PENDAHULUAN
Meskipun termasuk Negara dengan tingkat korupsi yang rendah seperti yang
kita ketahui, Singapura tetap memiliki sebuah badan pemberantasan korupsi seperti
yang telah dideskripsikan di atas yang disingkat dengan CPIB, sebagai pebandingan
dengan yang terjadi di Negara Indonesia penting bagi kita untuk mengetahui
bagaimana penanganan tindakan korupsi yang ada di Negara Singapura. Oleh
karena itu penulis akan mencoba mengupas bagaimana peran dan fungsi lembaga
pemberantasan korupsi di Negara Singapura dan tinjauan tentang instrument hukum
atau Undang-Undang yang pakai dalam rangka pemberantasan korupsi di Singapura
serta apa saja faktor yang mempengaruhi keefektifan kinerja lembaga tersebut.
Mengingat wewenang lembaga CPIB ini tak hanya pada sector public tapi juga pada
sector privat/swasta penulis hanya akan membatasi pembahasan mengenai
penindakan terhadap korupsi pada sector public di Singapura
1.3. Tujuan
LANDASAN TEORI
2.1. Metode
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea : 1951)
atau “corruptus” (Webster Student Dictionary : 1960). Selanjutnya dikatakan bahwa
“corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari
bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda).
Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan
merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu
yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi
atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena
pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau
golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
Ada beberapa macam bentuk korupsi berdasarkan buku saku yang dikeluarkan
oleh KPK (KPK : 2006) yaitu di antaranya:
Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada.
2. Suap menyuap dapat berupa:
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pegawai Negeri atau
penyelenggara negara .... dengan maksud supaya berbuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu dalam jabatannya
Memberi sesuatu kepada Pegawai Negeri atau penyelenggara negara ....
karena atau berhubungan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan
dalam jabatannya;
Memberi hadiah atau janji kepada Pegawai Negeri dengan mengingat
kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya
atau oleh pemberi hadiah/janji dianggap melekat pada jabatan atau
kedudukan tersebut;
Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian
atau janji;
Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah
atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan untuk menggerakan agar melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya;
Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai
akibat atau disebabkan karena telah melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya;
Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah
atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubung-an
dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan
hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya;
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara;
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada advokat untuk menghadiri sidang
pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat
yang akan diberikan, berhubung dengan perkara;
Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk memepengaruhi putusan
perkara.
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada advokat untuk menghadiri sidang
pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat
yang akan diberikan, berhubung dengan perkara;
Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk memepengaruhi putusan
perkara.
3. Penggelapan dalam jabatan bentuknya:
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga
yang disimpan karena jabatannya, atau uang/surat berharga tersebut diambil
atau digelapkan oleh orang lain atau membantu dalam melakukan perbuatan
tersebut;
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar
yang khusus untuk pemeriksaan adminstrasi;
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan, merusakkan atau
membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat atau daftar yang digunakan
untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang
dikuasai karena jabatannya;
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja membiarkan orang lain menghilangkan,
menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang,
akta, surat, atau daftar tersebut;
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja membantu orang lain menghilangkan,
menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang,
akta, surat, atau daftar tersebut;
4. Pemerasan bentuknya:
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau
dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan
sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan atau
untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas, meminta atau menerima pekerjaan atau penyerahan barang, seolah-
olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut
bukan merupakan utang;
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas, meminta atau menerima atau memotong pembayaran kepada
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas
umum, seolah-olah Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain
atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui
bahwa hal tersebut bukan merupakan utang.
5. Perbuatan curang :
Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau
penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan,
melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang
atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang;
Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau menyerahkan
bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang;
Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI atau
Kepolisian Negara RI melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang;
Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan TNI
atau Kepolisian Negara RI melakukan perbuatan curang dengan sengaja
membiarkan perbuatan curang.
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan :
Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak
langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau
persewaan yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian
ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
7. Gratifikasi :
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban tugasnya.
BAB III
PEMBAHASAN
CPIB didirikan pada tahun 1952 sebagai sebuah organisasi yang terpisah
dari polisi, bertugas untuk menginvestigasi seluruh kasus korupsi sebagai sebuah
lembaga yang independen. Lembaga ini beranggotakan investigator sipil dan
anggota polisi senior. CPIB bergerak berdasarkan Prevention of Corruption Act
(PCA). CPIB sebagai organisasi pemerintah juga melakukan kegiatannya di sektor
privat. Biro ini diketuai oleh seorang direktur yang bertanggung jawab langsung pada
perdana mentri.
Investigator yang ditunjuk oleh presiden ini memiliki “sertifikat penunjukan” atau
semacam kartu garansi yang digunakan oleh penegak hukum lokal untuk melakukan
tugasnya. Kartu garansi ini berupa kekuasaan untuk melakukan investigasi berupa:
Dari sisi struktur kelembagaan, CPIB berada di bawah Kantor Perdana Menteri
(Prime Minister’s Office). CPIB dipimpin oleh Direktur (Director) yang membawahi 2
(dua) divisi yaitu Divisi Operasi (Operation Division) dan Divisi Administrasi &
Dukungan Spesialis (Admin & Specialist Support Division). Pemisahan fungsi
penanganan korupsi di Singapura yang semula berada di bawah institusi kepolisian
menjadi suatu badan tersendiri memerlukan struktur kelembagaan yang ramping,
fleksibel namun efektif dan efisien dalam mengantisipasi tantangan perkembangan
modus-modus korupsi yang semakin dinamis
Memperhatikan hal ini, pada tahun 1952 Pemerintah Singapura dibawah PM Lee
Kuan Yew membentuk lembaga yang disebut Corrupt Practices Investigation Bureau
(CPIB) sebagai sebuah lembaga anti korupsi yang terpisah dari kepolisian untuk
melakukan penyelidikan semua kasus-kasus korupsi, dan CPIB ini memiliki
kewenangan yang luar biasa dan memberlakukan beberapa Undang-Undang
pemberantasan korupsi yang keras misalnya :
Sesuai dengan Bab 241 Undang-Undang CPA, CPIB memiliki kewenangan yang
memadai untuk memberantas korupsi, CPIB memiliki fungsi yaitu :
1. memberikan imbalan berupa uang, surat pujian dan masa depan kenaikan
pangkat yang lebih baik kepada pejabat yang menolak korupsi dan
melaporkan klien yang mencoba melakukan tindak penyuapan tersebut
2. memberikan tidak hanya hukuman pidana tapi juga hukuman administratif
bagi seseorang yang melanggar aturan yang berlaku
3. memberikan hukuman penjara dan denda bukan hanya bagi mereka yang
melakukan korupsi tapi juga bagi pengawas mereka
4. mengurangi peluang untuk melakukan korupsi di tempat kerja, misalnya
memeriksa dan mencatat uang tunai serta barang-barang pribadi yang
dibawa pegawai sebelum menjalankan tugas mereka, adanya pemeriksaan
yang mendadak dan pengawasan yang ketat
5. mencari informasi dari masyarakat dengan cara mengadakan dengar
pendapat dengan masyarakat
Dalam struktur organisasi CPIB terdapat beberapa bagian unit bagian yaitu :
Unit Pencegahan dan Review Bertugas menganalisis prosedur kerja dari lembaga
pemerintah untuk engidentifikasi kelemahan administrative yang bisa menimbulkan
korupsi.
Unit Proyek dan Perencanaan Membawahi segala staf yang bekrja untuk membuat
perencanaan proyek, operasi dan kebijakan
1. Adanya political will yang tinggi dari pemerintah untuk memberantas korupsi
di Singapura
Hal ini disertai dengan adanya dukungan masyarakat, dan orang kuat nomor satu di
negara tersebut. Lee Kwan Yew dikenal sebagai sosok bersih, berkarakter kuat,
memiliki kekuasaan yang besar. Baginya, Singapura tidak pernah akan jaya dan
disegani di seluruh dunia jika negara ini masih diliputi korupsi, Tanpa ada political will
yang kuat dari Lee, bisa jadi, lembaga antirasuah CPIB tidak berdiri. Atau, lembaga
ini berdiri namun hanya sekedar simbol, dan tidak memiliki “taji” untuk memberantas
korupsi. Di masa awal pembentukannya, CPIB menghadapi tantangan yang sangat
berat. Saat itu, undang-undang anti korupsi sangat tidak memadai sehingga
menghambat pengumpulan bukti-bukti dalam kasus korupsi. Di sisi lain, persoalan
yang muncul adalah lemahnya dukungan publik terhadap CPIB. Masyarakat tidak
mau bekerja sama dengan CPIB karena mereka ragu akan efektivitas lembaga ini,
dan mereka juga takut dijatuhi hukuman pidana yang disebabkan kasus korupsi
Situasi ini mulai berubah ketika People’s Action Party memperoleh kekuasaan di
tahun 1959. Tindakan yang tegas mulai diambil terhadap pegawai-pegawai negeri
yang korup. Sebagian dari mereka dipecat dari pemerintahan, sedangkan yang lain
memilih keluar secara sukarela untuk menghindari penyelidikan. Kepercayaan public
terhadap CPIB terus meningkat ketika masyarakat menyadari bahwa pemerintah
bersungguh-sungguh dalam memberantas korupsi.
Untuk setiap aparat public dilarang untuk menerima segala bentuk hadiah dari pihak
yang memiliki kepentingan terkait pekerjaan pejabat tersebut, bahkan dalam hal
hadiah yang diterima dalam rangka hari besar tertentu bisa dianggap sebagai
penyuapan.
“gratification” includes-
a) money or any gift, loan, fee, reward, commission, valuable security or other
property or interest in property of any description, whether movable or
immovable;
b) any office, employment or contract;
c) any payment, release, discharge or liquidation of any loan, obligation or other
liability whatsoever, whether in whole or in part;
d) any other service, favour or advantage of any description whatsoever,
including protection from any penalty or disability incurred or apprehended or
from any action or proceedings of a disciplinary or penal nature, whether or
not already instituted, and including the exercise or the forbearance from the
exercise of any right or any official power or duty; and (e) any offer,
undertaking or promise of any gratification within the meaning of paragraphs
(a), (b), (c) and (d);
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan