BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Syafie’ie, secara psikologis menulis memerlukan kerja otak, kesabaran
pikiran, kehalusan perasan, kemauan yang keras. Menulis dan berpikir
merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang.
Dengan kata lain, tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil
pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan
pikirannya. Melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan
kemampuannya dalam menulis.
Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah. Di samping dituntut
kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai aspek terkait
lainnya, misalnya penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis yang
baku dan motivasi yang kuat. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, setiap
penulis hendaknya memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu
keterampilan berbahasa, keterampilan penyajian, dan keterampilan pewajahan.
Ketiga keterampilan ini harus saling menunjang atau isi-mengisi. Kegagalan
dalam salah satu komponen dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan
ide secara tertulis.
Karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam
keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
Kerangka karangan dalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari
suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang
disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka
karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak
2
keluar dari topik atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini
sangat penting, terutama bagi penulis pemula, agar tulisan tidak kaku dan
penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut ini :
1. Apa pengertian karangan?
2. Apa saja persyaratan dalam penulisan karangan?
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian karangan
Menurut Finoza, Karangan adalah hasil akhir dari aktivitas menyusun
kata, kalimat, serta alinea guna memaparkan atau membahas topik dan tema
tertentu.
2.3. Unsur-UnsurKarangan
Karangan Fiksi yaitu karangan yang berisi kisahan atau cerita yang dibuat
berdasarkan khayalan atau imajinasi pengarang. Fiksi atau cerita rekaan
biasanya berbentuk novel, dan cerita pendek (cerpen). Fiksi ilmiah fiksi ilmu
pengetahuan adalah fiksi yang ditulis berdasarkan ilmu pengetahuan, teori, atau
spekulasi ilmiah.
Karangan fiksi berusaha menghidupkan perasaan atau menggugah emosi
pembacanya. Itulah sebabnya, tulisan ini lebih dipengaruhi oleh subjektifitas
pengarangnya.
Bahasa tulisan fiksi selain bermakna denoktatif juga konotatif, dan asosiatif
yaitu makna tidak sebenarnya. Selain itu juga bermakna ekspresif yaitu
membanyangkan suasana pribadi pengarang. Bahasa tulisan fiksi juga sugestif
yaitu bersifat mempengaruhi pembaca dan plastis yaitu bersifat indah untuk
menggugah perasaan pembaca.
6
7
Karangan non fiksi yaitu karangan yang dibuat berdasarkan fakta, realita, atau
hal-hal yang benar-benar dan terjadi dalam keidupan kita sehari-hari. Tulisan
non fiktif biasanya berbentuk tulisan ilmiah dan ilmiah populer, laporan,
artikel, feature, skripsi, tesis, desertasi, makalah, dan sebagainya.
Karangan nonfiktif berusaha mencapai taraf objektifitas yang tinggi, berusaha
menarik, dan menggugah nalar (pikiran) pembaca.
Bahasa karangan nonfiktif bersifat denotative dan menunjukan pada pengertian
yang sudah terbatas sehinggatidakbermakna ganda.
a. Karangan Deskripsi
Menggambarkan sesuatu
Memberikan kesan pada pembaca tentang sesuatu yang di deskripsikan
Penulisnya selalu bersikap objektif
8
b. Karangan Narasi
c. Karangan Eksposisi
d. Karangan Argumentasi
e. Karangan Persuasi
Untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang baik dan teratur
biasanya digunakan beberapa tipe susunan, yaitu tipe pola alamiah dan pola
logis.
a. Pola Alamiah
10
Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan
sesuai dengan keadaan yang nyata di alam, sebab itu susunan alamiah itu
didasarkan pada ketiga atau keempat dimensi dalam kehidupan manusia : atas –
bawah, melintang – menyebrang, sekarang – nanti, ,dulu - sekarang, timur –
barat, dan sebagainya. Oleh sebab itu susunan alamiah dapat dibagi menjadi
tiga bagian utama yaitu :
1) Urutan waktu atau urutan kronologis
2) Urutan ruang (sposial)
3) Topik yang ada
b. Pola Logis
Sering terdengar ucapan "manusia adalah hewan yang berakal budi". Berarti
manusia mempunyai suatu kesanggupan lebih dari hewan-hewan lainnya yaitu
sanggup menanggapi segala sesuatu yang berada di sekitarnya dengan
kemampuan akal budinya. Ia mencoba mencari hubungan-hubungan antara
bermacam-macam peristiwa. Kemampuan budinya itu tercermin pula dalam
usaha menyusun suatu uraian sesuai dengan tanggapannya. Tanggapan yang
sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan,
mampu dituang dalam suatu susunan atau urutan logis. Urutan logis sama sekali
tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang inheren dalam materinya, tetapi erat
dengan tanggapan penulis.
