Anda di halaman 1dari 13

7 ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

Hal. 1 dari 13
7 ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

Chapter 7
Kode Etik Bagi Birokrat
Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti sesi modul ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep etika
kepegawaian dan lembaga publik dan memahami etos kerja dalam pemerintahan.

A. Etika Kepegawaian dan Lembaga Publik


Etika kepegawaian dan lembaga publik sejatinya mengacu pada etika-etika yang berlaku dalam
administrasi publik. Adapun asas etis yang pokok dalam administrasi publik, yaitu (The Liang Gie,
2018):

1. Pertanggung jawaban
Pertanggungjawaban menyangkut hasrat seorang administrator untukmerasa memikul
kewajiban penuh dan ikatan kuat dalam pelaksanaan semua tugas pekerjaan secara
memuaskan. Setiap administrator pemerintahan harus mempunyai hasrat besar untuk
melaksanakan fungsi-fungsinya secara efektif, sepenuh kemampuan, dan dengan cara
yang paling memuaskan pihak yang menerima pertanggungjawaban.

2. Pengabdian
Pengabdian terkait dnegan hasrat keras untuk menjalankan tugas-tugas pekerjaan dengan
semua tenaga fisik dan pikirannya, seluruh semangat kegairahan, dan sepenuh perhatian
tanpa pamrih yang bersifat pribadi. Setiap administrator pemerintahan dalam menjalankan
pekerjaannya harus penuh entusiasme, sehingga bekerja setengah hati dan asal jadi harus
dihindari. Pengabdian terarah pada jabatan, keahlian, dan bidang profesinya.

3. Kesetiaan
Bentuk kesadaran seorang administrator untuk setulusnya patuh pada tujuan bangsa,
konstitusi negara, peraturan perundangan, badan instansi, tugas jabatan maupun pihak
atasan demi tercapainya tujuan bersama yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tugas
dengan ukuran rangkap, pertimbangan untung rugi, atau bahkan kebiasaan sabotase
harus tidak dikenal dalam diri seorang administrator.

4. Kepekaan
Hal ini mencerminkan kemauan dan kemampuan seorang administrator untuk
memperhatikan serta siaga terhadap berbagai perkembangan yang baru, situasi yang

Hal. 2 dari 13
7 ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

berubah, dan kebutuhan yang timbul dalam kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu
dengan disertai usaha-usaha untuk menanggapi secara baik. Sikap tidak peduli asalkan
tugas rutin selesai dan tidak mau susah payah melakukan pembaharuan harus
disingkirkan.

5. Persamaan
Perlakuan yang sama pada prinsipnya untuk menciptakan keadilan. Hal ini
termanifestasikan dalam pemberian pelayanan yang tidak membeda-bedakan. Jadi dalam
memberikan pelayanan seorang administrator tidak membedakan apakah dia kerabat,
punya ikatan politik, keturunan, dan kedudukan sosial.

6. Kepantasan
Persoalan dan kebutuhan dalam masyarakat sangat beragam,s ehingga memerlukan
pembedaan dalam koridor “keadilan” atau dnegan alasan yang benar. Hal ini dilakukan
karena alasan atau pertimbangan khusus. Dengan demikian, terhadap suatu kelompok
tertentu dan untuk suatu keadaan tertentu perlu diberlakukan perlakuan yang sama.
Namun, terhadap golongan lain yang berdsarkan kondisi khusus yang berlainan perlu juga
ada perlakuan tidak sama. Asas kepantasan menjadi pegangan dalam menghadapi situasi
yang demikian.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai unsur aparatur negara adalah abdi negara dan abdi
masyarakat. Dengan demikian jelaslah kedudukan PNS tersebut dalam konteks penyelenggaraan
pemerintahan negara. Sebagai abdi negara seorang PNS terikat dengan segala aturan hukum dan
perundang-undangan yang berlaku, yang mengatur jalannya pemerintahan dan hubungan antara
Pemerintah dengan PNS yang bersangkutan.

Selain itu pada tingkat organisasi, hubungan antara organisasi dengan PNS sebagai pegawai
dilingkungan organisasi yang bersangkutan juga diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan oleh pemegang otoritas kelembagaan tersebut. Sedangkan dalam hubungannya
dengan masyarakat, kewajiban dan hak PNS juga ditentukan oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku, serta berbagai konvensi lainnya yang disepakati baik oleh masyarakat maupun
pemerintah, dalam hal ini PNS.
Dalam kaitannya dengan menjalankan tugas pelayanan kepada publik, pegawai negeri harus
berpedoman pada nilai-nilai yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan. Menurut UU
Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 2l, Hak PNS terdiri dari Gaji, Tunjangan
dan Fasilitas, Cuti, Jaminan pensiun dan jaminan hari tua, Perlindungan dan Pengembangan
kompetensi. Sedangkan yang menjadi Kewajiban PNS menurut pasal 23 adalah:

Hal. 3 dari 13
7 ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

1. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab;
6. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
7. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kemudian, aturan mengenai PNS ini juga terdapat dalam Peraturan pemerintah No.53 tahun 2010
tentang disiplin PNS. Dalam PP tersebut diatur mengenai disiplin, pelanggaran disiplin, larang,
dan juga kewajiban PNS. Mengacu pada PP tersebut, PNS dilarang untuk melakukan perbuatan
berikut ini:

1. Menyalahgunakan wewenang;
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan
menggunakan kewenangan orang lain;
3. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga
atau organisasi internasional;
4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat
asing;
5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-
barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara
secara tidak sah;
6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di
dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,
golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;
7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung
atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;
8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan
dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;

Hal. 4 dari 13
7 ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;


10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi
atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi
yang dilayani;
11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
12. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:
a. Ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
b. Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS;
c. Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau
d. Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
13. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara:
a. Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah
satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau
b. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan
calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye
meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS
dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;
14. Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai
foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan
perundang- undangan; dan
15. Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara:
a. Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah;
b. Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye;
c. Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah
satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau
d. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan
calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye
meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS
dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

Hal. 5 dari 13
7 ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

B. Kode Etik
Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut
pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan- ketentuan tertulis.
Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus
dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh
oleh sekelompok profesional tertentu.

Berdasarkan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (ASN), kode etik dan kode perilaku ASN
yakni sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi. 

2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin. 

3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan. 

4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 

5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan. 

6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan
efisien. 

8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya. 

9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan. 

10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang
lain. 

11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN. 

12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai ASN.

Menurut Peraturan Pemerintah No.42 tahun 2004 tentang Pembinaan Korps dan Kode Etik
Pegawai Negeri Sipil, ada nilai-nilai dasar yang harus dijunjung oleh PNS, yaitu:
1. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Kesetiaan danketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
3. Semangat nasionalisme
4. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan

Hal. 6 dari 13
7 ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

5. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan


6. Penghormatan terhadap hak asasi manusia
7. Tidak diskriminatif
8. Profesionalisme, netralitas, dan bermoral tinggi
9. Semangat jiwa korps.

PNS dituntut untuk memiliki beberapa etika yang terkait dengan negara, organisasi, masyarakat,
diri sendiri, dan sesama PNS. Etika PNS terhadap negara meliputi:
a. Mewujudkan pola hidup sederhana
b. Memberikan pelayanan dengan empati hormat dan santun tanpa pamrih dan tanpa unsur
pemaksaan
c. Memberikan pelayanan secara cepat, tepal, terbuka, dan adil serta tidak diskriminatif
d. Tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat
e. Berorientasi kepada peningka tan kesejahteraan masyarakat dalam melaksanakan tugas.

Kemudian, etika PNS terhadap organisasi, yaitu:


a. Melaksanakan tugas dan wewenang sesai ketentuan yang berlaku
b. Menjaga informasi yang bersitat rahasia
c. Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
d. Membangunetoskerjauntnkmeningkatkankinerjaorganisasi
e. Menjalin kerja sama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait dalam rangka
pencapaian tujuan
f. Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas
g. Patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja
h. Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka peningkatan kinerja
organisasi
i. Berorientasi pada upaya pe ningkatan k ualias kerja.

Etika PNS dalam bermasyarakat meliputi:


a. Mewujudkan pola hidup sederhana
b. Memberikan pelayanan dengan empati hormat dan santun tanpa pamrih dan tanpa unsur
pemaksaan
c. Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta tidak diskriminatif
d. Tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat
e. Berorientasi kepada peningka tan kesejahteraan masyarakat dalam melaksanakan tugas.

Hal. 7 dari 13
7 ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

Etika PNS terhadap diri sendiri, yaitu:


a. Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar.
b. Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan
c. Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan
d. Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan
sikap
e. Memiliki daya juang yang tinggi;
f. Memelihara kesehatan jasmani dan rohani;
g. Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga;
h. Berpenampilan sederhana, rapih, dan sopan.

Etika PNS terhadap sesama PNS:


a. Saling menghormati sesama warga negara yang memeluk agama /kepercayaan yang
berlainan
b. Memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama Pegawai Negeri Sipil
c. Saling menghormati antara teman sejawat, baik secara vertikal maupun horizontal dalam
suatu unit kerja, instansi, maupun antar instansi;
d. Menghargai perbedaan pendapat;
e. Menjunjung tinggi harkat dan martabat Pegawai Negeri Sipil;
f. Menjaga dan menjalin kerja sama yang kooperatif sesama Pegawai Negeri Sipil;
g. Berhimpun dalam satu wadah Korps Pegawai Republik Indonesia yang menjamin
terwujudnya solidaritas dan soliditas semua Pegawai Negeri Sipil dalam memperjuangkan
hak-haknya.

PNS yang melakukan pelanggaran kode etik dikenakan sanksi moral yang dibuat secara tertulis
dan dinyatakan oleh pejabat pembina kepegawaian. Adapun sanksi moral yang dapat diberikan
berupa:
a. Pernyataan secara tertutup yang disampaikan oleh pejabat yang berwenang atau pejabat
lain yang ditunjuk dalam ruang tertutup.
b. Pernyataan secara terbuka. Hal ini dapat dilakukan dalam forum-forum pertemuan resmi
PNS, upacara bendera, emdia massa dan forum lainnya yang dipandang sesuai untuk itu.
Dalam pemberian sanksi moral tersebut harus disebutkan jenis pelanggaran kode etik
yang dilakukan oleh PNS.

Selanjutnya, Pejabat Pembina Kepegawaian yang bertugas menyatakan pelanggaran kode etik
yang dilakukan PNS dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pejabat lain dilingkungannya

Hal. 8 dari 13
7 ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

sekurang-kurangnya pejabat struktural eselon IV. PNS yang melakukan pelanggaran kode etik
selain dikenakan sanksi moral dapat juga dikenakan hukuman disiplin PNS atau tindakan
administratif lainnya oleh pejabat yang berwenang menghukum berdasarkan rekomendasi dari
Majelis Kode Etik.

Majelis kode etik merupakan sarana yang dibentuk secara temporer apabila ada PNS yang
disangka melakukan pelanggaran kode etik. Hal ini dilakukan untuk memperoleh objektivitas
dalam dalam menentukan seorang PNS melanggar kode etik atau tidak. Majelis ini ditetapkan oleh
Pembina Kepegawaian yang bersangkutan. Dalam hal instansi pemerintah memiliki instansi
vertikal di daerah, maka Pejabat Pembina Kepegawaian dapat mendelegasikan kewenangannya
kepada pejabat lain di daerah untuk membentuk Majelis Etik.

Sebagaimana diatur dalam PP No.42 tahun 2004, keanggotaan Majelis Etik terdiri atas:
a. Satu orang ketua merangkap anggota
b. Satu orang sekretaris merangkap anggota
c. Sekurang-kurangnya 3 orang anggota

Bila anggota Majelis Etik lebih dari 5 orang, maka jumlahnya harus ganjil. Jabatan dan pangkat
anggota majelis Etik tidak boleh lebih rendah dari jabatan pangkat PNS yang diperiksa karena
disangka melanggar kode etik.

Selanjutnya, bagaimana persoalan etika atau kode etik PNS di negara lain? Hal ini bisa kita lihat
dari apa yang dipraktikkan oleh American Society for Public Administration. Mengacu pada
American Society for Public Administration, ada sembilan asas etis yang harus dijalankan oleh
administrator publik, yaitu:
1. Pelayanan kepada rakyat adalah diatas pelayanan terhadap diri sendiri
2. Rakyat berdaulat dan mereka dalam dinas pemerintahan pada akhirnya bertanggungjawab
kepada rakyat
3. Hukum mengatur semua tindakan dari dinas pemerintahan. Dalam hal berbagai hukum
atau peraturan bermakna ganda, memberikan peluang kebijaksanaan, atau memerlukan
perubahan, kita akan berupaya untuk mengabdi kepada kepentingan-kepentingan yang
terbaik dari rakyat.
4. Manajemen yang efisien dan efektif adalah pokok bagi administrasi publik. Rongrongan
melalui penyalahgunaan pengaruh, penipuan, pemborosan, atau salah pakai tidak dapat
dibenarkan. Petugas-petugas yang secara bertanggungjawab menggugah perhatian
terhadap perbuatan salah akan dianjurkan.

Hal. 9 dari 13
7 ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

5. Merit system, kesempatan yang sama, dan asas-asas tindakan yang positif akan didukung,
dijalankan, dan dimajukan.
6. Perlindungan terhadap kepercayaan rakyat adalah yang paling penting. Berbagai
pertentangan kepentingan, suapan, hadiah, atau pengistimewaan yang membawa jabatan
publik pada keuntungan pribadi tidak dapat diterima
7. Pelayanan kepada rakyat memerlukan tuntutan-tuntutan kepekaan khusus terhadap
kualitas keadilan, ketabahan, kejujuran, kepantasan, dan kecakapan, serta welas asih.
8. Hati nurani menjalankan suatu peranan yang krusial dalam memilih diantara langkah-
langkah tindakan. Ini memperhitungkan berbagai makna ganda moral dari kehidupan dan
perlunya mengkaji berbagai prioritas nilai: hasil akhir yang baik tidak pernah dibenarkan
dilakukan secara tidak bermoral
9. Para administrator publik tidak semata-mata melakukan pencegahan untuk bertindak
salah, melainkan dalam mengusahakan hal yang benar melalui pelaksanaan
tanggungjawab mereka yang penuh semangat dan tepat waktunya.

Berdasarkan sembilan asas etis di atas, American Society for Public Administration kemudian
merumuskan kode etik untuk para anggotanya, yaitu:
1. Menunjukkan ukuran-ukuran baku yang tertinggi mengenai keutuhan watak perseorangan,
kebenaran, kejujuran, dan ketabahan dalam semua kegiatan publik kita agar
membangkitkan keyakinan dan kepercayaan rakyat kepada pranata-pranata publik.
2. Melayani rakyat secara hormat, perhatian, sopan, dan tanggap dengan mengakui bahwa
pelayanan kepada rakyat adalah di atas pelayanan terhadap diri sendiri
3. Berjuang kearah keunggulan profesional perseorangan dan menganjurkan pengembangan
profesional dari rekan-rekan kita dan mereka yang berusaha memasuki bidang
administrasi publik
4. Melakukan kewajiban-kewajiban pekerjaan dan organisasi dengan suatu sikap positif dan
secara konstruktif mendukung komunikasi yang terbuka, kreativitas, pengabdian, dan
welas asih
5. Melayani dalam suatu cara sedemikian hingga kita tidak mewujudkan keuntungan pribadi
yang tidak semestinya dari pelaksanaan kewajiban-kewajiban resmi
6. Menghindari suatu kepentingan atau kegiatan yang berada dalam pertentangan dengan
penunaian kewajiban-kewajiban resmi
7. Menghormati dan melindungi keterangan berdasarkan hak-hak istimewa yang kita dapat
memperolehnya dalam pelaksanaan kewajiban-kewajiban resmi.

Hal. 10 dari 13
7 ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

8. Menjalankan wewenang kebijaksanaan apapun yang dimiliki menurut hukum untuk


memajukan kepentingan umum
9. Menerima sebagai suatu kewajiban pribadi tanggungjawab untuk mengikuti perkembangan
baru terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul dan menangani urusan rakyat
dengan kecakapan profesional, kelayakan, sikap tidak memihak, efisiensi, dan efektivitas
10. Mendukung, menjalankan dan memajukan penempatan tenaga kerja menurut penilaian
kecakapan dan program-program tindakan yang tidak membeda-bedakan guna menjamin
kesempatan yang sama pada penerimaan, pemilihan dan peningkatan terhadap orang-
orang yang memenuhi persyaratan dari segenap unsur masyarakat
11. Melenyapkan semua bentuk pembedaan yang tidak sah, kecurangan, dan salah urus
keuangan negara serta mendukung rekan-rekan kalau mereka berada dalam kesulitan
karena usaha yang bertanggungjawab untuk memperbaiki pembedaan, kecurangan, salah
urus atau salah pakai.
12. Menghormati, mendukung, menelaah, dan bilamana perlu berusaha untuk
menyempurnakan konstitusi-konstitusi negara federal dan negara bagian serta hukum-
hukum lainnya yang mengatur hubungan-hubungan di antara instansi-instansi pemerintah,
pegawai-pegawai, nasabah-nasabah, dan semua warga negara.

C. Etos Kerja dalam Pemerintahan


Menurut Geertz (1988) dalam (Kumorotomo, 2014) etos diartikans ebagai sikap yang mendasar
terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup. Etos adalah aspek evaluatif yang bersifat menilai.
Etos merupakan landasan ide, cita, atau pikiran yang akan menentukan sistem tindakan. Karena
etos menentukan penilaian manusia atas suatu pekerjaan, ia akan menentukan pula hasil-
hasilnya. Semakin progresif etos kerja suatu masyarakat, semakin baik hasil-hasil yang akan
dicapai baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Sebagian analis menguraikan bahwa sumberutama bagi etos kerja yang baik adalah keyakinan
religius, dan nampaknya memang terdapat hubungan antara ajaran-ajaran agama dengan etos
kerja suatu masyarakat. Hal ini antara lain tergambar dalam the protestant ethic and the spirit of
capitalism yang dikemukakan oleh Weber. Doktrin-doktrin dalam ajaran protestan menekankan
pentingnya pekerjaan sebagai suatu panggilan jiwa bagi manusia. Sehingga kerja merupakan
panggilan hidup yang sakral. Konsep ini mendasari sikap hidup orang Barat yang ulet, hemat,
berpikiran rasional, kontrol diri, kerja keras, dan jujur.

Di dalam Agama Islam juga terdapat konsep-konsep yang merupakan acuan bagi etos. Islam
menggariskan Alquran sebagai sumber aturan dalam berperilaku, yang didalmnya terdapat nilai-
nilai ketekunan, kesetiaan, dan kerja keras. Kemudian, bagi umat Hindu, ajaran yang terkandung

Hal. 11 dari 13
7 ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

dalam dharma merupakan dasar bagi etos kerja mereka. Masyarakat Hindu punya kewajiban
untuk menaati hukum Karmayoga, suatu norma yang menyatakan bahwa bekerja sesuai dengan
swadharma masing-masing merupakan inti dari ibadah.

Keberhasilan jepang dalam mengembangkan teknologi dan membangun ekonomi sebagian


disebabkan oleh etos kerja mereka. Bila dicermati dari sistem agama atau kepercayaan, ternyata
bangsa jepang memang memiliki landasan etis yang mementingkan loyalitas dan kerja keras.
Shintoisme dan buddhisme Zen mengajarkan ketekunan dan loyalitas pekerjaan. Disamping itu
terdapat pula nilai-nilai sakral yang dianut bangsa jepang seperti konsep giri (kewajiban), bungen
(status), na (kehormatan), dan juga jisei (semangat tentang waktu).

Selain berasal dari nilai religius, etos kerja juga berasa dari nilai-nilai budaya serta sikap hidup
suatu masyarakat. Masyarakat Barat behasil mengembangkan industri dengan sains sebagai
dasar utamanya karena cara berpikir mereka cenderung merasionalsiasikan persoalan.
Masyarakat Jepaang juga demikian, mereka tidak segan belajar dan meniru orang lain sepanjang
itu bermanfaat.

Etos kerja menjadi kekuatan spiritual bagi segalamacam pekerjaan dalam birokrasi pemerintahan.
Kekuatan penggerak itu bersifat otonom dan menjadi semacam ideologi birokrasi, sehingga
segenap aparat akana bekerja sungguh-sungguh tanpa dorongan dari luar. Seluruh sumber daya
negara akan dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Kiat juga
menginginkan etos kerja yang murni yang tidak dikotori oleh kepentingan-kepentingan individu
yang tersembunyi. Etos kerja yang murni akan melekat dalam jiwa pegawai pemerintah sehingga
kehendak untuk bersikap jujur, hemat, ulet, menghargai waktu akan menjadi hukum tidak tertulis
bagi pelaksanaan kerja mereka.
Selanjutnya, dalam bekerja, agar tugas-tugas kita menjadi lebih baik maka diperlukan pedoman.
Beberapa pedoman untuk bekerja lebih baik menurut Paul Mali (1991) dalam (Kumorotomo,
2014), yaitu:
1. Selalu memiliki gagasan yang lebih baik
2. Penyelesaian tugas yang lebih baik
3. Selalu memiliki saran dan perbaikan
4. Selalu bekerja dengan rencana tanpa lupa jadwalnya
5. Selalu berpikiran positif terhadap pekerjaannya
6. Mampu menjadi anggota kelompok yang baik
7. Dapat memotivasi dirinya melalui dorongan ke dalam;memahamipekerjaannya dengan
baik

Hal. 12 dari 13
7 ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

8. Mau mendengarkan dan menerima ide-ide yang lebih baik dari siapapun
9. Mampu bergaul dengan atasan maupun bawahannya
10. Selalu menyadari akan adanya pemborosan
11. Selalu mencari insnetif baik ekonomi maupun non ekonomis
12. Selalu menyukai pekerjaan apapun
13. Selalu beekrja dengan kecerdikan dan tidak sekedar bekerja keras
14. Memiliki tingkat kehadiran yang baik
15. Selalu tabah dan tidak suka mengeluh
16. Selalu bekerja melebihi standar
17. Memiliki kebiasaan kerja yang baik
18. Selalu mencatat prestasi kerjanya untuk dijadikan alat mawas diri
19. Tidak suka terkejut
20. Selalu dengan cepat mempelajari sesuatu yang baru

BAHAN DISKUSI
Setelah mempelajari chapter modul tersebut, buatlah resume chapter 7 dari modul diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Kumorotomo, Wahyudi. 2014. Etika Administrasi Negara. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Gie, The Liang., & Djohan, Djohermansyah., & Milwan. 2018. Etika Administrasi
Pemerintahan. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Hal. 13 dari 13

Anda mungkin juga menyukai