Anda di halaman 1dari 12

MATA KULIAH: PENGAWASAN DAN PERADILAN PAJAK

PENGAMPU : AGUS BUDIWALUYO, Ak., M. Ak., CA


PERTEMUAN : I (SATU)

PENGANTAR

1. Pengertiandan Fungsi Pajak

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi)
yang langsung ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum
(Mardiasmo, 2013:1).

2. “Teori Four Maxim" Adam Smith

Adam Smith (1723-1790) dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of
Nations (terkenal dengan nama Wealth of Nations) mengemukakan empat asas pemungutan pajak
yang lazim disebut “The Four Cannons Maxims Taxation“. Suatu aturan hukum tentang pajak yang
adil harus memenuhi syarat (a) Asas kesamaan (equality) dan keadilan (equity); (b) asas kepastian
hukum (certainty); (c) asas tepat waktu (convenient of payment); dan (d) asas economic of collection
yang mengharuskan biaya pemungutan pajak harus relatif kecil dibandingkan dengan pajak yang
masuk.

Asas kesamaan (equality) dan keadilan (equity) dalam The Four Maxim tidak memperbolehkan suatu
negara melakukan diskriminasi di antara sesama wajib pajak. Dalam keadaan yang sama, para wajib
pajak harus dikenakan pajak yang sama pula.

Teori asas gaya beli memberikan pendasaran tentang keadilan (equity) dalam pemungutan pajak
oleh negara kepada rakyatnya. Teori ini tidak mempersoalkan asal mulanya negara memungut pajak,
melainkan hanya melihat kepada efeknya, dan memandang efek yang baik itu sebagai dasar
keadilannya. Ibarat pompa maka negara mengambil gaya beli dari rumah tangga dalam masyarakat
untuk rumah tangga negara, dan kemudian menyalurkannya kembali ke masyarakat dengan maksud
untuk memelihara hidup masyarakat dan untuk membawanya ke arah tertentu. Teori ini
mengajarkan, penyelenggaraan kepentingan masyarakat dianggap sebagai dasar keadilan
pemungutan pajak, bukan kepentingan individu dan pula bukan kepentingan negara, melainkan
kepentingan masyarakat yang meliputi keduanya. Jadi teori ini menitikberatkan ajaran kepada fungsi
pemungutan pajak yaitu fungsi mengatur.

3. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Sebagai warga negara Indonesia, Anda memiliki hak dan kewajiban sebagai wajib pajak yang perlu
dipatuhi. Keduanya telah diatur sedemikian rupa dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan. Apa Anda mengingat hak dan kewajiban Anda secara jelas?
Hak dan kewajiban perpajakan harus dilakukan oleh wajib pajak. Mengacu dari undang-undang yang
sama, pada pasal 1 ayat 2 dijelaskan kalau wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Jadi, siapapun,
baik yang sudah memiliki NPWP atau belum, sudah termasuk ke dalam wajib pajak jika sudah
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan.

Lalu, apa saja hak dan kewajiban wajib pajak?

Hak Wajib Pajak

Hak wajib pajak disebutkan secara jelas dalam undang-undang, dan akan dibahas secara singkat dan
tuntas pada poin ini.

1. Hak atas Kelebihan Pembayaran Pajak

Ketika besaran pajak terutang yang dibayar atau dipotong atau dipungut ternyata lebih kecil
daripada jumlah kredit pajak, wajib pajak berhak menerima kembali kelebihan tersebut. Dengan
kalimat sederhana, Anda berhak menerima kembali kelebihan bayar ketika membayar pajak lebih
banyak daripada jumlah yang sebenarnya.

Anda dapat melakukan permohonan pengembalian kelebihan bayar pajak dengan mengirimkan
surat permohonan pada Kepala KPP (Kantor Pajak Pratama) atau melalui SPT (Surat Pemberitahuan).
Setelah menerima surat permohonan, Ditjen Pajak akan mengembalikan kelebihan bayar pajak
dalam waktu 12 (dua belas) bulan terhitung sejak surat permohonan diterima secara lengkap.

Jika wajib pajak termasuk dalam kriteria wajib pajak patuh, pengembalian ini dapat dilakukan paling
lambat 3 bulan untuk PPh dan 1 bulan untuk PPN sejak permohonan diterima.

