Anda di halaman 1dari 15

PENGUJIAN HIPOTESIS

STATISTIK PENDIDIKAN
M. SAYID WIJAYA,M.Pd

Penyusun :

1. Aslihatullatifah 2111040135
2. Asri Oktavia N. 2111040018
3. Elisa Setiawati 2111040242
4. Hesti Winarti 2111040168
5. Iis Arnenti 2111040170
6. Kgs Arman Al-Farizi 2111040174
7. Mutiara Sabila 2111040065
8. Riska Sofi Yana 2111040211
9. Satria Alam 2111040092

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2023

1|P ag e
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,segala puji dan syukur kehadirat Allah swt.Tuhan seluruh alam atas
segala rahmat,berkat,taufik,serta hidayah-Nya yang tiada tara.Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.Yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti saat ini.
Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan
bantuan,baik bantuan material maupun nonmaterial.Karena tanpa bantuan-bantuan tersebut
tidak mungkin dapat diselesaikannya makalah yang kami beri judul “Pengujian Hipotesis”
yang disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Statistik Pendidikan.
Berkat dukungan tersebut,kesusksesan dalam penyelesaian penyusunan makalah ini
terwujud.Semoga semua ini bisa memberikan sebuah nilai manfaat dan menjadi bahan
tuntunan kearah yang lebih baik lagi.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
menjadi lebih baik lagi.Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dimanfaatkan
sebaik mungkin bagi para pembaca.Aamiin Allahumma Aamiin.

Bandar Lampung,19 Maret 2023

Penyusun

2|P ag e
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
Latar belakang .................................................................................................................. 4
Pertanyaan ....................................................................................................................... 4
Tujuan ............................................................................................................................. 5
BAB II : PEMBAHASAN .............................................................................................. 6
Hipotesis alternatif dan Hipotesis nol ............................................................................... 6
Penggunaan hipotesis nol .................................................................................................. 6
Pentingnya Menyatakan hipotesis nol ................................................................................ 7
Kesalahan tipe 1 dan kesalah tipe 2 dalam pengujian hipotesis dan ilustrasi contoh ............ 7
Tingkat signifikansi ( significance level ) .......................................................................... 8
Tingkat kepercayaan (confidence level) ............................................................................. 9
Ilustrasi penggunaan tingkat signifikansi dan tingkat kepercayaan (kriteria pengujian dan
table kritis) ........................................................................................................................ 10
Derajat bebas (degree of freedom) ..................................................................................... 10
Cara menguji sebuah hipotesis ......................................................................................... 11
BAB III : KESIMPULAN .............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 15

3|P ag e
BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan dilakukan
penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai
dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode
yang sistematis. Salah satu hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif
adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga
alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat
dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan
untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik
dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan
ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah
alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat
keluar dari dirinya sendiri.
Hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara
terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya. Namun tidak
semua peneliti mampu menguji hipotesis dengan baik terutama peneliti pemula. Masih
banyak terdapat kesalahan dalam pengujian hipotesis. Untuk melakukan pengujian hipotesis
yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada kriteria pengujian hipotesis, bagaimana
langkah pengujian hipotesis,maupun kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pengujian
hipotesis. Selain itu seorang peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara menguji
hipotesis agar terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini akan membahas mengenai pengujian
hipotesis.

Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan Hipotesis Alternatif dan Hipotesis Nol?
2. Kapan Hipotesis Nol digunakan?
3. Kenapa Hipotesis Nol harus dinyatakan?
4. Apa yang dimaksud dengan kesalahan Tipe 1 (a) dan kesalahan Tipe II (B) dalam
pengujian hipotesis ? Ilustrasikan contohnya.
5. Apa yang dimaksud dengan tingkat signifikansi (significance level)? Berikan
contohnya.
6. Apa yang dimaksud dengan tingkat kepercayaan (confidence level)? Berikan
contohnya.

4|P ag e
7. Ilustrasikan penggunaan tingkat signifikansi dan tingkat kepercayaan dalam statistik
(kriteria pengujian hipotesis dan table kritis).
8. Apa yang dimaksud dengan drajat bebas (degree of freedom)? Kapan
digunakanannya? dan contohnya.
9. Bagaimana cara menguji sebuah hipotesis (langkah-langkah)? Berikan contohnya.

Tujuan
1. Untuk mengetahui hipotesis alternatif dan hipotesis nol.
2. Untuk mengetahui kapan hipotesis nol digunakan
3. Untuk mengetahui mengapa hipotesis nol harus dinyatakan
4. Untuk mengetahui kesalahan tipe 1 dan kesalahan tipe 2 dalam pengujian hipotesis
5. Untuk mengetahui maksud dari tingkat signifikansi
6. Untuk mengetahui maksud dari tingkat kepercayaan
7. Untuk memahami ilustrasi penggunaan tingkat signifikansi dan tingkat kepercayaan
dalam statistik
8. Untuk mengetahui maksud dari derajat bebas
9. Untuk mengetahui dan memahami cara pengujian sebuah hipotesis

5|P ag e
BAB II
PEMBAHASAN

Hipotesis alternatif dan hipotesis nol


Dua jenis hipotesis digunakan dalam penelitian untuk menjelaskan fenomena dan
membuat prediksi tentang hubungan antar variabel dalam sebuah penelitian. Kedua hipotesis
ini adalah hipotesis alternatif dan hipotesis nol.
Hipotesis alternatif
Hipotesis alternatif (diwakili oleh H1 atau Ha) memandu penyelidikan dan
memberikan arah pada desain penelitian. Seringkali, hipotesis alternatif hanya disebut
sebagai hipotesis atau hipotesis penelitian. Biasanya memprediksi bahwa akan ada beberapa
hubungan antara variabel, atau perbedaan antara rata-rata atau kelompok.
Hipotesis ini menyatakan bahwa ada perbedaan atau hubungan antara variabel yang
diuji di populasi. Jika hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak,
maka hipotesis alternatif dapat diterima.
Sebagai contoh, hipotesis alternatif mungkin menyatakan bahwa kelancaran
membaca siswa dan nilai pemahaman membaca mereka akan memiliki korelasi positif. Atau,
hipotesis alternatif dapat memprediksi bahwa siswa di kelas di mana guru menggunakan
instruksi yang berbeda akan mendapat skor yang jauh lebih tinggi pada tes ejaan akhir tahun
dibandingkan dengan siswa di kelas yang sama di mana guru tidak menggunakan instruksi
yang berbeda.
Hipotesis nol
Hipotesis nol (diwakili oleh Ho) biasanya memprediksi bahwa tidak akan ada
hubungan antara variabel atau tidak ada perbedaan antara kelompok di luar yang mungkin
dikaitkan dengan kebetulan saja.
Dalam pengujian hipotesis nol, kita mencoba untuk menentukan apakah hasil yang
kita peroleh dari sampel merupakan hasil yang mungkin terjadi secara kebetulan, atau
memang ada perbedaan atau hubungan antara variabel yang diuji di populasi.
Sebagai contoh,hipotesis nol menyatakan bahwa tidak akan ada korelasi yang
signifikan antara skor IQ dan depresi pada mahasiswa. Hipotesis ini akan diuji dengan
menggunakan sampel acak dari 200 mahasiswa dari satu universitas. Skor IQ dan depresi
siswa tersebut akan diperoleh dan dikorelasikan untuk menguji hipotesis nol.
Penggunaan hipotesis nol
Hipotesis nol digunakan ketika kita ingin menguji asumsi atau pernyataan bahwa
tidak ada perbedaan atau hubungan antara variabel yang diuji di populasi. Hipotesis nol
biasanya merupakan hipotesis awal yang kita ingin uji dalam penelitian atau percobaan.

