A. Pendahuluan
Di zaman milenial ini, kita akan menemukan berbagai macam informasi dengan
sangat mudah, baik cetak maupun noncetak. Setiap orang pasti sudah mengetahui bahwa
kita dikelilingi oleh informasi yang bernakeragam. Informasi dalam bentuk cetak misalnya
ada koran, surat kabar, majalah, dan lain sebagainya. Sedangkan noncetak dapat melalui
televisi, radio, maupun internet. Hal ini merupakan sebuah bukti bahwa sebuah informasi
berkembang sangat mudah dan cepat. Sehingga dapat tersampaikan kepada masyarakat
secara lebih cepat juga. Namun, sebagai penerima informasi kita harus menelaah segala
bentuk informasi tersebut dengan baik dan bijak.
1
Pamusuk Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua,(Jakarta: PT Gramedia, 2004), h. 5.
Penyuntingan sendiri memiliki beberapa tujuan antara lain, membuat naskah bersih
dari kesalahan kebahasaan dan isi materi dengan persetujuan penulis naskah, serta
menjadi jembatan (mewakili penerbitatau penyelenggara program siaran) yang dapat
menghubungkan ide dan gagasan penulis dengan pembaca, pendengar, dan penonton.
Mengingat banyaknya aspek yang dapat diteliti dalam kegiatan analisis kesalahan
berbahasa, maka tidak semua aspek digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
(Ariningsih, 2012).
oleh karena itu, dibuatnya makalah ini penulis berharap seorang penyunting dapat
memperbaiki naskah, sehingga sebuah naskah menjadi lebih mudah dan enak untuk
dibaca, dipahami, serta tidak membuat pembaca bingung.
B. Pembahasan
Penyuntingan berasal dari kata dasar sunting. Kata sunting melahirkan bentuk
turunan menyunting (kata kerja), penyunting (kata benda), dan penyuntingan (kata
benda). Kata menyunting berarti menyiapkan naskah siap terbit dengan memerhatikan
sisi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat),
merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah), dan menyusun atau
merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong dan memasang kembali.
Menurut KBBI, menyunting bermakna (1) menyiapkan naskah siap cetak atau terbit
dengan memperhatikan segi sistematika penyajian naskah; (2) merencanakan dan
mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3) menyusun atau merakit (film, pita
rekaman) dengan memotong-motong dan memasang kembali (KBBI, 2001:1106).
Sehingga dapat dirumuskan bahwa pengertian menyunting adalah menyiapkan naskah
siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segala sistematika penyajian, isi, dan
bahasa. Sedangkan penyuntingan adalah proses, cara, atau perbuatan menyunting
naskah. Orang yang melakukan disebut penyunting naskah (kopieditor).2
Untuk menghasilkan tulisan yang sempurna, Anda membaca kembali tulisan Anda,
memberikan tanda atau catatan bagian bagian yang karangan yang dirasa kurang baik.
Setelah itu lakukanlah penyuntingan atau editing dengan mempebaiki seluruh unsur yang
salah.
Penyntingan meliputi:
1) Penulisan sampul,
3) Halaman utama,
5) Halaman persembahan,
2
Pamusuk Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua,(Jakarta: PT Gramedia, 2004), h. 8.
3
Widjono Hs. , Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembahngan Kepribadian di Perguruan Tinggi (Rev. 2012),
(Jakarta: Grasindo,2007), h. 372-373.
6) Kata pengantar,
7) Abstrak,
8) Daftar isi,
9) Daftar tabel,
14) Inti pembahasan: deskripsi teori, kerangka berfikir, deskripsi data, analisis data, dan
hasil analisis,
16) Kutipan,
18) Bibliografi,
19) Lampiran,
4
Widjono Hs. , Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembahngan Kepribadian di Perguruan Tinggi (Rev. 2012),
(Jakarta: Grasindo,2007), h. 373-374.
1) Ejaan
3) Kalimat efektif
4) Paragraf
9) Jika menyebut nama orang yang disertai atau didahului kata meninggal tidak perlu
menggunakan kata almarhum.
10) Pengindonesiaan kata asing dilakukan dengan menuliskan kata Indonesia terlebih
dahulu dan menuliskan kata asingnyadi belakangnya di antara tanda kurung dan dicetak
miring.
Selain menguasi ejaan dan memiliki ‘beban’ terhadap naskah, penyunting juga
harus memperhatikan aspek-aspek yang disunting. Aspek-aspek tersebut, yaitu:
a. Penyuntingan Isi
Pada proses ini, penyunting meneliti kesesuaian judul dengan isi, materi dengan
konsep, dan meneliti kesesuaian keseluruhan isi naskah. Penyuntingan isi mencakupi
penyuntingan kesesuain uraian materi judul atau sub judul: kelengkapan materi dan
kedalaman materi, yang berkaitan dengan kesesuaian, kualitas, dan kuatitas wacana;
keakuratan materi dengan konsep dan fakta: keakuratan dan jabaran/paparan,
keakuratan dalam konsep atau teori, keakuratan dalam pemilihan contoh, dan
keakuratan dalam latihan, dan kesesuaian dengan ilmu pengetahuan, fitur, dan rujukkan.
5
Widjono Hs. , Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembahngan Kepribadian di Perguruan Tinggi (Rev. 2012),
(Jakarta: Grasindo,2007), h. 374-375.
b. Penyuntingan Kebahasaan
c. Penyuntingan Grafika
Penyuntingan yang berhubungan dengan fisik buku, seperti: bahan kertas buku,
desain kulit, desain isi, cetak, pengemasan dan jilid.
e. Penyutingan Penyajian
Dari keenam aspek tersebut terlihat bahwa masalah keterbacaan dan kebahasaan
naskah juga menjadi poin penting. Naskah yang mengandung banyak kesalahan bahasa
tentu memiliki tingkat keterbacaan serta kejelasan yang rendah sehingga bisa
6
merepotkan pembaca sasaran. Untuk itu, penyunting menggunakan empati dengan
menempatkan diri sebagai pembaca sasaran, sekaligus menggunakan pengetahuan
kebahasaannya guna membantu penulis/penerjemah menampilkan naskah yang layak
baca.
hal itulah yang menjadi filosofi penyuntingan naskah bahwa penyunting berfungsi
menjembatani antara kepentingan penulis/penerjemah dan pembaca sasaran. Dalam hal
penerapan EYD, editor bertugas mematut ejaan yang terdapat di dalam naskah.
Pada zaman sekarang ini pengelolaan naskah di penerbitan buku khususnya dalam
kegiatan menyunting sudah banyak ditopang oleh perlengkapan digital. Namun masih ada
juga beberapa editor yang masih sering menggunakan cara mengoreksi naskah dengan
cara diprint out. Naskah yang akan disunting biasaya terlebih dahulu diprint out kemudian
diberi tanda-tanda khusus yang bertujuan agar telihat padat dan singkat tanpa harus
menggunakan intruksi kalimat yang akan memakan ruang halaman. Tanda- tanda khusus
ini sering disebut marka ralat, marka koreksian atau marka perbaikan.
3.1 Kesimpulan