Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“IBADAH’’

Disusun guna memenuhi tugas mata kulia: Studi Islam 2

Dosen Pengampu: NASRUL HIDAYAT, Lc.,M.Thi

Disusun Oleh:

NUR ANITA 18 88 201 012


SYAHRIANI SYAMSYUDDIN 18 88 201 014

AUNILLAH FELAYATI 18 88 201 013

Semester 1/ Bahasa 1
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUSLIM MAROS
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Tuhan Eha Esa yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul ‘’Ibadah’’ ini dapat
diselesaikan sesuai dengan rencananya

Tujuan penulisan makah ini untuk menyelesaiakan tugas semester 2 makalah ini
memberikan gambaran tentang ibadah.

Maros 16 april 2019

Penyusuan
DAFTAR ISI

Halaman judul

Kata pengantar

Daftar isi

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB ll pembahasan

2.1 Hubungan Antara Aqidah, Ibadah, Muamalah, dan Ahklak


2.2 Pengertian Ibadah

BAB lll Penutup

3.1 kesimpulan

Daftar pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian dengannya, karna
ibadah itu tidak bisa dibuat main-main apa lagi disalah gunakan. Dalam islam ibadah
harus berpedoman pada apa yang telah Allah perintahkan dan apa yang telah
diajarkan oleh nabi agung kepada nabi Muhammad Saw kepada islam yang
dilandaskan pada kitab yang di turunkan Allah kepadan nabi Muhammad berupa
kitab suci Al-qur’an dan segala perbuatan, perkataan dan ketetapan nabi atau dengan
kata lain yang disebut dengan hadis nabi,

Kita sebagai ummat sebagai ummat islam tentunya mengetahui apa itu ibadah dan
bagaimana cara pelaksanaan ibadah tersebut. Oleh karna itu kita harus mengikuti
ibadah yang di contohkan dan dilakukan oleh nabi kepada kita dan tidak boleh
membuat ibadah-ibadah yang tidak berdasar Al-qur’an dan hadis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hubungan Antara Aqidah, Ibadah, Muamalah, dan Ahklak
2. Bagaimana Pengertian Ibadah
1.3. Tujuan Masalah
1. Untuk menetahui hubungan Antara Aqidah, Ibadah, Muamalah, dan Ahklak
2. Untuk menetahui Pengertian Ibadah
BAB ll

PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Antara Aqidah, Ibadah, Muamalah, dan Ahklak

Hubungan aqidah dengan akhlak

Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan
hidup inidiperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan
hidupnya sebagai mahluk alam. Pedoman hidup ini dijadikan pula sebagai pondasi
dari seluruh bangunan aktifitas manusia.

“ Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak “Dasar pendidikan akhlak bagi seorang
muslim adalah aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, Karena akhlak
tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu jika seorang beraqidah
dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula
sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah.

Ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menjelaskan yang seharusnya dilakukan
manusia kepada yang lainya, yang disebut dengan akhlak. Dengan akhlak yang baik
seseorang akan bisa memperkuat aqidah dan bisa menjalankan ibadah dengan baik
dan benar. Ibadah yang dijalankan dinilai baik apabila telah sesuai dengan muamalah.
Muamalah bisa dijalankan dengan baik apabila seseorang telah memiliki akhlak yang
baik.

Contohnya :

Jika berjanji harus ditepati yaitu apabila seorang berjanji maka harus ditepati. Jika
orang menepati janji maka seseorang telah menjalankan aqidahnya dengan baik.
Dengan menepati janji seseorang juga telah melakukan ibadah. Pada dasarnya setiap
perbuatan yang dilakukan manusia arus didasari denga aqidah yang baik.

Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya terhadap
alam juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui sang pencipta dengan
benar, niscahya ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah allah.
Sehingga ia tidak mungkin menjauh bahkan meninggalkan perilaku-perilaku yang
telah ditetapkanya. Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar
merupakan contoh perilaku yang harus diikuti oleh manusia. Mereka harus
mempraktikanya dalam kehidupan mereka, karena hanya inilah yang menghantarkan
mereka mendapatkan ridha allah dan atau membawa mereka mendapatkan balasan
kebaikan dari allah

Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang berhubungan dengan aqidah. Jujur
dapat terwujud apabila seseorang telah memegang konsep-konsep yang berhubungan
dengan aqidah. Dengan dijalankanya konsep-konsep aqidah tersebut maka seseorang
akan memiliki akhlak yang baik. Sehingga orang akan takut dalam melakukan
perbuatan dosa.

