jadi.
 Produksi barang jadi.
 Penyimpanan barang jadi.
 In transit.
 Penyimpanan induk distribusi.
 Order to delivery cycle (proses sampai penerimaan uang).

Karena proses yang panjang tersebutlah maka tugas manajemen rantai pasokan
adalah untuk mengendalikan semua lead time yang terjadi.
3. Manajemen Pipeline Logistik

Kunci keberhasilan dalam mengendalikan lead time logistik adalah dengan


manajemen pipeline, yang merupakan suatu proses dimana lead time pembuatan
barang (manufacturing lead time) dihubungkan dengan lead time pengadaan
barang (procurement lead time) hingga sedemikian rupa untuk memenuhi
permintaan pasar.

Tujuan dari manajemen pipeline antara lain:

 Biaya yang lebih rendah.


 Mutu yang lebih tinggi.
 Lebih fleksibel.
 Waktu tanggapan yang lebih cepat.

Sering kali dalam sebuah rangkaian supply chain ditemui banyak kegiatan yang
justru menimbulkan biaya tambahan (added cost) dari pada menciptakan nilai
tambah (added value). Misalnya:

 Pengangkutan barang dari truk ke gudang.


 Memindahkan barang dari tempat penerimaan ke rak gudang.
 Menyimpan di gudang.
 Mengeluarkan barang dari gudang.

Adapun kegiatan yang dapat memberikan nilai tambah adalah segala kegiatan
yang menyebabkan barang yang bersangkutan mudah terjual. Banyak perusahaan
yang menemukan bahwa hanya 10% dari kegiatannya yang dapat menimbulkan
nilai tambah, sedangkan 90% lainnya merupakan kegiatan yang menambah biaya.
Tugas manajemen pipeline adalah memperbaiki perbandingan antara value added
activities dengan non-value added activities yang sangat timpang.

4. Lead Time Pemesanan Barang


Lead time dalam pemesanan barang merupakan rentang waktu yang diperlukan
untuk memesan barang, yaitu sejak menerima pesanan untuk membeli sampai
barang sampai di gudang pembeli. Komponen lead time, antara lain:

 Waktu yang diperlukan untuk mencari sumber pembelian.


 Waktu untuk meminta penawaran harga.
 Waktu untuk mengevaluasi penawaran.
 Waktu untuk negosiasi harga.
 Waktu untuk pembuatan kontrak pembelian/surat pesanan.
 Waktu untuk pembuatan letter of credit (LC).
 Waktu yang diperlukan supplier untuk membuat atau menyiapkan barang.
 Waktu pengepakan untuk pengiriman.
 Waktu pengiriman barang dari gudang supplier ke terminal/pelabuhan
pengiriman.
 Waktu pengiriman barang dari terminal/pelabuhan pengirim ke pelabuhan
penerima.
 Waktu pembongkaran barang di terminal/pelabuhan penerima.
 Waktu pengiriman barang dari pelabuhan penerima ke gudang pembeli.
 Waktu pembongkaran peti di gudang pembeli.
 Waktu penerimaan dan penghitungan barang digudang pembeli.
Cara mengelola lead time dapat dilakukan dengan cara membagi elemen lead
time tersebut dengan menjadi elemen yang memberikan added value dan elemen
yang tidak memberikan added value namun memberikan added cost semata dan
mengurangi waktu yang digunakan untuk elemen yang tidak memberikan added
value.
a) Elemen yang memberikan cukup nilai tambah, contohnya:
 Waktu untuk negosiasi.
 Negosiasi tarif angkutan.
 Waktu untuk membuat barang.
 Waktu pengangkutan dari gudang ke pelabuhan muat.
 Waktu pengapalan ke pelabuhan tujuan.
 Pengangkutan dari pelabuhan tujuan ke gudang.

b) Elemen yang kurang memberikan nilai tambah, conthohnya:


 Waktu menganalisis penawaran.
 Penyiapan kontrak.
 Pengepakan.
 Waktu muat barang.
 Mencari perusahaan pengangkut.
 Waktu pembongkaran barang saat di pelabuhan.
 Waktu pembongkaran peti di gudang.
 Waktu penghitungan barang.
 Pembukaan letter of credit untuk barang import.

c) Elemen yang tidak memberikan nilai tambah, contohnya:


 Waktu mencari sumber pembelian.
 Waktu mencari alat pengangkutan.
 Waktu menunggu di gudang ekspedisi.
 Waktu menunggu di gudang palabuhan.
 Waktu menunggu pengiriman ke gudang penerima.

