Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 3 :

Nama : 1. Assyifa Mutiara Qolby (2111040227)


2. Hesti Winarti (2111040168)
3. Lekat Syukur Ihza (2111040173)
4. Mutiara Sabilla (2111040065)

A. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab 3, mahasiswa diharapkan mampu:
 Memahami bahwa penerjemahan merupakan sebuah proses
 Penulisan kembali pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran
 Menyadari bahwa untuk menghasilkan terjemahan yang unggul tidak bisa sekali jadi,
tetapi memerlukan proses
 Menyadari bahwa keterampilan menulis sangat diperlukan dalam penerjemahan
 Menjelaskan tahapan-tahapan dalam proses penerjemahan

B. Pokok-Pokok Materi
penerjemahan sebagai suatu proses dan keterkaitan antara penerjemahan dengan penulisan.
Sebagai suatu proses, penerjemahan dipandang sebagai suatu kegiatan yang melibatkan
beberapa tahapan, yaitu analisis, transfer, dan restrukturisasi. Melalui penerjemahan, pesan
dalam teks sumber dituliskan kembali dalam teks sasaran. Untuk mampu menuliskan kembali
pesan tersebut, seorang penerjemah wajib menguasai kaidah-kaidah penulisan agar
terjemahannya berterima, baik dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran atau sebaliknya.

C. Uraian Materi
Penerjemahan adalah proses pengalihan pesan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain.
Bahasa yang satu dinamakan bahasa sumber (BSU). Sedangkan bahasa yang satunya lagi
disebut bahasa sasaran (BSa). Pengalihan pesan bahasa sumber ini dicapai dengan
menghasilkan kembali pesan yang sewajar dan sedekat mungkin (sepadan) dalam bahasa
sasaran.Tujuan suatu penerjemahan sejatinya adalah tercapainya kesepa- danan dalam bahasa
sasaran atas pesan yang terdapat dalam bahasa sumber. Untuk menghasilkan padanan yang
berterima dalam bahasa sasaran, diperlukan tahapan-tahapan yang merupakan bagian dari
proses penerjemahan. Dengan demikian, penerjemahan semestinya dipahami sebagai sebuah
kegiatan berbahasa yang tidak bisa sekali jadi agar diperoleh hasil yang maksimal.

1. Tahapan-Tahapan dalam Proses Penerjemahan


terdapat tiga tahapan dalam proses penerjemahan yang harus diperhatikan ketika melakukan
kegiatan penerjemahan. Ketiga tahapan itu adalah analisis, transfer, dan restrukturisasi.
Analisis berkenaan dengan pemahaman teks yang diterjemahkan.Hal ini dapat dilakukan,
misalnya, dengan menelaah bentuk-bentuk kasat mata yang terdapat dalam teks, baik yang
bersifat leksikal maupun gramatikal. Di samping itu, yang terpenting dalam tahapan ini
adalah bahwa penerjemah memahami isi teks tersebut.
Sementara itu, transfer terjadi dalam pikiran penerjemah sebagai upaya kognitif dalam
pencarian padanan. Dalam tahapan ini, penerjemah memikirkan padanan yang mungkin yang
bisa berterima sebagai wujud pengalihan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.
Ketika keputusan untuk pemberian padanan ini diambil, mulailah penerjemah mengalihkan
pesan secara tertulis. Realisasi pesan tertulis inilah yang disebut restrukturisasi.
Berikut ini adalah ringkasan kegiatan yang harus dilakukan dalam setiap tahapan proses
penerjemahan.
Tahapan 1: Analisis
 Memahami isi teks sumber
 Menelaah makna kata atau hubungan antarkata
 Menelaah hubungan antarbentuk tata bahasa
Tahapan 2: Transfer
 Mempertimbangkan padanan yang sesuai dari segi kebahasaan
 Mempertimbangkan padanan yang sesuai dari segi budaya
Tahapan 3: Restrukturisasi
 Menuliskan padanan yang sudah dipertimbangkan
Dalam praktiknya, ketiga tahapan dalam proses penerjemahan di atas tidaklah bisa sekali jadi.
Artinya, tidak bisa langsung selesai setelah sampai pada tahap restrukturisasi. Penerjemah
masih harus meninjau kembali terjemahan yang sudah diselesaikannya itu untuk melihat
kekurangan-kekurangan yang mungkin masih ada dalam terjemahannya. Proses
penerjemahan tidaklah bersifat linear, tetapi rekursif, yakni terjadi secara berulang-ulang.
Proses rekursif dalam penerjemahan dapat dilakukan dengan meminta mahasiswa
mengerjakan tugas penerjemahan. Melalui proses rekursif yang demikian, diharapkan
pengalihan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dapat berterima, baik ditinjau
dari aspek kebahasaan ataupun kebudayaan bahasa sasaran

2. Penerjemahan dan Penulisan


Penerjemahan pada dasarnya adalah penulisan kembali pesan yang terkandung dalam bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran (Lefevere, 1992: vii). Dalam penulisan kembali pesan
tersebut, penerjemah harus melakukannya dengan sekreatif mungkin (Bassnett, 2002: 6).
Untuk mampu melakukan penulisan yang kreatif, seorang penerjemah harus sudah terbiasa
menulis dalam bahasa sasaran yang digunakannya dalam menyampaikan pesan dari bahasa
sumbernya. Jika tidak, pesan yang disampaikan dalam bahasa sasaran tadi tidak akan
mencapai kewajaran (Larson, 1984: 477-478). Oleh karena itu, seseorang yang
menerjemahkan teks berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia harus sudah terbiasa
menulis dalam bahasa Indonesia.
Karena eratnya hubungan antara penerjemahan dan penulisan, proses penerjemahan dapat
pula melibatkan proses yang terdapat dalam penulisan. Proses penulisan itu sendiri memiliki
sekurang- kurangnya lima tahapan, yaitu prapenulisan, pembuatan draf kasar, perbaikan
tulisan, penyuntingan tulisan, dan penyebarluasan tulisan (Tompkins, 2008: 7; lihat juga
Harmer, 2004: 4-5). Dalam kaitan ini, prapenulisan dapat dihubungkan dengan tahapan
analisis dan transfer dalam penerjemahan. Sementara itu, keempat tahapan lainnya dapat
dihubungkan dengan tahapan restrukturisasi dalam penerjemahan.
Berikut adalah tahapan dalam proses penulisan sebagai perbandingan dengan tahapan dalam
proses penerjemahan.
Tahapan 1: Prapenulisan
Pemilihan topik
 Pengumpulan dan penyusunan gagasan
 Penentuan calon pembaca
 Penentuan tujuan penulisan
 Pemilihan jenis teks yang sesuai

Tahapan 2: Penulisan draf


 Penulisan draf kasar
 Penentuan arah tulisan untuk menarik perhatian pembaca Penekanan pada isi daripada
mekanika tulisan
Tahapan 3: Perbaikan tulisan
 Koreksi antarsejawat
 Partisipasi aktif dalam pembahasan tulisan sejawat dengan
 Memberikan tanggapan/balikant Perbaikan tulisan berdasarkan balikan dari sejawat
dan dosen Pengutamaan pembetulan kesalahan besar daripada kesalahan kecil antara
draf pertama dan draf terakhir

Tahapan 4: Penyuntingan tulisan


 Pemeriksaan tulisan untuk mengetahui masih ada atau tidaknya. Kesalahan
Pembetulan kesalahan-kesalahan kecil
Tahapan 5: Penyebarluasan tulisan
 Penerbitan tulisan dalam bentuk yang sesuai Penyebarluasan tulisan yang sudah jadi
dengan sidang pembaca
Dengan memperhatikan kegiatan-kegiatan dalam setiap tahapan yang terdapat dalam proses
penerjemahan dan penulisan, dapat diketahui bahwa keterkaitan antara tahapan-tahapan
proses dalam penerjemahan dan penulisan dapat dijelaskan sebagai berikut. Tahapan analisis
dan transfer dalam penerjemahan dapat melibatkan kegiatan- kegiatan yang sesuai vang
terdapat dalam tahapan prapenulisan dalam penulisan. Sementara itu, tahapan restrukturisasi
dalam penerjemahan dapat mencakup kegiatan-kegiatan yang sesuai yang terdapat dalam
tahapan penulisan draf kasar, perbaikan tulisan, penyuntingan tulisan, dan penyebarluasan
tulisan.
Dalam tahapan analisis dan transfer, penerjemah dapat melakukan pengumpulan dan
penyusunan gagasan yang terkait dengan penentuan padanan yang cocok untuk mengalihkan
pesan yang terkandung dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Dalam kaitan ini,
penerjemah akan mempertimbangkan kata atau ungkapan apa yang cocok untuk dijadikan
padanan atas pesan yang terdapat dalam bahasa sumber. Pemilihan kata atau ungkapan yang
akan dijadikan padanan tersebut dapat dipengaruhi juga oleh untuk apa dan siapa
penerjemahan itu dilakukan. Artinya, hal ini berkaitan juga dengan tujuan dan calon pembaca
terjemahan. Pemilihan kata atau ungkapan yang akan dijadikan padanan dan penentuan
tujuan dan calon pembaca terjemahan pada akhirnya akan dipengaruhi juga oleh jenis atau
ragam teks yang diterjemahkan. Teks yang merupakan ragam undang-undang atau akademik
akan lebih banyak menggunakan kata dan bentuk tata bahasa baku atau resmi dalam
penerjemahannya, sedangkan teks yang merupakan ragam jurnalistik atau sastra akan
cenderung lebih banyak memakai kata atau bentuk tata bahasa yang kurang baku atau resmi
dalam penerjemahannya (Untuk hal ini, lihat kembali Bab 2).
Dalam tahapan restrukturisasi, penerjemah berupaya untuk menyelesaikan terjemahannya,
setidak-tidaknya dalam bentuk kasar. Draf awal yang sudah diselesaikannya tersebut dapat
ditelaahnya kembali untuk meyakinkan apakah pemadanan yang diberikan sudah betul dan
berterima bagi pembaca bahasa sasaran. Dalam kaitan ini, aspek-aspek yang harus
diperhatikan sekurang-kurangnya terdiri dari empat aspek, yaitu ketepatan, kejelasan,
kewajaran, dan mekanika penulisan terjemahannya (Untuk hal ini, lebih lengkapnya, dapat
dilihat pada Bab 8 tentang Penilaian Terjemahan). Setelah merasa yakin bahwa
terjemahannya betul dan berterima, tidak ada salahnya seorang penerjemah meminta orang
lain atau sejawat untuk memberikan balikan terhadap terjemahannya. Hal ini penting
dilakukan untuk mengetahui pendapat pihak lain atau “second opinion” terkait dengan
pekerjaan yang sudah kita lakukan. Dalam hal ini, prinsip yang harus dikedepankan adalah
semakin banyak pihak lain memberi masukan terhadap terjemahan, akan semakin baik buat
terjemahan tersebut. Balikan-balikan yang diperoleh dari sejawat dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi penerjemahnya untuk memperbaiki atau merevisi terjemahannya. Dalam
kaitan ini, revisi yang dilakukan dapat melibatkan revisi besar yang mencakup aspek
ketepatan, kejelasan, dan kewajaran dan revisi kecil yang mencakup pembetulan penggunaan
mekanika penulisan yang terdapat dalam terjemahan, seperti penggunaan tanda baca, huruf
besar dan kecil, dan ejaan yang dapat mengganggu keterbacaan suatu terjemahan.
KESUMPULAN
Penerjemahan pada dasarnya merupakan proses penulisan kembali pesan dari bahasa sumber
ke dalam bahasa sasaran. Proses penulisan kembali pesan tersebut sekurang-kurangnya
melibatkan tiga tahapan, yaitu analisis, transfer, dan restrukturisasi. Ketiga tahapan ini dapat
dilakukan secara berulang-ulang untuk menghasilkan suatu terjemahan yang maksimal.
Penerjemahan dan penulisan memiliki keterkaitan satu sama lain. Penerjemah yang baik pada
umumnya juga seorang penulis yang baik. Untuk mampu menerjemahkan dengan baik,
seorang penerjemah harus sudah terbiasa menulis dalam bahasa sasaran yang digunakannya.
Jika tidak, terjemahan yang dihasilkan tidak akan mencapai tingkat kewajaran dalam
bahasa sasarannya.

Anda mungkin juga menyukai