Anda di halaman 1dari 37

Filosofi Syahadat

Syahadat merupakan hal yang penting dalam islam. Dalam sehari, setidaknya minimal 5 kali dalam sehari
kita mengucapkannya. Belum lagi jika kita melakukan sholat sunnah. Akan tetapi, syahadat bukan hanya
di lisan saja. Kita harus memaknai syahadat itu sendiri dan menjadikannya sebagai prinsip dasar
kehidupan. Kalimat syadahat ini digambarkan seperti fondasi. Jika tidak memahami inti dari syahadat itu
sendiri, maka kita akan terjerumus dalam kemusyrikan yang mana itu merupakan dosa besar
(Naudzubillah).

Syadahat merupakan dua kalimat, yaitu :

Asyhadu allaa ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan rasulullah

(aku bersaksi sesungguhnya tidak ada Ilaah selain Allah, dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad
Rasul Allah)

Dalil yang menyatakan syahadat tersebut ada di surat QS. Muhammad : 19

ُ ‫َفاعْ لَ ْم أَ َّن ُه اَل إِلَ َه إِاَّل هَّللا‬

Maka ketahuilah, sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah…

Kata fa’lam berarti “maka ketahuilah, ilmuilah….” Artinya Allah memerintahkan untuk mengilmui atau
memahami kalimat Laa Ilaaha Illallah bukan sekadar mengucapkannya, tetapi dengan yang pada
gilirannya akan membentuk keyakinan (i’tiqad) dalam hati.

Pentingnya syahadat :

Pintu gerbang ke dalam islam

Sebagaimana dalam surat Al-Baqarah : 208, Islam ibarat rumah atau sistem hidup yang menyeluruh, dan
Allah memerintahkan kaum muslim untuk masuk secara kaaffah. Untuk masuk, harus melalui pintu
gerbang yaitu syahadatain. Artinya, pemahaman Islam yang benar dimulai dari pemahaman kalimat
itu.Hal ini bukan saja berlaku untuk kaum muslim, akan tetapi bagi kaum non muslim juga. Maksudnya,
jika masuk islam harus secara menyeluruh, total, tidak boleh setengah-setengah. Pemahaman yang
benar atas kedua kalimat ini mengantarkan manusia ke pemahaman akan hakikat ketuhanan
(rububiyah) yang benar juga. Mengimani bahwa Allah-lah Robb semesta alam.

Intisari ajaran Islam

Pertama, kalimat syahadatain merupakan pernyataan kemerdekaan seorang hamba bahwa ibadah itu
hanya milik dan untuk Allah semata, bukan sebagai hamba-hamba yang lain. Kemerdekaan tersebut
bermakna membebaskan dari segala bentuk kemusyrikan, kekafiran, dan api neraka. Kita tidak
mengabdi kepada bangsa, negara, wanita, harta, perut, melainkan Allah-lah yang disembah.
Sebenarnya, prinsip kalimat “laa ilaaha illallah” itulah kita hidup, kita mati dan akan dibangkitkan.
Rasulullah juga bersabda “Sebaik-baik perkataan, aku dan Nabi-nabi sebelumku adalah Laa ilaaha
illallah” (Hadist). Maka sering-seringlah mengulang kalimat ini sebagai dzikir yang diresapi dengan
pemahaman yang benar, bukan hanya melisankan saja. Karena hal itu dapat meningkatkan keimanan
kita kepada Allah. Keimanan yang kuat, membuat hamba menyikapi semua perintah Allah dengan
mudah. Allah akan memberikan dua keuntungan bagi mereka yang beriman dengan bersih, yaitu hidup
aman atau tenteram dan mendapat petunjuk dari Allah sebagaimana Dia berfirman dalam Al-Qur’an Al-
An’am: 82.

Kedua, kita bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, berarti kita seharusnya meneladani
Rasulullah dalam beribadah kepada Allah. Karena beliau adalah orang yang paling mengerti cara
beribadah kepada-Ny

Dasar-dasar Perubahan

Perubahan di sini maksudnya perubahan yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, yaitu
perubahan dari kegelapan (jahiliyah) menuju cahaya (Islam). Hal ini beracuan pada surat Al-Baqarah :
257. Perubahan tersebut mencakup aspek keyakinan, pemikiran, dan hidupnya secara keseluruhan, baik
secara individu maupun masyarakat. Secara individu, berubah dari ahli maksiat menjadi ahli ibadah yang
taqwa, dari bodoh menjadi panda, dari kufur menjadi beriman, dan seterusnya. Secara masyarakat, di
bidang ibadah, merubah penyembahan komunal berbagai berhala menjadi menyembah kepada Allah
saja. Dalam bidang ekonomi, merubah perekonomian riba menjadi sistem Islam tanpa riba, dan lain-lain.
Semuanya tersebut sudah doatur dalam islam, mulai dari hal yang  kecil ke hal yang besar. Islam
merupakan rahmat, yang hal ini bukan hanya untuk orang muslim, tetapi untuk non-muslim juga.
Contohnya saja, apabila kaum muslim mengembangkan sistem perekonomian secara syariah,  maka
kaum non-muslim akan merasakannya juga. Syahadatain mampu merubah manusia, sebagaimana ia
telah merubah masyarakat di masa Rasulullah dan para sahabat terdahulu.  Dan pada intinya,
perubahan tersebut diawali dengan pemaknaan syahadat itu sendiri.

Hakikat Dakwah para Rasul

Para nabi, sejak Adam a.s sampai Muhammad saw, berdakwah dengan misi yang sama, mengajak
manusia pada ajaran yang sama yaitu untuk beribadah kepada Allah saja dan meninggalkan Thogut
(sembahan selain Allah). Itu merupakan inti yang sama dengan kalimat syahadatain, bahwa tiada Ilaah
selain Allah semata. Sebenarnya kalimat syahadat ada sebelum Allah menciptakan alam semesta,
sebelum Adam a.s tercipta, Subhanallah.  Surat yang berhubungan dengan pernyataan tersebut ada
dalam An-Nahl : 36 & Al-Baqarah : 257.

Keutamaan yang Besar

Kalimat syahadatain jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan pada waktu sebelum kita
meninggal, dapat menjanjikan keutamaan yang besar. Keutamaan itu dapat berupa moral maupun
material, kebahagiaan di dunia juga di akhirat, mendapatkan jaminan surga serta terhindarkan dari api
neraka.

( https://pluslerainbow.wordpress.com/2009/06/05/filosofi-syahadat/ ) diakses 07 – 02 – 2017 jam


22:34
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupannya, manusia sebagai mahluk yang berfikir dan  haus pertanyaan sangat membutuhkan
pengetahuan untuk menjalani semua aktifitas dan tujuan hidupnya. Sumber pengetahuan bagi semua
manusia merupakan hasil dari filosofi  dasar berupa  pengetahuan rasionalitas yang diterima akal
fikirannya dan berupa sumber otentik yang berupa ajaran agama yang diyakininya.

Bagi umat islam akal fikiran, hati dan jasmani harus diatur dalam  keseimbangan dan ketawazunan
hidup. Sumber pengetahuan tersebut disebut naqli dan aqli. Sumber naqli inilah yang merupakan
sumber utama dalam ilmu pengetahuan yang dibutuhkan semua manusia, baik masalah dunia secara
umum  maupun kebutuhan spiritual agama secara implisit. Al-Qur’an adalah sumber pertama syari’ah
Islam dan as-Sunnah adalah sumber kedua. As-Sunnah  merupak penjelas al-Qur’an, perinci hukum-
hukumnya, dan mengeluarkan furu’ ‘cabang’ dari ushul ‘pokok’ nya. As-sunnah adalah praktek nyata
ajaran Islam yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad Saw.  Al Qur’an dan Hadits Rasulullah  adalah
sumber yang sangat otentik bagi umat muslim.

Dalam studi islam, syahadat menjadi pintu gerbang untuk memahami itu semua, akan tetapi tidak
semua muslim memahami maksud dan tujuan akan rukun islam yang pertama ini. Syahadat hanya
sekedar simbol bahasa saja, syahadat hanya  sebatas bacaan rutinitas dalam ritual ibadah shalat dan
akad muamalah lainnya atau mungkin  hanya sekedar bahasa pembuka dalam setiap pertemuan.
Padahal dalam sejarah, syahadat memberi makna dalam setiap langkah awal perjuangan para sahabat di
masa awal dakwah islam, dalam membela diri dan agama  baru yang dipegangnya. Syahadat bukan
sekedar basa basi, tapi kalimat tinggi tentang bahasa langit ketauhidan.  

Lalu kenapa ummat islam menjadi lemah dari semua sisi, ilmu pengetahuan islam yang dulu pernah
mengisi peradaban dunia, pengaruh politik, militer dan ekonomi yang nyaris menguasai sepertiga dunia
selama lebih dari 7 abad. Sekarang semua tinggal kenangan yang menjadi bingkai sejarah yang
menyatakan bahwa islam pernah ada. Ironisnya bukti dan sisa peradaban kini porak poranda ditengah
kemelut peperangan di timur tengah. Benturan menjadi nyata, Islam dan barat menjadi titik clash of
civilzation. Perbedaan peradaban yang berdasar paradigma barat dengan mengusung peradaban
modernitas univesal dan westernisasinya dan Islam dengan konsep syahadatain sebagai pondasi
syumuliyahnya, inilah yang menjadi pertentangan abadi dalam menentukan kekuatan siapa berkuasa
atas siapa. Sepanjang perjalanan peradaban dan kemajuan intelektual ilmu pengetahuan, sebagaimana
ditunjukan oleh Thomas Kuhn dalam buku klasiknya, The Structur of Scientific Revolution, terdiri dari
pergantian suatu paradigma yang tidak lagi mampu menerangkan fakta-fakta (persoalan-persoalan) baru
yang hanya dapat dijelaskan melalui sebuah paradigma baru – tidak mampu menjelaskan fakta-fakta
tersebut melalui cara yang lebih memuaskan “untuk menerima sebuah paradigma”[1]. Sebagaiman
fakta pasukan Uni Soviet yang mencari kehidupan dalam peperangan di Afghanistan melawan pasukan
Taliban yang mencari kematian. Atau ketika seorang wanita palestina yang dipaksa membuka hijabnya
oleh puluhan tentara Israel dengan bersenjata lengkap, yang harus berakhir dengan ke syahidan setelah
berondongan peluru menembus tubuhnya. Adakah korelasi syahadat pada diri seorang muslim dengan
kondisi akhir zaman yang mencederai kondisi ummat islam yang semakin terkoyak?

Secara konsep aksiologis, syahadat adalah dasar cinta yang mulai pudar dan kini mulai ditinggalkan oleh
ummatnya. Syahadat adalah nilai ketauhidan yang dibawa para nabi dan rasul, dengan penuh sabar tak
terbatas dengan cinta yang melangit, mereka bawa panji tersebut dan menyampaikannya ke setiap
genetasi ummat. Adalah nabi Nuh AS, yang menyeru masyarkatnya untuk menyembah dan mengesakan
Allah, tapi berapa banyak yang mengikuti konsep dakwahnya? Termasuk anak kandungnya yang
menolak mentah-mentah konsep keilahian tersebut. Lebih banyak hewan yang tunduk dengan fitrah
dibandingkan manusia berakal yang mau menerima seruan dan menaiki bahteranya dengan selamat.
Bagaimana dengan sekarang yang bukan zaman para nabi? Masihkah syahadat ada dalam hati para
pencintaNya? Atau sebatas bahasa yang menjadi penghias sejarah keemasan masa lalu yang dijadikan
cerita para ustadz di surau kampung atau sebatas pemanis para penceramah di layar kaca selama
Ramadhan.

Yang mengerikan simbol syahadat kini ditakuti masyarakat. Sekarang dimunculkan menjadi label teror
yang menakutkan, bendera tauhid dijadikan tak ubahnya seperti bendera bajak laut. Sedemikian
phobianya, barat melambangkannya sebagai sumber permasalahan teror dari dunia Islam, mereka
berhasil memberikan stigma negatif bagi masyarkat umum yang diluncurkan melalui televisi dan media
ghozwul fikri lainnya.

Kini bahasa langit tersebut menjadi miss oriented , seperti tidak ada cinta lagi yang membingkainya. Kini
kalimat tauhid itu menjadi kunci keberkahan yang hilang. Padahal kunci keberkahan dari langit itu
adalah taqwa yang dilandasi ajaran syahadat beserta pengamalannya. Syaikh as Sa’di rahimahullah
mengatakan “Seseorang tidak dikatakan berkata kepada Allah, kalau dia tidak bertauhid. Orang yang
bertauhid dan bertaqwa akan diberikan jalan keluar dari berbagai masalah hidupnya”, Ibnu Qoyyim
rahimahullah juga berkata :” Tauhid mampu membukakan pintu kebaikan, kebahagiaan, kenikmatan,
kesenangan dan kegembiraan bagi seorang hamba.” [2]

Bukan hal yang wajar bila konsep penghambaan ini menjadi absurd setelah dihantam para Orientalis
dan para pengusung materialistis, yang mempertanyakan eksistensi Allah melalui topeng ilmu
pengetahuan melalui teori evolusinya. Kini ilmuwan harus memilih kedua jalan tersebut, yang tentu saja
hal ini akan di bedakan oleh  pondasi  keimanan masing masing.

B.     Rumusan Masalah          

       Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah :

1.      Bagaimana  perspektif syahadat secara ontologi?


2.      Bagaimana perspektif syahadat secara epistomolgis?

3.      Bagaimana perspektif syahadat secara aksiologis ?

C.     Tujuan Masalah

 Tujuan makalah ini adalah untuk melihat konsep syahadat  dari perpspektif filsafat Ilmu.

BAB  II

ONTOLOGI SYAHADAT

A.    MAKNA SYAHADAT

Syahadat secara bahasa adalah bersaksi, Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahida , yang
artinya "ia telah menyaksikan". Kalimat itu dalam syariat Islam adalah sebuah pernyataan kepercayaan
dan keyakinan sekaligus pengakuan tauhid akan keesaan  Allah SWT dan pengakuan nabi Muhammad
SAW sebagai rasulNya yang mengantarkan semua konsep syariat Allah.

Pengakuan Ketauhidan

Dalam kehidupan sampai kematiannya, seorang muslim hanya mempercayai Allah Swt. sebagai satu-
satunya ilah (tuhan) dan tiada tuhan yang lain selain Allah Swt., Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu
yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang. Dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang
muslim memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allah sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup.

Pengakuan inilah yang menjadikan seorang muslim terikat dalam sebuah janji untuk menghambakan diri
dan tunduk atas semua syariat yang telah hadir dan disampaikan oleh para nabi dan rasul. Tauhid adalah
mengesakan Allah Swt. tidak membandingkan denan Ilah lain yang menyetarainya. Dalam ilmu syariat,
jika ada pembanding maka jatuhlah hukum syirik. Ada yang lebih diutamakan, ada yang lebih dicintai,
dan ada yang lebih ditakuti. Syahadat itu Seperti kain putih bersih, harus tetap terjaga putih dan
kebersihanya, tidak boleh ada noda. Karena syahadat itu urusan hati dan niat yang mengikuti seluruh
tindak amal seorang muslim.

Seperti dalam al Quran dijelaskan dalam surat al Ikhlas: 1-5 : “Katakan (muhammad) : Dialah Allah yang
Maha Esa, Allah tempat meminta segala sesuatu, Allah tiada beranak dan tidak pula diperanakan, Dan
tidak ada sesuatu yang disetarakan dengan Dia”.[3]

Pengakuan Kerasulan.
Pengakuan selanjutnya adalah dengan mengikrarkan kalimat pengakuan eksistensi nabi Muhammad
Saw sebagai nabi terakhir yang ditunjuk Allah untuk memberikan pesan Nya.  seorang muslim
memantapkan diri untuk meyakini ajaran Allah seperti yang disampaikan melalui Muhammad, sebagai
contoh meyakini hadist-hadist dan sunnah Muhammad Saw.

Sebagai prototype umat manusia maka Rasulullah diutus untuk menyampaikan ilmu utama tersebut
dengan cara dan  ahlaq yang luar biasa, menjadi al amin adalah gelaran yang disematkan kepada beliau.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (al Ahzab:21)
[4]

  Dengan keteladanan inilah Rasulullah diikuti dan di cintai, sehingga semua perbuatan dan perkataanya
menjadi rujukan ke dua setelah Al Qur’an, dan inilah yang sering kita sebut Hadist.Menurut Sohari
Sahrani “Wahyu yang diturunkan Allah Swt. kepada rasul dijelaskan memalui perkataan (Aqwal),
perbuatan (afal) dan ketetapannya (taqrir) dihadapan para sahabat. Apa yang didengar, dilihat dan
disaksikan oleh mereka, merupakan pedoman bagi malihah dan ‘ubudiah mereka sehari-hari. Dalam hal
ini, Rasulullah merupakan contoh satu-satunya bagi sahabat, karena ia memiliki sifat kesempurnaan dan
keutamaan selaku rasul Allah yang berbeda dengan manusia lainnya.”[5] Dari sinilah kita menemukan
hukum-hukum, norma-norma akhlak, ibadah-ibadah, dan cara mendekatkan diri kepada Allah  yang
disyari’atkan,  dipraktekkan dan disunnahkan selama seperempat abad. As-Sunnah disyari’atkan semata-
mata untuk mendidik umat Islam dalam berbagai aspek kehidupan baik bidang agama, sosial, akhlak,
politik, hukum, mu’amalah serta semua bidang keilmuan dan amal.

Makna Laa Ilaaha Illallah

Kalimat Laa Ilaaha Illallah sebenarnya mengandung dua makna, yaitu makna penolakan segala bentuk
sesembahan selain Allah, dan makna menetapkan bahwa satu-satunya sesembahan yang benar
hanyalah Allah.

            Dalam al Quran surat Ali Imron : 18 menyatakan : “Allah menyatakan bahwasanya tiada Ilah
melainkan Dia (yang berhaq disembah), yang menegakan keadilan. Para malaikat dan orang-orang
berilmu (juga menyatakan demikian itu). tiada Ilah melainkan Dia (yang berhaq disembah), yang Maha
Pekasa lagi Maha Bijaksana”.[6]  

            Ayat ini adalah pernyataan Allah sendiri dalam Alquran yang mendaulat keberadaanNya terhadap
mahluqNya, bahwa diriNya Ilah yang haq, yang wajib disembah, maka pernyataan ini adalah hak paten
“mitsaqon gholizha” yang dikukuhkan sebagai simbol perjanjian kuat terhadap tauhid ibadah[7]

Berdasarkan ayat ini juga, maka mengilmui makna syahadat tauhid adalah wajib dan mesti didahulukan
daripada rukun-rukun Islam yang lain. Di samping itu Rasulullah pun menyatakan: "Barang siapa yang
mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dengan ikhlas maka akan masuk ke dalam surga." Yang dimaksud
dengan ikhlas di sini adalah memahami, mengamalkan dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum
yang lainnya, karena di dalamnya terkandung tauhid yang karenanya Allah menciptakan alam.
Rasulullah (Muhammad) tinggal selama 13 tahun di Makkah mengajak orang-orang dengan perkataan
dia "Katakan Laa Ilaaha Illallah" maka orang kafir pun menjawab "Beribadah kepada sesembahan yang
satu, kami tidak pernah mendengar hal yang demikian dari orang tua kami". Orang Suku Quraisy di
zaman nabi sangat paham makna kalimat tersebut, dan barangsiapa yang mengucapkannya tidak akan
menyeru/berdoa kepada selain Allah.

Ditengah gangguan kafir Qurays dalam menghancurkan Islam mereka bertahan berbekal pertemuan
rutin yang di hadirinya secara rahasia. Bagaimana Bilal bin Rabbah bertahan melafalkan senandung
abadinya yang di ulang-ulang :  “Ahad...Ahad...Ahad...” [8] ketika dipaksa menyebutkan tuhan bangsa
Qurays Latta dan ‘Uzza, ditengah  siksaan yang amat pedih tuannya Umayah bin Khalaf,  Bilal
dilentangkan ditengah terik matahari gurun sampai dadanya dihimpit batu besar.

Demikian pula keluarga Yassir yang rela berkorban mempertahankan aqidah. Sang ibu, Summayah yang
bersabar dari kematian hinga tombak menembus kehormatannya, dialah syahidah pertama yang gugur
dalam sejarah Islam. Demikian pula suaminya yang lengan dan kakinya rela terputus demi Allah dan
Rasulullah yang sangat dicintainya. Dan anaknya, berkata ‘Amar bin Hakam :  “Ammar itu disiksa sampai-
sampai ia tak menyadari apa yang diucapkannya.”[9] Inilah episode pertama perjuangan menyampaikan
dakwah penuh pengorbanan demi mengibarkan laa ilaha illallah ditengah kejahiliyahan bangsa yang
ummi.

Makna Muhammad Rasulullah

            Ini adalah pernyataan bahwa Muhammad Saw. adalah Rasulullah, menuntut kesediaan
menjadikan Rasulullah sebagai teladan, sehingga bernilai disisi Allah.[10] Kalimat ini menjadikan seorang
muslim memiliki rasa cinta, ridha dengan segala yang dicontohkan dari segi amal, perkataan dan semua
tingkah laku beliau.

            Selain sifatnya yang di maksum oleh Allah, juga karena keteladanan Rasulullah dan juga
pengorbanan yang sangat kepada ummatnya. Allah telah menganugrahkan syafaat dan derajat yang
tinggi kepada Rasulullah, menunjuki manusia agar mencintai beliau dan melandasi kehendak untuk
mengikuti beliau karena cinta kepada Allah. Tentang ahlaq beliau, Sayyidah Aisyah pernah berkata :”
Ahlaq beliau adalah al Qur’an.” Menurut Syaikh Muhammad Ali Al Harakan :”Maka siapa yang memiliki
Ahlaq seperti ahlaq beliau, dialah orang yang paling baik, paling sempurna,dan paling layak menerima
cinta semua hamba Allah”[11]

            Demikian pula penulis berkebangsan Amerika serikat, Michael H. Hart. dalam bukunya  The 100 :
Ranking of the Most Influential Persons in History, menempatkan Rasulullah sebagai orang pertama dari
100 tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah di dunia. Dalam perjalanan sejarah banyak
membuktikan kecintaan para Sahabat terhadap Rasulullah. Mengapa rasulullah dirindukan dan dicintai?
Itu bukan hanya karena Allah membuka hati untuk mencintai,  jawabannya sederhana karena Rasulullah
memiliki ahlaq yang luar biasa yang menarik kecintaan para Sahabat. Dan selayaknya kita sebagai
ummatnya walau tidak melihatnya secara langsung, adalah keutamaan  yang besar untuk bisa
mencintainya.
B.     OBJEK SYAHADAT

Objek syahadat adalah Allah sebagai rabb semesta alam dan Ilah yang haq dan wajib disembah, sama
seperti halnya semua ibadah dalam rukun Islam. Semua amal menjadi ibadah bila disertai niat yang
benar, Ikhlas karena Allah. Allah adalah tujuan, Allahu ghoyatuna.

Dengan sesama manusia dalam bermuamalah  pasti ada akad dan perjanjian yang harus ditepati,
misalnya : Akad Nikah, janji jabatan, akad jual beli, prasyarat masuk sekolah atau perguruan tinggi dan
lain-lain. Apalagi janji kuat dengan Rabb pencipta manusia, sungguh durhaka rasanya jika
mengingkarinya. Mau kemana setelah kehidupan ini? Jika semua hanya diukur oleh jangkauan akal saja.

Bagi kaum materialis mungkin ini adalah khayalan bahkan mengada-ngada, begitu juga kaum atheis yang
tidak mengakui eksistensi Allah. Sebenaranya jika dilihat kalimat tauhid ini sebenarnya adalah jawaban
bagi mereka  dalam mencari tuhan. Lihatlah di tengah kalimat syahadatain ada laa ilaha yang berati tidak
ada tuhan! dan kata berikutnya adalah jawaban pengecualian Illallah (kecuali Allah), itu pun kalo mereka
pahami. Kalo saja mereka bisa mendapatkan objek yang disembah. Bukan sekedar mengutamakan
material yang sebanarnya fana. Semoga!

C.    HAKIKAT SYAHADAT

Iqrar

           Dalam kata syahadat terkandung makna ikrar, secara etimologis adalah pengakuan. Dalam dunia
muamalah ikrar sebagai penegasasan untuk menyatakan pernyataan utang piutang, atau dalam dunia
pengadilan, ikrar merupakan alat pembuktian fakta atau bukti terhadap tuduhan.

Dalam hal keimanan ikrar adalah ucapan lisan seorang muslim mengenai keyakinan uluhiyah, Inilah
hakikat pertama syahadat, merupakan ikrar penghambaan sebagai manusia dihadapan Allah Swt.

Sebagaiman dijelaskan dalam Al Qur’an , Allah Swt berfirman : “Dan ingatlah, ketika Allah mengambil
perjanjian dari para Nabi :”Sungguh, apa saja yang aku berikan padamu berupa kitab dan hikmah,
kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu
akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya. Allah berfirman: “Apakah kamu
mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” mereka menjawab: “Kami
mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula)
bersama kamu”.(Qs. Ali-Imran : 81)[12]

Ayat diatas adalah perjanjian para Nabi dengan Allah, bahwa bilamana datang seorang rasul bernama
Muhammad, mereka akan iman kepadanya dan menolongnya. Ikrar Nabi-nabi ini mengikat pula kepada
para ummatnya.[13]

Pernyataan ikrar membutuhkan konsekuensi yang harus dijalankan, ikrar adalah bagian yang mengikat 
iman secara lisan, setelah meyakini oleh hati dan dilakukan oleh amal.
Sumpah

           Hakikat yang kedua adalah sumpah, dalam sumpah ada sebuah ketegasan terhadap suatu
pernyataan yang tidak main-main, dalam al Quran dijelaskan :

“Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi selain
diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah,
sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar”. (Qs. An-Nuur : 6)[14]

Ayat tersebut menjelaskan syahadat sebagai saksi dan dimaknai dengan sumpah. Konteks ayat ini
digunakan dalam perkara hukum, intinya adalah tidak ada kata sumpah jika tidak menggandung kata
penegasan Allah. Ada tanggungjawab dan beban berat dalam makna ini, dan masalah tauhid bukan
permainan. Lalu bagaimana konsuekensinya bagi kaum yang mengkhianati sumpahnya. Allah
menjelaskan dalam firmanNya :

“Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan
Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan”.(Qs Al-Munafiqun : 2)[15]

Ayat tersebut menjelaskan balasan bagi orang yang mengingkari sumpahnya, kategori ini termasuk ciri
kaum munafik. Naudzubillah.

Janji

            Hakikat yang terkandung dalam syahadat yang ketiga adalah janji, makna ini berarti ikatan dalam
bentuk ketundukan menerima syariat Islam, patuh dalam menjalankan ibadah dan perintah Allah dan
Rasulnya. Allah swt berfirman :“Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah
diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: “Kami dengar dan kami taati”. Dan bertawakalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengetahui isi hati(mu). (Qs. Al-Maidah : 7)[16]

            Janji dalam pandangan islam adalah mitsaq atau dalam bahasa diartikan sebagai ikatan yang kuat.
Inilah ikatan hamba muslim dengan rabbnya. Dan tentu saja komitmen dalam menjaga ikatan tersebut
yang harus terus di maintenace secara istiqomah.

Dapat ditarik benang merah bahwa tujuan dari hakikat syahadat berupa ikrar, sumpah dan jannji
tersebut adalah secara sadar membawa manusia kedalam konsuekensi keimanan, yang secara proses
memberi ketenangan dan keberanian dalam diri, yang berujung kepada rasa optimis menatap masa
depan dan  kebahagiaan dunia  akhirat.            
BAB  III

EPISTOMOLOGI SYAHADAT

A.    SUMBER

Syahadat secara bahasa adalah bersaksi, namun secara sumbernya adalah tercantum dalam surat al
Imran : 18.

Allah  menyatakan : “Allah menyatakan bahwasanya tiada Ilah melainkan Dia (yang berhaq disembah),
yang menegakan keadilan. Para malaikat dan orang-orang berilmu (juga menyatakan demikian itu). tiada
Ilah melainkan Dia (yang berhaq disembah), yang Maha Pekasa lagi Maha Bijaksana”.

Dilihat dalam sejarah, dalam bukunya rahasia syahadat Reza Aslan, Pada tahun 613 M, tiga tahun
setelah pewahyuan dimulai, pesan dakwah nabi Muhammad mengalami transformasi dramatik, yakni
pesan yang diringkas dengan sangat baik didalam dua pengakuan keimanan yang disebut Shahadah,
yang untuk selanjutnya menegaskan baik misi maupun prinsip-prinsip gerakan dakwah Nabi
Muhammad  :

Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah.

Dari poin ini dan seterusnya di dalam kenabian Muhammad, monoteisme yang dulunya bersifat implisit
di dalam bacaan-bacaan awal menjadi teologi dominan dibalik apa yang saat itu disebut sebagai pesan
sosial.[17]

Mulai saat itulah dua sumber kalimah ini  disebarkan secara masive dengan terang-terangan setelah
beberapa tahun pola dakwah  secara sembunyi sembunyi. Inilah kalimat yang menyebabkan sistematika
konsep yang harus disampaikan, walaupun dalam kondisi kaum arab jahiliyah saat itu menghadang
secara lebih sporadis, bahkan menyangkut pengorbanan nyawa para assabiqunal awwalun dan Nabi
sendiri.

Dalam al quran surat al Hijr : 94, Allah memberikan perintah tersebut: “Maka sampaikanlah
(Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang musyrik.”[18]

B.     STRUKTUR SYAHADAT

Secara tata kalimat, Syahadat disebut juga dengan Syahadatain karena terdiri dari dua kalimat (Dalam
bahasa arab Syahadatain berarti dua kalimat Syahadat). Kalimat pertama merupakan syahadah at-
tauhid, yakni pengakuan Allah sebagai satu-satunya Ilah dan kalimat kedua merupakan syahadah ar-
rasul, yakni pernyataan bahwa Muhammad adalah Rasul yang haq diutus oleh Allah.

Kedua kalimat syahadat itu adalah:


Kalimat pertama :

           

ʾašhadu ʾal lā ilāha illa l-Lāh

artinya : Saya bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah

Kalimat kedua :

wa ʾašhadu ʾanna muḥammadar rasūlu l-Lāh

artinya: dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah.

C.    CARA MEMAHAMI SYAHADAT

Cinta

            Inilah dasar utama dalam memahami syahadat, dengan hati ikhlas semua hal, peristiwa dan
apapun bisa diterima, atas nama cinta Allah memberikan kemudahan dalam berislam. Melalui syahadat,
seorang muslim menyatakan ikrarnya untuk mengutamakan cinta diatas cinta, hanya Allah yang paling
dicintai dibandingkan semua yang ada di dunia ini. “Dan diantara manusia ada orang yang menyembah
tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah...” (QS. Al baqoroh : 165) [19]

            Cinta menjadi hal utama yang bisa menggerakan semua keinginan dan tujuan, tanpa cinta semua
akan terlihat hampa tanpa cita. Begitupun syahadat, tanpanya semua tujuan tak akan tercapai, tak ada
impian yang menjadi harapan, tak ada syurga yang terbayang. Sungguh kampung akhirat adalah
sebenar-benar tempat yang akan dsinggahi.

Ridha

            Setelah cinta dipahami, maka akan muncul sifat ridha akan semua ketentuan yang Allah berikan,
ridha menerima Allah sebagai rabb yang mengatur kehidupan dan kematian, tidak ada tandingan Ilah
selain Allah, membersihkan hati, fikir dan perbuatan dari semua yang bernilai Syirk.

Ridha menerima Islam sebagai jalan hidup dan aturan sebenarnya, yang secara syumul mengatur jalan
hidup dari awal bangun tidur sampai terlelap tidur kembali, semuanya diatur oleh islam, ada yang tidak?

Ridha yang terakhir adalah sikap mengakui serta menerima Muhammad sebagai Rasulullah yang telah
memberikan uswah dan qudwah bagi ummatnya. Beliau adalah pribadi yang komprehensif, tak ada
cacat secara ahlaq dan sikap. Sunnahnya adalah ikutan, ucapannya dan amalnya adalah al Qur’an.
            Dengan memahami ridha akan tiga poin tersebut, maka lengkaplah konsep syahadat yang
teraplikasikan dalam amal shalih dan memberikan ketenangan dalam hati sehingga memunculkan
kepasrahan dengan Sibghah Allah.

            Tertanam dalam hati yang akan menjadi itikad dan mendasari niat yang lurus, terpatri dalam akal
yang akan menjadi fikiran, sehingga terbentuklah sistem yang kokoh, dan teraplikasi dalam jasad yang
akan melahirkan amal perbuatan  dan pergerakan yang didasari cinta dan ridha atas syahadat.

BAB  IV

AKSIOLOGI SYAHADAT

A.    NILAI LOGIK

Mencari nilai logis dalam Syahadat adalah kebuntuan. Syahadat di posisikan sebagai ikatan perjanjian
bagi semua muslim dengan Allah swt. Karena memang semua itu pilihan, setiap pilihan memiliki
konsuekensinya. Sebenarnya logis tidak bisa masuk kedalam ranah konsep ketauhidan, ia akan menjadi
terbatas karena nilai logis tertanam dalam akal, sedangkan ketauhidan memiliki sifat langit yang harus
dipahami dengan hati dan keimanan
 Tidak ada nilai logis dalam masalah ketauhidan karena kerangka berfikir terbatas dan tidak terjangkau
dalam konsep akal manusia, syahadat hanya memiliki konsuekensi logis yakni,  penerimaan secara
kaffah akan keislaman dan totalitas penghambaan  untuk mendapat kebahagiaan yang hakiki, dan
penolakannya adalah perbuatan syirk yang menyebabkan  kehancuran. Dan itulah pilihan bagi yang
berakal dan berhati halus.

B.     NILAI ETIK

           Nilai etik sangat berpengaruh sekali dalam kalimat syahadat, ia bisa merubah konsep sikap dan
ahlaq. Terbukti konsep ini merubah arab jahiliyah yang terkooptasi kesukuan sebelum islam menjadi
bangsa baru yang diikat simpul ukhuwah yang memiliki peradaban. Nilai etik ini berkaitan dengan
kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan peradaban manusia.

           Dengan nilai etik ini syahadat bukan saja mampu merubah peta masyarakat jahiliyah Mekkah
menuju gerbang keislaman yang lebih gemilang, tapi juga membawa masyarakat yang bersamanya
menuju lompatan sejarah. Inilah titik perubahan yang membawa konsep madinah menyebar dan
mengakselerasi peradaban baru menuju kejayaan Islam menguasai sepertiga dunia selama tujuh abad
setelahnya.

           Berikut gambaran kongkrit keadaan  di Mekkah era jahiliyah dan Madinah.[20]

 Mekkah Jahiliyah

Madinah

Tersisih, marginal,diasingkan direndahkan

Memimpin peradaban

Ekonomi serba tergantung

Ekonomi mapan dan bersaing

Terkotak-kotak

Satu komando yang terpusat

Terjajah

Merdeka

Miskin dan hina

Kesejahteraan meningkat

Tidak memiliki kekuasaan


Memiliki sistem politik dan pemerintahan

Peletakan dasar ahlaq mulia

Pengembangan ahlaq mulia

C.    NILAI ESTETIK

Dari segi estetika dan keindahan, syahadat menjadi paradigma baru yang menghapus paradigma
sebelumnya tentang konsep teologi. Bahasanya sederhana tetapi menghujam, dan syahadat menjadi
pintu gerbang bagi siapa saja ketika menerima Islam sebagai way of life.

Ketenangan dan semangat hidup ketika syahadat menjadi kredo yang aplikatif dalam berahlaq dan
beribadah, syahadat adalah aqidah falsafi bagi seorang muslim dalam menjalanakan semua segi
kehidupan, memasuki semua lorong hati fikiran ummat Muhammad Saw. yang mengutamakan cinta
diatas cinta.

Syahadat adalah simbol kesabaran dan kemenangan dakwah para Nabi dan Rasul yang diturunkan Allah,
ia adalah essensi dari ketauhidan dan konsep dasar dalam reformasi hidup.

D.    NILAI GUNA

Sebenarnya apa sih guna atau manfaat dari syahadat bagi yang mengikrarkannya? Pertanyaan ini
menjadi sumber inspirasi bagi yang ingin memahaminya. Dalam sejarah shiroh nabawiyah, ada dua
orang ahli kitab yang memang ingin mendapatkan jawaban langsung dari rasulullah menganai hal
tersebut, mereka tak segan-segan mencari langsung ke madinah dan bertanya kepada setiap orang yang
berpapasan, berharap langsung bertemu dengan beliau. Akhirnya mereka bertemu dan orang tersebut
langsung menanyakan apa yang ingin diketahuinya :”Wahai Muhammad kami ingin mengetahui sesuatu
tentang kalimah syahadat, apakah engkau bisa menjelaskan dengan baik dan hati kami tergugah
karenanya, kami akan beriman dan mengikuti semua perintah dan ajakan engkau.” Kemudian rasulullah
menjawab :”Apa sebenarnya yang ingin kalian ketahui?” “kesaksian apakah yang paling hebat dalam al
Qur’an?” Saat itulah allah menurunkan QS Ali Imron : 18. Dan kedua pencari hidayah tersebut
mendapatkan Islam sebagai jawaban.

Pintu Masuk kedalam Islam

            Syahadat adalah pintu gerbang menuju Islam, pintu perjanjian akan penerimaan syariat islam
secara utuh. Tanpa mengucapkan ini secara ikrar, maka perubahan menuju muslim belum bisa di
syahkan secara syariat, karena ini adalah nilai pembeda.
            “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kedalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah
kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu”[21] (QS. Al
Baqoroh : 208)        

Inilah akar yang menghujam dan pondasi yang kokoh dari semua hukum dan rukun islam, wajib
memahaminya bagi muallaf maupun muslim keturunan karena orang tua. Syahadat adalah ilmu awal
dasar bagi yang menegenal Islam menuju Islam yang kaffah.

Intisari Ajaran Islam

            Di dalam syahadat terkandung ajaran utama tentang dasar ketahidan, inilah nilai utama yang
membedakan dengan ajaran agama lain. Semua ibadah kembali kepada kalimat syahadat, karena
konsep ikhlasunniyah dalam semua gerak dan amal harus menyertakan kebersihan jiwa, ikhlas hanya
untuk Allah, tidak ada rasa menduakanNya dan membandingkan dengan Ilah yang lain. Jika ini terkotori
maka semua nilai pahala akan menjadi tak bernilai, bahkan termasuk kategori salah satu dosa besar.

            Syahadat merupakan dasar keimanan yang melekat pada semua ibadah amal yang di lakukan
jasad. Ia adalah hati dan  yang memberikan arahan. Bukan amalan taqlid tanpa tujuan.

            At Tajus as Subki dalam kitab Irsyadul Ibad, mengatakan : “bahwa tidak dipandang syah amalan
anggota tubuh, (berupa shalat, haji, zakat dll)  jika tidak disertai iman dalam hati, dan tidak dipandang
syah iman dalam hati jika tidak disertai ucapan dengan lisan dua kalimah syahadat secara nyata.[22]

Konsep Dasar Reformasi Total

            Dalam  sejarah Islam, setelah para sahabat memahami syahadat sebagai pengatahuan dasar
dalam berislam, langkah berikutnya adalah meninggalkan paradigma lama tentang teologi. Rasulullah
menjelaskan konsep monotheis sebagai solusi dari ahlaq  jahili menuju peradaban Islam, karena itulah
kenapa aqidah selalu berdampingan dengan ahlaq. Seperti ulat bermetamorfosis menjadi kupu-kupu
yang indah.

            Bagaimana umar bin khatab yang merubah dirinya dari seorang preman yang ditakuti menjadi
seorang muslim yang tegas, tetap disegani dan karismatik. Seperti Bilal bin Rabbah yang merubah
mindsetnya dari seorang sahaya yang tidak memiliki kemerdekaan menjadi seorang hamba yang
memiliki izzah dan mendapat posisi mulia disiisi Allah dan Rasulnya. Seperti Mush’ab bin Ummair yang
rela meninggalkan kebangsawanan Quraisynya demi cintanya kepada Islam, beliau adalah pemuda
tampan yang ditugaskan menjadi duta pertama dalam sejarah Islam, demi mempersiapkan Madinah
untuk hijrah.

Hakikat Dakwah Para Rasul


            Inilah jalan para nabi dan rasul, semua nabi dan rasul membawa misi ketauhidan bagi setiap
ummat yang di dakwahinya. Dari nabi Adam AS sampai Rasulullah SAW, menyampaikan kalimah tauhid
ini. Inilah bukti keesaan Allah yang disampaikan para penyeruNya.

            Semua tercantum dalam kisah-kisah dalam Al Quran. Semua ini menandakan konsep integritas
para Nabi dan Rasulnya, apapun yang terjadi, misi dakwah harus disampaikan kepada masing-masing
ummatnya sampai dengan tugas kenabian selesai, bahkan kematian yang harus dihadapi, seperti nabi
Zakariya yang syahid terbunuh kaumnya, atau nabi ibrahim yang harus pasrah dibakar.

Keutamaan yang Besar

            Fadhilah yang terakhir, syahadat memberikan  keutamaan yang besar bagi orang yang beriman,
tentu saja syurga. Inilah balasan bagi orang yang mau mengibarkan dan membela syahadat. Rasulullah
Saw bersabda : “ barang siapa yang mengucapkan tiada tuhan selain Allah, maka masuklah ia ke
Syurga”[23]             

            Syurga menjadi jaminan bagi yang menempatkan syahadat dalam keimanannya, dan para
syuhada dan syahidah lah yang secara langsung akan memasuki syurgaNya tanpa hisab lagi. Inilah cita-
cita yang menjadi nilai pembeda setiap muslim dengan orang kafir. Tak kan pupus walau dibenturkan
dengan peradaban manapun, karena ia telah teruji dan terpatri bagi mereka yang faham akan ketinggian
cintaNya dan bagi yang merindukan syurgaNya.
BAB V

PENUTUP

A.      SIMPULAN

1.      Secara ontologis syahadat adalah sebuah pernyataan kepercayaan dan keyakinan sekaligus
pengakuan tauhid akan keesaan  Allah SWT dan pengakuan nabi Muhammad SAW sebagai rasulNya.

2.      Hakikat syahadat adalah janji, sumpah dan ikrar diri dalam menerima eksistensi Allah dan
Rasulullah yang diaplikasikan dalam keseharian.

3.      Secara epistemologis, syahadat adalah sumber kebahagiaan dunia akhirat yang secara struktur
memiliku dua kalimat yang penuh dengan syarat penerimaan penghambaan akan ketauhidan.

4.      Untuk memahaminya harus dengan cinta dan ridha akan konsep tersebut sehingga memunculkan
sentuhan sibghah Allah yang akan mendasari niatan yang bersih, fikiran yang tertuju dengan pola
ketauhidan dan amal perbuatan yang bisa memberikan manfaat dan keshalihan ummat.

5.      Secara aksiologis syahadat adalah keutamaan yang besar dibandingkan dengan konsep ajaran
agama lain, ia menjadi intisari ajaran islam dan simbol pintu gerbang untuk memasuki Islam, nilai etik
syahadat adalah dasar totalitas perubahan diri dan sikap, dan syahadat adalah hakikat dakwah para nabi
dan rasul. Secara estetik, syahadat adalah nilai yang luar biasa secara kalimat dan tata bahasa yang
sederhana tapi memiliki kedalaman makna yang secara komprehensif mengikat para pecintaNya.

B.       SARAN

Alhamdulillah, makalah mengenai syahadat ditinjau secara filsafat ini dapat tersusun, guna
menyelesaikan salah satu tugas dalam mata kuliah filsafat ilmu . kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Demikian makalah ini kami susun, sebagai pewarna wawasan khazanah ilmu filsafat Islam, kami merasa
karya ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami memohon masukan dan kritik yang
membangun, agar kami bisa memperbaiki karya selanjutnya.
[1] Samuel P. Huntington. Benturan Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia. {Yogyakarta :Qolam,
2003} cet. Ketujuh hal. 13

[2] Qommarudin Awwam, Air Mata syahadat. {Tanggerang : Cakrawala Nusantara Group,2014} cet
kedua, hal. 10

[3] Departemen Agama RI. Al Quran dan Terjemah {Bandung : Nur publishing, 2009} hal.604

[4] Ibid hal.420

[5] Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, {Bogor : Ghalia Indonesia, 2010} hal 49-50

[6] Alquran dan terjemah Op.cit.. Hal 52

[7] Qomaruddin Awwam. Mata Air Syahadat untuk Negeriku {Tanggerang : Cakrawala Nusantara, 2014)
cet. Kedua hal. 13

[8] Khalid Muhammad Khalid, Karakteristik Perihidup Enam Puluh Sahabat Rasulullah {Bandung : CV
Diponegoro,1981} cet XVI, hal. 108

[9] Ibid, hal. 250

[10] Ummu Yasmin, Materi Tarbiyah {Solo : Media Insan, 2004} cet keenam hal.48

[11] Syafiyurrahman Al Mubarakfury, Shiroh Nabawiyah {Jakarta : Pustaka Al Kautsar, 2001} cet
kesebelas hal .19

[12] Al Quran dan Terjemah. Op. Cit. Hal. 60

[13] Qomaruddin Awwam. Op. Cit. Hal. 42

[14] Al Quran dan Terjemah. Op. Cit. Hal.350

[15] Ibid. Hal. 554

[16] Ibid. Hal. 108

[17] Reza Aslan. Rahasia Syahadat, Asal Usul, Evolusi dan Masa Depan Islam {Yogyakarta : Sajadah Press,
2007} cet. 1 hal 99

[18] Alquran dan terjemah Op. Cit hal 267


[19] AlQur’an dan Terjemah. Op.cit. Hal. 25

[20] Qomaruddin Awwam. Op. Cit. Hal 150

[21][21] Al Qur’an dan Terjemah. Op.Cit. Hal. 32

[22] Qomaruddin Awwam. Op.Cit. Hal 102

[23] Ummu Yasmin. Op. Cit. Hal 27

( http://rufaidah1.blogspot.co.id/2015/11/syahadat-dan-benturan-peradaban.html ) diakses 08 - 02
-2017 jam 05:58
MAKNA 2 KALIMAT SYAHADAT

21 March 2013 Redaksi Aqidah 6 comments

Alhamdulillah, penulis memuji kepada Allah. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya hingga
akhir zaman.

Saudaraku yang berbahagia, asyahadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah
adalah dua kalimat syahadat. Kalimat ini senantiasa diucapkan dalam shalat, adzan, dan selainnya. Akan
tetapi, sudah pahamkah dengan maknanya?

Definisi Syahadat

Kata “syahadat” dalam bahasa arab diambil dari kata “musyahadah” yang artinya “melihat dengan mata
kepala”. “Syahadat” adalah mengungkapkan isi hati. Oleh karena itu, “syahadat” haruslah mengandung
keyakinan hati yang kokoh dan pengungkapan secara lisan. Maka, orang yang bersyahadat “Asyahadu an
Laa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah” berarti ia mengakui dengan lisan dan hati
secara yakin bagaikan ia melihat dengan mata kepala.

Wajib Diucapkan dan Tahu Maknanya

Saudaraku, ada sebagian orang yang beranggapan bahwa seseorang sudah dikatakan muslim dengan
semata-mata hatinya tahu makna syahadat tanpa perlu mengucapkannya. Anggapan ini adalah
anggapan yang salah. Syaikh Shalih bin Fauzan hafidzahullah mengatakan: ”Orang yang tidak mau
mengucapkan syahadat tidak disebut muslim meskipun ia mengetahui maknanya dengan hatinya…”
[lihat I’anatul Mustafid]

Ada sebagian pula yang beranggapan bahwa syahadat sudah cukup dengan diucap tanpa perlu tahu
maknanya. Ini juga anggapan yang salah. Syaikh Abdurrahman Bin Hasan rahimahullah mengatakan:
“Ada pun hanya sekedar mengucap syahadat dengan lisan semata tanpa mengetahui maknanya dan
tidak menyakini dengan sepenuh hati, maka hal itu tidak bermanfaat sama sekali bagi si pengucap“ [lihat
Fathul Majid]

Satu Kesatuan Yang Tak Terpisahkan


Dua kalimat syahadat adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan bagaikan 2 sisi dari mata uang. Syaikh
Shalih bin Fauzan hafidzahullah mengatakan : “Syahadat laa ilaaha illallah semata belumlah mencukupi
akan tetapi harus diringi dengan syahadat muhammadan rasulullah. Seseorang yang hanya bersyahadat
“Asyhadu an laa ilaaha illallah” saja dan menolak untuk bersyahadat “Asyhadu anna muhammadan
rasulullah” maka ia bukanlah seorang muslim.” [I’anatul Mustafid]