Untuk mengoptimalkan lead time dalam skala lead time pemesanan barang ini,
mungkin perlu dimodifikasi, sehingga prinsip yang digunakan lebih efektif
(berhasil guna). Terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan, antara lain:

1) Mengurangi waktu yang digunakan dari setiap elemen, terutama yang


tidak menghasilkan nilai tambah, melalui kegiatan antara lain:
 Supplier partnership, yang dapat mengurangi waktu pencarian sumber
pembelian, negosiasi harga, pembuatan kontrak pembelian, pembukaan
letter of credit (LC), pembuatan/penyiapan barang.
- Kontrak pembelian jangka panjang.
- Kontrak jangka panjang dengan ekspedisi.
- Komunikasi yang intens dengan supplier dan ekspedisi.
2) Mengubah cara kegiatan yang awalnya berurutan menjadi kegiatan
simultan, seperti:
 Perjanjian dengan supplier, sehingga dapat bekerja sama tanpa LC, tanpa
penandatangan kontrak pembelian tetapi cukup confirmed atau
 Persiapan dan penyelesaian dokumen bea masuk dilakukan selama
pengapalan barang, sehingga tidak memerlukan waktu ekstra. (just in time
customs clearance).
 Mengurangi/menghilangkan waktu penyimpanan digudang pelabuhan.

5. Kesenjangan Lead Time Dengan Tujuan Utama SCM


Masalah besar yang dihadapi oleh setiap perusahaan terkait dengan supply chain
management (SCM) adalah waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan barang.
Selain itu Membuat barang jadi dan siap dijual ke pelanggan selalu lebih lama
daripada kesediaan pelanggan untuk menunggu. Sehingga masalah utama yang
terjadai adalah tersedianya barang saat diperlukan dan kesediaan pelanggan untuk
menunggu jika terpaksa. Kesenjangan tersebut terjad karena untuk mengendalikan
lead time pengadaan barang banyak dibatasi oleh:

 Keterbatasan sumber yang andal


 Keterbatasan peraturan
 Deviasi lead time yang besar
 Deviasi permintaan yang besar
 Forecast yang kurang akurat
 Budaya perusahaan

Adapun yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan pelayanan


kepada pelanggan, antara lain melalui:

 Menggunakan persediaan pengaman (safety stock).


 Melakukan stock replenisment secara tepat waktu.
 Melakukan forecasting dengan lebih baik.
 Menentukan service level secara sadar dan terencana.
 Menerapkan strategi pembelian yang menunjang.

Saat ini berkembang paradigma baru yang beredar di pasar yaitu tidak hanya price
sensitive tetapi juga time sensitive. Sehingga pengurangan waktu yang terjadi di
pipeline logistik dapat mempercepat proses diseluruh supply chain dan untuk
menekan biaya. Sehingga setiap perusahaan harus melakukan pengurangan lead
time untuk non value adding activities, khususnya waktu penyimpanan barang.
Agar hal tersebut dapat terpenuhi, maka perlu di lakukan pengelolaan inventory
control yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

 https://accurate.id/marketing-manajemen/apa-itu-lead-time/ (Diakses pada


tanggal 26 september 2021, pukul 10.45 WITA)
 https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/3_Edi_SCM_Manajemen_Strategis
_Lead_Time.pdf (Diakses pada tanggal 26 september 2021, pukul 11.15
WITA)
 https://www.kajianpustaka.com/2020/03/product-life-cycle-pengertian-
tahapan-karakteristik-dan-strategi.html (Diakses pada tanggal 26
september 2021, pukul 11.45 WITA)
 I Nyoman Pujawan ER (2010), “Supply Chain Management”, Guna
Widya, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai