Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat
hamba-hambanya, Maha suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintangbintang di langit, dan dijadikan padanya penerang dan Bulan yang
bercahaya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa
Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, yang diutus dengan
kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,
mengajak pada kebenaran dengan izin-Nya, dan cahaya penerang bagi
umatnya. Ya Allah, curahkan sholawat dan salam bagi nya dan keluarganya,
yaitu doa dan keselamatan yang berlimpah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Pendidikan Agama Islam Bapak Ahmad Zaldi yang telah memberikan
banyak arahan kepada kami, serta teman-teman yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah sederhana ini, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul Tauhid Sebagai Landasan Aqidah
yang Benar kami menyadari bahwa masih terdapat banyak sekali
kekurangan dan Kekhilafan dalam makalah ini, sehingga kami senantiasa
terbuka untuk menerima saran dan kritik pembaca demi sempurnanya
makalah ini kedepannya.Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
dalam makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan. Kesalahan dan
ketidak kesempurnaan berasal dari kami dan kebenaran dan kesempurnaan
hanya milik Allah SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin, Jazaakumullohu Khoiron Katsiro
Daftar Isi
BAB I........................................................................................................................... 3
Pendahuluan............................................................................................................... 3
1.1.
Latar Belakang.............................................................................................. 3
1.2.
Rumusan Masalah......................................................................................... 3
1.3.
Tujuan............................................................................................................ 3
BAB II.......................................................................................................................... 4
Pembahasan............................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Tauhid.............................................................................................. 4
2.2 Ruang lingkup tauhid......................................................................................... 5
2.3. Manifestasi Taudhid sebagai Aqidah.................................................................6
2.4. Manifestasi Tauhid dalam Kehidupan Muslim...................................................7
2.5. Hal-Hal yang Dapat Merusak Aqidah dan Tauhid..............................................9
2.7. Fungsi dan Peranan Aqidah...................................................................................... 12
BABIII........................................................................................................................ 14
Penutup.................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 14
3.2 Daftar Pustaka................................................................................................. 14
3.3. Tanya Jawab........................................................................................................ 15
2|KSB14
BAB I
Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
Tauhid merupakan hal yang paling dalam dalam Agama Islam, dimana
Tauhid mengambil peranan penting dalam membentuk pribadi-pribadi yang
tangguh, selain juga sebagai inti atau akar daripada Aqidah Islamiyah.
Kalimat Tauhid atau lebih dikenal dengan kalimat Syahadat atau juga disebut
Kalimah Thayyibah (Laailaahaillallah) begitu masyhur di kalangan umat
Islam. Dalam kesehariannya, seorang muslim melafalkan kalimat tersebut
dalam setiap shalat wajibnya yang lima waktu.
Namun rupanya saat ini pembahasan masalah 'Aqidah menjadi
sesuatu yang terkesampingkan dalam kehidupan, kencenderungan
masyarakat yang hedonis dengan persaingan hidup yang begitu ketat,
sehingga urusan-urusan dunia menjadi suatu hal yang menyita perhatian
manusia daripada hal-hal lainnya, termasuk masalah keberagamaan,
sehingga kita dapatkan banyak sekali penyimpangan demi penyimpangan
yang terjadi di tengah-tengah umat Islam, dengan keadaan yang semakin
hari semakin buruk ini rupanya lambat laun akan menyadarkan kita semua
akan pentingnya peran agama Islam sebagai agama paripurna yang tidak
mengatur urusan ukhrawi saja, namun juga dalam mengatur urusan-urusan
duniawi, yang menjadikan 'aqidah sebagai landasan berfikirnya.
Diharapkan dari penulisan makalah ini, selain pengetahuan yang lebih
luas tentang Tauhid sebagai intisari peradaban yang telah mengantarkan
umat Islam menuju kejayaan demi kejayaan yang tidak pernah tertandingi.
3|KSB14
1.3. Tujuan
1. Memahami dengan Sungguh-sungguh kebenaran Aqidah Islam sebagai
pegangan hidup
2. Memahami pengertian, fungsi dan peranan Aqidah Islam
3. Memahami pokok-pokok keimanan dan ketaqwaan berdasarkan isyarat
A-Quran dan Al-Hadist
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Tauhid
Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fiil
wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan
sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: Makna
ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala
sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru
menetapkannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39).
Secara istilah syari, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai
satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh
Tsalatsatil Ushul, 39). Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa
banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa
Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang
lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satusatunya sesembahan saja.
