Anda di halaman 1dari 7

MATA KULIAH AIK

Dosen : Drs. AWALUDDIN, M.Pd. I

Nama : Fita Dwi Pratiwi


NIM : 200901025

Materi Tugas
TAUHID dan URGENSINYA BAGI KEHIDUPAN MUSLIM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK


FAKULTAS HUKUM
2021
A. Pengertian Tauhid

Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-
yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja.
Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul,
39).

Dalam ajaran islam kalimat tauhid terbagi menjadi dua bagian yang sangat
berhubungan antara satu dengan yang lainya, yaitu Nafyu dan Isbat.

Nafyu (peniadaan), kalimat tersebut adalah  Laailaaha yang artinya” tiada


Tuhan”, maksud dari kalimat itu iyalah meniadakan segala macam Tuhan, sehingga
di muka bumi ini tiada apapun yang patut disembah, dipuja, diimani dan ditaati. 
Isbat (menetapkan), kalimat tersebut adalah Illallah yang artinya “ kecuali
Allah”, maksud dari kalimat itu iyalah memunculkan pemahaman tentang
keberadaan Allah sebagai satu-satunya Tuhan di dalam fikiran kita setelah kita
menghapus segala macam Tuhan yang ada di dalamnya.

B. Makna Kalimat Laa ilaaha illa Allah dan konsekuensinya dalam kehidupan.

Tak diragukan lagi bahwa kalimat laa ilaaha illallah merupakan pondasi
agama Islam. Kalimat ini pula, bersama dengan kalimat syadahat muhammadur
rasulullah, merupakan rukun yang pertama dari kelima rukun Islam. Hal ini
sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits yang shahih bahwa Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Islam dibangun di atas lima perkara”,
yaitu:

(1) Syahadat bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan benar selain Allah

dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah;

(2) Menegakkan shalat;

(3) Menunaikan zakat;

(4) Puasa di bulan Ramadhan;

(5) Berhaji ke Baitullah.”


Orang-orang munafik mengucapkannya, namun mereka kelak tetap akan menjadi
penghuni neraka yang paling bawah karena tidak mengimaninya dan tidak
mengamalkannya. Demikian pula orang-orang Yahudi, mereka mengucapkan
kalimat ini namun mereka tetaplah sekafir-kafirnya manusia sebab tiada mereka
beriman pada kalimat ini. Begitu pula para penyembah kuburan dan penyembah
orang-orang shalih, yang mereka ini merupakan orang-orang kafir, mereka
mengucapkan kalimat ini namun perkataan, perbuatan, dan akidah mereka
menyelisihi kalimat ini.

Di atas telah disebutkan bahwa makna kalimat ini ialah tiada tuhan yang
berhak disembah selain Allah, maka semua hal yang disembah manusia selain Allah
adalah sesembahan yang batil. Yakin bahwa Allah SWT adalah sebenar-benarnya
Dzat yang berhak disembah. Ikhlas, yaitu dengan seorang hamba memurnikan
semua ibadahnya hanya kepada Tuhannya, Allah SWT. Jika satu ibadah saja ia
tujukan kepada selain Allah, baik kepada nabi, wali, raja, berhala, maupun jin dan
selainnya maka ia telah menyekutukan Allah SWT dan membatalkan syarat ikhlas
ini. Jujur. Maknanya ialah orang yang mengucapkan kalimat syahadat haruslah
mengucapkannya tulus dari dalam hatinya, hatinya sesuai dengan lisannya dan
lisannya sesuai dengan hatinya. Jika ia mengucapkan dengan lisan saja sedangkan
hatinya tidak mengimani maknanya maka kalimat ini tidak bermanfaat baginya dan
dengan demikian ia tetap berstatus kafir seperti seluruh orang munafik. Cinta.
Maknanya ia harus mencintai Allah ‘azza wa jalla. Jika ia mengucapkan kalimat ini
namun tidak mencintai Allah, ia tetap menjadi kafir, tidak masuk ke dalam Islam
sebagaimana orang-orang munafik.

