Akidah Akhlak
Disusun Oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam menyelesaikan makalah tepat
waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan
kelak.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah “AKIDAH AKHLAK”. Penulis berharap makalah tentang
“HAKIKAT DAN DAMPAK DUA KALIMAT SYAHADAT” dan dapat menambah wawasan untuk kita semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Apa bila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun konten, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Kalimat syahadat yang pastinya sudah kita kenal sebelumnya adalah Asyhadu an laa ilaaha illaAllah wa
asyhadu anna Muhammad Rasulullah, yang berarti Aku bersaksi bahwa tiada Sesembahan selain Allah
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan Allah.
Kalimat “Asyhadu” dalam tatanan bahasa Arab adalah bentuk fi’il mudhori’ (kata kerja sekarang atau
yang akan dilakukan) dari fi’il madhi (kata kerja lampau) syahida yang berarti persaksian, pernyataan,
janji dan sumpah. Maka pernyataan, janji dan sumpah seseorang yang telah bersyahadat tidak hanya
berlaku pada saat diucapkan saja, tetapi juga untuk waktu seterusnya. Ia berlaku mengikat sepanjang
hayat yang setiap detiknya menuntut pembuktian dari syahadat tersebut.
Dari lafadz laa ilaaha illallah, ilah berarti tidak ada sesembahan, dan taalluh berarti ta’abbud
(penyembahan). Adapun makna laa ilaaha illallah adalah tidak ada sesembahan (yang haq) melainkan
Allah. Jadi, syahadat laa ilaaha illallah adalah seseorang mengakui lisan dan hatinya bahwa tidak ada
sesembahan yang haq melainkan Allah SWT, sebab kalimat laa ilaah illallah mengandung unsur
peniadaan dan unsur penetapan. Unsur peniadaan adalah laa ilaaha, sedangkan unsur penetapan adalah
illallah. Dalam ilmu nahwu, lafadz Allah adalah pengganti khabar laa yang dihapus, dan ma’na
eksplisitnya adalah laa ilaaha haq illallah. Adapun dalil syahadat adalah kalam Allah Ta’ala:
“Allah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq melainkan Dia… .” Kalam Allah Ta’ala ( )شهد,
maksudnya adalah menetapkan, memutuskan, memberitahukan, dan mengharuskan. Syahadat dari
Allah berkisar pada keempat makna ini: penetapan, pemutusan, pemberitahuan, dan pengharusan. Jadi,
makna ( )شهدadalah Allah Ta’ala memutuskan, memberitahukan, dan mengharuskan hamba-hamba-Nya
dengan hal demikian, yaitu ((ال إله إال هو. Dalam ilmu nahwu, kalimat ((ال إله, laa disini adalah laa nafiyah
(laa yang berfungsi peniadaan) yang meniadakan semua sesembahan selain Allah, sedangkan ( )إال هو
menetapkan peribadatan hanya untuk Allah. Jadi, makna (( ال إل ه إال هوadalah tidak ada yang berhak
disembah melainkan Allah SWT.
Sedangkan dalil syahadat Muhammad adalah utusan Allah adalah dalam surat al- Fath: 29,