Anda di halaman 1dari 3

Penerjemahan Sebagai Proses

Group 3 :
Husna Jatsiyah ( 2111040169)
Syofia Ananda Riyansyah ( 2111040104)
Asti Aulia Ananta (2111040019)
Arif Kurnia Ramadhan (2111040133)

1. Tahapan-tahapan dalam proses penerjemahan

Sekurang-kurangnya terdapat tiga tahapan dalam proses penerjemahan yang harus


diperhatikan ketika melakukan kegiatan penerjemahan. Ketiga tahapan itu adalah analisis,
transfer, dan restrukturisasi (Nida dan Taber, 1974 33; lihat juga Munday, 2001. 40).

Analisis berkenaan dengan pemahaman teks yang diterjemahkan. Dalam tahapan ini,
penerjemah berupaya mengakrabi teks agar memudahkan dirinya untuk memenuhi
menerjemahkan.

Transfer terjadi dalam pikiran penerjemah sebagai upaya kognitif dalam pencarian padanan
Dalam tahapan ini, penerjemah memikirkan padanan yang mungkin yang bisa berterima
sebagai wujud pengalihan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Ketika
keputusan untuk pemberian padanan ini diambil, mulailah penerjemah mengalihkan pesan
secara tertulis Realisasi pesan tertulis inilah yang disebut restrukturisasi

 Tahapan proses penerjemahan

Tahapan 1 Analisis

Memahami isi teks sumber

Menelaah makna kata atau hubungan antarkata Menelaah hubungan antarbentuk tata Bahasa

Tahapan 2 Transfer

Mempertimbangkan padanan yang sesuai dari segi kebahasaan Mempertimbangkan padanan


yang sesuai dari segi budaya

Tahapan 3: Restrukturisasi

Menuliskan padanan yang sudah dipertimbangkan


Berdasarkan proses penerjemahan di atas dapat di artikan bahwa penerjemahaan tidak bisa
langsung selesai setelah sampai pada tahap restrukturisasi. Penerjemah masih harus
meninjau kembali terjemahan yang sudah diselesaikannya itu untuk melihat kekurangan-
kekurangan yang mungkin masih ada dalam terjemahannya Dalam hal ini, Bassnett (2002
24) menyebutnya sebagai proses "decoding and recoding" pesan yang terdapat dalam bahasa
sumber ke dalam pesan yang ada dalam bahasa sasaran. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa proses penerjemahan tidaklah bersifat linear, tetapi rekursif, yakni terjadi secara
berulang-ulang.

Proses rekursif dalam penerjemahan dapat dilakukan, misalnya, dengan meminta mahasiswa
mengerjakan tugas penerjemahan ke dalam beberapa buram yang masing-masing buramnya
diberikan balikan melalui penilaian sejawat antara satu mahasiswa dengan mahasiswa yang
lain (Lihat Larson, 1984: 481-483) Melalui proses rekursif yang demikian, diharapkan
pengalihan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dapat berterima, baik ditinjau
dari aspek kebahasaan ataupun kebudayaan bahasa sasaran.

2. Penerjemahan dan Penulisan

Penerjemahan dan penulisan memiliki kaitan yang erat satu sama lain Penerjemahan pada
dasarnya adalah penulisan kembali pesan yang terkandung dalam bahasa sumber ke dalam
bahasa sasaran (Lefevere, 1992 vil) Dalam penulisan kembali pesan tersebut, penerjemah
harus melakukannya dengan sekreatif mungkin (Bassnett, 2002 6).

Untuk mampu melakukan penulisan yang kreatif, seorang penerjemah harus sudah terbiasa
menulis dalam bahasa sasaran yang digunakannya dalam menyampaikan pesan dari bahasa
sumbernya. Jika tidak, pesan yang disampaikan dalam bahasa sasaran tadi tidak akan
mencapai kewajaran (Larson, 1984: 477 478). Oleh karena itu, seseorang yang
menerjemahkan teks berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia harus sudah terbiasa
menulis dalam bahasa Indonesia. Orang Indonesia asli sekalipun. Dalam kaitan ini berlaku
prinsip bahwa penerjemah yang baik lazimnya juga penulis yang baik.

 Tahapan dalam proses penerjemahan

Tahapan 1: Prapenulisan

Pemilihan topik

Pengumpulan dan penyusunan gagasan

Penentuan calon pembaca


Penentuan tujuan penulisan

Pemilihan jenis teks yang sesuai

Tahapan 2: Penulisan draf Penulisan draf kasar

Penentuan arah tulisan untuk menarik perhatian pembaca Penekanan pada isi daripada
mekanika tulisan

Tahapan 3: Perbaikan tulisan Koreksi antarsejawat

Partisipasi aktif dalam pembahasan tulisan sejawat dengan memberikan tanggapan/balikan

Perbaikan tulisan berdasarkan balikan dari sejawat dan dosen Pengutamaan pembetulan
kesalahan besar daripada kesalahan kecil antara draf pertama dan draf terakhir

Tahapan 4: Penyuntingan tulisan

Pemeriksaan tulisan untuk mengetahui masih ada atau tidaknya kesalahan

Pembetulan kesalahan-kesalahan kecil

Tahapan 5: Penyebarluasan tulisan

Penerbitan tulisan dalam bentuk yang sesuai

Penyebarluasan tulisan yang sudah jadi dengan sidang pembaca

Dalam tahapan analisis dan transfer, yang cocok dengan cara sang penerjemahan untuk
mengalihkan pesan yang terkandung dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Dalam
kaitan ini, penerjemah akan mempertimbangkan kata atau ungkapan apa yang cocok untuk
dijadikan padanan atas pesan yang terdapat dalam bahasa sumber.

Dalam tahapan restrukturisasi, penerjemah berupaya untuk menyelesaikan terjemahannya,


setidak-tidaknya dalam bentuk kasar Draf awal yang sudah diselesaikannya tersebut dapat
ditelaahnya kembali untuk meyakinkan apakah pemadanan yang diberikan sudah betul dan
berterima bagi pembaca bahasa sasaran.

Dalam hal ini, prinsip yang harus dikedepankan adalah semakin banyak pihak lain memberi
masukan terhadap terjemahan, akan semakin baik buat terjemahan tersebut. Balikan-balikan
yang diperoleh dari sejawat dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penerjemahnya untuk
memperbaiki atau merevisi terjemahannya. Dalam kaitan ini, revisi yang dilakukan dapat
melibatkan revisi besar yang mencakup aspek ketepatan, kejelasan, dan kewajaran dan revisi
kecil yang mencakup pembetulan penggunaan mekanika penulisan yang terdapat dalam
terjemahan, seperti penggunaan canda baca, huruf besar dan kecil. dan ejaan yang dapat
mengganggu keterbacaan suatu terjemahan.

Anda mungkin juga menyukai