Jika perbedaan dalam fiqih dimaksudkan untuk memberikan kemungkinan, maka


kesalehan tentu saja bukan dalam menjalankan fiqih, betapapun sulitnya. Yang paling
saleh diantara kita bukanlah orang yang bersedekap pada waktu berdiri shalat, bukan
juga yang meluruskan tangannya, karena kedua cara shalat itu merupakan ijtihat para
ulama dengan merujuk pada hadis yang berbeda. Yang durhaka juga bukan yang
mandi janabah sebelum tidur, atau yang tidur dulu baru mandi janabah, karena kedua-
duanya dijalankan Rasullah Saw. Fikih tidak bisa dijadikan ukuran kemuliaan, tetapi
kemuliaan seseorang di lihat dari kemuliaan akhlaknya.[5]

Hubungan aqidah dengan ibadah

Akidah menempati posisi terpenting dalam ajaran agama Islam. Ibarat sebuah
bangunan, maka perlu adanya pondasi yang kuat yang mampu menopang bangunan
tersebut sehingga bangunan tersebut bisa berdiri dengan kokoh. Demikianlah urgensi
akidah dalam Islam, Akidah seseorang merupakan pondasi utama yang menopang
bangunan keislaman pada diri orang tersebut. Apabila pondasinya tidak kuat maka
bangunan yang berdiri diatasnya pun akan mudah dirobohkan.

Selanjutnya Ibadah yang merupakan bentuk realisasi keimanan seseorang, tidak


akan dinilai benar apabila dilakukan atas dasar akidah yang salah. Hal ini tidak lain
karena tingkat keimanan seseorang adalah sangat bergantung pada kuat tidaknya serta
benar salahnya akidah yang diyakini orang tersebut. Sehingga dalam diri seorang
muslim antara akidah, keimanan serta amal ibadah mempunyai keterkaitan yang
sangat kuat antara ketiganya.

Muslim apabila akidahnya telah kokoh maka keimanannya akan semakin kuat,
sehingga dalam pelaksanaan praktek ibadah tidak akan terjerumus pada praktek
ibadah yang salah. Sebaliknya apabila akidah seseorang telah melenceng maka dalam
praktek ibadahnya pun akan salah kaprah, yang demikian inilah akan mengakibatkan
lemahnya keimanan.
Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak berdiri, maka
dibutuhkan adanya sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah merupakan
bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan dalam rangka
mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
terhadap allah.

Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, sejak kelahirnya telah dibekali
dengan akal pikiran serta perasaan (hati). Manusia dengan akal pikiran dan hatinya
tersebut dapat membedakan mana yang baik dan mana yang benar, dapat mempelajari
bukti-bukti kekuasaan Allah, sehingga dengannya dapat membawa diri mereka pada
keyakinan akan keberadaan-Nya. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi manusia
untuk tidak mengakui keberadaan Allah SWT. karena selain kedua bekal yang
dimiliki oleh mereka sejak lahir, Allah juga telah memberikan petunjuk berupa ajaran
agama yang didalamnya berisikan tuntunan serta tujuan dari hidup mereka di dunia.

Ibadah mempunyai hubungan yang erat dengan aqidah. Antaranya :

Ibadah adalah hasil daripada aqidah yaitu keimanan terhadap Allah sebenarnya yang
telah membawa manusia untuk beribadat kepada Allah swt.

Aqidah adalah asas penerimaan ibadah yaitu tanpa aqidah perbuatan seseorang
manusia bagaimana baik pun tidak akan diterima oleh Allah swt.

Aqidah merupakan tenaga penggerak yang mendorong manusia melakukan ibadat


serta menghadapi segala cabaran dan rintangan.

Akidah adalah merupakan pondasi utama kehidupan keislaman seseorang. Apabila


pondasi utamanya kuat, maka bangunan keimanan yang terealisasikan dalam bentuk
amal ibadah orang tersebut pun akan kuat pula.

Amal ibadah tidak akan bisa benar tanpa dilandasi akidah yang benar. amal
ibadah dinilai benar apabila dilakukan hanya untuk Allah semata dengan ittiba’ Rasul
SAW.

Manusia diberi bekali akal pikiran agar dengan akal pikiran tersebut mereka dapat
membedakan mana yang hak dan mana yang batil, mempelajari tanda-tanda
kekuasaan Allah, menganalisa hakikat kehidupannya sehingga dia tahu arah dan
tujuan dirinya diciptakan di dunia. Akal pikiran dan perasaan inilah yang
membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lain. Oelh karena itu manusia
dipercaya untuk menjadi khalifah Allah di Bumi.
Hubungan aqidah dengan muamalah

Pola pikir, tindakan dan gagasan umat Islam hendaknya selalu bersendikan pada
aqidah Islamiyah. Ungkapan “buah dari aqidah yang benar (Iman) tidak lain adalah
amal sholeh” harus menjadi spirit dan etos ummat Islam. Pribadi yang mengaku
muslim mestinya selalu menebar amal shalih sebagai implementasi keimanannya di
manapun mereka berada. Tidak kurang 60 ayat Al Qur’an menerangkan korelasi
antara keimanan yang benar dengan amal sholeh ini. Ayat-ayat tersebut menegaskan
bahwa perintah beriman kepada Allah dan hari akhir selalu diikuti dengan perintah
untuk melaksanakan amal shalih. Inilah makna operatif dari ungkapan “al-Islamu
‘aqidatun wa jihaadun”, bahwa kebenaran Islam itu harus diyakini sekaligus juga
diperjuangkan pengamalannya secara sungguh-sungguh dalam konteks kemaslahatan
dan bebas dari perilaku teror.

Apabila aqidah telah dimiliki dan ibadah telah dijalankan oleh manusia, maka
kedua hal tersebut harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu
diperlukan adanya suatu peraturan yang mengatur itu semua. Aturan itu disebut
Muamalah. Muamalah adalah segala aturan islam yang mengatur hubungan antar
sesama manusia. Muamalah dikatakan berjalan baik apabila telah memiliki dampak
sosial yang baik. Untuk dapat mewujudkan aqidah yang kuat yaitu dengan cara
ibadah yang benar dan juga muamalah yang baik, maka diperlukan suatu adanya

Aqidah adalah pondasi keber-Islaman yang tak terpisahkan dari ajaran Islam yang
lain: akhlaq, ibadah dan Muamalat. Aqidah yang kuat akan mengantarkan ibadah
yang benar, akhlaq yang terpuji dan muamalat yang membawa maslahat. Selain
sebagai pondasi, hubungan antara aqidah dengan pokok-pokok ajaran Islam yang lain
bisa juga bersifat resiprokal dan simbiosis. Artinya, ketaatan menuanaikan ibadah,
berakhlaq karimah, dan bermuamalah yang baik akan memelihara aqidah.

Dengan kata lain, ibadah adalah pelembagaan aqidah dalam konteks hubungan
antara makhkluq dengan Khaliq; akhlaq merupakan buah dari aqidah dalam
kehidupan yang etis dan egaliter; dan muamalah sebagai implementasi aqidah dalam
masyarakat yang bermartabahat dan menebar maslahat. Karena itu, agar aqidah
tumbuh dan berkembang, aqidah harus operatif dan fungsional. Di Indonesia kita
menyaksikan beberapa ormas Islam yang telah berhasil mengembangkan amal usaha
atau unit pelayanan umat seperti Panti sosial dan anak yatim, lembaga pendidikan dan
pondok pesantren, balai pengobatan dan rumah sakit, lembaga pengumpul dan
penyalur zakat serta lembaga-lembaga sosial keagamaan lainnya. Lembaga atau unit
pelayanan umat tersebut, meminjam istilah M. Amin Abdullah, merupakan bentuk
faith in action, buah keimanan yang aktif dan salah satu bentuk pengejawantahan
‘tauhid sosial’ atau ‘theologi pembangunan’. Sayanya, tidak sedikit buah faith in
action tersebut yang terjebak pada bebagai kepentingan mulai dari ekonomi hingga
politik.

Agar tetap kokoh dan kuat serta menjadi penyangga seluruh sendi keber-Islaman,
aqidah harus dijaga, dipelihara dan dipupuk sehingga bisa hidup subur dalam pribadi
setiap Muslim. Pentingnya memelihara aqidah ini juga tersirat dalam Sirrah
Nabawiyah. Saat membangun masyarakat Islam di Makkah dan Madidah selama 23
tahun Rasulullah Muhammad SAW tidak kenal lelah membina aqidah umatnya.
Mengingat pentingnya aqidah ini bisa dimengerti bila setiap surat dalam Al Quran
mengandung pokok-pokok ajaran keimanan.

Di tengah pasar bebas nilai dan ideologi saat ini, upaya merevitalisasi aqidah serasa
memperoleh momentum. Mudah tergiurnya sebagian umat pada faham atau aliran-
aliran yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam merupakan efek dari lemahnya
aqidah mereka. Ketidak peduliaan sebagian umat Islam terhadap kerusakan
lingkungan dan kebobrokan moral juga indikasi rapuhnya bangunan aqidah. Mulai
memudarnya etos dan jiwa voluntarisme di kalangan umat dan semakin menguatnya
syahwat duniawi adalah konsekuensi logis dari redupnya aqidah. Saatnya sekarang
membenahi dan merevitalisasi aqidah agar umat memiliki pondasi yang benar, kokoh
dan fungsional. Dengan bekal ini faith in action bisa dilipatgandakan untuk
menghadirkan pesona Islam yang lebih “ihsan pada kemanusiaan.”

Ajaran islam yang mengatur prilaku manusia baik dalam kaitanya sebagai
makhluk dengan tuhannya maupun dalam kaitannya sebagai sesama mahluk, dalam
term fiqih atau ushul alfiqh disebut dengan syariah. Sesuai dengan aspek yang
diaturnya, syariah ini terbagi kepada dua yakni ibadah dan muamalah. Ibadah adalah
syariah yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya, sedangkan
muamalah adalah syariah yang mengatur hubungan antara sesama manusia. Pada
gilirannya kegiatan ekonomi sebagai salah satu bentuk dari hubungan antara manusia
ia bukan bagian dari aqidah, akhlaq dan ibadah melainkan bagian dari muamalah.
Namun demikian masalah ekonomi tidak lepas dari maspek aqidah, akhlak maupun
ibadah sebab dalam prespektif islam prilaku ekonomi harus selalu diwarnai oleh nilai-
nilai aqidah, aklak dan ibadah.[6]

2.2 PENGERTIAN IBADAH

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
a. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui
lisan para Rasul-Nya.

b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling
tinggi.

c. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai
Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang
bathin.

Dalam ajaran Islam manusia itu diciptakan untuk menghamba kepada Allah, atau
dengan kata lain beribadah kepada Allah dalam QS Adz Dzaariyat ayat 56 yang
artinya:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku. (QS. Adz-Dzaariyaat : 56).

Dan manusia yang menjalani hidup beribadah kepada Allah itu tiada lain manusia
yang berada pada jalan yang lurus sperti dalam QS Yaasiin ayat 61 yang artinya:

Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. inilah jalan yang lurus. (QS. Yaasiin: 61)

2. MACAM-MACAM IBADAH

1) Ibadah Mahdah (khusus)

Ibadah mahdah adalah Ibadah yang teknik pelaksanaannya telah diatur secara rinci
oleh Al-Qur’an dan Hadits seperti shalat, zakat, puasa dan haji.

Contohnya:

Delapan golongan yang boleh menerima zakat, telah disebutkan Allah SWT dengan
jelas pada QS At-Taubah ayat 60 yang artinya sebagai berikut:

Artinya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,


pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang
sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

2) Ibadah Ghairu Mahdah (Umum)


Adalah Ibadah yang teknik pelaksanaannya tidak diatur secara rinci oleh Al-Qur’an
dah Hadits seperti tolong menolong, dan tidak mengganggu orang lain. Semuanya
diserahkan kepada manusia sendiri. Islam hanya memberi perintah/anjuran, dan
prisnip-prinsip umum saja. Ibadah dalam arti umum contohnya adalah pada QS Al-
Maidah ayat 2 mengenai berbagai macam ibadah yang tidak disebutkan secara rinci
yng artinya sebagai berikut:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-
binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu
orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan
keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji, Maka
bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat
aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ibadah adalah segala bentuk hukum baik yang dapat di pahami maknanya (makulat
al-ma’na) seperti hukum yang menyangkut dengan muamalah pada umumnya ,
seperti sholat ,zikir dan hati seperti niat

Melalui ibadah kepada Allah, hidup manusia terkontrol. Dimanapun dan dalam
keadaan apapun, manusia di tuntut untuk selalu dalam keadaan sadar sebagai hamba
Allah dan mampu menguasai dirinya ,sehingga segala sikap ucapan dan tindakanya
selalu dalam control ilahi.

Anda mungkin juga menyukai