Secara etimologis (lughat) aqidah jamaknya aqaid, berasal dari kata
aqd, artinya ikatan, keyakinan. Dengan demikian, secara terminologis
(istilah) aqidah ialah sesuatu yang karena diyakini kebenarannya mengikat
kehidupan seseorang sehingga mempengaruhi sikap, ucap, dan tindakannya
sehari-hari.
Aqidah islam ialah aqidah yang berlandaskan tauhid, yaitu
kemahaesaan Allah Swt, baik dalam wujud, zat, sifat-sifat maupun afal-Nya.
Sebagai landasan aqidah Islam, tauhid yang berasal dari kata wahhada-
4|KSB14
Dengan demikian, dapat kita definisikan bahwa Tauhid ialah ilmu yang
membahas tentang cara penetapan aqidah Islamiyah berdasarkan dalil-dalil
yang kuat, baik akal, naql (Quran dan sunnah) maupun wijdan (rasa). (Hasbi,
1987 : 2, pada buku E. Hasan Saleh, 2000:100).Urgensi Ilmu Tauhid adalah :
1 sebagai sumber dan motivator perbuatan baik;
2 membimbing manusia ke jalan hidup yang benar;
3 membebaskan manusia dari perbudakan nafsu;
4 membebaskan manusia dari kehidupan yang menyesatkan;
5 mengantar manusia kepada kesempurnaan hidup lahir-batin.
(Imanuddin, 1993: 35-43 dan Asmuni, 1993 :7, pada buku E. Hasan Saleh,
2000:100).
adalah
meliputi
kembalinya manusia menghadap ilahi, berupa pembahasan tentang yaum alhisab, serta kehidupan alam ghaib lainnya.
Dalam perkembangannya ilmu tauhid yang merupakan ilmu yang
membahas masalah aqidah ini disebut juga dengan ilmu kalam, mengingat
problem-problemnya banak membahas masalah kalam (ayat) allah sehingga
pembahasannya serupa dengan ilmu manthiq (logika), menyangkut masalah
tawil (tafsir) ayat-ayat mutasyabih, termasuk masalah qadla dan qadar.
Adakalanya pula ilmu tauhid disebut dengan imu usluhuddin karena
pembahasannya sekitar rukun iman yang merupakan asas seluruh ajaran
islam (hasbi, 1990 : 1-2, pada buku E. hasan saleh : 2000 : 102).
Faktor-faktor yang menyebabkan tumbuh dan berkembangnya ilmu
tauhid yang kemudian dikenal dengan ilmu kalam adalah :
1. Faktor intern
Pernyataan quran yang bersifat apologik dan polemik
Misalnya tentang penolakan kemusyrikan (QS:6:76-78), tentang
penolakan terhadap penuhanan nabi Isa (QS:5:11), dsb.
Terjadinya peristiwa politik yang merembet ke masalah theologi.
2. Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah berupa pola pikir ang masih mempengaruhi
orang-orang islam, baik yang semula beragama lain maupun akibat persentuhan islam dengan budaya non-arab, terutama dengan filsafat yunani dan
misitisme dari persi dan india.
Ibnu khaldun menyatakn bahwa ilmu kalam merupakan ilmu yang
membahas aqidah dalam rangka mempertahankan iman dengan
mempergunakan akal pikiran (gazalba, 1975:213, pada buku e. hasan saleh :
2000 : 102). Selanjutnya, dengan pembahasan ilmu kalam ang notabene
meruapakan hasil pemikiran manusia itu, maka timbul aliran aliran
pemikiran, seperti khawarij, jabariyah mutazilah, asyariah, maturidiyah dan
sebagainya.
Dan tidak ada perselisihan sedikitpun dikalangan para ulama salaf dan
khalaf serta umat islam seluruhnya bahwasanya : paling afdal & utamanya
para nabi & rasul adalah ke empat nabi tersebut ( Muhammad, Musa, Isa, &
Ibrahim ) , tatkala Allah menetapkan & memerintahkan kepada empat rasul
yang mulia ini untuk marifah ( berilmu & mengetahui ) ilmu usul dan dasar
serta pondasi agama yaitu Tauhid sebelum ilmu furu ( sebagai aplikasi dari
ilmu usul ).
8|KSB14
Kelemahan yang terdapat dalam diri manusia adanya sikap tidak stabil, yang dapat membuat
cemas akan eksistensi dirinya. Sinyalemen itu dinyatakan dalam firman Allah SWT:
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.[19] apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah.[20] dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.[21] kecuali
orang orang yang mengerjakan sholat.[22] (QS. Al Maarij : 19-22)
Kecemasan akan eksistensi dirinya diawali sejak proses kejadiannya yang berasal dari
setetes sperma yang terbentuk dari hasil perjuangan hidup mati ratusan juta spermatozoa yang
memancar dalam rahim ibu. Padahal dengan kehendak Allah SWT manusia telah diangkat
sebagai khalifah (penguasa) dimuka bumi.
Kedua kenyataan ini menyebabkan ketidakstabilan watak (mental) manusia sehingga hal
itu sangat membutuhkan pengakuan atau penghargaan atau pujian dari orang lain. Inilah pokok
pangkal dari sifat riya (ingin dipuji). Rasulullah SAW mengingatkan bahwa riya merupakan
syirik khafi (sirik kecil) yang mudah berubah menjadi besar berupa sifat sombong, jka hal itu
tidak terkendali. (Imanuddin, 1993;123)
Dalam suatu hadist Rasulullah SAW bersabda :
tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya terdapat sifat kikir (sombong) sekecil
apapun (HR. Muslim dan Al Tirmidzi).
b. Sifat Ananiyah
Kemungkinan kedua bagi orang yang tidak stabil pribadinya adalah sifat ananiyah
(goisme = mementingkan diri sendiri).
Sikap ini tumbuh didalam perjuangan hidup mati (to be or not to be) ketika manusia masih
berbentuk spermatozoa (Imanuddin,1993;126).
Sikap mementingkan diri sendiri merupakan satu kenyataan yang diperlukan, dalam
rangka berjuang untuk hidup (struggle for life) dan berjuang untuk kelangsungan hidup (struggle
for existence).
Namun suatu kenyataan pula bahwa sebagai bagian dari alam yang diciptakan Tuhan,
manusia tidak bisa hidup sendiri, melainkan terikat oleh ketentuan ketentuan hidup
10 | K S B 1 4
bermasyarakat. Tanpa itu, hidup manusia akan menjurus kepada sikap yang ekstrim, sehingga
mempertuhan dirinya sendiri, yang ditampilkans dengan sikap sombong dan angkuh.
Sebagai makhluk individu manusia bersifat mementingkan disi sendiri, dan sebagai
makhluk sosial, manusia brersifat sosial yaitu menghargai kepentingan orang lain. Batas antara
kedua kepentingan tersebut akan sangat sukar jika ditentukan oleh manusia sendiri, Oleh sebab
itu adanya peranan peraturan Tuhan mutlak diperlukan.
Memang, manusia memiliki potensi, baik potensi hisup sesaat maupun potensi hidup
taqwa, sebagaimana Allah SWT firmankan.
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan.(QS.Asy-syams
[91] : 8 ).
Oleh sebab itu sifat egoisme (ananiyah) itu hanya dapat diatasi jika dilakukan dengan
menempuh jalan ihsan bahwa dimana pun dan di dalam keadaan apapun ia harus sadar sebagai
hamba Allah SWT dan oleh sebab itu selalu berusaha menjadi hamba Allah yang baik, dengan
melakukan perbuatan yang baik da menghindari perbuatan buruk.
c.
Sifat Penakut
Penyakit takut atau bimbang akibat jurang yakinnya sesorang akan kemutlakan
kekuasaan Alah SWT . Kurang yakin akan kemutlakan Allah maka pada diri sesorang akan
muncul rasa bimbang, yang dapat berkembang menjadi takut. Sifat takut dan bimbang
merupakan gelaja jiwa yang tidak bertauhid. Dengan kata lain, sifat takut dan bimbang itu
merupakan pertanda syirik.
Disinilah perlu orang bertawaqal kepada Allah SWT, dengan keyakinan akan firmanAllah
SWT, denagn keyakinan akan firman Allah SWT ; La Takhaf wala Tahzan = Jangan takut dan
jangan berkecil hati.
11 | K S B 1 4
Dan tatkala datang utusan-utusan kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah
Karena (kedatangan) mereka [155]. Dan (merasa) tidak punya kekuatan untuk melindungi
mereka dan mereka berkata : Janganlah kamu takut dan jangan (pula) susah. Pengikutmu
kecuali isterimu, dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). (QS. Alankabut [29] :33).
Untuk itu seorang muslim harus siap menerima kenyataan bahwa Tuhan punya hak menguji, dan
Tuhan tidak lengah terhadap apa upaya yang dilakukan manusia.
Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa ang telah ditetapkan Allah
untuk kami. Dialah pelindung kami, dan Hanya kepada Allah orang-orang yang harus beriman
harus bertawaqal. (QS. At Taubah [9] : 51)
d. Sifat Zalim
Zalim artinya meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya atau melakukan sesuatu yang
tidak semestinya. Sifat zalim terjadi jika seseorang melakukan sesuatu yang berlawanan dengan
kewajaran, sedangkan sesuatu yang tidak wajar terjadi karena bertentangan dengan sunatullah.
Kebiasaan bersifat zalim pasti berdampak negatif baik bagi dirinya maupun
lingkungannya. Berprilaku zalim berarti sombong, berarti pula kufur, berarti pula meremehkan
sunatullah. Disebut sombong karena tindakannya menentang Allah, satu satunya yang berhak
bertindak menurut iradah Nya.
12 | K S B 1 4
e. Sifat Hasad
Sifat hasad tumbuh dihati seseorang apabila tidak senang terhadap keberhasilan orang
lain. Sifat hasad tumbuh karena ia merasa tersaingi. Sifat itu muncul akibat (kibr) nya.
Baik sifat hasad maupun sombong, tidak akan dijumpai pada seseorang selama orang itu
memiliki jiwa tauhid. Dengan jiwa tauhid seseorang akan merasakan bahwa semua makhluk
sama kedudukannya dihadapan Allah SWT. Sebab hanya Allah lah yang pantas dianggap
punya kelebihan dari semua yang ada. Itulah sebabnya setiap muslim dalam shalatnya selalu
berikrar Iyyakanabudu wa iyyaka nastain =hanya kepada Engkau lah kami tunduk, dan
hanya kepada Engkau lah kami memohon pertolongan. Hal tersebut tersirat dalam Quran
Surat Al Fatihah ayat ke empat.
13 | K S B 1 4
Agama sebagai kebutuhan fitrah manusia akan senantiasa menuntut dan mendorong
untuk terus mencarinya. Aqidah memberikan jawaban yang pasti sehingga kebutuhan rohani
dapat terpenuhi untuk memperoleh ketenangan dan ketentraman jiwa yang diperlukannya.
c. Memberikan pedoman hidup yang jelas.
Keyakinan terhadap Tuhan yang diberikan aqidah Islam memberikan arahan dan
pedoman yang jelas sebab aqidah menunjukkan kebenaran keyakinan yang sesungguhnya.
Aqidah memberikan pengetahuan dari mana manusia datang, untuk apa hidup dan kemana
manusia akan pergi sehingga keidupan manusia akan lebih jelas dan lebih bermakna.
Aqidah Islam sebagai keyakinan akan membentuk prilaku bahkan mempengaruhi
kehidupan seorang muslim. Abu Ala Al Maududi menyebutkn pengaruh aqidah tauhid adalah :
o
o
o
o
o
o
o
o
o
BABIII
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa Tauhid mempunyai
berbagai macam fungsi dan peran yang dapat memberikan dampak positif
bagi kehidupan sosial yakni membebaskan manusia dari perbudakan mental
14 | K S B 1 4
dan penyembahan kepada semua makhluk, menjaga manusia dari nilai- nilai
palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangankesenangan sensual belaka, Sebagai frame of thought dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai pondasi keimanan yang juga
menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup seluruh umat manusia,
ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten, Mengajarkan
kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran
intelektual mereka. Maka jelaslah bahwa tauhid erat hubunganya dengan
kehidupan sosial karena dengan ber tauhid manusia dapat mengetahui
tujuan hidup mereka yaitu beribadah kepada Allah Subhanahu Wataala
secara vertical yaitu langsung kepada Allah dengan ibadah makdoh dan
Horizontal yaitu beribadah dengan sesama makhluk Allah dengan ibadah
ghoirumakdoh.
Dengan menancapakan kalimat Lailahailallah dalam hati, maka akan
diketahui bahwa segala hal bentuk penyembahan terhadap sesama manusia
merupakan suatu perbuatan yang bisa menduakan Allah SWT serta
mengingkari kekuasaannya, karena Dialah yang menciptakan segala
sesuatunya di alam ini, baik yang ada di langit maupun ada di bumi. Dan
apabila semua ini dapat direalisasikan dalam kehidupan secara konsisten
maka akan tercipta kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.
3.2 Daftar Pustaka
Al-Quran dan Al-Hadits
Tamyis,Adep.2014.PENDIDIKAN AGAMA ISLAM untuk Politeknik (Diploma
IV).Bandung:Unit Pelayanan Mata Kuliah Umum
15 | K S B 1 4
Pendapat kita mengenai pernyataan seorang pendeta yang menerjemahkan ayat alquran
surat al-fathihah, yang artinya tunjukanlah kami jalan yang lurus, ini menunjukan bahwa
nabi Muhammad SAW sebelum diturunkan ayat tersebut sedang berada dalam jalan ang tidak
lurus. Bagaimana pendapat kita mengenai pernyataan kita mengenai hal tersebut?
Jawaban : (GUMELAR)
Pernyataan tersebut terjadi karena pendeta tersebut melihat dan menerjemahkan satu ayat
tersebut dalam satu sisi. Dia tidak mencoba memahami ayat tersebut dari segi ilmu tafsir, karena
untuk memahami suatu ayat tidaklah mudah hanya orang yang berpikir yang dapat
memahaminya. Selain itu setiap ayat memiliki sebab turunnya, sehingga kita tidak bisa
mengambil kesimpulan secara sepihak bahwa sebelum diturunkan ayat tersebut, Nabi
Muhammad berada di jalan yang sesat.
Selain itu pernyataan tersebut pasti akan menggoyangkan aqidah dan keimanan kita, tapi
bila kita memiliki iman yang kuat dan berilmu maka kita bisa menangkal segala hal tersebut.
16 | K S B 1 4
Pertanyaan 4 : (HAFID) Maksud dari tauhid uluhiyah sebagai ujung ruh al Quran?
Jawaban : (FEBRIAN)
Di Al-Quran sendiri banyak sub bab yang menjelaskan tentang muamalah, ibadah, kisah
kisah umma t terdahulu dan masih banyak lagi termasuk tentang tauhid. Jika dilihat dari
sejarahnya, ayat ayat tauhid dahulu banyak nuzul pada masa pertama kali islam ditegakkan di
mekkah yang biasa kita sebut ayat ayat makkiyah yang bermakna tauhid dan mengesakan Alloh.
Ruh berarti inti, yaitu sebelum kita belajar islam lebih jauh, kita harys bertauhid dengan
benar, mengeesakan Alloh, sesuai dengan urutan rukun iman. Kita harus benar benar bertauhid
kepada Alloh yang menciptakan semua makhluk. Bukan beriman kepada malaikat dahulu, kitab
dahulu, dan lain lain.
Pertanyaan 5 : (TOPIK)Bagaimana caranya agar kita bisa benar-benar yakin terhadap asmaasma Allah?
Jawaban : (FEBRIAN)
Kita selain dituntut untuk hafal ke 99 Asmaul Husna dengan lagu dan nyanyian yang sudah ada,
kita juga harus bisa memahi makna dari setiap Asmaul Husna Itu sendiri dan menanamkan nilai
nilai Asmaul Husna itu kedalam hati kita
Pertanyaan 6 : (IHSANUL) : Bagaimana cara agar kita dapat menghindari sifat sifat yang
dapat merusak tauhid ?
Jawaban (IIS) :
a. Menumbuhkan kesadaran bahwa permusuhan dan kemarahan akan membawa petaka dan
kesengsaraan baik lahir maupun bathin.
b. Saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
c. Jadilah orang yang mempunyai pendirian tidak mudah di provokasi.
d. Mengamalkan ajaran agama.
17 | K S B 1 4
e. Mempersiapkan niat hanya karena Allah saja, tidak menampakkan ibadah kecuali untuk
memberi contoh dan diwaktu orang banyak melakukannya.
f. Dalam upaya menghindari perbuatan aniaya ini hendaknya kita memperhatikan hak-hak diri
sendiri, hak orang lain, hak binatang, alam, dsb. Selain itu pula kita hendaknya takut kepada
dosa, karena Allah swt telah melarang kita berbuat aniaya, atau berbuat kerusakan di muka bumi
ini. Dan kita harus ingat bahwa kita hidup bersosialisasi dengan orang lain.
g. Agar kita terhindar dari perbuatan diskriminasi ini perlu sekali memahami tentang hak-hak
dan kewajiban seseorang. Jika kita mau melakukan diskriminasi, maka perhatikan dulu apakah
dia memang berhak atau tidak, jika memang berhak, maka kita harus mengurungkan diri untuk
berbuat diskriminasi.
18 | K S B 1 4