Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MAKNA SYAHADAT

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Aqidah Akhlak


Dosen : Zul Fadhli Sultani, S.Pd.I., M.Sc

Disusun Oleh :
Harjito (2161201862)
Eka Isvita Dewi (2161201858)
Ferdian Kresna Dinata (2161201859)

Sarjana Desa
Program Studi Manajemen
INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa Pengasih lagi
Maha Penyayang atas berkat, rahmat dan hidayahnya, Kami telah menyelesaikan
makalah tentang mata kuliah Aqidah Akhlak, dengan judul: “Makna Syahadat”

Sekaligus kami menyampaikan rasa terima kasih sebanyak-banyaknya itu Bapak


Zul Fadhli Sultani, S.Pd.I., M.Sc selaku dosen Mata Kulia Aqidah Akhlak. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka Kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
 
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil
manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Jakarta, 3 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Tujuan.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
A. Definisi Syahadat....................................................................................
B. Rukun Syahadat.......................................................................................
C. Syarat Syahadat.......................................................................................
D. Konsekuensi Syahadat.............................................................................
E. Hal-hal yang membatalkan Syahadat......................................................
F. Monoteisme.............................................................................................
G. Politerisme...............................................................................................
H. Atheisme..................................................................................................
BAB III PENUTUP......................................................................................
4.1. Keimpulan........................................................................................
4.2. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagian kaum muslimin masih belum mengerti makna dan
konsekuensi kalimat syahadat, mereka hanya mengetahui kalimatnya saja dan
mereka ucapkan tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalamnya. Dua
kalimat syahadat ini adalah kalimat thoyyibah yang mana dengan kalimat
inilah seseorang dikatakan seorang muslim.
Rasulullah Bersabda:
"Apabila mereka mengucapkan (Laa Ilaaha Illallah), maka kehormatan dan
harta mereka terjaga dariku kecuali dengan haknya, dan perhitungan mereka
atas Allah Subhanahu wa Ta'ala".
(Hadits Shahih diriwayatkan oleh Al-Bukhari (25) dan pada tempat lainnya,
dan Muslim (22), dan selainnya, dari hadits Ibnu Umar Radhiyallahu anhum)
Namun perlu diketahui pengucapan tanpa keyakinan adalah sia-sia
belaka, maka dari itu pengucapan kalimat syahadat diperlukan pengetahuan
dan keyakinan yang kuat bukan hanya pengucapan saja karena iman adalah di
ucapkan oleh lisan, diyakini oleh hati, dan dilaksanakan oleh anggota tubuh.
Seseorang belum dikatakan beriman jika tidak merealisasikan tiga
paket tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah : 8-10.
Artinya: “Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada
Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-
orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang
beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak
sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya;
dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”.
(QS. Al Baqarah : 8-10)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan di atas dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yang dihadapi sebagai berikut:
1. Apakah definisi syahadat?
2. Apa saja rukun syahadat?
3. Apa saja syarat-syarat syahadat?
4. Apa saja konsekuensi syahadat?
5. Apa saja hal-hal yang membatalkan syahadat?
6. Apa itu Monoteisme, Politeisme, dan Ateisme?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi syahadat.
2. Untuk mengetahui dan memahami rukun dan syarat syahadat.
3. Untuk mengetahui dan memahami konsekuensi syahadat.
4. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang membatalkan syahadat.
5. Untuk mengetahui dan memahami Monoteisme, Politeisme, dan Ateisme
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI SYAHADAT
Syahadat berasal dari kata syahada – yasyhadu – syuhudan – syahidan,
artinya menyaksikan. Menurut istilah, syahadat artinya penyaksian kesadaran
manusia, bahwa di alam raya ini tidak ada ilah melainkan Allah swt (Abd.
Marjie, 2003:125).
DR. Shalih (1998) membedakan antara makna syahadat la ilaha illallah
dan syahadat muhammadan Rasulullah.
1. Makna Syahadat “Laa ilaaha illallah”
Yaitu beri’tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak
disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala,
menta’ati hal terse-but dan mengamalkannya. La ilaaha menafikan hak
penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya. Illallah adalah
penetapan hak Allah semata untuk disembah.
Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, “Tidak ada
sesembahan yang hak selain Allah”. Khabar “Laa ” harus ditaqdirkan “bi
haqqi” (yang hak), tidak boleh ditaqdirkan dengan “maujud ” (ada).
Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan yang disembah
selain Allah banyak sekali. Hal itu akan berarti bahwa menyembah tuhan-
tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini Tentu kebatilan yang
nyata.
Kalimat “Laa ilaaha illallah” telah ditafsiri dengan beberapa
penafsiran yang batil, antara lain:
a) “Laa ilaaha illallah” artinya:
“Tidak ada sesembahan kecuali Allah”, Ini adalah batil, karena
maknanya: Sesungguhnya setiap yang disembah, baik yang hak
maupun yang batil, itu adalah Allah.
b) “Laa ilaaha illallah” artinya:
“Tidak ada pencipta selain Allah” . Ini adalah sebagian dari arti
kalimat tersebut. Akan tetapi bukan ini yang dimaksud, karena arti ini
hanya mengakui tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup.
c) “Laa ilaaha illallah” artinya:
“Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah”. Ini juga sebagian
dari makna kalimat ” “. Tapi bukan itu yang dimaksud, karena makna
tersebut belum cukup
Semua tafsiran di atas adalah batil atau kurang. Kami peringatkan
di sini karena tafsir-tafsir itu ada dalam kitab-kitab yang banyak beredar.
Sedangkan tafsir yang benar menurut salaf dan para muhaqqiq (ulama
peneliti, tidak ada sesembahan yang hak selain Allah) seperti tersebut di
atas.
2. Makna Syahadat “Anna Muhammadan Rasulullah”
Yaitu mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan
RasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta
mengamalkan konsekuensinya: menta’ati perintahnya, membenarkan
ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah kecuali
dengan apa yang disyari’atkan.

B. RUKUN SYAHADAT
1. Rukun “Laa ilaaha illallah”
Laa ilaaha illallah mempunyai dua rukun :
a) An-Nafyu atau peniadaan: “Laa ilaha” membatalkan syirik dengan
segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang
disembah selain Allah.
b) Al-Itsbat (penetapan): “illallah” menetapkan bahwa tidak ada yang
berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai
dengan konsekuensinya.
Makna dua rukun ini banyak disebut dalam ayat Al-Qur’an, seperti firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala
Artinya : Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beri-
man kepada Allah, makasesungguhnya ia telah berpegang kepa-da buhul
tali yang amat kuat …” (Al Baqarah : 256)
2. Rukun “Muhammad Rasulullah”
Syahadat ini juga mempunyai dua rukun, yaitu kalimat “‘abduhu
wa rasuluh ” (hamba dan utusanNya). Dua rukun ini menafikan ifrath
(berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan) pada hak Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah hamba dan rasulNya. Beliau
adalah makhluk yang paling sempurna dalam dua sifat yang mulia ini,
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Kafi : 110.
Artinya : Katakanlah : Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu,
yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu
adalah Tuhan yang Esa”. barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan perbuatan yang baik dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya”. (QS. Al-Kahfi : 110)
Syaikh Muhammad bin Shalih A1 Utsaimin menjelaskan: Dalam
ayat di atas Allah memerintahkan NabiNya untuk mengumumkan kepada
manusia bahwa Kami hanyalah seorang hamba sama dengan kalian, bukan
Rabb (Tuhan). Sebagaimana tertulis dalam hadist yang artinya :
“Kami hanya seorang hamba, maka katakanlah hamba Allah dan
RasulNya”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Benarkah Hanya Mengucapkan Syahadat Masuk Surga?


Islam tidak hanya mengucapkan dua kalimat syahadat saja, akan tetapi
wajib mengimplementasikan syarat-Kamirat yang tercakup dalam dua kalimat
syahadat tersebut sehingga seseorang yang mengucapkan dua kalimat tersebut
menjadi muslim yang sejati. Rukun Islam itu meliputi keyakinan, ucapan, dan
perbuatan.
Dari Ubadah bin Shamit radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang bersaksi bahwasanya tidak ada
sesembahan yang haq kecuali Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya, juga
bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan-Nya, dan bahwasanya Isa
adalah hamba Allah dan anak dari budak wanita-Nya serta kalimat-Nya yang
ia sampaikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya. Bersaksi bahwa surga dan
neraka benar adanya. Allah akan masukkan ke dalam surga lewat pintu surga
yang delapan sekehendaknya.” (HR. Bukhari, no. 3252 dan Muslim, no. 28)