6|P ag e
Sebagai contoh, jika kita ingin menguji apakah rata-rata tinggi badan siswa
perempuan dan laki-laki di sebuah sekolah sama, maka hipotesis nol yang kita buat adalah
"tidak ada perbedaan rata-rata tinggi badan antara siswa perempuan dan laki-laki di sekolah
tersebut".
Dalam pengujian hipotesis, kita akan mengumpulkan data sampel yang mewakili
populasi yang ingin kita teliti. Kemudian, dengan menggunakan metode statistik yang tepat,
kita akan menguji apakah hasil yang kita peroleh dari sampel tersebut cukup kuat untuk
menolak hipotesis nol atau tidak. Jika hasilnya cukup kuat untuk menolak hipotesis nol, maka
kita dapat menerima hipotesis alternatif bahwa terdapat perbedaan atau hubungan antara
variabel yang diuji di populasi. Namun, jika hasilnya tidak cukup kuat untuk menolak
hipotesis nol, maka kita harus menerima bahwa tidak ada perbedaan atau hubungan antara
variabel yang diuji di populasi.
Pentingnya Menyatakan hipotesis nol
Hipotesis nol harus dinyatakan karena hipotesis ini digunakan untuk memverifikasi
relevansi data statistik yang diambil sebagai sampel. Sampel ini kemudian dibandingkan
dengan karakteristik seluruh populasi dari mana sampel itu diambil. Peneliti dapat
membuktikan atau menyangkal pernyataan atau asumsi dengan melakukan pengujian
hipotesis.Sebab lain hipotesis Nol harus dinyatakan karena untuk membuktikan bahwa tidak
adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap
variabel Y.
Selain itu hipotesis ini perlu dinyatakan karena merupakan dasar bagi pengujian
statistik yang dilakukan dalam penelitian. Dengan menyatakan hipotesis nol, peneliti dapat
menentukan hipotesis alternatif .Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menyatakan
adanya hubungan atau perbedaan yang signifikan antara variabel-variabel yang
diteliti.Hipotesis nol juga perlu dinyatakan untuk menghindari bias penelitian. Tanpa
hipotesis nol, peneliti dapat terjebak dalam pemikiran yang tidak objektif dan mengambil
kesimpulan yang tidak akurat. Dengan adanya hipotesis nol, peneliti dapat menilai apakah
perbedaan atau hubungan yang diamati dalam penelitian adalah hasil dari faktor-faktor yang
tidak terduga atau hanya kebetulan belaka.
Dalam kesimpulannya, hipotesis nol perlu dinyatakan dalam penelitian ilmiah karena
menjadi dasar bagi pengujian statistik yang dilakukan dan untuk menghindari bias penelitian.
Hipotesis nol sangat penting untuk menemukan dan memvalidasi hasilnya.
Kesalahan tipe 1 dan kesalahan tipe 2 dalam pengujian hipotesis dan ilustrasi contoh
Dalam pengujian hipotesis, terdapat dua jenis kesalahan yang dapat terjadi, yaitu
kesalahan tipe 1 (a) dan kesalahan tipe 2 (b).
Kesalahan tipe 1 dan tipe 2
Kesalahan tipe 1 terjadi apabila kita nyatakan Hipotesis nol diterima kemudian
dibuktikan melalui penelitian ditolak, maka kesimpulan yang diambil itu merupakan
kesalahan yang disebut kesalahan tipe I (α).

7|P ag e
Sedangkan kesalah tipe 2 terjadi Apabila Hipotesis nol kita tolak kemudian
dibuktikan melalui penelitian diterima, maka kesimpulan yang diambil itu merupakan
kesalahan yang disebut kesalahan tipe II (B).
Hubungan antara hipotesis, kesimpulan dan model kesalahan dapat disajikan pada
tabel berikut :
Kesimpulan Keadaan yang sebenarnya
Ho benar Ho salah
Menerima Ho Kesimpulan benar Kesalahan tipe 2
Menolak Ho Kesalahan tipe 1 Kesimpulan benar