C.     Peran Tauhid dalam kehidupan sosial


            Tauhid  menempati kedudukan sentral dan esensial dalam islam, tauhid
berarti komitmen manusia kepada Allah sebagai fokus dari seluruh rasa hormat,
rasa syukur, dan sebagai satu-satunya sumber nilai dalam islam.
            Manusia yang bertauhid mengemban tugas untuk membersihkan manusia
dari menyembah manusia, hewan, tumbuhan, matahari, berhala, dan lain-lain
kepada menyembah alloh. Dengan tauhid, kedudukan manusia sama manusia yang
lain, yang  membedakan manusia dihadapan alloh adalah tingkat ketaqwaannya(QS.
Al Hujurat: 13)
            Hubungan manusia tidak hanya dengan tuhannya, tetapi juga mencakup
hubungan horisontal dengan sesamanya. Maka dari itu tauhid juga memiliki fungsi
membentuk suatu masyarakat yang mengejar nilai-nilai utama dan mengusahakan
tegaknya nilai keadilan sosial sehingga memberikan insipirasi pada manusia untuk
mengubah dunia disekelilingnya agar sesuai dengan kehendak alloh. Hal ini akan
memicu manusia untuk membentuk suatu misi yang bertujuan mengubah dunia,
menegakkan kebenaran, dan keadilan, merealisasikan berbagai nilai-nilai utama dan
memberantas kerusakan dimuka bumi. Dengan misi ini akan terwujud kehidupan
sosial yang adil, etis, dan agamis.

D. Urgensi Tauhid Dalam Kehidupan Muslim.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk kepada cahaya
iman, dien yang lurus yaitu agama Islam melalui hamba pilihan-Nya Muhammad
saw. Dan yang telah meneguhkan hati para hambanya yang teguh dalam
memegang akidah yang lurus. Selawat dan salam teriring kepada teladan kita
Rasulullah Muhammad saw, Nabi yang terakhir, juga kepada para keluarga dan para
sahabatnya serta kaum muslimin/muslimat yang teguh mengikuti ajaran dan
akidahnya sampai akhir jaman, amin. Urgensi tauhid dalam kehidupan muslim
sangat besar pengaruhnya, sebagai dasar utama yang dibangun di atasnya seluruh
ajaran Islam. Periode dakwah yang dilakukan Rasulullah saw. di Makkah
menegaskan betapa tauhid sangat urgen pengaruhnya. Ayat-ayat Alquran yang
diturunkan Allah pada fase itu fokus utamanya berbicara tentang tauhid. Generasi
sahabat, mereka yang dibina Rasulullah saw. adalah manusia-manusia yang
bertauhid, yang tidak dijumpai di permukaan bumi ini sebelum dan sesudahnya.

Tauhid mampu merubah manusia menjadi manusia yang perilakunya sesuai


dengan keinginan Allah SWT. Semua itu memerlukan pemahaman yang benar akan
tauhid dari sumbernya yang autentik yaitu Alquran dan Sunah serta kitab-kitab
tauhid yang diakui keabsahannya oleh ulama-ulama Islam dahulu dan sekarang.
Untuk mendapatkan pemahaman yang benar dari sumber ilmu yang autentik, maka
perlu merujuk kepada pehamaman generasi teladan umat yaitu generasi salaf.
Kelurusan dan keteladanannya dalam beragama dan beraqidah tidak diragukan lagi
karena mereka mewarisi apa yang telah diajarkan Rasulullah SAW.
Jadi generasi umat yang dapat dijadikan suri tauladan adalah tiga generasi
semenjak generasi Rasulullah saw sampai generasi tabi’it tabiin, yaitu:

