Anda di halaman 1dari 9

Makalah Studi Islam

Hubungan Aqidah dan Akhlak

Disusun Oleh:
Astri Dwi Zahrina

1111102000073

Azis Iqbal

1111102000014

Mida Fahmi

1111102000128

Rianisa Karunia Dewi 1111102000064


Santi Kurnia Dewi

1111102000016

PROGRAM STUDI FARMASI 2 A-C


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012

Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Hak, Kewajiban dan Keadilan ini dengan
baik dan tepat pada waktunya, diharapkan ikhtisar ini dapat bermanfaat bagi pembaca.Tak
lupa, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen dosen mata kuliah Studi Islam
selaku pembimbing.
Adapun isi dari makalah ini adalah pembahasan terperinci mengenai hubungan akidah
dan akhlak serta hubungan ketiganya dalam aplikasi sehari hari serta keterkaitannya dengan
Al-Quran. Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan dapat mempermudah pembaca dalam
memahami dengan jelas tentang pokok bahasan ini.
Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah maka dari
itu penulis mengharapkan kritik & saran yang bersifat membangun.

Ciputat, 5 Mei 2012

Penulis

Dasar Ajaran Islam


Akidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran
islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan terapi tidak dapat dipisahkan. Akidah sebagai
sistem kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan
sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara syariah sebgai sistem nilai berisi peraturan
yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlak sebagai sistematika menggambarkan
arah dan tujuan yang hendak dicapai agama.
Muslim yang baik adalah orang yang memiliki akidah yang lurus dan kuat yang
mendorongnya untuk melakukan syariah yang hanya ditujukkan pada Allah sehingga
tergambar akhlak yang terpuji pada dirinya. Atas dasar hubungan itu, maka seseorang yang
melakukan suatu perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh akidah atau keimanan, maka
orang itu termasuk ke dalam kategori kafir. Seseorang yang mengaku berakidah atau beriman,
tetapi tidak mau melaksanakan syariah, maka orang itu disebut fasik. Sedangkan orang yang
mengaku beriman dan melaksanakan syariah tetapi dengan landasan akidah yang tidak lurus
disebut munafik.
Akidah, syariah dan akhlak dalam Al-Quran disebut iman dan amal saleh. Iman
menunjukkan makna akidah, sedangkan amal saleh menunjukkan pengertian syariah dan
akhlak. Seseorang yang melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi akidah, maka
perbuatannya hanya dikategorikan sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik adalah perbuatan
yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, tetapi belum tentu dipandang menurut Allah.
Sedangkan perbuatan baik yang didorong oleh keimanan terhadap Allah sebagai wujud
pelaksanaan syariah disebut amal saleh. Karena itu di dalam Al-Quran kata amal saleh selalu
diawali dengan kata iman.
Melalui akidah, syariah dan akhlak, Islam memerintahkan kita agar bertauhid secara
murni (beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja, tidak kepada yang selain-Nya),
berakidah yang benar sesuai dengan pemahaman para Shahabat karena yang demikian itu
data membawa kepada ketentraman hati. Akidah yang diajarkan Islam dapat menjadikan
mulia, menampakkan harga diri dan memberikan kelezatan iman. Islam memerintahkan agar
berbakti kepada kedua orang tua, menghubungkan silaturahmi dan menghormati tetangga.
Islam mengajarkan agar berbuat dan berupaya untuk memenuhi dan membantu kebutuhankebutuhan kaum muslimin dan meringankan beban kesengsaraan mereka. Islam

menganjurkan terlebih dahulu memberi ucapan salam kepada setiap muslim yang kita jumpai
dan menolong kaum muslimin.
Akidah Sebagai Dasar Pendidikan Akhlak
Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslin adalah akidah yang benar terhadap alam
dan kehidupan karena akhlak tersarikan dari akidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu,
jika seseorang berakidah degan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus.
Begitu pula sebaliknya, jika akidah salah dan melenceng maka akhlaknya pun akan tidak
benar. Akidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinan terhadap allah
juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui Sang Penciptanya dengan benar,
niscaya ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah Allah. Sehingga ia
tidak mungkin menjauh atau bahkan meninggalkan perilaku-perilaku yang telah ditetapkanNya.
Adapun yang datap menyempurnakan akidah yang benar terhadap allah adalah
berakidah dengan benar terhadap malaikat-malaikat-Nya. Keyakinan terhadap Allah,
Malaikat, Kitab, dan para Rasul-rasul-Nya berserta syariat yang mereka bawa tidak akan
dapat mencapai kesempurnaan kecuali jika disertai dengan keyakinan akan adanya hari Ahkir
dan kejadian-kejadian yang menggiringnya seperti hari kebangkitan, pengmpulan,
perhitungan amal dan pembalasan bagi yang taat serta yang durhak dengan masuk surga atau
masuk neraka.
Di samping itu, akidah yang benar kepada Allah harus diikuti pula dengan akidah atau
kepercayaan yang benar terhadap kekuatan jahat dan setan. Merekalah yang mendorong
manusia untuk durhaka kepada Tuhannya. Mereka menghiasi manusia dengan kebatilan dan
syahwat. Merekalah yang merusak hubungan baik yang telah terjalin di antara sesamanya.
Demikianlah tugas tugas setan sesuai dengan yang telah digariskan Allah dalam
penciptaannya, agar dia dapat memberikan pahala kepada orang-orang yang tidak mengikuti
setan dan menyiksa orang yang menaatinya. Dan semua ini berlaku setelah Allah
memerpingatkan umat manusia dan mengancam siapa saja yang mematuhinya setan tersebut.
Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh
perilaku yang harus diikuti oleh manusia. Mereka harus mempraktikannya dalam kehidupan
mereka, karena hanya inilah yang akan mengantarkan mereka mendapatkan ridha Allah dan
akan

membawa

mereka

mendapatkan

balasan

kebaikan

dari

Allah.

Ketidakberesan dan adanya keresahan yang selalu menghiasi kehidupan manusia timbul
sebagai akibat dari penyelewengan terhadap akhlak akhlak yang telah diperintahkan oleh

Allah dan Rasul-Nya. Penyelewengan ini tidak akan mungkin terjadi jika tidak ada kesalahan
dalam berakidah, baik kepada Allah. Malikat, rasul, kitab-kitab-Nya maupun hari Akhir.
Untuk menjaga kebenaran pendidikan akhlak dan agar seseorang selalu dijalan Allah
yang lurus, yaitu jalan yang sesuai dengan apa yang telah digariskan-Nya, maka akidah harus
dijadikan dasar pendidikan akhlak manusia.
Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak yang agung (Al qalam : 4).
Adakah orang yang tidak menyukai perhiasan ? jawaban pertanyaan ini jelas, bahwa tidak
ada seorangpun melainkan ia menyukai perhiasan dan senang untuk tampil berhias di
hadapan siapa saja. Karena itu kita lihat banyak orang berlomba-lomba untuk memperbaiki
penampilan dirinya. Ada yang lebih mementingkan perhiasan dhahir (luar) dengan
penambahan aksesoris sepertipakaian yang bagus, make up yang mewah dan emas permata,
sehingga mengundang decak kagum orang yang melihat. Adapula yang berupaya
memperbaiki kualitas akhlak, memperbaiki dengan akhlak islami.

Islam Mengutamakan Akhlak

Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi
kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya
menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan.
Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan
awwam, seperti ucapan : Wah udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua. Atau
ucapan : Dia sih agamanya bagus tapi sama tetangga tidak pedulian., dan lain-lain.
Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi cambuk
bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang
mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid
sebagai sisi pokok/inti islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti
mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat.
Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok
inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah
sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan
sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.

Hubungan Aqidah dengan Profesi


Aqidah tidak hanya dipandang sekadar hubungan pribadi antara hamba dengan
Tuhannya tetapi juga terimplementasi dalam aturan-aturan Muamalah, yaitu aturan-aturan
yang mengatur masalah hubungan antara manusia dengan manusia lainnya yang antara lain
berkaitan dengan masalah ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Hubungan ini juga terkait
dengan saling berkompetisi, saling menjaga hak, dan saling mengerti. Muamalah jika
dikaitkan secara spesifik berkaitan dengan profesi kita.
Aqidah dalam diri manusia terimplementasi melalui keyakinan utuh secara penuh
kepada Allah. Artinya bertauhid, bersikap penuh dengan keesaan kepada Allah SWT.
Bertauhid yang benar adalah meyakini bahwa di manapun kita, Allah menyaksikan.
Kaitannya dengan profesi kehidupan yang digeluti manusia, nilai-nilai tauhid sudah
sepatutnya dihayati dalam setiap profesi apapun. Firman Allah yang menyatakan bahwa
bumi, langit, laut serta segala isinya telah ditundukkan Allah untuk kepentingan manusia,
mengisyaratkan penyerahan pengelolaan manusia bumi kepada manusia. Allah juga
memberikan rambu-rambu karena pengelolaan yang salah akan berakibat buruk bagi manusia
itu sendiri. Misalnya ekosistem bumi yang mulai terancam, isu pemanasan global memberi
kita tentang pengelolaan alam yang keliru.
Kekeliruan ini disebabkan karena lemahnya tauhid, keimanan manusia terhadap
Tuhanya. Tuhan dianggap tidak ada, bahwa manusia lupa bahwa alam merupakan pemberian
dari Allah

dan mereka juga lupa bahwa Sang Khaliq menyaksikkan apa yang mereka

perbuat.
Perilaku yang tidak didasari akidah dan keimanan kepada Allah SWT akan selalu
bermuara pada keburukan dan kehancuran. Sebab hanya dengan meyakini Allah , hawa nafsu
manusia dapat dikendalikan. Hanya dengan mengimani Allah pula, profesi apapun yang kita
geluti berjalan dengan lebih mudah. Sebab kita meyakini bahwa Allah akan selalu
memberikan kemudahan bagi apa yang dilakukan.
Akhlah Madzmumah dan Mahmudah

Akhlak adalah kata jamak dari khuluk yang kalau dihubungkan dengan manusia, kata khuluk
lawan kata dari kholq.
Perilaku dan tabiat manusia baik yang terpuji maupun yang tercela disebut dengan
akhlak.Akhlak merupakan etika perilaku manusia terhadap manusia lain,perilaku manusia
dengan Allah SWT maupun perilaku manusia terhadap lingkungan hidup.
Segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari disebut
akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah.Acuhannya adalah Al-Quran dan Hadist serta
berlaku universal.
Secara garis besar akhlak dibagi menjadi 2 yaitu, akhlak mahmudah (fadhilah) dan akhlak
mazmumah (qabihah). Akhlak mahmudah adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang
terpuji. Sedangkan akhlak mazmumah adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang
tercela. Akhlak mahmudah dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah yang terpendam, demikian
pula akhlak mazmumah dilahirkan oleh sifat mazmumah. Oleh karena itu sikap dan tingkah
laku kita yang lahirmerupakan cerminan atau gambaran dari sifat bathin.
Adapun sifat mahmudah yaitu :
1. Amanah, yang berarti setia, jujur, dapat dipercaya
2. Sidqu, jujur dalam pengertian menjaga kebenaran
3. Adl, senantiasa bersikap adil, dan melakukan segala sesuatu dengan proporsional
4. Afwu, pemaaf dan tidak mendendam, dapat memahami kesalahan orang lain, dan
berupaya meminta maaf apabila mempunyai kesalahan.
5. Alifah, disenangi karena murah hati dan senang berbagi kebaikan
6. Wafa, menepati janji, dan tidak menjanjikan sesuatu yang sulit diwujudkan oleh
dirinya sendiri.
7. Haya, memiliki rasa malu yang tinggi, sehingga senantiasa menjaga kebaikan bagi
dirinya sendiri dan orang lain.

8. Rifqu, berlaku lemah lembut, santun dan penuh kasih sayang


9. Niswah, bermuka manis dan menjaga perasaaan orang lain.

Adapun akhlak madzmumah ialah segala macam sikap dan tingkah laku tercela.
Adapun sifat-sifat madzmumah:
Ananiah egois, cenderung ingin menang sendiri, dan sulit menerima kebahagiaan
atau keberhasilan orang lain.
Al-bahyu melacur, tidak punya mau.
Buhtan dusta, pembohong.
Khiyannah berkhianat, tidak mampu menjalankan janji, dan senang mengobrol
janji.
Zhulm menganiaya, dilandasi oleh pemikiran meraup keuntungan untuk diri
sendiri.
Ghibah tidak mampu memahami dan menjaga perasaan orang lain.
Hasad dengki, perasaan terlalu tersaingi dan kekhawatiran akan hilangnya
kehormatan karena direbut oleh orang lain.
Kufron mengikari nikmat, tidak bersyukur, dan tidak pernah puas.
Riya ingin dipuji dan dianggap hebat. Ia memperlihatkan dan menunjuk nunjuk
amalan kepada orang lain. Orang yang riya adalah sia-sia amalannya karena niatnya
telah menyimpang disebabkan ingin pujian daripada manusia.
Naminah senang mengadu domba, artinya membuat perpecahan dari satu orang ke
orang lainnya, sehingga ia dapat menarik keuntungan dari pertengkarn orang lain.
Takabbur sombong, ia itu membesarkan diri atau berkelakuan sombong dan
bongkak. Sifat takabbur ini tiada sebarang faedah malah membawa kepada kebencian
Allah dan juga manusia dan kadangkala membawa kepada keluar daripada agama
karena enggan tunduk pada kebenaran.
Ujub bangga diri, ia itu merasai atau menyangkan dirinya lebih sempurna. Dengan
itu, maka timbullah perasaan menghina dan memperkecil-kecilkan orang lain dan lupa
bahwa tiap-tiap sesuatu itu kelebihannya.
Hubbud dunya kasihkan dunia, ia bermaksud kasihkan dunia, ia itu mencintai
perkara-perkara yang berbentuk keduniaan yang tidak membawa sebarang kebajikan
di akhirat. Oleh karena itu, kasihkan dunia itu adalah mengutamakan perkara-perkara

tersebut sehingga membawa kepada lalai hatinya daripada menunaikan kewajibankewajiban kepada Allah.
Syarrul kalam banyak bercakap, ia itu banyak berkata-kata atau banyak bercakap.
Ghadab pemarah, ia berarti sifat pemarah, ia itu marah yang bukan pada menyer
kebaikan atau menengah dariada kejahatan. Sifat pemarah yang dicela ialah marah
yang bukan pada tempatnya dan tidak dengan sesuatu sebab yang benar.
Syarrut taam banyak makan, ia itu terlampau banyak makan atau minum ataupun
gelojoh ketika makan atau minum. Makan dan minum yang berlebih-lebihan adalah
ditengah walaupun tidak membawa kepada lali daripada menunaikan ibadah karena
termasuk di dalam amalan membazir.
Akhlak islam, karena merupakan system akhlak yang berdasarkan kepercayaan kepada
Tuhan, maka tentunya sesuaia pula dengan dasar daripada agama itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Gholib, Achmad. 2011. Studi Islam II (Akidah Akhlak). Jakarta :
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press

Anda mungkin juga menyukai