C. SYARAT SYAHADAT
1. Syarat-syarat “Laa ilaha illallah”
Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat.
Tanpa syarat-syarat itu syahadat tidak akan bermanfaat bagi yang
mengucapkannya. Adapun syarat-syarat tersebut adalah:
a. ‘Ilmu, yang menafikan jahl (kebodohan).
‘Ilmu (Mengetahui) artinya memahami makna dan maksudnya.
Mengetahui apa yang ditiadakan dan apa yang ditetapkan, yang
menafikan ketidaktahuannya dengan hal tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Artinya :… Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa`at ialah)
orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya).
(Az-Zukhruf : 86)
Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illallah, dan
memahami dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya.
Seandainya ia mengucapkannya, tetapi tidak mengerti apa maknanya,
maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.
b. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan).
Yaqin (yakin) artinya orang yang mengikrarkannya harus meyakini
kandungan syahadat itu. Manakala ia meragukannya maka sia-sia
belaka persaksian itu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-
orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka
tidak ragu-ragu …” (Al-Hujurat : 15)
Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
Artinya : Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang
menyaksikan bahwa tiada ilah selain Allah dengan hati yang
meyakininya, maka berilah kabar gembira dengan (balasan) Surga.”
(HR. Al-Bukhari)
Maka siapa yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk
Surga.
c. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan).
Qabul (menerima) artinya menerima kandungan dan konsekuensi dari
syahadat; menyem-bah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada
selainNya.
Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta’ati, maka
ia termasuk orang-orang yang difirmankan Allah:
Artinya : Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada
mereka: ‘Laa ilaaha illallah’ (Tiada Tuhan yang berhak disembah
melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata:
“Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-
sembahan kami karena seorang penyair gila?” (Ash-Shafat: 35-36)
Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka
mengikrarkan laa ilaaha illallah, tetapi tidak mau meninggalkan
penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti mereka
belum menerima makna laa ilaaha illallah.
d. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan).
Inqiyaad artinya tunduk dan patuh dengan kandungan Makna
Syahadat).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Artinya : “Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah,
sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang kokoh.” (Luqman : 22)
Al-‘Urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim
wajhahu adalah yanqadu (patuh, pasrah).
e. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta).
Shidq (jujur) yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga
membenarkan-nya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya
mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Artinya : “Diantara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami beriman
kepa-da Allah dan Hari kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya
bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan
orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya
sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit,
lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta.” (Al Baqarah: 8-10)
f. Ikhlash, yang menafikan syirik.
Ikhlas yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan
jalan tidak mengucapkannya karena mengingkari isi dunia, riya’ atau
sum’ah. Dalam hadits ‘Itban, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
Artinya : “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang
yang mengucapkan laa ilaaha illalah karena menginginkan ridha
Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
g. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha’ (kebencian).
Mahabbah (Kecintaan) maksudnya mencintai kalimat ini serta isinya,
juga mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Artinya : “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat
cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)
Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih.
Sedangkan ahli syirik mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal
ini sangat bertentangan dengan isi kandungan laa ilaaha illallah.
2. Syarat Syahadat “Anna Muhammadan Rasulullah”
a. Mengakui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati.
b. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan.
c. Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah
dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya.
d. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang ghaib,
baik yang sudah lewat maupun yang akan datang.
e. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak,
orangtua serta seluruh umat manusia.
f. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain
serta mengamalkan sunnahnya.

D. KONSEKUENSI SYAHADAT
1. Konsekuensi “Laa ilaha illallah”
Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala ma-
cam yang dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha
illallah . Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikit pun,
sebagai keharusan dari penetapan illallah.
Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar
konsekuensinya. Sehingga mereka menetapkan ketuhanan yang sudah
dinafikan, baik berupa para makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta
para thaghut lainnya.
Mereka berkeyakinan bahwa tauhid adalah bid’ah. Mereka
menolak para da’i yang mengajak kepada tauhid dan mencela orang yang
beribadah hanya kepada Allah semata.
2. Konsekuensi Syahadat “Muhammad Rasulullah”
Yaitu mentaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang
dilarangnya, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan
meninggalkan yang lain dari hal-hal bid’ah dan muhdatsat (baru), serta
mendahulukan sabdanya di atas segala pendapat orang.

E. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SYAHADAT


1. Menyekutukan Allah (syirik).
Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya…” (An-Nisaa’: 48)
Orang yang membuat perantara antara dirinya dengan Allah, yaitu dengan
berdo’a, memohon syafa’at, serta bertawakkal kepada mereka. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Katakanlah: ‘Panggillah mereka yang kamu anggap (sekutu) selain
Allah, maka tidaklah mereka memiliki kekuasaan untuk menghilangkan
bahaya darimu dan tidak pula dapat memindahkannya.’ Yang mereka seru
itu mencari sendiri jalan yang lebih dekat menuju Rabb-nya, dan mereka
mengharapkan rahmat serta takut akan adzab-Nya. Sesungguhnya adzab
Rabb-mu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti.” (Al-Israa’: 56-57)
2. Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, atau meragukan kekafiran
mereka, atau membenarkan pendapat mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam…”
(Ali ‘Imran: 19)
3. Meyakini adanya petunjuk yang lebih sempurna dari Sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Ta’ala berfirman:
“Apakah hukum Jahiliyyah yang mereka kehendaki? Dan (hukum)
siapakah yang lebih daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang
yakin?” (Al Maaidah : 50)
4. Tidak senang dan membenci hal-hal yang dibawa oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, meskipun ia melaksanakannya, maka ia
telah kafir.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah
menghapus amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena
sesungguhnya mereka benci kepada apa yang di-turunkan Allah (Al-Qur-
an), lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.”
(Muhammad: 8-9)
5. Menghina Islam
Allah Ta’ala berfirman:
“… Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya
kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu
kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan dari kamu
(lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang
lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.”
(At-Taubah: 65-66)

F. MONOTEISME
Monoteisme adalah kepercayaan yang berpendapat hanya ada satu
Tuhan yang esa dan berkuasa penuh atas segala sesuatu. Agama yang
termasuk dalam monoteisme adalah Yahudi, Kristen, dan Islam. 
Dilansir dari buku Filsafat Agama (2018) oleh Kasno, monoteisme
terbagi menjadi beberapa jenis, yakni: 
 Monoteisme praktis, kepercayaan terhadap satu Tuhan yang dipuja,
tetapi tidak mengingkari keberadaan dewa-dewa. 
 Monoteisme spekulatif, kepercayaan yang meyakini adanya satu dewa
yang awalnya terdiri dari dewa-dewa lain yang kemudian menyatu
hingga hanya tersisa satu.  Monoteisme teoretis, kepercayaan bahwa
Tuhan itu esa dalam teori, tetapi dalam praktinya memercayai Tuhan
yang jumlahnya lebih dari satu. 
 Monoteisme murni, paham bahwa Tuhan itu esa atau tunggal dari segi
jumlah, sifat dalam teori, praktik, pemikiran, maupun penghayatan. 

G. POLITEISME 
Secara harfiah, politeisme berasal dari bahasa Yunani, poly dan theos
yang artinya banyak Tuhan.
Dikutip dari buku Politeisme di Dunia (2019) oleh Shabrina Dzahroh,
politeisme adalah kepercayaan pada dewa-dewa.  Kepercayaan ini merupakan
kepercayaan pada masa lampau di abad ke 6 Sebelum Masehi.
Tujuannya bukan hanya memberi sesajen atau persembahan kepada
dewa, tetapi juga menyembah dan berdoa kepada mereka untuk menjauhkan
amarahnya dari masyarakat.  Kebanyakan agama yang menerima politeisme,
dewa dan dewi yang berbeda merupakan representasi prinsip-prinsip leluhur
atau kekuatan alam. 
Konsep Trimurti dalam agama Hindu menjadi bentuk politeisme. Di
mana konsep politeisme didasari oleh materialisme yang bersifat
naturalisme.  Konsep ini berkaitan dengan banyak Dewa yang dihubungkan
dengan fenomena alam. Para dewa dianggap sebagai manifestasi kekuatan
alam. Konsep ketuhanan dalam agama Hindu dibahas dalam Sradha, yang
mengkaji keberadaan Tuhan dengan jelas.
H. ATEISME 
Ateisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu atheos yang artinya tidak
percaya pada Tuhan. Ateisme tidak percaya kepada dewa-dewa seperti
kepercayaan politeisme. 
Dalam pengertian luas, ateisme menjadikan ketiadaan keyakinan pada
keberadaan dewa atau Tuhan.  Ateisme muncul pertama kali pada abad ke-18.
Di mana saat itu ada seseorang yang mengaku berpaham tidak ada Tuhan di
alam semesta.  Terdapat dua dasar pemikiran ateisme, yaitu:
1. Ateisme Praktis
Ateisme praktis merupakan individu yang hidup tanpa Tuhan
dan menjelaskan fenomena alam tanpa menggunakan alasan
paranormal. 
Dalam pandangan ini, keberadaan Tuhan tidak disangkal tetapi
dianggap sebagai tidak penting dan tidak berguna. 
Tuhan tidak memberikan tujuan hidup atau memengaruhi
kehidupan sehari-hari. Bentuk-bentuk ateisme praktis, yakni :
a) Ketidaktahuan akan konsep Tuhan dan dewa. 
b) Pengabaian, tidak tertarik dengan permasalahan Tuhan dan
agama. 
c) Tidak ada motivasi religius, artinya kepercayaan Tuhan
tidak memotivasi tindakan moral, religi, atau lain
sebagainya. 
d) Pengesampingan masalah Tuhan dan religi secara aktif. 
2. Ateisme Teoretis 
Secara eksplisit memberikan argumen yang menentang
keberadaan Tuhan dan secara aktif merespons kepada argumen teistik
mengenai keberadaan Tuhan, seperti argumen dari rancangan dan
taruhan Pascal. 
Taruhan Pascal merupakan gagasan bahwa jika keberadaan
Tuhan tidak dapat dipercaya, seseorang wajib bertaruh bahwa Tuhan
tidak kekurangan, karena tidak akan kehilangan apa pun.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan masalah di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Makna Syahadat “Laa ilaaha illallah “ adalah “Tidak ada sesembahan yang
hak selain Allah”. Dan makna syahadat “Anna Muhammadan Rasulullah”
adalah mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan
RasulNya.
2. Rukun syahadat “Laa ilaaha illallah” ada 2 yaitu An-Nafyu ( peniadaan)
dan Al-Itsbat (penetapan). Rukun “Muhammad Rasulullah” juga ada 2
yaitu abduhu (hamba) dan rasuluh (utusanNya).
3. Syarat syahadat “Laa ilaha illallah” ada 7 yaitu :
a. ‘Ilmu, yang menafikan jahl (kebodohan).
b. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan).
c. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan).
d. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan).
e. Ikhlash, yang menafikan syirik.
f. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta).
g. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha’ (kebencian).
Syarat Syahadat “Anna Muhammadan Rasulullah” :
a. Mengakui kerasulannya dan meyakininya.
b. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan.
c. Mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya.
d. Membenarkan segala apa yang dikabarkannya.
e. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak,
orangtua serta seluruh umat manusia.
f. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain
serta mengamalkan sunnahnya.
4. Konsekuensi syahadat “Laa ilaha illallah” adalah beribadah kepada Allah
semata tanpa syirik sedikit pun, sebagai keharusan dari penetapan illallah.
Dan konsekuensi syahadat “Muhammad Rasulullah” adalah mentaatinya,
membenarkannya, meninggalkan apa yang dilarangnya, mencukupkan diri
dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang lain dari hal-hal
bid’ah dan muhdatsat (baru), serta mendahulukan sabdanya di atas segala
pendapat orang.
5. Hal-hal yang membatalkan syahadat antara lain :
a. Menyekutukan Allah (syirik).
b. Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, atau meragukan kekafiran
mereka, atau membenarkan pendapat mereka.
c. Meyakini adanya petunjuk yang lebih sempurna dari Sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
d. Tidak senang dan membenci hal-hal yang dibawa oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, meskipun ia melaksanakannya, maka ia
telah kafir.
e. Menghina Islam
6. Monoteisme adalah kepercayaan yang berpendapat hanya ada satu Tuhan
yang esa dan berkuasa penuh atas segala sesuatu. Agama yang termasuk
dalam monoteisme adalah Yahudi, Kristen, dan Islam.
7. Dikutip dari buku Politeisme di Dunia (2019) oleh Shabrina Dzahroh,
politeisme adalah kepercayaan pada dewa-dewa.  Kepercayaan ini
merupakan kepercayaan pada masa lampau di abad ke 6 Sebelum Masehi.
8. Ateisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu atheos yang artinya tidak
percaya pada Tuhan. Ateisme tidak percaya kepada dewa-dewa seperti
kepercayaan politeisme.

B. SARAN
1. Seseorang yang bersyahadat harus memiliki pengetahuan tentang
syahadatnya. Dia wajib memahami isi dari dua kalimat yang dia nyatakan
itu, serta bersedia menerima konsekuensi ucapannya.
2. Seseorang yang bersyahadat harus mendahulukan sabda Rasulullah atas
segala pendapat dan ucapan orang lain serta mengamalkan sunnahnya
merupakan bagian yang tidak terpisah dari syahadat la ilaha illallah.
Orang-orang yang lebih mengutamakan hukum atau perundang-undangan
manusia di atas petunjuk Nabi, maka jelaslah dia telah keluar dari konsep
syahadatain. Bebas berprilaku dan berekspresi walaupun bertentangan
dengan sunnah Allah dan Rasul-Nya dengan dalih bahwa setiap manusia
mempunyai hak azasi masing-masing, maka bila dia seorang muslim,
keyakinan tersebut telah membatalkan syahadatnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://almanhaj.or.id/2101-makna-syahadatain-rukun-syarat-konsekuensi-dan-
yang-membatalkannya.html

https://muslimnurdin.wordpress.com/2010/10/21/konsekuensi-syahadat-bagi-
seorang-muslim/

https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/22/174007369/apa-itu-monoteisme-
politeisme-dan-ateisme?page=all

Anda mungkin juga menyukai