Ilustrasi contoh kesalahan tipe 1 dan 2


Seorang investor mengunjungi ke mancanegara dalam kunjungannya itu, dia tertarik
pada Indonesia untuk membangun kembali perekonomian negara yang hancur akibat
kerusuhan tanggal 13-14 Mei 1998 yang lalu. Sehingga seorang investor ingin membuat
kepastian apakah perlu atau tidak menanamkan modal di Indonesia. Jika diperkirakan ada
manfaat (benefit) atau keuntungan (profit) dalam menanam modal, maka ia akan
menanamkan modalnya, demikian sebaliknya jika tidak ada manfaat dan keuntungan yang
didapat, maka tidak akan dilakukannya.Permasalahan semacam ini perlu diantisipasi
kemungkin kemungkinan yang akan terjadi atau gejala-gejala yang akan muncul itu harus
diperhatikan sebelum mengambil keputusan.
Jika sebenarnya menanam modal itu mempunyai keuntungan, tetapi investor tidak
melaksanakannya. Mungkin dia menduga kurang aman tentang stabilitas nasional di
Indonesia akibat kerusuhan yang terjadi atau masih trauma dalam insiden itu. Tindakan yang
telah dilakukan oleh investor merupakan kesalahan. Kesalahan in disebut kesalahan Model I
(a).
Dan jika sebenarnya menanam modal tidak ada keuntungan, kemudian investor
melakukannya. Tindakan yang telah dilakukan oleh investor itu merupa-kan kesalahan.
Kesalahan ini disebut kesalahan Model II (B).
Tingkat signifikansi (significance level)
Tingkat signifikansi (a) menunjukkan probabilitas atau peluang kesalahan yang
ditetapkan peneliti dalam mengambil keputusan untuk menolak atau mendukung hipotesis
nol, atau dapat diartikan juga sebagai tingkat kesalahan atau tingkat kekeliruan yang ditolerir
oleh peneliti, yang diakibatkan oleh kemungkinan adanya kesalahan dalam pengambilan
sampel (sampling error).
Pemahaman mengenai taraf signifikansi sangat penting dalam penggunaan metode
statistika guna menguji hipotesis penelitian. Kesimpulan penelitian yang disandarkan pada
keputusan statistik,tidak dapat ditopang oleh taraf kepercayaan mutlak seratus persen. Karena
itulah peneliti harus memberi sedikit peluang untuk salah dalam menolak hipotesis. Besarnya
peluang untuk salah menolak hipotesis nihil (eror Tipe I) inilah yang disebut sebagai taraf
signifikansi. Sewaktu seorang peneliti menyatakan penolakan terhadap hipotesis nihil, harus
difahami bahwa penolakan itu mengandung resiko kesalahan sebesar suatu taraf signifikansi.

8|P ag e
Penolakan yang didasarkan pada taraf signifikansi yang kecil tentu saja lebih dapat
dipercaya daripada penolakan yang didasarkan pada taraf signifikansi yang besar, walaupun
tidak berarti bahwa taraf signifikansi yang kecil selalu lebih tepat untuk digunakan daripada
taraf signifikansi yang besar.
Tingkat signifikansi dinyatakan dalam persen dan dilambangkan dengan a Misalnya,
ditetapkan tingkat signifikansi a = 5% atau a = 10%. Artinya, keputusan peneliti untuk
menolak atau mendukung hipotesis nol memiliki probabilitas kesalahan sebesar 5% atau
10%. Dalam beberapa program statistik berbasis komputer, tingkat signifikansi selalu
disertakan dan ditulis sebagai Sig. (= significance), atau dalam program komputer lainnya
ditulis p-value. Nilai Sig atau p-value, seperti telah diuraikan di atas, adalah nilai probabilitas
kesalahan yang dihitung atau menunjukkan tingkat probabilitas kesalahan yang sebenamya.
Tingkat kesalahan ini digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam pengujian
hipotesis.
Sebagai contoh misalkan kita menggunakan tingkat signifikansi 5%, maka jika dari
100 sampel penelitian, maka kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa diterima
yaitu 5 sampel (5% dari 100), atau jika dikaitkan dengan pengujian hipotesis, tingkat
kesalahan 5% atau 0,05 artinya kita mengambil resiko salah dalam mengambil keputusan
untuk menolak hipotesis yang benar maksimal 5% dan benar dalam mengambil keputusan
sedikitnya 95% (tingkat kepercayaan).
Tingkat kepercayaan (confidence level )
Sementara tingkat kepercayaan pada dasarnya menunjukkan tingkat keterpercayaan
sejauhmana statistik sampel dapat mengestimasi dengan benar parameter populasi dan/atau
sejauhmana pengambilan keputusan mengenal hasil uji hipotesis nol diyakini kebenarannya.
Dalam statistika, tingkat kepercayaan nilainya berkisar antara 0 sampai 100% dan
dilambangkan oleh 1- a.Secara konvensional para peneliti dalam ilmu-ilmu sosial sering
menetapkan tingkat kepercayaan berkisar antara 95% 99% Jika dikatakan tingkat
kepercayaan yang digunakan adalah 95%, ini berarti tingkat kepastian statistik sampel
mengestimasi dengan benar parameter populasi adalah 95%, atau tingkat keyakinan untuk
menolak atau mendukung hipotesis nol dengan benar adalah 95%.
Sebagai contoh pada kurva berikut :

Untuk uji dua sisi kita menentukan tingkat kepercayaan (1-a) dan
signifikansi/probabilitas (a). Dalam kurva diatas, tingkat kepercayaan adalah sebesar 95%
dengan demikian nilai probabilitas sebesar 5%/0,05. Karena dua sisi, maka nilainya harus
dibagi dua menjadi 2,5% (0,025) untuk masing-masing sisi.

9|P ag e
Ilustrasi penggunaan tingkat signifikansi dan tingkat kepercayaan (kriteria pengujian
dan table kritis)
Tingkat signifikansi (significance level) adalah probabilitas batas kesalahan jenis I
(type I error) dalam pengujian hipotesis statistik. Batas kesalahan jenis I adalah kesalahan
dalam menolak hipotesis nol (H0) ketika sebenarnya hipotesis nol tersebut benar. Dalam
statistik, kita ingin meminimalkan kesalahan jenis I sekecil mungkin, sehingga tingkat
signifikansi yang digunakan harus dipilih secara hati-hati.Sedangkan tingkat kepercayaan
merupakan lawan dari tingkat signikansi.
Artinya, jika tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05, maka terdapat 5%
kemungkinan bahwa kita akan menolak hipotesis nol (Ho) padahal sebenarnya Ho benar,dan
tingkat kepercayaannya adalah 95%. Tingkat signifikansi juga dapat dihitung sebagai 1 -
tingkat kepercayaan (confidence level), yang biasanya digunakan dalam interval
kepercayaan.
Untuk menguji hipotesis statistik, ada beberapa kriteria pengujian hipotesis yang
digunakan, seperti uji t, uji F, dan uji chi-square. Kriteria-kriteria ini memiliki tabel-tabel
kritis yang digunakan untuk menentukan apakah hasil pengujian tersebut signifikan atau tidak
signifikan pada tingkat signifikansi tertentu.
Sebagai contoh, jika kita menggunakan uji t dengan derajat kebebasan (degrees of
freedom) df = n-1 dan tingkat signifikansi 0,05, maka tabel kritis t dapat digunakan untuk
menentukan nilai kritis (critical value) t dengan df = n-1 dan α = 0,05. Jika nilai t yang
dihitung lebih besar dari nilai kritis t tersebut, maka hipotesis nol (H0) dapat ditolak pada
tingkat signifikansi 0,05.Artinya diperkirakan 5 dari 100 kali penelitian berkesimpulan akan
menolak hipotesis yang seharusnya diterima atau 95% percaya bahwa kita telah membuat
kesimpulan yang benar.
Demikian pula, jika kita menggunakan uji F dengan df1 = k-1 dan df2 = n-k dan
tingkat signifikansi 0,05, maka tabel kritis F dapat digunakan untuk menentukan nilai kritis F
dengan df1 = k-1, df2 = n-k, dan α = 0,05. Jika nilai F yang dihitung lebih besar dari nilai
kritis F tersebut, maka hipotesis nol (H0) dapat ditolak pada tingkat signifikansi 5% dan
tingkat kepercayaan 95%.
Derajat bebas (degree of freedom)
Istilah angka derajat kebebasan (degrees of freedom) diartikan sebagai jumlah total
pengamatan dalam sampel (N) dikurangi banyaknya kendali (linier) bebas atau pembatasan
(restriksi) yang diletakkan atas pengamatan tadi. Dengan perkataan lain, angka derajat
kebebasan adalah banyaknya pengamatan bebas dari total pengamatan N. Sehingga rumus
umum untuk menentukan derajat kebebasan adalah total pengamatan (N) dikurangi
banyaknya parameter yang ditaksir atau df = N – banyaknya parameter yang ditaksir (k).
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa rumus derajat
kebebasan akan berbeda untuk kasus pengamatan yang satu dengan kasus pengamatan yang
lainnya, dan yang membuat berbeda adalah tergantung dari banyaknya parameter yang
ditaksir. Oleh karena itu rumus derajat kebebasannya bisa db = N – 2 atau db = N -3
tergantung dari banyaknya paramter (variabel) yang ditaksirnya tadi. Contoh, jika kita hendak

10 | P a g e
meneliti dua variabel, maka derajat kebebasanya adalah db = N – 2. Kenapa N – 2, karena
ada dua variabel.
Hal lain yang perlu dipahami dalam kajian tentang derajat bebas adalah berkaitan
dengan penelitian sampel. Ide dasarnya adalah tiap kali kita mengestimasi parameter
(karakteristik populasi), kita akan kehilangan satu derajat kebebasan. Oleh karena itu derajat
bebas akan selalu N – k, bukan N.
Sebagai contoh,Misalnya ada sebuah populasi dengan rata-rata (mean) sebesar 10.
Selanjutnya kita diijinkan untuk mengambil sampel sebanyak 10 orang dari populasi tersebut.
Pertanyaan adalah berapa banyak orang yang dapat kita ambil dengan bebas? Misalnya kita
ambil orang pertama secara bebas, ia memiliki skor 14. Orang kedua masih dengan bebas, ia
memiliki skor 8. Kemudian berturut-turut orang ketiga sampai orang ke sembilan diambil
secara bebas dengan skor: 15, 6, 11, 14, 8, 6, dan 5. Bagaimana dengan orang kesepuluh?
Apakah diambil secara bebas? Tentu jawabannya adalah tidak. Orang kesepuluh tidak dapat
diambil secara bebas lagi. Jika sudah ada 9 angka, angka ke sepuluh tidak lagi dapat
ditentukan dengan bebas agar mendapat estimasi yang sama (yaitu mean = 10). Misalnya
jumlah skor-skor dari sembilan orang tadi adalah 87. Agar estimasi yang kita dapatkan sama,
yaitu mean = 10,orang kesepuluh harus ditentukan sebesar 13. Dengan demikian dapat
dikatakan kita kehilangan satu derajat kebebasan. Nah derajat bebas inilah yang kemudian
digunakan untuk melihat nilai tabel tertentu, misalnya tabel t.
Dalam perhitungan kita tadi, kita hanya mengestimasi atau menaksir satu parameter.
Oleh karena itu kita hanya kehilangan satu derajat kebebasan, sehingga derajat bebas yang
kita miliki adalah N – 1, yaitu 10 – 1 = 9. Derajat Kebebasan ini akan digunakan pada saat
perhitungan uji statistik Distribusi-t, Distribusi Chi-Square dan Distribusi F untuk memeriksa
validitasnya.
Cara menguji sebuah hipotesis
Proses pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dimulai dengan pertanyaan penelitian studi dan diakhiri dengan
kesimpulan tentang temuan. Berikut ringkasan delapan langkah dalam proses pengujian
hipotesis.
1. Merumuskan pertanyaan penelitian untuk penelitian.
2. Menyatakan hipotesis penelitian (yaitu, hipotesis alternatif). Hipotesis harus mewakili
prediksi peneliti tentang hasil penelitian dan harus dapat diuji. Perhatikan bahwa
hipotesis nol untuk penelitian selalu tersirat, tetapi tidak dinyatakan secara formal dalam
banyak kasus. Hipotesis nol memprediksi tidak ada perbedaan antara kelompok atau
rata-rata atau tidak ada hubungan antar variabel.
3. Merancang penelitian untuk menguji hipotesis penelitian. Metodologi studi harus
mencakup rencana untuk memilih satu sampel (atau lebih) dari populasi yang diminati
peneliti; memilih atau merancang instrumen untuk mengumpulkan data numerik;
melaksanakan prosedur studi (dan intervensi dalam studi eksperimental); dan
menentukan uji statistik yang akan digunakan untuk menganalisis data.
4. Melakukan kajian dan mengumpulkan data numerik.

11 | P a g e
5. Menganalisis data dan menghitung statistik uji yang sesuai (misalnya, koefisien korelasi
Pearson, nilai uji t, atau nilai chi kuadrat; dan nilai p.
6. Memutuskan apakah akan mempertahankan atau menolak hipotesis nol. Nilai p 0,05
adalah tolok ukur yang paling umum digunakan untuk mempertimbangkan hasil yang
signifikan secara statistik. Dalam studi eksperimental, jika hasilnya signifikan secara
statistik, peneliti juga mungkin ingin menghitung ukuran efek (ES) untuk menentukan
signifikansi praktis dari hasil studi tersebut.
7. Membuat keputusan apakah akan mengkonfirmasi hipotesis alternatif studi (yaitu,
hipotesis penelitian) dan seberapa besar kemungkinan hasil diperoleh murni secara
kebetulan. Keputusan ini didasarkan pada keputusan yang dibuat mengenai hipotesis nol.
8. Meringkas kesimpulan penelitian, menjawab pertanyaan penelitian penelitian.
Contoh pengujian hipotesis
a. Kasus
Seorang guru melakukan penelitian terkait dengan penerapan jenis model
pembelajaran (Contextual Learning) terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA N 1 Gianyar, dimana
sampel yang digunakan sebanyak 30 orang siswa yang diambil secara acak dan
dianggap sudah dapat mewakili keseluruhan populasi. Diduga bahwa: "keterampilan
berpikir kritis siswa yang diajar dengan model pembelajaran Contextual Learning
adalah 70.
b. Teknik Pengambilan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil posttest yang dilakukan setelah
perlakuan dilaksanakan. Dimana tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
keterampilan berpikir kritis.
c. Hipotesis Penelitian
Ho = Keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Contextual Learning sama dengan 70
HA = Keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Contextual Learning tidak sama dengan 70
d. Data hasil penelitian
No Nilai keterampilan berpikir No Nilai keteramilan berpikir kritis
kritis dengan peneapan CTL dengan peneraan CTL
1 75 16 69
2 81 17 70
3 80 18 68
4 77 19 63
5 73 20 65
6 75 21 87
7 72 22 85
8 80 23 77
9 89 24 75
10 87 25 88
11 89 26 81
12 79 27 80
13 83 28 77

12 | P a g e
14 81 29 86
15 74 30 83
e. Analisis manual
No Nilai keterampilan berpikir No Nilai keteramilan berpikir kritis
kritis dengan peneapan CTL dengan peneraan CTL
1 75 16 69
2 81 17 70
3 80 18 68
4 77 19 63
5 73 20 65
6 75 21 87
7 72 22 85
8 80 23 77
9 89 24 75
10 87 25 88
11 89 26 81
12 79 27 80
13 83 28 77
14 81 29 86
15 74 30 83
Jumlah 2349
Rata-rata 78,3
Standar deviasi 7,071799
Derajat kebebasan 29
Setelah diketahui
Standar deviasi = 7,071799
Rata-rata = 78,3
N =30
Taraf signifikansi = 0,05
µo = 70
dan derajat kebebasan dk=29,pada daftar distribusi t diperoleh 2,045
setelah dilakukan penjumlahan pada distribusi t,maka diperoleh t = 6,429
f. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan t diatas,dimana diperoleh nilai t hitung sebesar
6,429,dengan nilai t tabel untuk dk 29 adalah sebesar 2,045,sehingga t hitung berada
dalam daerah penolakan Ho. t hitung > t tabel (6,429>2,045).
Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai kemampuan kognitif siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Contextual Learning tidak sama dengan 70 .

13 | P a g e
BAB III
KESIMPULAN

1. Hipotesis alternatif (Ha) menyatakan bahwa ada perbedaan atau hubungan antara
variabel yang diuji di populasi,sedangkan hipotesis nol (Ho) biasanya memprediksi
bahwa tidak akan ada hubungan antara variabel.
2. Hipotesis nol digunakan ketika kita ingin menguji asumsi atau pernyataan bahwa
tidak ada perbedaan atau hubungan antara variabel yang diuji di populasi.
3. hipotesis Nol harus dinyatakan karena untuk membuktikan bahwa tidak adanya
perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap
variabel Y.
4. Kesalahan tipe 1 terjadi apabila hipotesis nol diterima kemudian dibuktikan melalui
penelitian ditolak, maka itu merupakan kesalahan yang disebut kesalahan tipe I
(α).Sedangkan kesalah tipe 2 terjadi Apabila Hipotesis nol ditolak kemudian
dibuktikan melalui penelitian diterima, maka itu merupakan kesalahan yang disebut
kesalahan tipe II (B).
5. Tingkat signifikansi (a) menunjukkan probabilitas atau peluang kesalahan yang
ditetapkan peneliti dalam mengambil keputusan untuk menolak atau mendukung
hipotesis nol. Tingkat signifikansi dinyatakan dalam persen dan dilambangkan
dengan a Misalnya, ditetapkan tingkat signifikansi a = 5% atau a = 10%.
6. Tingkat kepercayaan pada dasarnya menunjukkan tingkat keterpercayaan sejauhmana
statistik sampel dapat mengestimasi dengan benar parameter populasi dan/atau
sejauhmana pengambilan keputusan mengenal hasil uji hipotesis nol diyakini
kebenarannya. Dalam statistika, tingkat kepercayaan nilainya berkisar antara 0
sampai 100%.
7. Jika tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05, maka terdapat 5%
kemungkinan bahwa kita akan menolak hipotesis nol (Ho) padahal sebenarnya Ho
benar,dan tingkat kepercayaannya adalah 95%.
8. Derajat kebebasan adalah banyaknya pengamatan bebas dari total pengamatan N.
9. Delapan langkah dalam proses pengujian hipotesis,yaitu merumuskan pertanyaan
penelitian untuk penelitian,menyatakan hipotesis penelitian,Merancang penelitian
untuk menguji hipotesis penelitian,melakukan kajian dan mengumpulkan data
numerik,menganalisis data dan menghitung statistik uji yang sesuai,memutuskan
apakah akan mempertahankan atau menolak hipotesis nol,membuat keputusan
apakah akan mengkonfirmasi hipotesis alternatif studi,dan meringkas kesimpulan
penelitian.

14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Ravid,R.(2020).Practical Statistics for Educators (6th Edition).Maryland: Rowman &


Littlefield Publisher,Inc.
Ridwan.(2018).Dasar-dasar Statistika.Bandung:Alfabeta.
Sugiono.(2017).Statistika untuk Penelitian.Bandung:Alfabeta.
Sarwono,Jonathan.(2014).Model-model Linier dan Non-Linier dalam IBM SPSS
21.Jakarta:Elex Media Komputindo.

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai