Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

RISET KEPERAWATAN
KARAKTERISTIK HIPOTESIS YANG BAIK &
KLASIFIKASI HIPOTESIS

Kelas 4C

Di Susun Oleh : Kelompok 8

1. SHINTA MONICA (201401103)


2. NORIKABO
3. ISNANDA ARY
4. RUCHUS ADHI PRADANA (201401137)
5.
PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2017/2018
Jalan Jabon Km.6 Mojokerto Telp/Fax. (0321)3902032
www.stikes.ppni.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah, kami selaku penulis makalah yang berjudul
Karakteristik Hipotesis yang Baik & Klasifikasi Hipotesis yang mana
makalah ini sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Riset
Maka dengan terselesainya makalah ini, kami selaku penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang sebanyak banyaknya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan jalan kemudahan dan segalanya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan
lancar.
2. Bapak dr.Sadjidin,S.Kep, Ns. M. Kes, selaku Dosen Riset
3. Teman-teman yang ikut serta dalam membantu menyelesaikan makalah
ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Sehingga
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.

Mojokerto, 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................2
1.3 TUJUAN....................................................................................................2
1.4 MANFAAT................................................................................................3
BAB II : KONSEP LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 ANATOMI & FISIOLOGI........................................................................4
2.2 DEFINISI...................................................................................................11
2.3 ETIOLOGI.................................................................................................12
2.4 MANIFESTASI KLINIS...........................................................................12
2.5 PATOFISIOLOGI......................................................................................14
2.6 WOC (WEB OF CAUSATION)................................................................17
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG..............................................................18
2.8 PENATALAKSANAAN...........................................................................18
2.9 KOMPLIKASI...........................................................................................19
2.10PROGNOSIS.............................................................................................19
2.11ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................20
BAB III : KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 KASUS......................................................................................................26

3.2 PENGKAJIAN..........................................................................................26

3.3 ANALISA DATA.......................................................................................32

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................33

3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN..............................................................34


BAB IV : PENUTUP
4.1 KESIMPULAN...........................................................................................38

2
4.2 SARAN.......................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................39

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan
dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan
yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dengan mempunyai rasa
keingintahuan tentang sesuatu, mendorong manusia untuk meneliti dan
menghasilkan kebenaran. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati
berbagai tahapan terlebih dahulu, ini sesuai dengan pengertian penelitian
ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang
sistematis. Salah satu hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian
kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif.
Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:
Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini
dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan
yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan
melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan
ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga,
hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan
karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya,
hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan
cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan
mengujinya.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik
terutama peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam
menyusun hipotesis. Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya
peneliti harus mengacu pada kriteria perumusan hipotesis, bagaimana
bentuk/ pola hubungan dalam penelitiannya, bagaimana pola berpikir dalam
menyusun hipotesis dan jenis- jenis hipotesis. Berdasarkan latar belakang

38
tersebut, maka makalah ini akan membahas mengenai hakikat hipotesis
hingga pola hubungan variabel yang berkaitan dengan penarikan hipotesis.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Apa pengertian hipotesis dalam penelitian ?
Apa fungsi hipotesis dalam penelitian ?
Apa saja ciri- ciri hipotesis dalam penelitian ?
Bagaimana penjelasan mengenai hipotesis yang baik ?
Bagaimana menguji hipotesis ?
Bagaimana peranan hipotesis dalam penelitian ?
Bagaimana jenis- jenis hipotesis dalam penelitian ?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Umum
Memahami tentang pengertian hipotesis yang baik dalam penelitian
serta klasifikasi hipotesis.
1.3.2 Khusus
Memahami tentang pengertian hipotesis dalam penelitian.
Memahami tentang fungsi hipotesis dalam penelitian.
Memahami tentang ciri- ciri hipotesis dalam penelitian.
Memahami tentang penjelasan mengenai hipotesis yang baik.
Memahami tentang cara menguji hipotesis.
Memahami tentang peranan hipotesis dalam penelitian.
Memahami tentang jenis- jenis hipotesis dalam penelitian.

39
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN
Menurut Nanang Martono (2010:57), hipotesis dapat didefinisikan
sebagai jawaban sementara yang kebenarannya harus diuji atau rangkuman
kesimpulan secara teoritis yang diperoleh melalui tinjauan pustaka. James E
Greighton dalam Nanang Martono (2010:57), hipotesis merupakan sebuah
dukungan tentative atau sementara yang memprediksi situasi yang akan
diamati. Lungberg dalam Nanang Martono (2010:57), mendefinisikan
hipotesis sebagai sebuah generalisasi yang bersifat tentative, sebuah
generalisasi tentative yang valid yang masih arus diuji. Menurut Goode dan
Han dalam Nanang Martono (2010:58), hipotesis adalah sebuah proposisi
yang harus dimasukan untuk menguji dan menentukan validitas, sebuah
hipotesis menyatakan apa yang akan dicari.
Menurut A Muri Yusuf (2005: 163), hipotesis adalah kesimpulan
sementara yang belum final; suatu jawaban sementara; suatu dugaan
sementara; yang merupakan konstruk peneliti terhadap masalah penelitian,
yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Kebenaran
dugaan tersebut harus dibuktikan melalui penyelidikan ilmiah.
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul.
Dari arti katanya, hipotesis berasal dari 2 penggalan kata, hypo yang
artinya di bawah dan thesa yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis
yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis. (Arikunto
S. 2006; 71).
Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan
saksama serta menetapkan anggapan dasar, makalalu membuat suatu teori
sementara, yang kebenarannya masih perlu diuji (dibawah kebenaran).
Inilah hipotesis peneliti harus berfikir bahwa hipotesissnya itu dapat diuji.

40
Selanjtnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis ini. Peneliti
mengumpulkan data data yang paling berguna untuk membuktikan
hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul, penliti akan menguji apakah
hipotesa yang dirumuskan dapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya
tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata tidak terbukti. (Arikunto S.
2006; 72).
Hal yang sangat perlu diperhatikan oleh peneliti adala bahwa tidak boleh
mempunyai keingina kuat agar hipotesisnya terbukti dengan cara
mengumpulkan data yang hanya bisa membantu memenuhi keinginannya,
atau memanipulasi data sedemikian rupa sehingga mengarah keterbuktian
hipotesis. Penelitian harus bersikap obyektif terhadap data yang terkumpul.
Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan peneliti dapat berupa 2 hal:
1. Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesa terbukti
(pada akhir penelitian).
2. Mengganti hipotesis seandaniya melihat tanda tanda bahwa data yang
terkumpul tidak mendukung tebuktinya hipotesis (pada saat penilitian
berlangsung). (Arikunto S. 2006; 72).
Apabila peneliti mengambil hak kedua, maka di dalam laporan penelitian
harus dituliskan proses penggantian isi. Dengan demikian peneliti telah
bertindah jujur dan tegas, sesuatu yang memang diharapkan dari seorang
peneliti. (Arikunto S. 2006; 72).
Bagaimana mengetahui kedudukan suatu hipotesa:
1. Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubngan antara penyebab
dan variabel akibat?
2. Adanya data yang menunjukkan bahwa akibat yang sudah ada, memang
ditimbulkan oleh penyebab itu.
3. Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab bisa
menimbulkan akibat tersebut. (Arikunto S. 2006; 72).
Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis dirumuskan
mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian, walaupun hipotesa ini
sangat penting sebagai pedoman kerja dalam penelitian namun tidak selalu
semua peneliti harus berorientaskan hipotesis. Jenis penelitian eksploratif,
survei, atau kasus, dan penelitian development biasanya tidak berhipotesis.

41
Tujuan penelitian jenis ini bukan untuk menguji hipotesis tetapi mempelajari
tentang gejala gejala sebanyak banyaknya. (Arikunto S. 2006; 72).
Sehubungan dengan hal ini G.E.R.Brurrough mengatakan bahwa
penelitian berhipotesis (penelitian hipotesis) penting dilakukan bagi:
1. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu (magnitude)
2. Pneliti tentang perbedaan (differencies).
3. Penelitian hubungan (relationship). (Arikunto S. 2006; 73).
Ahli lain yaitu Deobold Van Dalen menguataran adanya3 bentuk inter
relationship studies yang termasuk penelitian hipotesis , yaitu:
1. Case Studies
2. Causal comparaive studies
3. Correlations studies. (Arikunto S. 2006; 73).
Menurut Nursalam (2013; 52), tjuan dari hipotesis adalah:
1. Untuk menghubungkan antara teori dan kenyataan, dalam hal ini
hipotesis menggabungkan dua domain.
2. Sebagai suatu alat yang ampuh untuk pengemangan ilmu selama
hipotesis bisa menghasilkan suatu penemuan (discovery).
3. Sebagai suatu petunjuk dalam mengidentifikasi dengan
menginterpretasikan suatu hasil.

2.2 FUNGSI
Ada beberapa pendapat tentang fungsi hipotesis berdasarkan ahli.
Menurut George J Mouley dalam Nanang Martono (2010; 60), fungsinya
antara lain :
1. Hipotesis memberikan arahan dalam penelitian yang berguna untuk
mencegah kajian literature dan pengumpulan data yang tidak relevan
2. Hipotesis menambah kepekaan peneliti mengenai aspek-aspek tertentu
dari situasi yang tidak relevan dari sudut pandang masalah yang dihadapi.
3. Hipotesis memungkinkan peneliti untuk memahami masalah yang diteliti
dengan lebih jelas
4. Hipotesis digunakan sebagai sebuah kerangka untuk meyakinkan
peneliti.

Menurut Donald (1982; 121) fungsi dari hipotesis antara lain:


1. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta
memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat
diuji dalam penelitian

42
3. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian,secara sederhana hipotesis
menunjukkan kepada peneliti apa yang harus dilakukannya berkaitan
dengan fakta, sampel, dan analisis penelitian yang akan digunakan
4. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan
penyelidikan
Supaya fungsi fungsi tersebut dapat berjalan efektif , maka ada faktor
faktor yang perlu diperhatikan pada penyusunan hipotesis.
1. Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif. Kalimat itu harus bersifat
positif dan tidak normatif. Istilah istilah seperti seharusnya atau
sebaiknya tidak terdapat dalam kalimat hipotesis. Contoh : Anak
anak harus hormat kepada orang tua. Kalimat ini bukan hipotesis. Lain
halnya jika dikatakan emikian: Kepatuhan anak anak kepada orang tua
mereka makin menurun.
2. Variabel (variabel variabel) yang dinyatakan dalam hipotesis adalah
variabel yang operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur.
3. Hipotesis menunjukkan hubungan tertentu diantara variabel variabel.
Syarat Penyusunan Hipotesis
Bentuk : Kalimat
Deklaratif positif

Hipotesis Sifat :Operasional

Susunan: Menyatakan
hubungan
Gambar 2.2.1

2.3 PERANAN HIPOTESIS


Menurut Notoatmodjo (2012; 106), secara garis besar hipotesis dalam
penelitian mempunyai peranan sebagai berikut :
1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian.
2. Memfokuskan perhatian dalam rangka pengumpulan data.
3. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta atau
data. Membantu mengarahkan dalam mengidentifikasi variable variable
yang akan diteliti (diamati).

43
Dari hipotesis peneliti menarik kesimpulan dalam bentuk yang masih
sementara dan harus dibuktikan kebenarannya (hipotesis) sebagai titik tolak
atau arah dari pelaksanaan pen elitian. (Notoatmodjo. 2012; 106).

2.4 SUMBER HIPOTESIS


Hipotesis didapatkam dari suatu fenomena atau masalah yang nata,
analisa teori, dan mengulas literatur.
1. Pengalaman Praktik
Diagnosis keperawatan bisa menjadi suatu dasar pengembangan
hipotesis. Misal, hubungan teoritis yang diidentifikasi Orem tahun 1985
dalam Polit & Black (2012), tentang teori perawatan diri dan kurangnya
kebersihan dalam melakukan perawatan luka sehubungan dengan adanya
nyeri pada sendi dan keterbatasan pergerakan mobilitas. Pertama, kita
dapat menguji tentang efektifitas dari tindakan dalam mengurangi nyeri
sendi dan meningkatkan mobilitas dan dampak perawatan indvidual.
Contoh penulisan hipotesis meliputi: Klien arthtritis yang menggunakan
pengobatan relaksasi akan mengalami penurunan rasa nyeri dan
membutuhkan waktu yang relatif sedikit dalam pengobatannya
dibandingkan dengan klien yang tidak mendapatkan terapi relaksasi.
2. Teori
Hubungan yang digunakan dalam suatu teori dapat menjadi dasar
penyusunan hipotesis. Jika seorang peneliti tertarik melakuakn pengujian
terhadap suatu pernyataan dalam teori, akan membawa pengaruh yang
besar terhadap perkembangan praktik perawatan.
3. Kajian Literatur
Pada kajian literatur, peneliti menganalisis dan mensintesis hasil dari
berbagai penelitian. Hubungan yang diidentifikasi dari sintesis dalam
suatu penemuan sangat berguna untuk penyusunan hipotesis. (Nursalam.
2012; 53).

2.5 CIRI CIRI


Menurut Notoatmodjo (2012; 108), ciri ciri hipotesis sebagai berikut :
1. Hipotesis hanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement) bukan
dalam bentuk kalimat tanya.

44
2. Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti. Hal ini
berarti bahwa hipotesis hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu
pengetahuan yang sedang atau akan diteliti.
3. Hipotesis harus dapat diuji, Hal ini berarti bahwa suatu hipotesis harus
mengandung atau terdiri dari variabel-variabel yang diukur dan dapat
dibanding-bandingkan. Hipotesis yang tidak jelas pengukuran
variabelnya akan sulit mencapai hasil yang objektif.
4. Hipotesis harus sederhana dan terbatas. Artinya hipotesis yang tidak
menimbulkan perbedaan-perbedaan, pengertian, serta tidak terlalu luas
sifatnya.
Agar dapat merumuskan hipotesis yang memenuhi kriteria tersebut perlu
dipertimbangkan berbagai hal antara lain yang terpenting adalah teknik yang
akan digunakan dalam menguji rumusan hipotesis yang dibuat. Apabila
suatu teknik tertemu dalam rumusan hipotesis ditetapkan, maka bentuk
rumusan hipotesis yang dibuat dapat digunakan dalam penelitian.
(Notoatmodjo. 2012; 108).

2.6 SYARAT HIPOTESIS


1. Relevance; Hipotesis harus relevan dengan fakta yang akan diteliti.
2. Testability; Memungkinkan untuk dilakukannya observasi dan bisa
diukur.
3. Compatibility; Hipotesis baru harus konsisten dengan hipotesis di
lapangan yang sama dan telah teruji kebenarannya, sehingga setiap
hipotesis kan membentuk suatu sistem.
4. Predictive; Artinya hipotesis yang baik mengandung daya ramal tentang
apa yang akan terjadi atau apa yang akan ditemukan.
5. Simplicity; Harus dinyatakan secara sederhana, mudah dipahami, dan
mudah dicapai. (Nursalam. 2013; 52).

2.7 KARAKTERISTIK HIPOTESIS YANG BAIK


Ciri-ciri hipotesis yang baik menurut Donald (1982:124) antara lain:
1. Hipotesis harus memiliki daya penjelas, yaitu hipotesis dikatakan baik
jika didukung dengan penjelasan yang baik tentang masalah yang akan
diteliti. Contoh: ketika spidol anda tidak bisa lagi digunakan untuk
menulis anda memberikan hipotesis bahwa kursi anda patah. Penjelasan

45
ini tidak tepat dan tidak menunjang hipotesis. Hipotesis yang menjelasan
bahwa tinta spidol anda habis adalah benar dan perlu diuji
2. Hipotesis menjelaskan hubungan antar variabel-variabel. Maksudnya
adalah meskipun ada pernyataan sebagai jawaban sementara akan tetapi
tidak menunjukkan hubungan antar variabel maka hipotesis itu tidak
dapat diuji. Contoh: mesin mobil ini tidak akan hidup dan mesin ini
memiliki jaringan kabel-kabel pernyataan ini tidak menunjukkan
hubungan antar variabel yang dapat diuji, namun jika pernyataan
berbunyi akan terdapat hubungan positif antara motivasi belajar dan
hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam maka hipotesis ini memenuhi
syarat. Yaitu memiliki hubungan antar variabel yang dapat diuji
3. Hipotesis harus dapat diuji, hipotesis yang baik harus dapat diuji. Peneliti
dapat menarik kesimpulan dan perkiraan sedemikian rupa dari hipotesis
yang dirumuskan. Contohnya kerusakan mobil itu diakibatkan oleh
dosa-dosa saya merupakan hipotesis yang tidak dapat diuji didunia ini.
Artinya adalah jika variabel tidak dapat diukur maka peneliti tidak
mungkin dapat menguji validitas hipotesis tersebut atau tidak dapat
menguji hipotesis.
4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada,
artinya tidak bertentangan dengan hipotesis, teori, dan hukum- hukum
yang telah ada sebelumnya dan telah diakui validitasnya, contoh: mesin
mobil saya mati karena air akinya berubah menjadi emas merupakan
hipotesis yang tidak sesuai dengan apa yang telah diketahui orang
tentang sifat-sifat benda, yaitu air aki yang berubah menjadi emas
bertentangan dengan sifat benda. Sehingga hipotesis hendaknya dibuat
sesuai dengan pengetahuan yang sudah mapan dibidang itu.
5. Hipotesis hendaknya dibuat sesederhana dan seringkas mungkin,
tujuannya adalah agar mudah diuji dan memudahkan dalam penyusuan
laporan.

2.8 JENIS JENIS


Jenis-jenis hipotesis berdasarkan hubungan antar variabel dalam Nanang
Martono (2010:63), yaitu:

46
1. Hipotesis deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan hipotesis yang menggambarkan
sebuah kelompok atau variabel tanpa menghubungkan dengan variabel
lain. Hipotesis deskriptif juga mampu memberikan gambaran atau
deksripsi tentang sampel penelitian. Contoh 70% peduduk di pedesaan
bekerja sebagai petani
2. Hipotesis asosiasif
Hipotesis asosiatif merupakan jenis hipotesis yang menjelaskan
hubungan antar variabel. Hipotesis ini dalam sebuah penelitian selalu
dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menjelaskan hubungan antar
dua variabel atau lebih. Contoh jenis kelamin mempengaruhi prestasi
belajar.
Neuman dalam Nanang Martono (2010:63), menjelaskan karakteristik
hipotesis asosiatif yang baik antara lain:
a. Mempunyai minimal dua variabel yang dihubungkan
b. Menunjukan hubungan sebab akibat atau pengaruh mempengaruhi di
anatara dua variabel atau lebih
c. Menunjukan perkiraan atau prediksi mengenai hasil yang diharapkan
d. Menghubungkan secara logis antara masalah penelitian dengan teori
e. Dapat diuji kembali dalam fakta-fakta empiris dan menunjukan
kebenaran atau kesalahan

3. Hipotesis komparatif
Hipotesis komparatif merupakan hipotesis yang menyatakan
perbandungan antara sampel atau variabel yang satu dengan variabel lain.
Contoh terdapat perbedaan prestasi belajar anatara siswa laki-laki dan
perempuan

Berdasarkan cara proses hipotesis itu diperoleh, hipotesis dibagi menjadi


dua yakni:
1. Hipotesis Induktif
Dalam prosedur induktif, peneliti merumuskan hipotesis sebagai suatu
generalisasi dari hubungan-hubungan yang yang diamati. Peneliti
melakukan pengamatan terhadap tingkah laku, memperhatikan
kecendrungan-kecenderungan atau kemungkinan adanya hubungan-

47
hubungan, dan kemudian merumuskan penjelasan sementara tentang
tingkah laku yang diamati itu (Donald, 1982:124).
2. Hipotesis Deduktif
Hipotesis ini memiliki kelebihan dapat mengarah pada sistem
pengetahuan yang lebih umum, karena kerangka untuk menempatkan
secara berarti ke dalam bangunan pengetahuan yang telah ada dalam teori
itu tersendiri. Hipotesis yang berasal dari teori dinamakan hipotesis
deduktif (Donald, 1982:125).

Berdasarkan bentuk rumusannya, hipotesis dapat digolongkan tiga yakni:


1. Hipotesis Kerja
Adalah suatu rumusan hipotesis dengan tujuan untuk membuat
ramalan tentang peristiwa yang rerjadi apabila suatu gejala muncul.
Hipotesis ini sering juga disebut hipotesis kerja. Biasanya makan
rumusan pernyataan: Jika..maka.. Artinya, jika suatu faktor atau
variabel terdapat atau terjadi pada suatu situasi, maka ada akibat tertentu
yang dapat ditimbulkannya. ( Notoatmodjo. 2012; 108 ).
Contoh sederhana:
a. Jika sanitasi lingkungan suatu daerah buruk, maka penyakit menular
di daerah tersebut tinggi.
b. Jika persalinan dilakukan oleh dukun yang belum dilatih, maka angka
kematian bayi di daerah tersebul tinggi.
c. Jika pendapatan perkapita suatu negara rendah, maka status kesehatan
masyarakat di negara tersebut rendah pula.
Meskipun pada umumnya rumusan hipotesis seperti tersebut di atas,
tetapi hal tersebut bukan satu-satunya rumusan hipotesis kerja. Karena
dalam rumusan hipotesis kerja yang paling penting adalah bahwa
rumusan hipotesis harus dapat memberi penjelasan tentang kedudukan
masalah yang diteliti, sebagai bentuk kesimpulan yang akan diuji. Oleh
sebab itu penggunaan rumusan lain seperti di atas masih dapat
dibenarkan secara ilmiah. ( Notoatmodjo. 2012; 109 ).
Menurut Arikunto (2006), hipotesis kerja atau yangdisebut hipotesis
alternatif, disingkat Ha. Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan
antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja:
a. Jika ............................................ maka,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

48
Contoh: Jika orang banyak makan, maka berat badannya akan naik
b. Ada perbedaan antara ...............dan....................................
Contoh: Ada perbedaan antara penduduk kota dan penduduk desa
dalam cara berpakaian.
c. Ada pengaruh .........................terhadap ..............................
Contoh: Ada pengaruh makanan terhadap berat badan. (Arikunto.
2006; 74).

2. Hipotesis Nol atau Hipotesis Statistik


Hipoiesis Nol biasanya dibuat untuk menyatakan sesuatu kesamaan
atau tidak adanya suatu perbedaan yang bermakna antara kelompok atau
lebih mengenai suatu hal yang dipermasalahkan. Bila dinyatakan adanya
perbedaan antara dua variabel, disebut hipotesis alternatif.
Hipotesis nol yang mula mula diperkenalkan oleh Bapak Statistika
Fisher, dirumuskan untuk ditolak sesudah pengujian. Dalam hipotesis nol
ini selalu ada implikasi tidak ada perbedaa. Yang rumusannya adalah :
Tidak ada perbedaan antara............ dengan ..............
Dengan perkataan lain hipotesis nol (H0) dibuat untuk menyatakan
sesuatu kesaman atau tidak adanya suatu perbedaan yang bermakna
antara kedua kelompok atau lebih mengenai suatu hal yang
dipermasalahkan. ( Notoatmodjo. 2012; 109 ).
Contoh sederhana hipotesis nol adalah:
a. Tidak ada perbedaan tentang angka kematian akibat penyakit jantung
antara penduduk perkotaan dengan penduduk pedesaan.
b. Tidak ada perbedaan antara status gizi anak balita yang tidak
mendapat ASI pada waktu bayi, dengan status gizi anak balita yang
mendapat ASI pada waktu bayi.
c. Tidak ada perbedaan angka penderita sakit diare antara kelompok
penduduk yang menggunakan air minum dari PAM dengan kelompok
penduduk yang menggunakan air minum dari sumur.
Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok yang
bersangkutan adalah sama, misalnya status gizi dari balita yang
mendapatkan ASI sama dengan status gizi anak balita yang tidak
mendapatkan ASI. Bila hal tersebut dirumuskan dengan selisih maka
akan menunjukkan hasil dengan nol, maka disebut hipotesis nol. Bila
dirumuskan dengan persamaan maka hasilnya sama, atau tidak ada

49
perbedaan. Oleh sebab itu apabila diuji dengan metode statistika akan
tampak apabila rumusan hipotesis dapat diterima, dapat disimpulkan
sebagaimana hipotesisnya. ( Notoatmodjo. 2012; 110).
Tetapi bila rumusannya ditolak, maka hipotesis alternatifhya yang
diterima. Itulah sebabnya maka sdperti rumusan hipotesis nol
dipertentangkan dengan rumusan hipotesis altematif. Hipotesis nol
biasanya menggunakan rumus Ho (misalnya HO : x = y) sedangkan
hipotesis alternatif menggunakan simbol Ha (misalnya, Ha : x = > y).
( Notoatmodjo. 2012; 110).
Berdasarkan isinya, suatu hipotesis juga dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu: pertama, hipotesis mayor, hipotesis induk, atau hipotesis utama,
yaitu hipotesis yang menjadi sumber dari hipotesis-hipotesis yang lain.
Kedua, hipotesis minor, hipotesis penunjang, atau anak hipotesis, yaitu
hipotesis yang dijabarkan dari hipotesis mayor. Di dalam pengujian
statisik hipotesis ini sangat penting, sebab dengan pengujian terhadap
tiap hipotesis minor pada hakikatnya adalah menguji hipotesis mayornya.
Contoh tidak sempurna:
Hipotesis mayor: Sanitasi lingkungan yang buruk mengakibatkan
tingginya penyakit menular. Dari contoh ini dapat diuraikan adanya dua
variabel, yakni variabel penyebab (sanitasi lingkungan) dan variabel
akibat (penyakit menular). Kita ketahui bahwa penyakit menular itu luas
sekali, antara lain mencakup penyakit-penyakit diare, demam berdarah,
malaria, TBC, campak, dan sebagainya. Sehubungan dengan banyaknya
macam penyakit menular tersebut, kita dapat menyusun hipotesis minor
yang banyak sekali, yang masing-masing memperkuat dugaan kita
tentang hubungan antara penyakit-penyakit tersebut dengan sanitasi
lingkungan, misalnya :
a. Adanya korelasi positif antara penyakit diare dengan buruknya
sanitasi lingkungan.
b. Adanya hubungan antara penyakit campak dengan rendahnya sanitasi
lingkungan.
c. Adanya hubungan antara penyakit kulit dengan rendahnya sanitasi
lingkungan.

50
Apabila dalam pengujian statistik hipotesis-hipotesis tersebut terbukti
bermakna korelasi antara kedua variabel di dalam masing-masing
hipotesis minor tersebut, maka berarti hipotesis mayornya juga diterima.
Jadi ada korelasi yang positif antara sanitasi lingkungan dengan penyakit
menular. ( Notoatmodjo. 2012; 111).
Menurut Arikunto (2006), hipotesis nol sering juga disebut hipotesis
statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik,
yaitu diuji denganperhitungan statistik.
Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel
atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Pemberian nama hipotesis nol atau hipotesis nihil dapat
dimengerti dengan mudah karena tidak ada perbedaan antara dua
variabel.
Dengan kata lain, selisih variabel pertama dengan variabel kedua
adalah nol atau nihil.
Rumusan hipotesis nol:
a. Tidak ada perbedaan antara ..................... dengan.........
Contoh: Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat I dengan
mahasiswa tingkat II dalam disiplin kuliah.
b. Tidak ada pengaruh..................terhadap......................
Contoh: Tidak ada pengaruh jarak dari rumah ke sekolah terhadap
kerajinan mengikuti kuliah.

Dalam pembuktian, hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi Ho, agar


peneliti tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak
terpengaruh pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi ke Ha pada
rumusan akhir pengetesan hipotesis. (Arikunto. 2006; 74).

3. Hipotesis Hubungan dan Hipotesis Perbedaan


Hipotesis dapat juga dibedakan berdasarkan hubungan atau perbedaan
2 variabel alau lebih. Hipotesis hubungan berisi tentang dugaan adanya
hubungan antara dua variabel. Misalnya, ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan praktek pemeriksaan hamil. Hipotesis dapat diperjelas
lagi menjadi : Makin tinggi pendidikan ibu, makin sering (teratur)
memeriksakan kehamilannya. Sedangkan hipotesis perbedaan
menyatakan adanya ketidaksamaan atau perbedaan di antara dua

51
variabel; misalnya. praktek pemberian ASI ibu-ibu de Kelurahan X
berbeda dengan praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan Y. Hipotesis
ini lebih dielaborasi menjadi: praktek pemberian ASI ibu-ibu di
Kelurahan X lebih tinggi bila dibandingkan dengan praktek pemberian
ASI ibu-ibu di Kelurahan Y. ( Notoatmodjo. 2012; 111).

2.9 MENGUJI HIPOTESIS


Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data , bahan
pengujian hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesipulan menerima
atau menolak hipotesis tersebut.
Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hiptesis maka hipotesis
alternatif (Ha) di ubah menjadi hipotesis nol (Ho)
Untuk keperluan ini dicontohkan penerapannya pada sebuah populasi
berdistribusi normal , yang digambarkan dengan grafik seperti di bawah.
Dengan asumsi bahwa populasi tergambar dalam kurva normal . maka
jika kita menentukan taraf kepercayaan 95% dengan pengetesan 2 ekor,
maka akan tedapat dua daerah kritik, yaitu di ekor kanan dan di ekor kiri
kurva, masing masing 2 %. Penjelasan mengenai masalah ini lebih lanjut
diberikan pada langkah menarik kesimpulan
Daerah kritik merupakan daerah penolakan hipotesis (hipotesis nihil dan
daerah signifikasi. Sebaliknya daerah terletak diantara dua daerah kritis ,
yang diarsis, dinamakan daerahpenerimaan hipotesis , atau daerah non
signifikasi.
Apabila kita mengetes Z-score , dari N-120, dan dari perhitungan score
dengan rumus:
Misalnya 1,70, maka letaknya pada kurva adalah sebagai berikut:

Besarnya Z-Score 1,70 terletak di daerah penerimaan hipotesis nihil. Ini


berarti bahwa hipotesis nihil yang dirumuskan, diterima , atau dengan kata
lain hipotesis kerja ditolak.

2.10 KEKELIRUAN DALAM PENGUJIAN HIPOTESIS


Telah berkali-kali disebutkan bahwa perumusan hipotesis dilakukan
secara hati-0hati setelah peneliti memperoleh bahan yang lengkap

52
berdasarkan landasan teori yang kuat. Namun demikian rumusan hipotesis
tidak selamanya benar.
Benar dan tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan terbukti dan
tidaknya hipotesis tersebut. Mungkin seorang peneliti merumuskan hipotesis
yang isinya benar, tetapi setelah data terkumpul dan dianalisis ternyata
bahwa hipotesis tersebut ditolak, atau tidak terbukti. Sebaliknya mungkin
seorang peneliti merumuskan sebuah hipotesis yang salah, tetapi setelah
dicocokkan dengan datanya, apabila mengenai hipotesis tentang sesuatu
yang berbahaya.
Contoh.
Belajar tidak mempengaruhi prestasi. Dari data yang terkumpul memang
ternyata anak-anak yang tidak belajar dapat lulus. Maka ditarik kesimpulan
bahwa hipotesis tersebut terbukti.
Tentu saja kesimpulan ini salah menurut norma umu. Pembuktian
hipotesis mungkin benar, akibatnya bisa berbahaya apabila disimpulkan oleh
siswa atau mahasiswa bahwa tidak ada gunanya mereka belajar. Yang salah
adalah perumusan hipotesisnya. Dalam hal lain dapat terjadi perumusan
hipotesisinya benar tetapi ada kesalahan dalam penarikan kesimpulan.
Apabila terjadi hal yang demikian kita tidak boleh menyalahkan
hipotesisnya.
Kesalahan penarikan kesimpulan tersebut barangkali disebabkan karenan
kesalahan sampel, kesalahan perhitungan ada pada variabel lain yang
mengubah hubungan antara variabel belajar dan variabel prestasi yang pada
saat pengujian hipotesis ikut berperan.
Misalnya: Faktor untung-untungan, faktor soal tes yang sudah bocor,
faktor menyontek dan sebagainya.
Untuk memperjelas keterangan berikut ini disampaikan matriks macam
kekeliruan ketika membuat kesimpulan tentang hipotesis pada umumnya.
Macam Kekeliruan Ketika Membuat Kesimpulan tentang Hipotesis
Selanjutnya ditentukan bahwa probabilitas melakukan kekeliruan macam
I dinyatakan dengan (alpha), sedangkan melakukan kekeliruan macam II
dinyatakan dengan (beta). Nama nama ini akhirnya digunakan untuk
menentukan jenis kesalahan.

53
Misalnya peneliti menetapkan kesalahan = 1% berarti bahwa jika kita
menerapkan kesimpulan penelitian kita akan ada penyimpngan sebanyak
1%. Besar kecilnya risiko kesalahan kesimpulan ini tergantung dari
keberanian peneliti atau ketersediaan peneliti mengalami kesalahan tipe I.
Kesalhan tipe I ini disebut taraf signifikan pengetesan, artinya kesediaan
yang berwujud probabilitas jika hasil penelitian terhadap sampel akan
diterapkan pada populasi. Besarnya taradf signifikan ini pada umumnya
sudah diterapkan terlebih dahulu misalnya 0,15; 0,5; 0,01 dan sebagainya.
Pada umumnya untuk penelitian di bidang ilmu pendidikan digunakan
taraf signifikansi 0,05 atau 0,01 sedangkan untuk peneliti obat obatan
menyangkut jiwa manusia diambil 0,005 atau 0,001 bahkan mungkin
0,0001.
Apabila peneliti menolak hipotesis atas dasar taraf signifikansi 5% berarti
sama dengan menolak hipotesis atas dasar taraf kepercayaan 95% artinya
apabila kesimpulan tersebut diterapkan pada populasi yang terdiri dari 100
orang akan cocok untuk 95 orang dan bagi 5 orang lainnya terjadi
penyimpangan.

2.11 PENELITIAN TANPA HIPOTESIS


Apakah seua penelitian harus berhipotesis ? untuk memberikan jawaban
atas pertanyaan ini kita tdak boleh berpikir pada hal yang benar dan tidak
benar secara mutlak . ada dua alternatif jawaban dan masing masing
mendasarkan diri pada argumentasi yang kuat.
Pendapat pertama mengatakan , semua penelitian pasti berhipotesis .
semua peneliti diharapkan menentukan jawaban sementara , yang akan di uji
berdasarkan dta yang diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban
penelitan juga harus ada , dan butr butir sudah di sebut dalam problematika
maupun tujuan penelitian.
Pendapat kedua mengatakan , hipotesis hanya di buat jika yang di
permasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variable atau lebih.
Jawaban untuk satu variable yang sifatnya deskriptif, tidak perlu di
hipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih di cari dan

54
sukardi duga , tentu sukar ditebak apa saja,atau bahkan tida mungkin di
hipotesiskan.
Berdasarkan pendapat kedua ini aka mungkin sekali di dalam sebuah
penelitian , banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika
dan tujuan penelitian. Mungkin problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya
descriptif tidak diikuti dengan hipotesis , tetapi problematika nomor 3 di
hipotesiskan
Contoh:
Hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja para karyawan
kantor A
Problematika I:
Seberapa tinggi motivasi berprestasi karyawan kantor A? (tidak di
hipotesiskan)
Problematika II:
Seberapa tinggi etos kerja karyawan kantor A? (Tidak di Hipotesiskan)
Problematika III:
Apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara otivasi berprestasi dengan
etos kerja karyawan kantor A?
Hipotesis:
Ada hubungan yang tinggi antara motivasi berprestasi dengan etos kerja
karyawan A.

55
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani : hypo yang artinya di bawah, thesis
artinya pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian.
Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam
rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah- kaidah berfikir biasa, secara
sadar, teliti dan terarah. Dalam penggunaannya sehari- hari hipotesa ini
sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di
dalamnya.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta- fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Oleh karena
itu, setiap penelitian yang dilakukan memiliki suatu hipotesis atau jawaban
sementara terhadap penelitian yang akan dilakukan. Dari hipotesis tersebut
akan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan apakah hipotesis
tersebut benar adanya atau tidak benar.

3.2 SARAN
Kepada pembaca diharapkan untuk terus meningkatkan kompetensi dan
wawasan yang berhubungan dengan penelitian. Hal ini dikarenakan
penelitian merupakan cara primer manusia dalam mengembangkan kajian
ilmu.

56
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. 2006. Prosedur Oenelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi


Mahasatya

A. Muri Yusuf. 2005. Metodologi Penelitian. Padang. UNP Press

Donald, Ary, dkk ( Penterjemah Arief Furchan). 1982. Pengantar Penelitian


dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Nanang Martono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisa isi dan Analisis
data sekunder. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta

57

Anda mungkin juga menyukai