Nikmat Terbesar

Saudaraku yang berbahagia, di antara nikmat terbesar yang diberikan kepada hamba adalah nikmat
mengetahui makna syahadat. Bagaimana tidak? Karena orang yang mengetahui makna syahadat berarti
ia mengetahui hak-hak Allah dan RasulNya. Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata : “Tiada nikmat
yang lebih besar yang Allah berikan kepada hambaNya melebihi nikmat mengetahui makna laa ilaaha
illallah. Dan laa ilaaha illallah bagi penghuni surga bagaikan air bagi penghuni dunia…” [kutipan Syaikh
Shalih bin Fauzan dalam tulisan beliau yang berjudul Ma’na laa ilaaha illallah]

Makna Syahadat Laa ilaaha illallah

Laa ilaaha illallah mengandung 2 rukun yaitu nafyu (peniadaan-red) dan isbat (penetapan-red). “Laa
ilaaha” adalah nafyu dan “illallah” adalah isbat. Syaikh Shalih bin Fauzan hafidzahullah mengatakan: “Laa
ilaaha adalah nafyu yaitu membatalkan dan mengingkari segala bentuk peribadahan yang ditujukan
kepada selain Allah. Sedangkan lafadz illallah adalah isbat, yaitu menetapkan peribadahan hanya untuk
Allah saja. Oleh karena itu, makna yang benar untuk “laa ilaaha illallah” adalah “tidak ada sesembahan
yang berhak diibadahi kecuali Allah semata”. [I’anatul Mustafid]

Memaknai Laa ilaaha illallah dengan makna “tiada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah
semata” sejalan dengan Al Qur’an. Allah berfirman (yang artinya), “Demikianlah, sungguh Allah adalah
yang benar dan yang mereka ibadahi dari selain Allah adalah bathil. Dan sesungguhnya Allah Maha
Tinggi dan Maha Agung” (QS. Luqman : 30)

Syaikh Shalih bin Fauzan hafidzahullah mengatakan : “Ada pun menerjemahkan “laa ilaaha illallah”
dengan “tidak ada sesembahan selain Allah” maka terjemahan semacam ini mengandung makna yang
batil karena berkonsekuensi menjadikan semua yang diibadahi oleh manusia sebagai Allah. Dengan
demikian, berarti berhala, kuburan, bintang, dan semacamnya adalah Allah. Ini adalah kesalahan yang
fatal”. [I’anatul Mustafid]

Makna Syahadat Muhammad Rasulullah


Syahadat muhammad rasullah artinya menetapkan bahwa tiada manusia yang berhak diikuti seutuhnya
kecuali Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muthallib Al Hasyimi Al Qurasyi shallallahu ’alaihi wa sallam.
Beliau adalah seorang hamba yang tidak memiliki sifat ketuhanan sama sekali dan seorang rasul yang
tidak boleh didustakan. Allah berfirman (yang artinya) : “Tidaklah pantas bagi mukmin dan mukminah,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu pilihan, mereka masih memilih pilihan sendiri.
Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguh ia telah tersesat dengan kesesatan
yang nyata” (QS. Al Ahzab : 36).

Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah mengatakan: “Makna syahadat muhammad rasulullah yaitu
mentaati semua perintah Rasulullah, membenarkan semua berita yang dibawanya, menjauhi semua
larangannya dan tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan tata cara yang Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tuntunkan” [Al Ushuluts Tsalatsah]

Harus Diamalkan

Saudaraku, syahadat tidaklah cukup diucap dan diketahui maknanya akan tetapi harus diamalkan.
Seseorang yang telah bersyahadat laa ilaaha illallah dan muhammad rasulullah maka syahadatnya
haruslah dibuktikan dengan tindakan nyata, yaitu mengikhlashkan semua amalan ibadah kepada Allah
dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan kepada Allah. Kemudian, ia melakukan semua amalan
ibadah tersebut sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.

Syahadat Bisa Batal

Syahadat bisa batal manakala seseorang melanggar rukun dan syarat syahadat. di antara pembatal
syahadat yaitu syirik, murtad, tidak menyakini kafirnya Yahudi dan Nasrani dan sebagainya. Penjelasan
lebih lanjut terkait pembatal syahadat silakah merujuk kepada kitab-kitab para ulama. Semoga tulisan
yang ringkas ini bermanfaat. Hanya kepada Allah, penulis memohon taufik dan hidayahNya. Semoga kita
diwafatkan dalam keadaan mentauhidkan Allah. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina muhammad wa ‘ala alihi
wa sallama tasliiman katsiran.

( https://buletin.muslim.or.id/aqidah/makna-2-kalimat-syahadat ) diakses 08 - 02 – 2017 jam 06:00


Makna Dua Kalimat Syahadat, sudahkah anda mengetahuinya?

January 13, 2012 admin Belajar Akidah, Belajar Nasehat, Belajar Tauhid 27

Asyhadu alla ilaaha illallah

Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah

Setiap hari, dua kalimat ini selalu dikumandangkan dalam adzan, iqomah, khutbah, ceramah, dan
pembicaraan-pembicaraan lainnya. Setiap hari pula, kita sebagai seorang muslim membacanya ketika
sholat. Namun, sudahkah kita faham akan maknanya?

Dua Kalimat Syahadat Merupakan Syarat Sah Islam

Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz bin Jabal, untuk meng-islam-kan
sekelompok orang yang tinggal di negeri Yaman. Sebelum Sahabat Mu’adz bin Jabal berangkat,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada Mu’adz : “Ajaklah mereka agar mau bersaksi
bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwasanya aku adalah
utusan Allah. Apabila mereka telah melakukan hal tersebut (bersyahadat) maka beritahulah kepada
mereka bahwasanya Allah telah mewajibkan kepada mereka solat lima waktu sehari semalam. Lalu
apabila mereka telah melakukan hal tersebut, maka beritahulah kepada mereka bahwasanya Allah telah
mewajibkan kepada mereka untuk mensedekahkan harta mereka, yang sedekah tersebut diambil dari
orang-orang kaya dari mereka, dan diberikan kepada orang-orang miskin dari mereka” (HR. Bukhori)

Dari hadits di atas, kita bisa mengambil pelajaran bahwasanya bersaksi dengan dua kalimat syahadat
adalah syarat sah islam. Sholat dan zakat barulah diperintahkan setelah mereka mau bersaksi dengan
dua kalimat syahadat. Jika mereka tidak mau bersaksi, maka sholat, zakat, dan amalan-amalan lainnya
tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala.

Makna Syahadat
Syahadat artinya adalah persaksian. Dalam hal ini, persaksian barulah dianggap sebagai sebuah
persaksian ketika telah mencakup tiga hal : [1] Mengilmui dan meyakini kebenaran yang dipersaksikan.
[2] Mengucapkan dengan lisannya. [3] Menyampaikan persaksian tersebut kepada yang lain (Mutiara
Faedah Kitab Tauhid, Ustadz Abu Isa).

Persaksian tidaklah cukup di lisan saja, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang munafik yang
diancam oleh Allah dengan adzab neraka. Orang-orang munafik mengucapkan dua kalimat syahadat
dengan lisan, namun hati mereka tidak membenarkannya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya):
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami bersaksi bahwasanya engkau
benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya engkau benar-benar Rasul-Nya;
dan Allah mengetahui bahwasanya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.” (QS. Al
Munafiquun: 1)

Begitu juga sebaliknya, syahadat ini tidak cukup diyakini dalam hati tanpa diucapkan. Paman Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam (Abu Thalib) adalah orang yang dengan segenap kekuatan, harta benda dan
jabatannya telah membantu dakwah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kenapa dia rela melakukan hal
demikian? Suatu ketika dia pernah mengakui bahwa sebenarnya ajaran agama yang paling benar adalah
agama yang dibawa keponakannya. Namun sayang seribu sayang, sampai nyawanya sudah di
tenggorokan dia tidak mau mengucapkan dua kalimat syahadat. Akhirnya dia pun mati dalam keadaan
kafir. Kita mohon perlindungan kepada Allah dari keadaan seperti itu.

Makna Asyhadu alla ilaaha illallah

Asyhadu alla ilaaha illallah artinya aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak disembah kecuali
Allah. Dalam syahadat ini terdapat penafian (penolakan) sesembahan selain Allah dan penetapan bahwa
sesembahan yang benar hanya Allah. Adalah sebuah kenyataan bahwasanya di dunia ini terdapat
banyak sesembahan selain Allah. Ada orang yang menyembah kuburan, pohon, batu, jin, wali, dan lain-
lain. Akan tetapi semua sesembahan tersebut tidak berhak untuk disembah, yang berhak disembah
hanya Allah.

Allah berfirman (yang artinya): “Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah Dialah (tuhan)
yang haq dan Sesungguhnya segala sesuatu yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil. Dan
Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. Al Hajj: 62). Allah juga berfirman
(yang artinya): “Maka barangsiapa yang ingkar kepada sesembahan selain Allah dan beriman pada Allah,
sungguh dia telah berpegang pada tali yang sangat kuat.” (QS. Al Baqarah:256)
Makna Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah

Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah artinya aku bersaksi bahwasanya Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah Rasul Allah. Rasul adalah seseorang yang diberi wahyu oleh Allah berupa syari’at dan ia
diperintahkan untuk mendakwahkan syari’at tersebut (Syarah Arba’in an Nawawiyah, Syaikh Al
‘Utsaimin). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada
di tanganNya! Tidaklah mendengar kenabianku salah seorang dari umat ini, baik itu Yahudi atau pun
Nasrani, lalu ia meninggal sementara ia tidak beriman dengan apa yang aku bawa, kecuali ia akan
termasuk penduduk neraka” (HR. Muslim)

Perlu diingat, selain beliau adalah seorang Rasul Allah, beliau juga berstatus sebagai Hamba Allah. Di
satu sisi kita harus mencintai dan mengagungkan beliau sebagai seorang Rasul, di sisi lain kita tidak
boleh mengagungkan beliau secara berlebihan. Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku hanyalah hamba,
maka sebutlah: hamba Allah dan Rasul-Nya.”

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam tidak boleh kita anggap memiliki sifat-sifat yang berlebihan, atau
memiliki sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh Allah, semisal: menganggap beliau mengetahui perkara yang
ghaib, mampu mengabulkan do’a, mampu menghilangkan kesulitan kita, dan lain-lain.

Syahadat harus diterapkan

Ketahuilah, jika seseorang telah bersaksi dengan dua kalimat syahadat, ada hak dan kewajiban yang
harus ia lakukan. Diantara hak yang didapatkannya adalah haramnya darah dan hartanya. Maksudnya,
seseorang yang telah bersaksi dengan dua kalimat syahadat tidak boleh untuk diperangi, ditumpahkan
darahnya, dan dirampas hartanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku diperintahkan
untuk memerangi manusia, sampai mereka mau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang
berhak disembah kecuali Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, dan mendirikan
sholat, serta menunaikan zakat. Apabila mereka telah melakukan hal tersebut, mereka telah menjaga
darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak islam. Adapun hisab mereka adalah urusan Allah
Ta’ala” (HR. Bukhori dan Muslim)

Adapun kewajiban yang harus dilakukan adalah :


1. Kewajiban setelah bersaksi Asyahadu alla ilaaha illallah

Konsekuensi orang yang bersaksi Asyahadu alla ilaaha illallah adalah wajib meninggalkan segala bentuk
peribadahan dan ketergantungan hati kepada selain Allah. Seluruh ibadah haruslah ia lakukan ikhlas
kepada Allah semata. Dan juga, ia wajib mencintai orang yang bertauhid (menyembah Allah semata) dan
membenci orang yang berbuat syirik (menyekutukan Allah).

2. Kewajiban setelah bersaksi Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah

Orang yang telah bersaksi Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah maka konsekuensinya ia wajib
membenarkan segala yang dikabarkan oleh Rasulullah tanpa meragukannya, melakukan apa yang Beliau
perintahkan, menjauhi apa yang beliau larang, mendahulukan dan menghormati sabda beliau di atas
perkataan selainnya, beribadah kepada Allah sesuai tuntunannya, tidak menambah-nambah ajarannya,
serta melahirkan sikap cinta terhadap orang yang taat dengan sunnah beliau dan benci terhadap orang
yang mengingkari sunnah beliau. Dan termasuk pula meyakini beliau sebagai penutup para Nabi dan
Rasul, tidak ada lagi nabi setelah beliau.

Keduanya Harus Beriringan

Belumlah sah keislaman seseorang jika ia hanya bersaksi dengan salah satu dari dua kalimat syahadat
saja. Didalam banyak ayat di dalam Al Qur’an Allah menggandengkan ketaatan kepada diri-Nya dengan
ketaatan kepada Rasul-Nya. Diantaranya, Allah berfirman (yang artinya): “Katakanlah: ‘Taatilah Allah dan
Rasul-Nya’.” (QS. Ali Imran: 32). Juga didalam banyak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menggandengkan ketaatan kepada Allah dengan ketaatan kepada Rasul-Nya yang menunjukkan bahwa
dua kalimat syahadat haruslah digandengkan.

Dari sini, para Ulama’ menarik kesimpulan bahwasanya tidaklah sah amal ibadah seseorang kecuali
memenuhi dua syarat, yaitu: Ikhlas dan Ittiba’. Ikhlas adalah konsekuensi dari syahadat Asyahadu alla
ilaaha illallah. Maksudnya amal ibadah seseorang tidak akan diterima jika ia tujukan kepada selain Allah,
atau jika ia campuri ibadah kepada Allah dengan ibadah kepada selain Allah. Amal ibadah seseorang
akan diterima jika hanya kepada Allah semata. Adapun Ittiba’ adalah konsekuensi dari syahadat
Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah. Maksudnya amal ibadah seseorang juga tidak akan diterima
oleh Allah jika ia beramal ibadah dengan suatu cara yang tidak dicontohkan dan diperintahkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Amal ibadah tersebut akan diterima Allah jika mencocoki ajaran
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi, keislaman seseorang akan sempurna dan amal ibadah
seseorang akan diterima jika telah mengumpulkan kedua hal tersebut.

Syahadat Pun Bisa Batal

Dua kalimat syahadat yang telah dipersaksikan oleh seseorang bisa saja batal jika ia melakukan amalan-
amalan yang bisa membatalkannya. Amal-amalan tersebut bisa berupa perkataan, perbuatan,
keyakinan, atau keraguan. Banyak amalan yang bisa membatalkan dua kalimat syhadat sehingga perlu
diketahui dan diwaspadai. Perlu pembahasan tersendiri untuk membahas tentang pembatal-pembatal
syahadat.

Demikian pembahasan yang singkat ini. Semoga Allah menjaga kita dari kemunafikan dan kekafiran. Dan
semoga kita bisa beribadah ikhlas karena Allah semata dan bisa mengikuti tuntunan Nabi-Nya
shallallahu ‘alaihi wa sallam. [Muhammad Rezki Hr*]

(https://aslibumiayu.net/4086-makna-syahadat.html ) diakses 08 - 02 -2017 jam 06:02


PENGERTIAN SYAHADATAIN "LA ILAHA ILLALLAH"

BAB I

PENDAHULUAN

I.       LATAR BELAKANG

Untuk memahami Islam, kita perlu memasuki Islam itu sendiri. Dan untuk memasuki Islam itu kita harus
mengetahui, dan mengikuti cara-cara registrasi yang dipakai dalam Islam.

Cara registrasi dalam Islam cukup mudah, yaitu dengan mengucapkan syahadatain. Mudah kan...

Yang menjadi persoalan sebenarnya adalah bagaimana kita mempertahankan keislaman kita sesudah
bersyahadat itu, dan sangat banyak kita jumpai dewasa ini, orang yang sudah bersyahadat, tapi tidak
menjalankan Islam dalam kehidupannya.

Juga sejauh mana kita mengetahui apa itu syahadatain, yang mudah dibaca, yang membuat kita mudah
untuk masuk islam?

II.    RUMUSAN MASALAH

1.      Apa itu Syahadatain?

2.      Apa kandungan yang terdapat dalam Syahadatain?

BAB II

PEMBAHASAN

I.       PENGERTIAN “LA ILAHA ILLALLAH”

Makna huruf dalam susunan kalimat La Ilaha Illallah

La àLa Nafiyata Liljinsi (huruf nafi yang menafikan segala macam jenis Ilah.

Illaà Huruf istisna (pengecualian), berfungsi mengistbatkan kalimat yang manfi


Bentuk kalimat La Ilaha Illallah. dinamakan kalimat manfi (negatif), lawan dari kalimat mustbat (positif).
Dalam kaidah bahasa Arab,“istbat”, sesudah “manfi” bermaksud “Alhashru”(membatasi),
dan“Taukid”(menguatkan).

Kata “Ilah” mempunyai pengertian yang sangat luas, mencakup pengertian Rububiyah dan Mulkiyah,


maka kata inilah yang dipilih Allah SWT untuk kalimat thayyibah, yaitu : La Ilaha Illallah yang bersifat
komprehensif, mencakup pengertian :

a.       La Khaliqa Illallah (Tidak ada Yang Maha Mencipta kecuali Allah).

b.      La Raziqa Illallah (Tidak ada Yang Maha Memberi Rezeki kecuali Allah).

c.       La Hafiza Illallah (Tidak ada Yang Maha Memelihara kecuali Allah).

d.      La Mudabbira Illallah (Tidak ada Yang Maha Mengelola kecuali Allah).

e.       La Malika Illallah (Tidak ada Yang Maha Memiliki, Merajai kecuali Allah).

f.       La Waliya Illallah (Tidak ada Yang Maha Memimpin kecuali Allah).

g.      La Hakima Illallah (Tidak ada Yang Maha Menentukan Aturan kecuali Allah).

h.      La Ghayata Illallah (Tidak ada Yang Maha Menjadi Tujuan kecuali Allah).

i.        La Ma’buda Illallah (Tidak ada Yang Maha Disembah kecuali Allah).

Berdasarkan hal ini dapat kita ketahui, kalimat tauhid mengandung pengertian “Sesungguhnya tiada
Tuhan yang benar – benar berhak disebut Tuhan, selain Allah SWT semata”.[1]

Tafsiran Tauhid dan Syahadat menurut Al-Qur’an dan Sunnah :

Firman Allah SWT dalam Surat Al-Isra’: 57,

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa diantara
mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya;
sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.”( Al-Isra’: 57).[2]

Dapat diambil kesimpulan dari ayat di atas, bahwa tafsiran “tauhid” dan syahadat “La Ilaha Illallah”,
yaitu: meninggalkan apa yang diamalkan kaum musyrikin seperti menyeru (memohon) kepada orang-
orang shalih, dan meminta syafa’at mereka, karena ini merupakan perbuatan syirik besar.

Dalam surat At-Taubah: 31 juga dijelaskan,


“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah SWT, dan
(juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah
Tuhan Yang Maha Esa; Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa
yang mereka persekutukan.”( At-Taubah: 31).[3]

Tafsiran Tauhid dan Syahadat menurut ayat ini : pemurnian keta’atan kepada Allah SWT, dengan
menghalalkan apa yang dihalalkan Allah SWT dan mengharamkan apa yang diharamkan-Nya.

 Dalam surat Adz-Dzukhruf: 26-27,

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada anaknya dan kaumnya: sesungguhnya aku tidak
bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah. Tetapi (aku menyembah) Tuhan yang
menjadikanku, karena sesungguhnya Dia akan member Taufiq kepadaku.”( Adz-Dzukhruf: 26-27) .[4]

Tafsiran tauhid dan syahadat menurut ayat ini : Tidaklah benar tauhid seorang hamba jika dia tidak
menyatakan (baik dengan ucapan atau perbuatan) kebebasan dirinya dari perbuatan syirik.