Kalau Ditjen Pajak terlambat mengembalikan kelebihan bayar pajak, wajib pajak berhak menerima
bunga sebesar 2% per bulan dengan maksimum 24 bulan.

2. Hak dalam Hal Wajib Pajak Dilakukan Pemeriksaan

Dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh Ditjen Pajak pada wajib pajak, wajib pajak berhak untuk:

Meminta Surat Perintah Pemeriksaan.

Melihat Tanda Pengenal Pemeriksa .

Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan pemeriksaan.

Meminta rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT.

Hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan.

Berdasarkan ruang lingkupnya, jenis pemeriksaan terbagi menjadi dua jenis, yaitu pemeriksaan
kantor dan pemeriksaan lapangan. Pemeriksaan kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) bulan dan paling lama 6 (enam) bulan, terhitung dari tanggal wajib pajak memenuhi surat
panggilan untuk melakukan pemeriksaan kantor sampai dengan tanggal laporan hasil pemeriksaan.
Sedangkan pemeriksaan lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan dan
dapat diperpanjang menjadi 8 (delapan) bulan, terhitung sejak tanggal surat perintah pemeriksaan
sampai dengan tanggal laporan hasil pemeriksaan.

3. Hak untuk Mengajukan Keberatan, Banding dan Peninjauan Kembali

Setelah dilakukan pemeriksaan, umumnya akan terbit suatu surat ketetapan pajak yang
menunjukkan kalau wajib pajak kurang bayar, lebih bayar, atau nihil perpajakannya. Jika wajib pajak
tidak sependapat dengan surat tersebut, dapat mengajukan keberatan. Lalu bila belum puas dengan
keputusan keberatan, selanjutnya wajib pajak dapat mengajukan banding. Langkah terakhir dalam
sengketa pajak, wajib pajak dapat mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.

Jenis-jenis ketetapan pajak dapat Anda baca lebih lengkap di artikel “Mengenal 5 Jenis Surat
Ketetapan Pajak dan Fungsinya“.

4. Hak-Hak Wajib Pajak Lainnya

Hak kerahasiaan

Wajib pajak memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan kerahasiaan atas semua informasi yang
disampaikan kepada Ditjen Pajak dalam melaksanakan kegiatan perpajakan. Di sisi lain, pihak yang
bertugas di bidang perpajakan dilarang untuk mengungkapkan kerahasiaan wajib pajak. Kerahasiaan
wajib pajak yang dilindungi adalah:

Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan dokumen lainnya yang dilaporkan wajib pajak.

Data dari pihak ketiga yang bersifat rahasia.

Dokumen atau rahasia wajib pajak lainnya sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.

Namun, keterangan atau bukti tertulis tentang wajib pajak dapat ditunjukkan kepada pihak tertentu
yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan dalam rangka penyidikan, penuntutan, atau dalam
rangka kerja sama dengan instansi pemerintah lainnya.

Hak untuk Pengangsuran atau Penundaan Pembayaran

Wajib pajak dapat mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak
dalam kondisi tertentu.

Hak untuk Penundaan Pelaporan SPT Tahunan

Wajib pajak dapat menyampaikan perpanjangan penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
maupun PPh Badan dengan alasan tertentu.

Hak untuk Pengurangan PPh Pasal 25

PPh Pasal 25 adalah pajak yang dibayar secara angsuran dengan tujuan untuk meringankan beban
wajib pajak, mengingat pajak terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Dalam undang-
undang ketentuan umum perpajakan, wajib pajak memiliki hak untuk mengajukan permohonan
pengurangan besaran angsuran PPh Pasal 25 dengan alasan tertentu.

Hak untuk Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Karena kondisi atau sebab tertentu, seperti rusaknya bumi dan bangunan yang terkena bencana
alam, wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan pajak terutang PBB. Wajib pajak
yang merupakan anggota veteran pejuang dan pembela kemerdekaan juga dapat mengajukan
pengurangan PBB.

Khusus untuk Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) yang sudah dialihkan ke
Pemerintah Daerah (Kota/Kabupaten), pengurusan pengurangan PBB dilakukan di Kantor Dinas
Pendapatan Kota/Kabupaten setempat.

Hak untuk Pembebasan Pajak

Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pembebasan pemotongan/pemungutan Pajak


Penghasilan dengan alasan tertentu.

