KELOMPOK 3 :
1. Amilza afnur 210701015
2. Eka Safira Agustina 210701020
3. Cecilia 210701014
4. Leily dewi aprilianti 210701019
5. Fayzah Rachmawati S 210701013
Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan karunia, rahmat, dan ridho-Nya lah kami mampu menyelesaikan makalah yang
ditulis untuk tugas kelompok mata kuliah Psikologi Umum. Adapun materi makalah yang
kami buat berjudul “Psikososial ”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan wawasan kepada banyak orang
mengenai “Psikososial”. Serta memberikan informasi kepada pembaca mngenai
“Psikososial” yang ditinjau dari sudut pandang psikologi.
Karena keterbatasan keterampilan serta pengetahuan kami, pasti banyal kekurangan yang
terdaapat dalam maklah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharap ketersediaan pembaca
untuk memberikan kritik serta saran yang membangun agar kami dapaat menjadi lebih baik
kedepannya.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan merupakan proses perubahan secara progress baik secara fisik maupun
non fisik menuju kesempurnaan. Perkembangan secara fisik merupakan perkembangan yang
terjadi pada aspek-aspek biologis seorang individu. Sedangkan perkembangan non fisik
didalamnya terdapat perkembangan emosi, perkembangan kognitif, dan perkembangan pada
aspek sosial peserta didik. Peserta didik sebagai makhluk sosial membutuhkan peran
lingkungannya atau bantuan dari orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia
yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena
interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses
sosialisasi.
iii
B. RUMUSAH MASALAH
iv
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Psikososial
Psikososial (Psychosocial) adalah hubungan antara kesehatan mental atau emosional
seseorang dengan kondisi sosialnya. Istilah Psikososial merupakan gabungan antara
psikologis dan sosial. Dengan demikian, pengertian perkembangan psikososial adalah
perkembangan yang berkaitan dengan emosi atau mental seseorang dalam berhubungan
dengan orang lain. Jadi, perkembangan psikososial merupakan perubahan atau perkembangan
kepribadian yang berkaitan dengan hubungan sosial.
Teori perkembangan Psychosocial Erik Erikson ini merupakan pengembangan lanjut teori
perkembangan Freud, selain tidak terbatas sampai masa genital saja, juga Erikson adalah
murid Freud. Perkembangan Psikososial menurut Erikson didasarkan atas prinsip Epigenetik
yakni bahwa perkembangan manusia itu terbagi atas beberapa tahap dan setiap tahap
mempuyai masa optimal atau masa kritis yang harus dikembangkan dan diselesaikan.
Erik Erikson merupakan psikolog kelahiran Frankurt, Jerman pada tanggal 15 Juni 1902
dan meninggal pada 12 Mei 1994 di Massachusetts, Amerika Serikat. Sebenarnya Erikson
adalah seorang psikolog Freudian, namun teorinya lebih tertuju pada masyarakat dan
kebudayaan jika dibandingkan dengan para psikolog Freudian lainnya. Erikson menjadi
terkenal karena upayanya dalam mengembangkan teori tentang tahap perkembangan manusia
yang dirintis oleh Freud, gurunya.
Kelebihan:
1. Erikson menekankan kesadaran individu untuk menyesuaikan diri dengan pengaruh sosial.
2. Erikson memandang ego sebagai struktur kepribadian yang otonom, serta berfokus pada
kualitas ego yang muncul di setiap periode perkembangan.
1
3. Tahap perkembangan lebih kompleks karena mengembangkan teori insting Freud. Namun
Erikson tidak memusatkan seks sebagai hal yg mendasari manusia.
4. Menekankan bahwa perubahan pada setiap tahap perkembangan sangat penting sehingga
individu berusaha semampu mungkin untuk melewatinya.
Kekurangan :
1. Nilai ilmiah penelitian yang dilakukan Erikson tidak begitu akurat. Observasi dan analisis
penelitian hanya dilakukan secara subjektif seperti halnya tokoh psikoanalisis yang lain
Erikson H.Erikson lahir pada tangga 15 Juni 1902 di Jerman Selatan dalam lingkungan
keluarga single-parent, anak laki-laki ini memegang tiga keyakinan tentang asal- usulnya.
Awalnya dia percaya bahwa suami ibunya seorang Yahudi. Sejak lahir ia sudah tidak punya
ayah karena orang tuanya sudah berpisah sehingga Erik dibesarkan oleh ibunya. Mereka
pindah ke Karlsruhe lalu ibunya menikah dengan dr. Homburger yang berkebangsaan
Jerman, ayah kandung Erik sendiri orang Denmark. Saat itu Erik berusia 3 tahun dan pada
awal remaja ia mengetahui bahwa nama sisipan diberikan karena Homburger adalah ayah
tirinya.
Erikson tidak dapat menyelesaikan sekolah dengan baik karena ketertarikannya pada
berbagai bidang khususnya seni dan pengetahuan bahkan ia sempat berpetualang sebagai
seniman dan ahli pikir di Eropa tahun 1920-1927.60 Identitas religius awalnya adalah
Yudaisme sebagai warisan keluarga tetapi Erikson kemudian memilih Kristen Lutheran.
Setelah hampir tujuh tahun berpetualang dan menyelidiki, dia kembali kerumah dengan
penuh kebingungan, lelah, depresi dan tidak sanggup membuat sketsa ataupun lukisan. Pada
waktu itu sebuah pristiwa penting mengubah hidupnya.
Pada tahun 1927 sampai tahun 1933, Erikson bergabung dengan lembaga pendidikan
Psikososial Sigmund Freud‟s untuk mengajar anak. Erikson menganggap teori post-Freud
merupakan perluasan psikoanalisis. Meskipun dia menggunakan teori Freud sebagai pondasi
pendekatanya tentang siklus-siklus kepribadian, Erikson berbeda dengan Freud dalam
beberapa hal. Teorinya memperluas tahap-tahap perkembangan infantil Freud menuju masa
2
remaja, masa dewasa, dan usia senja. Erikson yakin bahwa di setiap tahapan perkembangan
manusia adalah sebuah pergulatan Psikososial spesifik memberikan kontribusi bagi
pembentukan kepribadian.
Kata Psikososial secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang
dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh- pengaruh sosial yang beriteraksi dengan satu
organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologi.
Sejarah Singkat Teori Psikososial Sebagai orang tua, tentunya selalu mempunyai harapan
bahwa anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mantap dan mandiri tanpa menghilangkan sisi
baik dari karakternya. Pembentukan pribadi yang baik akan berguna sebagai bekal anak
untuk menghadapi lingkungan sosialnya sendiri, serta juga menentukan kemampuannya
berjuang dalam menghadapi masalahnya sendiri. Orang tua mana yang tidak ingin anaknya
dapat memiliki kemampuan berjuang dalam kehidupannya sendiri, bukan? Karena itulah,
pembentukan pribadi anak menjadi hal yang sangat penting untuk dipelajari. Perkembangan
anak selalu menarik untuk dibicarakan dalam dunia psikologi, sebab hal ini sangat mendasari
pembentukan karakter anak dan menentukan menjadi pribadi seperti apakah sang anak
tersebut. Pengaruh-pengaruh yang masuk di dalam kehidupan seorang anak sangat
menentukan pembentukan karakternya kelak. Karena itulah, masa-masa awal seorang anak
selalu menjadi perhatian intens para ahli psikologi, dan juga tentunya perhatian orang tua.
Banyak teori tentang perkembangan psikologi anak, salah satunya adalah teori psikososial
Erikson yang dicetuskan oleh Erik H.Erikson. Untuk memahami lebih dalam tentang
psikososial. Erikson sangat
Dikenal dengan tulisan-tulisanya di bidang psikologi anak. Berangkat dari teori tahap-
tahap perkembangan psikososial dari Freud yang lebih menekankan pada dorongan-dorongan
seksual, Erikson mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek
perkembangan sosial. Ia mengembangakan teori yang disebut theory of Psychosocial
Development (teori perkembangan psikososial) dimana ia membagi tahap-tahap
perkembangan manusia menjadi delapan tahapan. Erik H.Erikson, penganut Neo-Freudian
disebut sebagai tokoh yang paling vokal untuk menolak cara pandang psikoanalisis
konvensional (Wrinnghtsman, 1974). Ia lebih berkonsentrasi pada pengaruh lingkungan
sosial pada perkembangan kepribadian manusia, sehingga teori perkembanganya disebut
sebagai perkembangan psikososial.62 Teori Erikson menjabarkan delapan fase
perkembangan yang dilewati oleh individu. Seperti yang disebutkan sebelumnya, delapan
fase perkembangan ini merupakan perkembangan setelah individu berhasil memecahkan
konflik yang dialaminya. Konflik-konflik ini akan dialami oleh individu yang sedang dalam
pertumbuhan ke kepribadian yang matang. walaupun demikian, 50% dari seluruh tahap
perkembangan psikososial seseorang dialaminya pada masa anakanak.
3
Menutut Erikson, ego sebagian bersifat tak sadar, mengorganisir dan mensintesis
pengalaman sekarang dengan pengalaman diri, masa lalu dan dengan diri masa yang akan
datang. 63 Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam
beberapa tinkatan. Salah satu elemen penting bagi teori tingkatan psikososial Erikson adalah
perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan
melalui interaksi sosial. Menurut Erikson perkembangan ego selalu berubah berdasarkan
pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu
perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori erikson disebut sebagai teori
perkembangan psikososial.64 Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erikson
merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi.
b. Mudah tersinggung
c. Sulit konsentrasi
d. Bersifat ragu-ragu
e. Merasakecewa
Teori Erikson (Dunkel & Sefcek, 2009:13) tentang pengembangan psikososial didasarkan
pada prinsip epigenetik, yang menyatakan bahwa perkembangan terkuak dalam berbagai
tahapan yang telah ditentukan, bahwa ada waktu yang optimal untuk peningkatan tahap, dan
bahwa resolusi tahap awal sangat memengaruhi hasil tahap selanjutnya. Berdasarkan prinsip
ini, Erikson (1950)
mengemukakan bahwa ada delapan tahap atau krisis psikis dan mereka menjadi yang paling
menonjol pada waktu yang berbeda sepanjang masa hidup.
Tahap–tahap perkembangan tersebut adalah:
Rasa percaya melibatkan rasa nyaman secara fisik dan tidak ada takut atau kecemasan
akan masa depan. Rasa percaya yang dirasakan bayi akan menjadi fondasi
4
kepercayaan sepanjang hidup bahwa dunia akan menjadi tempat yang baik dan
menyenangkan untuk ditinggali. Kepercayaan pada bayi tumbuh ketika mereka
memahami bahwa orang tua/pengasuh layak untuk mereka percayai dan mereka juga
membangun kepercayaan bahwa dirinya juga mampu untuk dipercayai orang lain. Hal
ini tercermin ketika orang tua/pengasuh menghilang dari pandangannya, mereka tidak
cemas atau marah yang tidak perlu karena bayi percaya dan bisa mentolerir
ketidakhadiran orang tua/pengasuh. Berbeda dengan bayi yang menganggap orang
tua/pengasuhnya tidak bisa diandalkan dan si bayi tidak percaya dirinya sendiri ketika
ditinggalkan, mereka cenderung cemas dan terserang panik bila memaksa pergi juga.
Erikson bayi juga harus mengalami rasa tidak percaya tertentu agar mereka bisa
belajar percaya lewat kepekaan dan ketepatan (Dunkel&Sefcek, 2009:
Namun adalah krusial bagi bayi yang bisa keluar dari tahapan ini dengan
keseimbangan rasa percaya lebih dari rasa tidak percaya. Karena jika mereka berhasil
melakukannya, maka mereka akan mengembangkan kekuatan inti ego pada periode
ini: harapan. Harapan adalah sebuah ekspektasi yang sekalipun terdapat rasa frustasi
marah atau kecewa, hal-hal yang baik tetap akan terjadi di masa depan. Harapan akan
memampukan anak bergerak maju ke dunia luar, menyambut tantangan–tantangan
baru.
b. Otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu (autonomy versus doubt and shame):
masa bayi (1-3 tahun)
Setelah mendapatkan rasa percaya pengasuh bayi mulai mengetahui bahwa perilaku
mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan kemandirian mereka,
atau disebut otonomi. Mereka menyadari keinginan mereka. Otonomi muncul dari
dalam, sebuah pendewasaan biologis yang mengasuh kemampuan anak untuk
melakukan segala hal dengan caranya sendiri-mengontrol otot perut mereka sendiri,
berdiri di atas kaki mereka sendiri, menggunakan tangannya sendiri, dan sebagainya.
Rasa malu dan ragu–ragu sebaliknya, datang dari kesadaran akan ekspetasi dan
tekanan sosial. Rasa ragu berasal dari kesadaran bahwa dirinya tidak begitu berkuasa,
sehingga orang lain bisa mengontrol dia dan bertindak lebih baik daripada dia. Jika
anak terlalu dibatasi atau dihukum dengan keras, mereka mungkin memunculkan rasa
malu dan ragu–ragu.
Harapan idealnya anak bisa belajar menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial
tanpa banyak kehilangan pemahaman awal mereka mengenai otonomi. Bagi anak
yang sanggup menyelesaikan krisis ini dengan positif, yaitu menyeimbangkan rasio
otonomi lebih dari rasa malu dan ragu–ragu, maka mereka mengembangkan kekuatan
ego dalm bentuk kehendak yang kokoh. Kehendak adalah kebulatan tekad yang tidak
bisa dipatahkan untuk melatih pilihan bebas dan pengendalian diri.
Begitu anak memasuki usia pra sekolah, anak mulai memasuki dunia sosial yang lebih
kompleks yang meminta anak untuk memikirkan tanggung jawab terhadap tubuh,
perilaku, mainan, dan hewan peliharaan mereka. Mengembangkan rasa tanggung
jawab meningkatkan inisiatif. Anak memiliki
inisiatif hal–hal apa saja yang mau dan dapat mereka lakukan, termasuk rencana–
rencana dan harapan–harapan. Namun kemudian, mereka dihadapkan pada larangan–
5
larangan sosial. Rasa bersalah yang tidak nyaman muncul jika anak tidak bertanggung
jawab dan dibuat cemas. Karena inilah maka anak mengembangkan kemampuan
pengendalian diri agar inisiatifnya dapat tatap diterima demi menjaga impuls dan
fantasi berbahaya tetap terkendali. Erikson memiliki pandangan positif terhadap tahap
ini bahwa sebagian besar rasa bersalah dengan cepat digantikan oleh rasa ingin
berprestasi. Orang tua bisa membantu anak keluar dari krisis tahapan ini dengan
pengertian penuh mengenai tujuan “keberanian untuk memimpikan dan mengejar
tujuan–tujuan yang bernilai yang tidak akan bisa dirusak oleh rasa bersalah maupun
larangan
d. Kerja keras versus rasa inferior (industry versus inferiority): masa kanak–
kanak tengah dan akhir (usia SD 6 tahun–remaja)
Inisiatif anak membawa mereka berhubungan dengan banyak pengalaman baru. Saat
mereka berpindah ke masa kanak–kanak tengah dan akhir, mereka mengarahkan
energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Anak
lebih aktif belajar, namun dapat memunculkan rasa inferior–merasa tidak kompeten
dan tidak produktif. Erikson percaya bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus
bagi perkembangan keaktifan anak. Guru harus “dengan lembut tetapi tegas mengajak
anak ke dalam petualangan menemukan bahwa seseorang dapat belajar mencapai
sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya”
Pada masa ini individu dihadapkan pada penemuan diri, tentang siapa mereka
sebenarnya, kemana mereka akan melangkah dalam hidup ini, banyak peran baru dan
status kedewasaan–pekerjaan dan cinta misalnya. Orang tua perlu mengiinkan remaja
untuk menjelajahi peran–peran tersebut dan jalan yang berbeda–beda di setiap peran.
Jika remaja menjelajahi peran tersebut dengancara yang baik, dan sampai pada jalan
positif untuk diikuti dalam hidup, maka identitas positif akan tercapai. Jika suatu
identitas dipaksakan pada remaja oleh orang tua, jika remaja tidak cukup menjelajahi
banyak peran, dan jika di masa depan yang positif belum jelas, maka
terjadilahkebingungan identitas.
f. Keintiman versus isolasi (intimacy versus isolation): masa dewasa awal (20-an,
30-an)
Pada masa ini, individu menghadapi tugas perkembangan yaitu membentuk hubungan
akrab dengan orang lain. Erikson menggambarkan keintiman sebagai menemukan jati
diri dan sekaligus kehilangan diri dalam diri orang lain. Jika para dewasa muda
membentuk persahabatan yang sehat dan hubungan akrab dengan orang lain,
keintiman akan tercapai, jika tidak, akibatnya adalah isolasi diri. Isolasi diri
merupakan bahaya yang bisa terjadi pada tahap ini. Di psikopatologi, gangguan ini
dapat menyebabkan “masalah-masalah karakter” berat. Orang dewasa muda, yang
lahir dari pencarian dan insistensi identitas, sangat berhasrat dan ingin meleburkan
identitasnya dengan identitas orang lain.
Ia siap untuk intimasi, artinya kapasitas untuk mengkomitmenkan dirinya pada
afiliasi-afiliasi dan partner konkret dan untuk mengembangkan kekuatan etis untuk
6
ditaati oleh komitmen-komitmen tersebut meskipun mereka mungkin membutuhkan
berbagai pengorbanan dan kompromi.Sebaliknya dari intimasi adalah penjauhan atau
isolasi, artinya kesiapan untuk mengasingkan diri dan, bila perlu, merusak kekuatan-
kekuatan dan orang-orang yang esensinya tampak berbahaya bagi eksistensi orang
yang bersangkutan.
Pada tahap ini kepedulian utamanya adalah membantu generasi yang lebih muda
dalam mengembangkan dan mengarahkan kehidupan menjadi berguna, ini yang
disebut generativitas. Perasaan bahwa dirinya tidak berbuat apa–apa untuk membantu
generasi mendatang disebut stagnasi. Jadi, generativitas terutama adalah perhatian
dalam membentuk dan membimbing generasi berikutnya, meskipun ada individu-
individu, yang melalui kemalangan atau akibat bakat khusus dan tulennya diarah yang
lain, tidak menerapkan dorongan ini kepada keturunannya sendiri. Generativitas
adalah salah satu tahap yang esensial di dalam psikoseksual maupun daftar
psikososial.
h. Integritas versus keputusasaan (integrity versus despair): masa dewasa akhir (60
tahun ke atas)
Dalam tahap ini, seseorang bercermin pada masa lalu dan menyimpulkan bahwa ia
telah menjalani hidup dengan baik, atau sebaliknya menyimpulkan bahwa hidupnya
belum dimanfaatkan dengan baik. Dengan banyak cara, orang berusia lanjut dapat
mengembangkan pandangan positif pada tahap–tahap perkembangan sebelumnya.
Jika demikian, kilasan retrospektifnya akan memunculkan gambar kehidupan yang
dapat dimanfaatkan dengan baik, dan orang tersebut akan merasakan kepuasan–
integritas dapat tercapai. Jika orang berusia lanjut membentuk setiap tahap
perkembangan sebelumnya secara negatif, kilasan retrospektifnya mungkin akan
memunculkan keraguan atau kegelapan–keputusasaan yang dimaksud Erikson.
Erikson tidak percaya bahwa solusi yang baik bagi krisis tahapan seluruhnya selalu
positif. Beberapa kontak atau komitmen dengan sisi negatif krisis tersebut kadang
tidak dapat dihindari. Anda tidak dapat mempercayai semua orang di bawah situasi
apa pun dan kemudian bertahan hidup, misalnya. Di sisi lain, dalam solusi sehat
terhadap krisis tahapan, jawaban positif mendominasi.
7
kekuatan karakteristik yang dapat digunakan ego untuk menyelesaikan krisis
selanjutnya.
BAB III
KESIMPULAN
Erikson mengemukakan bahwa ada delapan tahap atau krisis psikis dan mereka
menjadi yang paling menonjol pada waktu yang berbeda sepanjang masa hidup. Kegagalan
untuk berhasil menyelesaikan suatu tahap dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan
untuk menyelesaikan tahap lebih lanjut dan karena itu kepribadian dan rasa diri yang lebih
tidak sehat. Namun, tahap-tahap ini dapat diselesaikan dengan sukses di lain waktu.
8
DAFTAR PUSTAKA