Dalam Hadits nabi yang diriwayatkan oleh Muslim,

“Barang siapa mengucap La Ilaha Illallah kemudian menolak segala sesembahan selain Allah SWT, (maka
ketauhilah) bahwa Allah SWT telah mengharamkan harta dan darahnya, dan sesungguhnya hisab bagi
orang itu ditangan Allah Yang Maha Agung, Lagi Maha Kuasa.”(H.R.Muslim)[5]

Makna yang terkandung dalam kalimat tauhid (Syahadatain), yaitu pemurnian keta’atan kepada Allah
SWT, dengan menghalalkan apa yang dihalalkan Allah SWT dan mengharamkan apa yang diharamkan-
Nya, menjalankan perintah Allah SWT, dan menjauhi larangan Allah SWT, menyatakan diri baik lisan
maupun perbuatan akan kebebasan dari perbuatan syirik.

II.    KANDUNGAN SYAHADATAIN

1.      Hakikat Dan Dampak Dua Kalimat Syahadat


Iqrar La Ilaha Illallah tidak akan dapat diwujudkan secara benar tanpa mengikuti petunjuk yang
disampaikan Rasululllah SAW. Karena itu Iqrar La Ilaha Illallah tidak dapat dipisahkan dari
iqrarMuhammad Rasulullah. Dua iqrar inilah yang dikenal dengan Dua Kalimat Syahadat (Syahadatain).

Kata asyhadu secara etimologi berakar dari kata syahada, yang mempunyai tiga pengertian :

a.       musyahadah(menyaksikan), terdapat dalam Al-Qur’an (Al-Muthaffifin:21)

“Yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah).” (Al-Muthaffifin:21)

b.      syahadah (kesaksian), terdapat dalam Al-Qur’an(Al-Thalaq:2)

“…dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil diantara kamu.” Al-Qur’an(Al-Thalaq:2)

c.       half (sumpah), terdapat dalam Al-Qur’an (Al-Munafiqun:1)

“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata:”Kami bersumpah bahwa


sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah bersaksi bahwa sesungguhnya orang-orang
munafik itu benar-benar pendusta.” (Al-Munafiqun:1)

Dari ketiga pengertian di atas terdapat relevansi yang kuat yaitu :“seseorang akan bersumpah, bila dia
memberi kesaksian, dan dia akan memberikan kesaksian bila dia menyaksikan”.[6]

Inti dari Syahadatain yaitu; beribadah hanya kepada Allah SWT semata, dan menjadikan Rasulullah SAW
sebagai titik uswatun hasanah. Hal ini terdapat dalam Al-qur’an (Al-Ahzab:21) :

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik (uswatun hasanah) bagimu,
yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari akhir dan dia banyak menyebut
Allah.” (Al-Ahzab:21).
Jika setiap muslim memahami dan mengiqrarkan secara benar Syahadatain, InsyaAllah akan
memberikan dampak yang besar, antara lain dapat diukur dari  sikap yang dilahirkan (cinta) terhadap
Allah SWT, dan Rasul-Nya. Hal ini terdapat dalam Al-qur’an (Al-Baqarah:165, dan At-Taubah:24).

“…Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah…” (Al-Baqarah:165)

“Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal
yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintaidaripada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya,
maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya.”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang fasik.”(At-Taubah:24).

Berdasarkan ayat diatas, Abdullah Nasih ‘ulwan, membagi cinta (mahabbah) kepada tiga tingkatan :

a.       Al-Mahabbatul Ula, mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan jihad fi sabilillah

b.      Al-Mahabbatul Wustha, mencintai segala sesuatu yang dibolehkan Allah dan Rasul-Nya dengan
cara yang diizinkan-Nya, seperti cinta kepada anak-anak, ibu-bapak, suami-istri, harta, dan sebagainya.

c.       Al-Mahabbatul Adna, mencintai anak-anak, ibu-bapak, suami-istri, harta, dan sebagainya melebihi
cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, dan jihad fi sabilillah

Contoh : mencintai seorang kakek yang mempunyai ilmu agama yang tinggi sewaktu beliau masih hidup
(Al-Mahabbatul Wustha), akan tetapi sesudah sang kakek meninggal, pergi ke kuburnya untuk
mengantarkan sesajen agar mendapat syafa’at dari si kakek (Al-Mahabbatul Adna).

Marilah kita kaum muslimin masuk Islam secara kaffah (total) dalam setiap lini kehidupan. Karena
penghambaan kita secara kaffah akan melahirkan dampak-dampak dari penghambaan itu.

Sebagai dampak dari penghambaan / Syahadatain, terdapat tiga unsur pokok yang dimiliki manusia:
hati, jasad, dan akal yang akan mendapatkan “shibghah”(celupan, identitas) Allah SWT.

Firman AllahSWT dalam Al-qur’an surat Al-Baqarah:138,


“Shibgah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nyalah
kami menyembah.”(Al-Baqarah:138).

Shibghah dari Allah ini akan melahirkan :

a.       Dari hatinya lahirlah keyakinan yang benar, lalu akan melahirkan motivasi (niat) yang ikhlas.

b.      Dari akalnya lahirlah pikiran-pikiran yang islami, melairkan system yang islami.

c.       Dari jasadnya lahirlah amal shalih, sebagai tanfiz dari keinginan hati dan rancangan akal.

2.      Yang Membatalkan Syahadatain

Banyak orang berpandangan bahwa apabila Syahadatain sudah ia iqrarkan, maka tidak ada perbuatan
yang dapat membatalkan Syahadatain itu. Sebenarnya itu salah. Sa'id Hawwa dalam bukunya “Al-Islam”,
[7] menyebut 20 diantaranya yang dapat membatalkan Syahadatain.

1.      Bertawakkal bukan kepada Allah SWT

2.      Tidak mengakui bahwa semua nikmat lahir dan bathin adalah karunia Allah SWT

3.      Beramal dengan tujuan selain Allah SWT

4.      Memberikan hak menghalalkan dan mengharamkan, hak memerintah dan melarang atau hak
menentukan hukum pada umumnya kepada selain Allah SWT.

5.      Ta’at secara mutlak kepada selain Allah SWT dan Rasul-Nya

6.      Tidak menegakkan hukum Allah SWT

7.      Membeci Islam, seluruh maupun sebagiannya

8.      Mencintai kehidupan dunia melebihi akhirat atau menjadikan dunia segala-galanya.

9.      Memperolok-olok Al-Qur’an dan Sunnah, atau orang-orang yang menegakkan ke-2 nya, atau
memperolok-olok hukum Allah atau syi’ar Islam

10.  Menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah SWT, dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah
SWT.

11.  Tidak beriman dengan seluruh nash-nash Al-Qur’an dan Sunnah

12.  Mengangkat orang-orang kafir dan murtad menjadi pemimpin dan tidak mencintai orang-orang
yang berakidah islam.
13.  Tidak beradab dalam bergaul dengan Rasulullah SAW

14.  Tidak menyenangi tauhid, malah menyenangi kemusyrikan

15.  Menyatakan bahwa makna tersirat dari suatu ayat bertentangan dengan makna yang tersurat dalam
Al-Qur’an

16.  Memungkiri salah satu Asma, Sifat, dan Af’al Allah SWT

17.  Memungkiri salah satu sifat Rasulullah SAW yang telah ditetapkan Allah SWT, atau memberinya sifat
yang tidak baik, atau tidak meyakininya sebagai contoh teladan utamabagi umat manusia.

18.  Mengkafirkan orang Islam atau menghalalkan darahnya, atau tidak mengkafirkan orang kafir

19.  Beribadah bukan kepada Allah SWT

20.  Melakukan syirik kecil.

BAB III

PENUTUP

I.       Kesimpulan

Makna yang terkandung dalam kalimat tauhid (Syahadatain), yaitu pemurnian keta’atan kepada Allah
SWT, dengan menghalalkan apa yang dihalalkan Allah SWT dan mengharamkan apa yang diharamkan-
Nya, menjalankan perintah Allah SWT, dan menjauhi larangan Allah SWT, menyatakan diri baik lisan
maupun perbuatan akan kebebasan dari perbuatan syirik. Dari uraian di sebelah dapat kita pahami
betapa pentingnya kita untuk mempelajari, dan lebih mendalami Tauhid, yang di iqrarkan dengan
Syahadatain.

Allah sendiri menegaskan dalam Al-Qur’an apa Itu Tauhid dan Syahadatain, diantaranya terdapat dalam
surat Al-Isra’: 57, At-Taubah: 31, Adz-Dzukhruf: 26-27, dan juga terdapat dalam hadits nabi yang
diriwayatkan oleh Muslim.

Kandungan yang terdapat dalam Syahadatain seperti yang telah kita paparkan di sebelah, menyebutkan
bahwa kata asyhadu mempunyai tiga pengertian yang saling singkron.

“Seseorang akan bersumpah, bila dia memberi kesaksian, dan dia akan memberikan kesaksian bila


dia menyaksikan”.[8]

Inti dari Syahadatain yaitu; beribadah hanya kepada Allah SWT semata, dan menjadikan Rasulullah SAW
sebagai titik uswatun hasanah. Kalau kita sudah berhasil meraih inti itu InsyaAllah Allah SWT akan
memberikan shibghah-Nya kepada kita, seperti yang juga telah kita paparkan di sebelah.
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Yunahar. 2005. Kuliah Aqidah Islam. LPPI UMY. Yogyakarta

Abdul Wahab, Muhammad Ibn. 2004. Tauhid. Mitra Pustaka. Yogyakarta

At-Tamimi, Muhammad. 1999. Kitab Tauhid Pemurnian Ibadah Kepada Allah. Darul Haq. Jakarta

(http://www.fregoerisandi.tk/2015/11/pengertian-syahadatain-la-ilaha-illallah.html ) diakses 08 - 02
-2017 jam 06:04

Anda mungkin juga menyukai