Sebenarnya semua topik yang diurutkan dalam suatu hubungan yang logis itu
bertolak dari topik-topik yang sudah ada. Namun topik yang sudah ada itu oleh
penulis dicarikan hubungannya satu sama lain, diberikan tanggapan dan diberi
ciri-ciri tertentu.
11
Urutan yang merupakan kebalikan dari klimaks adalah anti klimaks. Penulis
mulai suatu yang paling penting dari suatu rangkaian dan berangsur-angsur
menuju kepada suatu topik yang paling rendah kedudukan atau kepentingannya.
Urutan ini hanya efektif kalau topik-topik yang dikemukakan itu berupa hal-hal
yang konkrit, misalnya: hirarki pemerintahan, hirarki jabatan, dan sebagainya.
Sebaliknya untuk menguraikan gagasan-gagasan yang abstrak maka urutan anti
klimaks akan menimbulkan kesulitan karena tidak menarik perhatian; kalau
sesuatu yang penting telah dikemukakan maka hal-hal yang penting tidak akan
menarik lagi.
Dasar dari urutan ini adalah bahwa orang tidak akan menaruh perhatian lagi
terhadap hal-hal yang kurang penting seandainya hal yang paling penting sudah
dikemukakan lebih dahulu. Kekecewaan orang terhadap anti klimaks
disebabkan oleh kegagalan menempatkan bagian yang paling penting atau yang
paling tinggi pada tempat yang tepat.
12
b. Urutan Kausal
Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke
akibat, dan urutan akibat ke sebab. Pada pola yang pertama suatu masalah
dianggap sebagai sebab, yang kemudian dilanjutkan dengan perincian-perincian
yang menelusuri akibat-akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif
dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan-persoalan yang
dihadapi umat manusia pada umumnya.
Urutan khusus - umum merupakan kebalikan dari urutan di atas. Penulis mulai
uraiannya mengenai hal-hal yang khusus kemudian meningkat kepada hal-hal
yang umum yang mencakup hal-hal yang khusus tadi, atau mulai
membicarakan individu-individu kemudian kelompok-kelompok. Urutan ini
merupakan salah satu urutan yang paling lazim dalam corak berpikir manusia.
Dalam mengadakan pengelompokan-pengelompokan terhadap dunia hewan,
maka ahli-ahli mulai meneliti hewan-hewan secara individual, kemudian
menggabungkannya menjadi keluarga, species dan sebagainya.
Urutan umum - khusus dapat mengandung implikasi bahwa hal yang umum
sudah diketahui penulis, sedangkan tugasnya selanjutnya adalah mengadakan
identifikasi sejauh mana hal-hal yang khusus mengikuti pola umum tadi.
Sebaliknya urutan khusus - umum dapat mengandung implikasi bahwa hal
khusus maupun umum sama sekali belum diketahui. Hanya untuk menemukan
suatu kaidah yang umum perlu diselidiki terlebih dahulu hal-hal yang khusus
secara saksama. Urutan umum - khusus ini sebenarnya dapat mencakup pula
14
e. Urutan familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah
dikenal, kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal
atau belum dikenal. Secara logis memang agak ganjil jika pengarang mulai
menguraikan sesuatu yang tidak dikenalnya, atau yang tidak dikenal pembaca.
Bila pembaca tidak memahami persoalannya sejak permulaan, maka ia tidak
melanjutkan pembacaannya. Dalam keadaan-keadaan tertentu cara ini misalnya
diterapkan dengan mempergunakan analogi. Mula-mula diuraikan hal yang
telah diketahui, kemudian diuraikan hal yang akan diperkenalkan dengan
menunjukkan kesamaan-kesamaan dengan hal yang pertama tadi.
f. Urutan akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan
familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal yang suda dikenal
atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah
suatu gagasan diterima atau tidak oleh pembaca. Sebab itu sebelum
menguraikan gagasan-gagasan yang mungkin ditolak oleh pembaca, penulis
harus mengemukakan gagasan-gagasan yang kiranya dapat diterima oleh
pembaca; dan sekaligus gagasan-gagasan itu menjadi landasan pula bagi
gagasan yang mungkin akan ditolak itu.
Suatu hal yang perlu ditegaskan di sini sebelum melangkah kepada persoalan
yang lain, adalah bahwa tidak ada keharusan untuk mempergunakan pola
kerangka karangan yang sama dalam seluruh karangan. Konsistensi harus
16
terletak dalam tingkatan serta satuan yang sama. Misalnya bila pada topik-topik
utama telah dipergunakan urutan waktu (kronologis), maka pengarang harus
menjaga agar hanya topik-topik yang mengandung urutan waktu saja yang
dapat disajikan dalam topik utamanya. Satuan-satuan topik bawahan dapat
mempergunakan urutan lain sesuai dengan kebutuhannya.
topik yang sama sekali tidak disenangi, dapat menimbulkan kesalahan apabila
terdapat hambatan-hambatan. Penulis tidak akan berusaha menemukan data dan
fakta dalam memecahkan persoalan-persoalan yang ia hadapi.
b. Dikuasai penulis
Topik yang digarap harus pula dikuasai penulis. Sekurang-kurangnya ia
mengetahui hai- hal mendasar dari persoalan yang hendak dikarangnya.
Idealnya, topik itu merupakan sesuatu yang lebih diketahui penulis daripada
pembacanya.
c. Menarik dan aktual
Suatu karangan disusun tidak lain untuk dibaca oleh orang lain, oeh
karena itu, minat pembaca merupakan hal penting yang harus diperhatikan
penulis. Walaupun yang menarik minat itu amat bergantung pada situasi dan
latar belakang pembaca itu sendiri, namun hal- hal berikut merupakan sesuatu
yang diminati masyarakat secara umum: yang aktual, penting, penuh konflik,
rahasia, humor. atau hal-hal lain yang bermanfaat bagi pembaca.
d. Ruang lingkupnya terbatas
Apabila topik itu terlalu luas, pembahasannya akan dangkal. Pada
akhimya karangan itu tidak menarik bagi pembaca. Pembatasan ruang lingkup
topik, memungkinkan penulis untuk mengarang dengan penuh keyakinan dan
kepercayaan diri. Pembatasan topik dapat memberikan kesempatan bagi penulis
untuk menelaah dan meneliti masalah yang akan ditulisnya secara intensif.
dulu sebelum karangan dibuat. Namun demikian, judul dapat pula dirumuskan
setelah karangan itu selesai.
Judul yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
a. Relevan, ada hubungannya dengan isi karangan.
b. Provokatif dapat menimbulkan hasrat ingin tahu pembaca.
c. Singkat, mudah dipahami dan enteng diingat.
4. Mengumpulkan Bahan/Data
Untuk memperkaya pemahaman dan pengetahuannya, seorang penulis
harus mengumpulkan data, informasi, atau pengetahuan tambahan yang
berkaitan dengan tema karangan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
membaca bahan acuan tertentu mengadakan wawancara, atau pengamatan
lapangan. Kita dapat langsung mengamati objek yang akan kita karang dan
dapat pula kita mengadakan percobaan. Kedua cara tersebut penting dilakukan
agar data yang kita peroleh lebih mantap dan tidak meragukan.
Semua bahan yang kita peroleh, kita catat supaya tidak mudah
dilupakan. Catatan harus rapi dan teratur sehingga mudah dalam
pemanfaatannya.
Tiap-tiap data yang kita peroleh kita catat di atas kartu atau lembaran
kertas yang lepas Kartu atau kertas lepas sangat mudah kita susun menurut
keperluan kita dan mudah puli menyisihkannyajika sebuah catatan ternyata
tidak kita perlukan lagi. Buku tulis dapat juga kiti pakai, tetapi tidak praktis,
sebab halamannya terikat dan tidak mudah disusun.
5. Mengembangkan Kerangka Karangan
Langkah berikutnya adalah mengembangkan kerangka karangan itu
menjadi karangan yang lengkap dan utuh.
Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa terdapat berbagai cara yang
dapat dilakukan dalam pengembangan karangan, di antaranya adalah dengan
pola pengembangan urutan pemecahan masalah. Bila pola ini yang dipilih,
maka penyusunan karangan dimulai dari penyajiar. masalah tertentu.
Kemudian, pembahasannya bergerak menuju anal isis dan kesimpulan-
kesimpulan. Dengan demikian, karangan berpola urutan pemecahan masalah
dibentuk oleh tiga bagian utama, yaitu:
a. Deskripsi mengenai suatu masalah yang akan dibahas,
b. Analisi terhadap sebab-sebab atau akibat-akibat dari masalah itu, dan
c. Alternatif atau kesimpulan sebagai pemecahan masalah.
20
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian karangan adalah sebuah karya tulis yang mengungkapkan fikiran
atau gagasan pengarang dalam satu kesatuan yang utuh. Atau lebih singkatnya,
karangan adalah rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan yang
dituangkan dalam bentuk tulisan.
Syarat – syarat penulisan kerangka karangan adalah Tesis atau pengungkapan
maksud harus jelas, Tiap unsur dalam kerangka karanga hanya mengandung
satu gagasan, Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara
logis, sehingga idea tau pikiran yang dimaksud dapat tergambar secara jelas.
menggunakan simbol yang tepat.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman dkk, Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia.Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1991.
Amran S. Tasai, E Zaenal Arifin. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta : Akademika Pressindo, 2002.
Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia.Jakarta: Insan Mulia, 2002.
Yus Rusyana, Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang, 1982.
https://khaidirsyafruddin.blogspot.com/2013/02/penulisan-karangan.html
Diakses pada tanggal 16 November 2019