Hak Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak

Wajib pajak yang termasuk ke dalam wajib pajak patuh dapat diberikan pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak dalam jangka waktu paling lambat 1 bulan untuk PPN dan 3 bulan
untuk PPh terhitung sejak tanggal permohonan.

Hak untuk Mendapatkan Pajak Ditanggung Pemerintah

Untuk pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri,
PPh terutang atas penghasilan yang diterima kontraktor, konsultan, dan supplier utama ditanggung
oleh pemerintah.

Hak untuk Mendapatkan Insentif Perpajakan

Dalam lingkup PPN, Barang Kena Pajak (BKP) atau kegiatan tertentu diberikan fasilitas pembebasan
PPN. BKP tersebut di antaranya kereta api, pesawat udara, kapal laut, buku-buku, perlengkapan
TNI/Polri yang diimpor maupun yang diserahkan di area pabean oleh wajib pajak tertentu.

Fasilitas PPN tidak dipungut ini turut diberikan pada perusahaan yang melakukan kegiatan di
kawasan tertentu, seperti kawasan berikat, di antaranya atas impor dan perolehan bahan baku.

Kewajiban Wajib Pajak

Selain hak, ada kewajiban yang harus dipatuhi oleh wajib pajak, di antaranya:

1. Kewajiban Mendaftarkan Diri

Wajib pajak harus mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) di
kantor pajak pratama (KPP) atau kantor pelayanan, penyuluhan dan konsultasi perpajakan (KP2KP).
Saat ini, pendaftarakan NPWP juga dapat dilakukan melalui online. Anda dapat membaca tata cara
pendaftaran NPWP online di artikel “Daftar NPWP Online, Ini 3 Syarat & Langkah Mudahnya“.

Wajib pajak yang merupakan pengusaha, wajib dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) oleh
KPP atau KP2KP setelah memenuhi persyaratan tertentu, di antaranya pengusaha orang pribad atau
badan melakukan penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak dengan jumlah omzet
melebihi Rp4.800.000.000 dalam setahun. Jika tidak memenuhi syarat tersebut, tetap dapat
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.

Setelah dikukuhkan sebagai PKP, maka wajib untuk memungut pajak pertambahan nilai (PPN) dari
setiap pembeli/pengguna jasanya dengan menerbitkan faktur pajak. PPN tersebut kemudian
dilaporkan dalam SPT Masa. Jika ada yang harus disetorkan, wajib pajak perlu menyetorkan PPN itu
ke KPP tempat mendaftar, atau bisa secara online melalui aplikasi OnlinePajak.

2. Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan Pelaporan Pajak

Sesuai dengan sistem self assessment, wajib pajak harus melakukan penghitungan, pembayaran dan
pelaporan pajak terutangnnya sendiri. Dalam melaksanakan kewajiban ini, dapat melakukannya
secara mudah dan cepat melalui aplikasi OnlinePajak.

Aplikasi OnlinePajak memudahkan Anda untuk hitung, setor, lapor pajak. Semua pelaksanaan
kewajiban pajak ini cukup dilakukan dalam satu aplikasi, hanya dengan satu klik. Pelajari
selengkapnya di sini.

3. Kewajiban dalam Hal Diperiksa

Ditjen Pajak dapat melakukan pemeriksaan pada wajib pajak untuk menguji kepatuhannya dalam
memenuhi kewajiban perpajakan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menjalankan fungsi pengawasan
terhadap wajib pajak yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Kewajiban yang diperiksa di antaranya:

Memenuhi panggilan untuk menghadiri Pemeriksaan sesuai waktu yang ditentukan, khususnya jenis
Pemeriksaan Kantor.

Menunjukkan atau meminjamkan seluruh data yang menjadi dasar serta berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang
pajak. Untuk jenis Pemeriksaan Lapangan, wajib pajak harus memberikan akses untuk melihat dan
menyimpan data.

Memberikan izin untuk memasuki tempat atau ruang yang dianggap perlu serta memberi bantuan
untuk memperlancar proses pemeriksaan.

Menyampaikan tanggapan secara tertulis atau surat pemberitahuan hasil pemeriksaan.

Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik, khususnya untuk jenis
Pemeriksaan Kantor.

Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang diperlukan.


4. Kewajiban Memberi Data

Data di sini adalah data dan informasi orang pribadi atau badan yang dapat menggambarkan
kegiatan atau usaha, peredaran usaha, penghasilan dan/atau kekayaan yang bersangkutan,
termasuk informasi mengenai nasabah debitur, data transaksi keuangan dan lalu lintas devisa, kartu
kredit, serta laporan keuangan dan/atau laporan kegiatan usaha yang disampaikan kepada instansi
lain di luar Ditjen Pajak.

Kewajiban ini tidak hanya dipatuhi oleh wajib pajak, tetapi juga oleh setiap instansi pemerintah,
lembaga, asosiasi, dan pihak lain. Jika sengaja tidak memenuhi kewajiban ini, wajib pajak akan
terkena pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp1.000.000.000.

Kesimpulan

Secara garis besar, hak dan kewajiban wajib pajak meliputi:

Hak wajib pajak, yang terdiri dari hak atas kelebihan pajak, hak dalam pemeriksaan, hak untuk
mengajukan keberatan atau banding atau peninjauan kembali atas hasil pemeriksaan, hak dijaga
kerahasiaan data wajib pajak, dan hak-hak lainnya.

Kewajiban wajib pajak, terdiri dari mendaftarkan untuk mendapatkan NPWP, melaksanakan kegiatan
perpajakan sendiri (menghitung, memungut, membayar, dan melaporkan pajak terutang), kewajiban
dalam pemeriksaan, dan kewajiban memberikan data.

(Sumber:online-pajak.com)

PENGADILAN PAJAK INDONESIA

Pengadilan pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan Kekuasaan kehakiman di Indonesia
bagi wajib pajak atau penanggung pajak yang mencari keadilan terhadap sengketa pajak.

Yang dimaksud sengketa pajak adalah sengketa yang timbul di bidang perpajakan antara wajib pajak
dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan
Banding atau Gugatan kepada Pengadilan pajak. Itu termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan
berdasarkan undang-undang penagihan dengan surat paksa

Pengadilan pajak dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak. Kedudukan Pengadilan Pajak berada di ibu kota negara. Persidangan oleh Pengadilan Pajak
dilakukan di tempat kedudukannya, dan dapat pula dilakukan di tempat lain berdasarkan ketetapan
Ketua Pengadilan Pajak.
Susunan Pengadilan Pajak terdiri atas: Pimpinan, Hakim Anggota, Sekretaris, dan Panitera. Pimpinan
Pengadilan Pajak sendiri terdiri dari seorang Ketua dan sebanyak-banyaknya 5 orang Wakil Ketua.

Pembinaan serta pengawasan umum terhadap hakkim Pengadilan Pajak dilakukan oleh Mahkamah
Agung. Sedangkan pembinaan organisasi, administrasi, dan keuangan ditanggulangi olehKementrian
Keuangan.

Selain itu, ada juga penjelasan dalam pasal 9A ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009 dan dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16
tahun 2009 , secara tegas dinyatakan bahwa putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan
pengadilan khusus di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara.

Adapun dasar untuk menegaskan kedudukan Pengadilan Pajak dalam lingkup peradilan yang berada
di bawah Mahkamah Agung, adalah berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi atas perkara nomor
004/PUU-11/2004 dinyatakan, pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali
atas putusan Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung.

PENGADILAN PAJAK, KEDUDUKAN DAN KEKUASAAN

A. Pengadilan Pajak (Pasal 2)

1. Pengadilan Pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman


bagi Wajib Pajak atau penanggung Pajak yang mencari keadilan terhadap Sengketa
Pajak.

2. Pengadilan Pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 adalah


kelanjutan dari Badan Penyelesaian Sengketa Pajak sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 1997.

B. Kedudukan Pengadilan Pajak

1. Pengadilan pajak berkedudukan di Ibukota Negara.

2. Sidang Pengadilan Pajak dilakukan di tempat kedudukannya


3. Apabila dipandang perlu dapat dilakukan di tempat lain yang ditetapkan oleh Ketua.

C. Kekuasaan Pengadilan Pajak ( Pasal 31, 32 & 33)

1. Pengadilan Pajak merupakan Pengadilan tingkat pertama dan terakhir dalam memeriksa dan
memutus Sengketa Pajak oleh karenanya putusan Pengadilan Pajak tidak dapat diajukan
Gugatan ke Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara atau Badan Peradilan lain, kecuali
putusan berupa "tidak dapat diterima" yang menyangkut kewenangan/kompetensi

2. Pengadilan pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus Sengketa Pajak

3. Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan
keberatan kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Pengadilan Pajak dalam hal Gugatan memeriksa dan memutus sengketa atas pelaksanaan
penagihan Pajak atau Keputusan pembetulan atau, Keputusan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2000 dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

5. Pengadilan Pajak mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada pihak-
pihak yang bersengketa dalam sidang-sidang Pengadilan Pajak.

6. Pengadilan Pajak dapat memanggil atau meminta data atau keterangan yang berkaitan
dengan Sengketa Pajak dari pihak ketiga sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

D. Susunan Pengadilan Pajak (Pasal 6 dan 7)

1. Pengadilan Pajak terdiri dari Pimpinan, Hakim Anggota, Sekretaris dan Panitera
2. Pimpinan Pengadilan pajak terdiri seorang Ketua dan paling banyak 5 (lima) orang Wakil Ketua
PERADILAN DAN PENGADILAN

A. Pengertian

Peradilan pajak dalah upaya hukum yang dilakukan oleh wajib pajak dalam rangka mencari keadilan
terhadap Ketetapan Pajak yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak atau Kepala Daerah. Peradilan Pajak
dapat dibagi menjadi dua jenis peradilan, yaitu peradilan murni dan peradilan tidak murni.
Penjelasanya adalah sebagai berikut :

1. Peradilan Murni

Peradilan yang melibatkan tiga pihak, yaitu wajib pajak, fiskus dan hakim yang mengadili. Wajib
pajak dan fiskus adalah pihak yang bersengketa sedangkan hakim atau majelis hakim antara pihak
yang akan memutuskan sengketa tersebut.

2. Peradilan Tidak Murni


Peradilan yang hanya melibatkan dua pihak, yaitu pihak wajib pajak dan pihak fiskus tanpa
melibatkan pihak ketiga yang independen. Fiskus sebagai pihak yang bersengketa sekaligus menjadi
pihak yang mengambil keputusan dalam perselisihan pajak yang bersangkutan.

B. Susunan Pengadilan Pajak

Susunan pengadilan pajak terdiri atas :

1. Pimpinan

2. Hakim

3. Sekretaris

C. Pemeriksaan Sengketa Pajak

Pengadilan pajak sebagai pengadilan pertama dan terakhir pemeriksaan sengketa pajak hanya
dilakukan oleh pengadilan pajak, sehingga putusan pengadilan pajak tidak dapat diajukan gugatan
kepengadilan umum, peradilan tatausaha Negara atau badan peradilan lain kecuali putusan berupa
“tidakdapatditerima” yang menyangkut kewenangan / kompetensi.

D. Keberatan

Dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan kemungkinan terjadi bahwa wajib


pajak merasa kurang atau tidakpuas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan padanya atau atas
pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga .Keberatan diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan
Pajak di tempat Wajib Pajak tersebut terdaftar.

E. Banding

Pengertian banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh WP atau penanggung pajak
terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding, berdasarkan peraturan perundangan pajak
yang berlaku. Keputusan dimaksudkan suatu penetapan tertulis di bidang perpajakan yang
dikeluarkan oleh pejabat berwenang berdasarkan peraturan perundangan-undangan perpajakan dan
dalam rangka pelaksanaan UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

F. Pencabutan Banding

Banding yang telah diajukan dengan surat banding dapat diajukan pencabutan dengan surat
penyataan pencabutan yang diajukan kepada pengadilan pajak. Banding yang telah dicabut melalui
penetapan atau putusan diatas tidak dapat diajukan banding kembali.

G. Gugatan

Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh WP atau penanggung pajak terhadap
pelaksanaan penagihan pajak atau terhadap keputusan yang dapat diajukan gugatan berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Gugatan yang telah dicabut melalui
penetapan atau putusan tidajk dapat diajukan kembali. Gugatan tidak menunda atau menghalangi
dilaksanakannya penagihan pajak atau kewajiban perpajakan.

H. Pelaksanaan Persidangan

Dalam pelaksanaan persidangan, ketua menunjuk majelis yang terdiri dari tiga orang hakim atau
hakim tunggal untuk memeriksa dan mengurus sengketa pajak. Apabila pemeriksaanya dilakukan
oleh majelis, maka ketua menunjuk salah seorang hakim tersebut sebagai hakim ketua yang
memimpin pemeriksaan sengketa pajak.Majelis atau hakim tunggal bersidang pada hari yang
ditentukan dan memberitahukan hari siding dimaksud kepada pihak yang bersengketa. Pemohon
banding atau penggugat dapat hadir dalam persidangan dengan terlebih dahulu memberitahukan
pada ketua untuk memberikan keterangan lisan.

I. Pembuktian

Dalam hal pembuktian, pengadilan pajak menganut prinsip pembuktian bebas. Majelis atau hakim
tunggal sedapat mungkin mengusahakan bukti berupa surat atau tulisan sebelum menggunakan alat
bukti lain. Alat bukti tersebut dapat berupa :

1. Surat atau tulisan yang terdiri dari :

a. Akta autentik, yaitu surat yang dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum yang
menurut peraturan perundang-undangan berwenang membuat surat itu dengan maksud
untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya

b. Akta dibawah tangan, yaitu surat yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang
bersangkutan dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa hukum
yang tercantum di dalamnya.

c. Surat keputusan atau surat ketetapan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang

d. Surat-surat lain atau tulisan yang tidak termasuk hurufa.b, dan c yang ada kaitannya dengan
banding atau gugatan

2. Keterangan ahli, yaitu pendapat orang yang diberikan di bawah sumpah dalam persidangan
tentang hal yang ia ketahui menurut pengalaman dan pengetahuannya

3. Keterangan parasaksi, dianggap sebagai barang bukti apabila keterangan itu berkenaan dengan
hal yang dialami, dilihat, atau didengar sendiri oleh saksi

4. Pengakuan para pihak, tidak dapat ditarik kembali, kecuali berdasarkan alasan yang kuat dan
dapat diterima oleh majelis hakim atau hakim tunggal.

5. Pengetahuan hakim, yaitu hal yang diketahui dan diyakini kebenarannya

J. Putusan
Putusan pengadilan pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan serta berdasarkan keyakinan hakim.
Putusan pengadilan pajak dapat berupa :

a) Menolak

b) Mengabulkan sebagian atau seluruhnya

c) Menambah pajak yang harus dibayar

d) Tidak dapat diterima

e) Membetulkan kesalahan teknis dan atau kesalahan hitung

f) Membatalkan

Sebagai putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap, maka keputusan pengadilan pajak
tidak dapat diajukan gugatan kepengadilan umum, peradilan tata usaha Negara, atau badan
peradilan lain, kecuali putusan berupa “tidak dapat diterima” yang menyangkut kewenangan /
kompetensi.

K. Pelaksanaan Putusan

Putusan Pengadilan Pajak ini langsung dapat dilaksanakan dengan tidak memerlukan lagi keputusan
pejabat yang berwenang kecuali putusan perundang-undangan mengatur lain. Apabila putusan
dimaksud me nyebabkan kelebihan pembayaran pajak sebagai contoh putusan pengadilan pajak
menyebabkan Pajak Penghasilan menjadi lebih bayar. Dalam hal demikian kepada KPP masih harus
menerbitkan Surat Perintah membayar kelebihan pajak (SPMKP) yang diperlukan pembayar pajak
untuk dapat memperoleh kelebihan pajak.

Putusan Pengadilan Pajak yang mengabulkan sebagian atau seluruh banding, kelebihan pembayaran
pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 persen sebulan untuk paling lama 24
bulan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam pelaksanaannya salinan putusan atau salinan penetapan pengadilan pajak dikirim kepada
para pihak dengan surat oleh sekretaris dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal putusan
pengadilan pajak diucapkan, atau dalam jangka waktu 7 hari sejak tanggal putusan diucapkan.
Putusan pengadilan pajak harus dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang dalam jangka waktu 30
hari terhitung sejak tanggal diterima putusan. Pejabat tidak melaksanakan putusan pengadilan pajak
dalam jangka waktu tersebut, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan kepegawaian yang berlaku.

KESIMPULAN
Pada intinya, peradilan dan pengadilan pajak itu berbeda, peradilan itu merupakan bagian dari pada
pengadilan pajak. Perbedaannya adalah jika Peradilan Pajak itu merupakan sebuah proses dari
pengadilan pajak, namun jika Pengadilan Pajak itu merupakan tempat dilakukannya peradilan pajak
tersebut

Anda mungkin juga menyukai