1. Generasi sejaman dengan Rasulullah saw: sahabat ra (generasi ayah).

2. Generasi sesudah mereka: tabi’in (generasi anak).

3. Generasi yang sesudah mereka : tabi’it tabi’in (generasi cucu),

sampai abad ke-3 H. Inilah tiga generasi pertama umat Islam, generasi yang
terpercaya dalam menyampaikan agama Allah SWT. Kepada merekalah kita
merujuk segala pemahaman agama Islam ini yang benar dan lurus, melalui
merekalah kita mengambil ilmu syariat agama ini yang telah Rasulullah saw ajarkan
dan mereka ini adalah generasi yang menumbuhkan sunnah-sunnah Rasulullah
saw. Banyak sekali sumber-sumber rujukan ilmu agama yang telah diwariskan oleh
generasi kaum salaf. Dan juga generasi sesudahnya yang mengikuti jejaknya yang
lurus dan dapat dipercaya.

E. Bahaya Akibat Jahil terhadap Ilmu Tauhid

1. Orang yang tidak mengenal Penciptanya seperti orang buta di dunia ini, ia tidak
tahu mengapa ia diciptakan, atau apa hikmah (tujuan) keberadaannya di atas bumi
ini. Hidupnya berakhir dalam keadaan ia tidak tahu mengapa ia memulai hidup. Ia
keluar dari dunia tanpa tahu mengapa ia dulu masuk ke dalamnya.

2. Siapa yang tidak beriman kepada hari akhir, maka ia ditipu oleh dunia, ia jadikan
semua citacita dan ambisinya adalah bagaimana mewujudkan kepentingannya di
dunia sebelum mati, mengambil yang halal dan haram, tidak peduli apakah itu
membahayakan orang lain atau tidak karena yang penting adalah kepentingannya.

F. Pengaruh Ilmu Tauhid dalam Kehidupan

1. Orang yang bertauhid dan beriman kepada Allah dan rasul-Nya pasti tahu
mengapa Allah SWT menciptakannya sehingga ia berada di atas jalan yang lurus, ia
mengetahui dari mana awal dan ke mana akhir hidupnya, jauh dari kebutaan dan
kesesatan.

2. Tauhid menjadikan hati-hati manusia bersatu dengan Rabb yang satu, satu kitab,
satu risalah, dan satu kiblat, dan iman juga menjadikan manusia saling mencintai
dan bersaudara seperti firman Allah SWT
3. Bila iman telah menyebar luas di masyarakat, maka pastilah akan membuahkan
amal shalih yang diridhai Allah swt sehingga membuka berbagai pintu kebaikan dan
mendatangkan pertolongan Allah dalam menghadapi musuh-musuh mereka.
Begitulah dulu kaum muslimin, sebelumnya mereka adalah orang-orang yang lemah
dan miskin, namun mereka beriman dan beramal shalih hingga Allah membuka
pintu-pintu keagungan di dunia untuk mereka,

G.    Fungsi- fungsi sosial tauhid dalam kehidupan muslim di era modern.

1.    Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada


semua makhluk.
2.    Menjaga manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila

kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka.

3.    Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi.

4.    Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan

kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya

dilaksanakan secara konsisten.

5.      Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai

pusat kesadaran intelektual mereka.

Dengan kata lain, kita meyakini bahwa semua aktivitas yang kita lakukan
maupun kejadian yang terjadi merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu telah
diatur dengan sempurna oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam ini, Dia
mengetahui segala hal yang ghoib ( abstrak) maupun yang dzohir, yang tersembunyi
maupun yang tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah dan tiada Tuhan
selain Dia.
Dengan Tauhid, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, tetapi juga
akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia manapun. Tidak ada
manusia yang lebih superior atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap manusia
adalah hamba Allah yang berstatus sama. Jika tidak ada manusia yang lebih tinggi
atau lebih rendah daripada mnusia lainnya di hadapan Allah, maka juga tidak ada
kolektivitas manusia, baik sebagai suatu suku bangsa ataupun suatu bangsa , yang
lebih tinggi atau lebih rendah daripada suku bangsa atau bangsa lainnya. Semuanya
berkedudukan sama di hadapan Allah SWT. Yang membedakan hanyalah tingkat
ketakwaan pada Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai