Anda di halaman 1dari 23

i

LAPORAN HASIL PENELITIAN


PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
DI SDN 01 KALIMANTAN KECAMATAN PALOH
KABUPATEN SAMBAS
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
pembelajaran kelas rangkap

Tutor Pembimbing Eswandi,S.Pd, M.Pd


Disusun oleh :
AMI MAYUNI
NIM. 836978233
POKJAR SIGAP SAMBAS

MAHASISWA S.1 PGSD


UNIVERSITAS TERBUKA-UPBJJ PONTIANAK
POKJAR SIGAP KABUPATEN SAMBAS
TAHUN 2021.1
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Ta’ala atas rahmat serta petunjuk-Nya sehingga
saya bisa menyelesaikan laporan hasil observasi yang telah terlaksana di SD
Negeri 1 Kalimantan Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas . Di mana dalam
pelaksanaan observasi, saya mendapat tambahan pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan mengenai bagaimana pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap di
SD. Selain itu, pengalaman saya juga bertambah bahwa ternyata dalam
pelaksanaan PKR tidaklah mudah, guru harus bisa membagi waktu untuk
melaksanakan pembelajaran di 2 kelas atau lebih, 2 ruang kelas yang berbebeda,
bahkan dengan mata pelajaran yang berbeda pula.
Kegiatan yang saya laksanakan ini tidak lepas dari bimbingan berbagai
pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tutor Pembimbing Pembelajaran Kelas Rangkap, Bapak Eswadi,S.Pd.
M.Pd
2. Kepala SDN 01 Kalimantan,
3. Guru SDN 01 Kalimantan,
Dalam penyusunan laporan hasil observasi ini saya telah berupaya sekuat
tenaga dan semampu saya. Namun, saya tetap menyadari bahwa hasil laporan ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat
saya harapkan demi peningkatan kualitas kerja saya di waktu mendatang.
Harapan saya, mudah-mudahan laporan hasil observasi ini mempunyai dan
manfaatnya.

Kalimantan, 06 Juni 2021

Peneliti

Ami Mayuni
iii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
E. Tempat Pelaksanaan ............................................................................. 4
F. Waktu Pelaksanaan ............................................................................. 4
G. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 5
BAB III HASIL PENELITIAN ................................................................... 12

BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 32


Simpulan .................................................................................................... 32
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap warga negara berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak,
demikian dalam undang-undang yang kita miliki dikatakan. Pendidikan yang
layak terjadi sampai pada tingkatan yang paling kecil yaitu pembelajaran di
dalam kelas, artinya bagi semua warga Indonesia yang belum masuk ataupun
sudah berada dalam sistem pembelajaran di kelas memiliki hak yang sama untuk
memperoleh pembelajaran yang layak.
Pembelajaran yang layak adalah pembelajaran yang dilakukan dengan
memenuhi standar minimal pembelajaran yang harus terjadi di dalam kelas, ada
kelas, ada guru, ada bahan ajar, Pembelajaran dapat berjalan dengan baik ketika
memiliki kelengkapan komponen pembelajaran, bagaimana pembelajaran bisa
berjalan baik dan efektif, jika gurunya saja tidak lengkap, apalagi para murid
tidak mempunyai buku-buku yang diperlukan.
Jika murid-murid pada setiap kelas hanya sedikit, bagaimana guru dapat
mengoptimalkan pembelajaran, tanpa mengurangi nilai keberadaan tenaga guru.
Salah satu pendekatan/model yang dapat di kembangkan untuk menanggulangi
permasalahan tersebut adalah melalui Pembelajaran Kelas Rangkap.
Permasalahan lainnya dalam pola pembelajaran dengan tingkatan kelas sekarang
terutama untuk sekolah-sekolah yang terbatas dari komponen guru, siswa,
pembiayaan, sarana dan prasarana adalah terpasilitasinya setiap kemampuan dan
minat anak untuk mata pelajaran tertentu.Pembelajaran kelas rangkap
merupakan suatu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru
mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam waktu yang sama, dan
menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. PKR juga mengandung
arti bahwa, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dan
menghadapi murid-murid dengan kemampuan belajar yang berbeda.
Dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, tidak selamanya guru SD
atau guru kelas bisa terus mengajar. Ada kalanya, guru tersebut ada halangan
yang menyebabkannya tidak bisa hadir menjalankan tugasnya sebagai guru yaitu
2

melaksankan pembelajaran di sekolah. Akibat kekurangan guru mungkin saja


akan menghambat pelaksanaan dan hak murid.
Maka dari itu, pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap tidak bisa
dihindarkan. Untuk memenuhi hak siswa mendapatkan pembelajaran yang
semestinya. Pembelajaran harus tetap berlangsung. Guru akan mendapatkan
pemahaman bahwa PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan tersebut harus
dihadapai sebagai tugas guru SD. Di samping itu PKR, bukan saja sekedar
kenyataan yang harus dihadapi oleh guru, tetapi PKR juga mempunyai beberapa
kelebihan yang tidak dimiliki oleh guru yang tidak mengajar di kelas rangkap.
Dalam laporan ini akan dibahas dari teori mengenai PKR dengan
pelaksanaan PKR di lapangan. Meskipun tidak berada di daerah terpencil
ternyata pelaksanaan PKR masih dibutuhkan. Kita akan melihat bagaimana
pelaksanaan PKR pada daerah yang ternyata kondisi sekolahnya masih bagus.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud pembelajaran PKR menurut guru SDN 01
Kalimantan?
2. Bagaimanakah model dan prinsip pengelolaan PKR di SDN 01
Kalimantan?
3. Bagaimanakah pengelolaan kelas dalam PKR di SDN 01 Kalimantan?
4. Bagaimanakah pengelolaan murid PKR di SDN 01 Kalimantan?
5. Bagaimanakah disiplin kelas dalam menerapkan PKR di SDN 01
Kalimantan?
6. Apakah keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dalam di
SDN 01 Kalimantan?
7. Bagaimanakah penyusunan rencana pembelajaran kelas rangkap (RPKR)
di SDN 01 Kalimantan?
8. Bagaimanakah penilaian dalam pembelajaran kelas rangkap (PKR) di SDN
01 Kalimantan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna dari pembelajaran PKR menurut guru SDN 01
Kalimantan.
3

2. Untuk menggambarkan model dan prinsip pengelolaan PKR di SDN 01


Kalimantan.
3. Untuk menggambarkan pengelolaan kelas dalam PKR di SDN 01
Kalimantan
4. Untuk menggambarkan pengelolaan murid PKR di SDN 01 Kalimantan
5. Untuk menggambarkan disiplin kelas dalam menerapkan PKR di SDN 01
Kalimantan
6. Untuk menggambarkan keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan dalam di SDN 01 Kalimantan
7. Untuk mengetahui penyusunan rencana pembelajaran kelas rangkap di SDN
01 Kalimantan
8. Untuk mengetahui penilaian dalam PKR di SDN 01 Kalimantan
D. Manfaat Penelitian
1. Memberi gambaran mengenai bagaimana pelaksanaan PKR di lapangan.
2. Memberikan pengetahuan bagaimana suatu sekolah menerapkan pendekatan
dan pola pembelajaran kelas rangkap
3. Memberikan gambaran pengelolaan kelas dan kegiatan pembelajaran
pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap.
4. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa PGSD sebagai calon guru agar
lebih professional ketika terjun ke sekolah dan melakukan pembelajaran
kelas rangkap.
E. Tempat Pelaksanaan
Kegiatan penelitian dilakukan di SDN 01 Kalimantan yang berada di
Dusun Setia RT 4/RW 01, Desa Kalimantan, Kecamatan Paloh, Kabupaten
Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.
F. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Penelitian dilaksanakan di SDN 01 Kalimantan pada hari Kamis
27 Mei 2021
G. Metode Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan penelitian di SDN 01 Kalimantan, saya memperoleh
data sebagai bahan laporan observasi melalui metode wawancara, yaitu metode
4

pengumpulan data dengan cara tanya jawab dengan pihak terkait sehubungan
data yang akan diambil. Kegiatan wawancara dilakukan oleh penliti kepada
salah seorang guru kelas IV di SDN 01 Kalimantan.
5

BAB II
LANDASAN TEORI
A. PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
PKR adalah suatu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang
guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam waktu yang sama, dan
menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda.
Ciri-ciri pembelajaran kelas rangkap (PKR) adalah:
1. Seorang guru
2. Menghadapi dua kelas atau lebih yang berbeda kemampuan.
3. Membimbing belajar dalam satu mata pelajaran/topik atau lebih
4. Dalam satu atau lebih dari satu ruangan
5. Pada jam pelajaran yang bersamaan
Ada beberapa alasan penting perlunya PKR dilaksanakan, yaitu:
1. Alasan Geografis
2. Alasan Demografis
3. Kekurangan Guru
4. Keterbatasan Ruang Kelas
5. Kehadiran guru
Tujuan, fungsi, dan manfaat PKR dapat kita kaji dari aspek berikut.
1. Kuantiti (jumlah) terbatas dan ekutiti (pemerataan) layanan
pendidikan.
2. Ekonomis anggaran biaya
3. Pedagogis untuk meningkatkan kemandirian murid.
4. Keamanan karena sekolah mudah dijangkau oleh anak.
Prinsip umum PKR adalah kegiatan belajar terjadi dengan atau tanpa guru
dalam berbagai situasi. PKR mempunyai prinsip khusus sebagai berikut.
1. Keserempakan Kegiatan Pembelajaran
2. Kadar Waktu Keaktifan Akademik (WKA) tinggi.
3. Kontak Psikologis guru dan murid yang berkelanjutan
4. Pemanfaatan Sumber Secara Efisien
6

B. MODEL DAN PRINDIP PENGELOLAAN PKR


Tiga model pembelajaran kelas rangkap dan pengelolaannya sebagai
berikut.
1. Model PKR 221
Seorang guru mengajar dua kelas misalkan kelas 5 dan kelas 6,
dengan dua mata pelajaran IPS dan IPA, dalam satu ruangan.
2. Model PKR 222
Guru menghadapi dua kelas, roses pembelajaran berlangsung dalam
dua ruangan berdekatan yang berhubungan dengan pintu, dan pada dua
mata pelajaran yang berbeda.
3. Model PKR 333
Guru menghadapi tiga kelas untuk mengajarkan tiga mata pelajaran
dalam tiga ruangan. Guru harus memiliki daya gerak paedagogis tinggi
karena pengelolaannya yang rumit.
Prinsip-prinsip didaktik-metodik dan prosedur dasar PKR adalah:
1. Konsep-konsep pembelajaran yang relevan dan perlu diterapkan dalam
PKR sehingga membentuk suatu sistem.
2. Keterampilan prosedural pembelajaran, khususnya berkenaan hal berikut.
a. Membuka Pelajaran
Hal ini berkenaan bagaimana guru menciptakan interaksi belajar-
mengajar yang berhasil, menarik dan menyenangkan.
b. Menutup Pelajaran
Untuk menutup pelajaran sebaiknya dilakukan secara bersama-
sama dimana semua murid dari kelas yang dirangkap hadir dalam
satu ruangan atau satu tempat.
c. Mendorong Belajar Aktif dan Membiasakan Belajar Mandiri
Proses pembelajaran yang baik adalah proses yang memungkinkan
murid belajar secara mandiri. Agar murid aktif, guru PKR perlu
menguasai keterampilan berikut:
1) Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
7

2) Mengajar kelompok kecil dan perorangan


3) Mengadakan Variasi media, dumber, dan pola interaksi
4) Mengelola Kelas PKR dengan Baik
Keterampilan mengelola kelas mencakup kemampuan guru untuk:
a. Menciptakan dan memelihara situasi kelas yang optimal
b. Mengendalikan kondisi belajar yang optimal.
C. PENGELOLAAN KELAS DALAM PKR
1. Penataan ruang kelas
a. Papan tulis
b. Bangku dan kursi
c. Meja guru
d. Sudut aktivitas
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Daerah pajangan
b. Kemudahan bergerak
c. Sinar atau cahaya
d. Panas dan ventilasi
2. Pengaturan denah
Guru PKR perlu memperhatikan pengaturan untuk membantu guru
melakukan supervise dan umpan balik secara individual.
3. Mengatur pajangan
Pajangan dapat berbentuk gambar, grafik, hasil karya murid yang
mengandung pesan kependidikan. Kelas tanpa pajangan akan tampak kosong
dan menyedihkan.
D. PENGELOLAAN MURID
Kelompok belajar adalah sekumpulan murid (5-6 orang) yang
diorganisasiakn untuk mencapai tujuan belajar secara bersama dan dalam waktu
yang telah ditetapkan (dimodifikasi dari J. Snyder, 1986 : 211). Yang perlu
diperhatikan dalam hal ini adalah.
1. Pembentukan kelompok belajar
a. Kelompok belajar berdasarkan persamaan kemampuan.
8

b. Kelompok berdasarkan kemampuan yang berbeda.


c. Pengelompokan Sosial
2. Merencanakan Kegiatan Kelompok Belajar
Merencanakan kegiatan dalam kelompok merupakan suatu keharusan, agar
kelompok tersebut berhasil dan dapat menentukan waktu dan program yang
tepat..
3. Meningkatkan keterampilan belajar kelompok
Morris(Cohen, 1986) memberikan ilustrasi tentang jenis keterampilan yang
diperlukan sebagai panduan agar semua murid aktif berpartisipasi.
4. Memaksimalkan pemanfaatan sumber belajar
Sekolah dan guru dapat berhubungan dengan lingkungannya, dan sumber
belajar yang lain yang dapat digunakan.
5. Lembar Kerja Murid
LKM ini berisi tuntunan langkah-langkah dalam melakukan pengamatan,
percobaan, demonstrasi atau simulasi.
6. Memanfaatkan Pusat Sumber Belajar
Pusat Sumber Belajar (PSB) adalah cara yang baik untuk memantapkan dan
memperkaya belajar murid-murid.
7. Tutor sebagai organisator kelas
Apabila tutor dipilih dari murid, tentu saja murid yang lebih pandai dari
murid lain, meskipun begitu bukan berarti harus murid yang paling pandai.
E. DISIPLIN KELAS
Disiplin kelas adalah guru menciptakan aturan dan kegiatan agar murid
terikat oleh kegiatan belajar sehingga mereka tidak sempat lagi melakukan
kegiatan-kegiatan yang mengganggu ketertiban dan disiplin kelas.
1. Aturan Rutin Kelas (ARK)
Aturan Rutin Kelas (ARK) adalah aturan-aturan dan prosedur yang
dirumuskan oleh guru serta dimengerti oleh murid, untuk mengatur kegiatan
dan perilaku sehari-hari(Ian Collingwood, hal. 79), terutama dalam kegiatan
belajar.
Berikut ini contoh ARK bagi guru.
9

a. Papan tulis harus sudah dibersihkan sebelum pelajaran dimulai.


b. Memeriksa persediaan kapur tulis, penggaris dan penghapus.
c. Sumber bahan disiapkan.
d. Tutor
ARK yang efektif adalah yang memungkinkan murid untuk dapat
memulai
kegiatannya secara cepat dan terarah. Murid sudah mengetahui apa
yang harus mereka lakukan dan kerjakan, tugas Anda selanjutnya untuk
memotivasi belajar murid.
2. Kegiatan Siap (KS)
Kegiatan siap adalah suatu kegiatan yang sudah disiapkan guru jauh
sebelumnya, dan apabila ditemukan masalah maka KS dapat digunakan. Berikut
ini adalah KS yang dapat digunakan dalam kelas PKR, apabila murid telah
menyelesaikan suatu pelajaran, sementara perhatian guru masih pada murid lain
yang selesai, maka murid ini sudah mengetahui apa yang harus mereka lakukan.
3. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Winataputra (1999) menyebutkan bahwa bila dirinci sumber belajar
meliputi :
a. Lingkungan sosial atau manusia
b. Lingkungan hidup seperti flora dan fauna
c. Lingkungan alam seperti tanah, air, udara, awan, hujan
d. Lingkungan budaya seperti pranata sosial, pengetahuan, dan teknologi
e. lingkungan religius seperti kitab suci dan acara keagamaan
F. KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN
PERORANGAN DALAM PKR
Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru
membimbing murid dalam belajar secara kelompok dengan jumlah berkisar
antara 3 hingga 5 orang atau paling banyak 8 orang untuk setiap kelompoknya.
Keterampilan dalam pengajaran perorangan atau pengajaran individual
adalah kemampuan guru dalam membimbing murid dalam belajar secara
10

individual terutama bagi murid yang mengalmi kesulitan belajar atau


bermasalah.
Penggunaan variasi pengorganisasian dimaksudkan agar murid terhindar
dari perasaan jenuh dan membosankan, yang menyebabkan perasaan malas
menjadi muncul. Dalam mengorganisasi sepantasnya tidak monoton. Variasi
pengorganisasian mencakup :
1. Variasi pengelompokan murid
a. Pengelompokan murid berdasarkan rombongan belajar
b. Pengelompokkan murid berdasarkan kesamaan kemampuan
c. Pengelompokan murid berdasarkan kemampuan campuran
d. Pengelompokkan murid berdasarkan kesamaan usia
e. Pengelompokkan berdasarkan kompatibilitas murid
f. Pengelompokkan murid sesuai kebutuhan pembelajaran
2. Variasi penataan ruang
Penataan ruangan dalam hal ini tempat duduk murid dapat papan tulis
diatur atas dasar kemudahan guru dalam mengelola secara bergilir kedua atau
ketiga ruangan tersebut.
3. Variasi sumber belajar
Sumber belajar mencakup segala sesuatu seperti manusia, benda, alam
sekitar, masyarakat, kepustakaan, dan hasil kebudayaan yang berpotensi
memberi informasi.
4. Variasi model implementasi
Dalam model 1 ini, setelah pertemuan kelas, murid diberikan kesempatan
untuk memilih kegiatan dengan bekerja dalam kelompok atau bekerja secara
perorangan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengajar kelompok kecil dan
perorangan.
1. Pembelajaran dilakukan berdasarkan perbedaan individual
2. Memperhatikan dan melayani kebutuhan murid
3. Mengupayakan proses belajar mengajar yang aktif dan efektif
4. Merangsang tumbuh-kembangnya kemampuan optimal murid
11

5. Pergeseran dari pengajaran klasikal ke pengajaran kelompok kecil dan


perorangan.
6. Langkah pengajaran kelompok kecil dan perorangan
7. Menggunakan berbagai variasi dalam pengorganisasiannya
G. MENYUSUN RENCANA PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
(RPKR)
Proses belajar yang efektif dan bermakna dapat terjadi dalam situasi
pembelajaran merangkap kelas jika seorang guru melakukan perencanaan yang
baik. Dalam perencanaan ini tercakup serangkaian kegiatan yaitu menggukan
Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), merumuskan tujuan belajar,
memilih bahan belajar, dan menyusun rancangan kegiatan belajar.
Rancangan kegiatan pembelajaran adalah kerangka piker yang melukiskan
bentuk penataan interaksi guru-murid-sumber belajar dalam rangka pencapaian
tujuan belajar. Pengaturan interaksi ini mencakup urutan prosedur atau langkah
yang akan dilalui oleh guru dan murid sert jenis dan bobot isi kegiatan yang
akan berlangsung pada setiap langkah prosedur tersebut.
Bruce Joyce dan Marsha Weil tahun 1986 menyebut rancangan ini dengan
istilah ‘’model’’. Sebanyak empat kelompok besar model pembelajaran yakni;
Model Pengolahan Informasi, Model Sosial, Model Personal, dan Model
Pengubahan Perilaku
diperkenalkan dalam bukunya. Hampir semua model tersebut dirancang
untuk
pembelajaran kelas tunggal, namun dalam banyak hal dapat disesuaikan
untuk PKR.
H. PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP (PKR)
Dalam penilaian kelas, guru perlu memperhatikan prinsip : valid, edukatif,
obyektif
transparan, berkesinambungan, menyeluruh, dan bermakna.
12

BAB III
HASIL OBSERVASI
A. PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
Ketika peneliti bertanya kepada guru kelas IV tentang PKR, beliau tidak
mengetahui apa yang hakikat atau yang dimaksud Pembelajaran Kelas Rangkap
(PKR) dan pelaksanaanya. Namun, setelah peneliti menjelaskan sedikit ilustrasi
mengenai pembelajaran kelas rangkap akhirnya guru tersebut paham mengenai
PKR.
Pelaksanaan PKR di SDN 01 Kalimantan tidak setiap hari dilakukan.
Mengingat daerahnya juga bukan daerah terpencil dengan jumlah guru yang
cukup serta ruang kelas yang cukup pula untuk menampung semua murid.
Guru-guru di SDN 01 Kalimantan, mayoritas sudah golongan IVA namun
tidak pernah ada guru yang cuti karena sakit . Namun, kadang-kadang guru juga
melaksanakan pembelajaran kelas rangkap. Hal ini disebabkan hal-hal berikut:
1. Guru kelas tersebut melaksanakan Pendidikan Latihan dan Profesi Guru
(PLPG) seperti bulan Mei lalu
2. Mengikuti penataran tematik
3. Mengikuti penataran koperasi
4. Ada guru yang keluarganya sakit atau meninggal dunia.
5. Guru mengikuti latihan menyanyi di kecamatan
6. Guru mengikuti rapat BOS
Tujuan pelaksanaan PKR di SDN 01 Kalimantan adalah karena guru kelas
tersebut berhalangan hadir seperti yang telah dikemukakan di atas. Bukan berarti
pembelajaran juga tidak ada. Maka, agar pembelajaran tetap berlangsung seperti
sebagaimana mestinya, guru yang hadir/guru lain perlu menerapkan PKR, yaitu
dengan mengajar kelasnya sendiri dan mengajar kelas yang ditinggalkan guru
tersebut.
Prinsip umum PKR adalah kegiatan belajar terjadi dengan atau tanpa guru
dalam berbagai situasi namun guru sudah memberikan bimbingan dan apa yang
harus dilakukan murid sebelum kelas tersebut ditinggalkan untuk mengajar di
kelas lain.
13

PKR mempunyai prinsip khusus sebagai berikut.


1. Keserempakan Kegiatan Pembelajaran
Dalam waktu yang sama guru di SDN 01 Kalimantan melaksanakan
pembelajaran meskipun pada ruang kelas dan tingkatan kelas yang berbeda.
Dengan kata lain, guru harus berpindah-pindah ruangan.
2. Kadar Waktu Keaktifan Akademik (WKA) tinggi.
Hal inilah yang sulit dilakukan guru di SDN 01 Kalimantan ketika melaksanakan
PKR. Guru kurang maksimal dalam memanfaatkan waktu terutama ketika harus
berpindah-pindah ruang, tentu saja hal ini akan memakan waktu pula.
3. Kontak Psikologis guru dan murid yang berkelanjutan
Kontak psikologis tidak selamanya dapat dilakukan ketika pembelajaran
berlangsung. Guru harus membagi waktu dengan murid dalam 2 ruang kelas
dengan tingkatan kelas yang berbeda.
4. Pemanfaatan Sumber Secara Efisien
Ketika mengajar kelas yang lain atau kelas yang bukan tanggung jawabnya, guru
memakai buku LKS saja sebagai sumber belajar. Murid mengerjakan soal-soal
yang ada di dalam LKS sesuai materi yang harus dipelajari.
B. MODEL DAN PRINDIP PENGELOLAAN PKR
Model PKR yang guru terapkan tidak selalu sama, karena
kadang-kadang hari ini ada satu guru yang tidak masuk, tetapi kadang ada dua
guru, tiga guru, bahkan ada empat guru yang tidak masuk karena ada alasana
tertentu. Maka, model yang dipilih pun juga bervariasi atau berbeda-beda setiap
melaksanakan PKR.
Dengan adanya beberapa alasan yang telah dikemukakan di atas,
maka pembelajaran kelas rangkap pun perlu diterapkan agar pembelajaran dan
materi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum bisa dikuasai murid. Model PKR
yang pernah dilaksanakan yaitu Model 221, Model 222. Bahkan ada guru yang
pernah melaksanakan PKR pada 4 kelas sekaligus. Karena guru tersebut ada
kepentingan:
1. Dua guru kelas sedang mengikuti latihan menyanyi (guru kelas 1 dan kelas
3)
14

2. Satu guru kelas mengikuti rapat BOS (kelas 5)


3. Satu kelas yang dikelola adalah kelas sendiri (kelas 4).
Namun, guru tetap santai dengan hal tersebut. Dalam pelaksanaan PKR
guru menjelaskan sedikit mengenai materi yang akan dipelajari, kemudian
memberinya tugas. Tugas ini misalnya mengerjakan soal-soal dalam buku LKS.
Kemudian, guru berpindah ke kelas lain dan melakukan hal yang sama, yaitu
menerangkan sebentar lalu menyuruh murid mengerjakan soal-soal dalam LKS.
Prinsip-prinsip didaktik-metodik dan prosedur dasar PKR adalah:
1. Konsep-konsep pembelajaran yang relevan dan perlu diterapkan dalam PKR
sehingga membentuk suatu sistem. Pelaksanaan PKR dilakukan sesuai materi
pemeblajaran pada hari itu juga sehingga adanya kesinambungan ketika
pembelajaran dilakukan guru sendiri atau guru PKR lain.
2. Keterampilan prosedural pembelajaran, khususnya berkenaan hal berikut.
a. Membuka Pelajaran
Guru sudah melakukan dengan baik ketika melaksanakan PKR meskipun
dalam ruangan kelas yang berbeda.
b. Menutup Pelajaran
Untuk menutup pelajaran tetap dilaksanakan pada ruangan yang berbeda
pula seperti saat membuka pembelajaran.
c. Mendorong Belajar Aktif dan Membiasakan Belajar Mandiri
Murid diarahkan untuk belajar mandiri karena memang pembagian perhatian
dari guru kepada murid tidak maksimal seperti ketika hanya mengajar dalam
satu kelas.
d. Mengelola Kelas PKR dengan Baik
Meskipun pembelajaran sudah terlaksana, namuan untuk mengelola kelas
PKR kurang baik mengingat pelaksanaan PKR tidak dilakukan setiap hari.
Murid sering ramai sendiri di kelas karena tidak ada pengawasan dari guru.
Inilah yang menjadi hambatan guru dalam melaksanakan PKR.
C. PENGELOLAAN KELAS DALAM PKR
1. Penataan ruang kelas
15

Tidak ada perubahan antara penataan kelas PKR atau pun dengan penataan
kelas nonPKR. Bentuk kelas pun juga biasa. Daerah pajangan yang ada di
dinding pun tidak berubah. Termasuk papan tulis, ventilasi, dan arah
datangnya sinar matahari.
2. Pengaturan denah
Tempat duduk murid tidak berubah, masih berbentuk kotak. Kecuali ketika
melaksankan kegiatan pembelajaran kelompok, maka tempat duduk bisa
berubah agar mudah melaksanakan kegiatan diskusi.
3. Mengatur pajangan
Pajangan dapat berbentuk gambar, beberapa materi tentang pelajaran, dan hasil
karya murid yang sangat bermakna.
D. PENGELOLAAN MURID
Pengelompokkan murid dilaksanakan dengan teman sebangku atau dengan
teman yang berada di bangku dekatnya. Hal ini agar tidak membuang banyak
waktu. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah.
1. Pembentukan kelompok belajar
Biasanya pembentukan kelompok dilaksanakan dengan teman yang berada
di dekatnya.
2. Merencanakan Kegiatan Kelompok Belajar
Kegiatan kelompok belajara sudah direncanakan guru, sehingga murid siap
mengerjakannya secara bersama-sama.
3. Meningkatkan keterampilan belajar kelompok
Guru memberikan stimulus agar murid aktif. Ketua kelas dapat diberi
tanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan kelompok jika ada
murid yang mengganggu kelompok lainnya.
4. Memaksimalkan pemanfaatan sumber belajar
Guru kurang mampu memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
Ketika melaksanakan PKR, murid hanya terpaku dalam mengerjakan soal-
soal yang terdapat dalam LKS.
5. Lembar Kerja Murid
16

Guru kurang kreatif dalam membuat dan memodifikasi LKM/LKS agar


pembelajaran menyenangkan, murid mengerjakan LKM yang terdapat
dalam buku saja dan terpaku duduk di kursi saja.
6. Memanfaatkan Pusat Sumber Belajar
Yang menjadi pusat sumber belajar adalah buku LKS, buku paket, dan guru
sendiri. Namun, dalam pelaksanaan PKR guru saja tidak bisa menjadi
panutan dalam pembelajaran, mengingat guru tidak selamnya berada di
kelas tersebut.
7. Tutor sebagai organisator kelas
Tutor yang dipilih adalah murid yang pandai, yang memiliki kemampuan
lebih dibandingkan dengan murid yang lain untuk membantun temannya
belajar.
Hambatan yang ditemui guru ketika melaksanakan pembelajaran kelas
rangkap adalah murid akan sering rame, bermain sendiri di kelas, dan tidak
memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru pengganti. Mungkin hal itu
disebabkan karena murid tidak terbiasa diajar oleh guru tersebut sehingga
suasana belajar terlihat aneh atau tidak biasa. Kalau ramai sendiri di kelas, hal
ini sudah biasa karena tidak ada guru yang menunggui murid dalam satu kelas.
Kalau guru menunggui satu kelas saja, bagaimana keadaan murid yang lain?
Maka, guru harus membagi perhatian kepada masing-masing kelas yang
diajarnya.
E. DISIPLIN KELAS
Tidak ada disiplin kelas khusus yang diberikan guru dalam melaksankan
PKR. Hanya aturan lisan saja agar murid mengerjakan soal LKS atau belajar
mandiri.
1. Aturan Rutin Kelas (ARK)
Aturan Rutin Kelas (ARK) memang ada, namun hal aturan ini tidak
dikhususkan ketika pelaksanaan PKR saja. Pembelajaran hari biasa juga
ada.
Berikut ini contoh ARK di SDN 01 Kalimantan.
a. Murid melaksanakan tugas piket dan membersihkan papan tulis.
17

b. Murid membaca surat pendek dalam Al-Qur’an sekitar 10 menit


pertama setelah bel berbunyi dan masuk kelas. Kegiatan ini dibimbing
oleh temannya atau kakak kelas.
ARK sudah berjalan dengan efektif karena murid sudah mengetahui
apa yang harus mereka lakukan dan kerjakan, dan memotivasi guru
serta pertanyaan langsung dari guru mengenai pelaksanaan ARK
tersebut.
2. Kegiatan Siap (KS)
Tidak ada agenda khusus dlaam kegiatan siap. Jika ternyata murid telah
selesai mengerjakan tugasnya, maka ia diminta mereview atau mengecek
kembali kebenaran jawabannya. Atau mungkin membaca buku-buku
tertentu.
3. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Sumber belajar dipahami atau dijelaskan secara abstrak atau secara
tidak langsung. Murid tidak mengetahui keadaan yang diterangkan secara
nyata. Murid diberi pertanyaan untuk menghubungkan materi yang akan
dipelajari dengan pengalaman murid. Apalagi dalam PKR, murid akan minim
memanfaatkan sumber belajar.
F. KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN
PERORANGAN DALAM PKR
Keterampilan mengajar kelompok kecil sangat penting dilaksanakan dalam
PKR. Apalagi bimbingan dan perhatian guru dalam pelaksanaan PKR, hanya
sedikit saja. Maka, melalui kelompok kecil ini, siswa akan lebih mudah
mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru juga akan lebih mudah menyampaikan
materi pembelajaran dengan adanya kelompok kecil ini. Teman dari kelompok
dapat membantu siswa sebagai tutor sebaya.
Keterampilan dalam pengajaran perorangan atau pengajaran individual
dilakukan apabila siswa memiliki kesulitan belajar. Guru memberikan
pengertian dan membantu siswa untuk memahami materi dan mengatasai
masalah siswa yang lain.
18

Penggunaan variasi pengorganisasian diperlukan agar siswa tetap


semangat dalam mengkuti pembelajaran. Hal ini juga akan membawa siswa
dalam belajar dengan keadaan dan situasi yang baru. Variasi pengorganisasian
mencakup :
1. Variasi pengelompokan murid
Pengelompokan murid juga perlu divariasi agar siswa bisa saling bertukar
pikiran dengan teman yang berbeda-beda. Lebih akrab dengan teman-
teman yang lain.
2. Variasi penataan ruang
Penataan ruangan tidak dilakukan secara variasi. Setiap siswa hanya duduk
pada tempat yang sama baik dalam pelaksanaan PKR atau pun hanya
pembelajaran biasa.
3. Variasi sumber belajar
Yang menjadi sumber belajar adalah perpustakaan, lingkungan sekolah,
dan juga buku-buku dalam perpustakaan sekolah. Semua itu dapat
dimanfaatkan siswa untuk menunjang pembelajaran yang lebih efektif dan
bermakna.
3. Variasi model implementasi
Meskipun pelaksanaan PKR tidak setiap hari, guru juga perlu mengadakan
variasi model pembelajaran sehingga siswa tidak bosan dengan kegiatan
yang monoton.
G. MENYUSUN RENCANA PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
(RPKR)
Penyususnan RPP PKR tidak jauh berbeda dengan penyususnan RPP pada
pembelajaran biasa. Meskipun pada kenyataannya guru tidak selalu membuat
RPP dalam setiap melaksanakan kegiatan pembelajaran. Begitu juga dalam
pelaksanaan PKR, guru dapat mengajar beberapa kelas tanpa mempelajari
bahkan tanpa membuat RPP. RPP didapat dengan membelinya di toko atau
membuat sendiri hanya ketika ada peninjauan dari Dinas pendidikan.
Dalam melaksanakan pembelajaran kelas rangkap, guru tidak
mempersiapkan RPP terlebih dahulu. Jangankan untuk PKR, dalam pelaksanaan
19

pembelajaran sehari-hari saja guru tidak membuat RPP. RPP baru akan dibuat
apabila ada tinjauan dari dinas pendidikan.
Meskipun sudah mnegetahui akan melaksanakan PKR, guru tidak perlu
mempersiapkan pembelajaran yang berarti. Guru bisa bertanya kepada murid
sampai sejauh mana materi pelajaran telah dipelajari atau dibahas oleh guru yang
tidak masuk tersebut. Kadang-kadang, guru juga bertanya kepada guru kelas
yang bersangkutan untuk bertanya tentang materi pelajraran yang harus
diajarakan.
H. PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP (PKR)
Penilaian dilaksanakan dengan mengerjakan soal-soal evaluasi dalam buku
LKS. Kemudian, guru membahas hasil kerja siswa atau hanya
memberikan/menuliskan kunci jawaban di papan tulis selanjutnya siswa
menukarkan lembar jawab dengan teman yang lain selanjutnya dicocokkan
dengan kunci jawaban.
Jika tidak ada waktu untuk mencocokkan hasil kerja siswa, maka soal akan
dicocokkan oleh guru kelasnya sendiri ketika sudah hadir. Atau dicocokkan oleh
guru PKR pada pertemuan selanjutnya. Karena mungkin saja waktu yang
digunakan dalam pelaksanaan PKR yang kurang.
20

BAB IV
PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, pelaksanaan
PKR SDN 01 Kalimantanadalah sebagai berikut.
1. Guru sudah melaksanakan PKR namun secara teori ternyata guru kurang
memahaminya.
2. Model PKR yang sering digunakan yaitu 222, namun guru juga pernah
melaksanakan PKR dalam 4 kelas dengan mata pelajaran yang berbeda
dengan ruangan yang berbeda.
3. Guru kurang mampu dalam pengelolaan kelas PKR, kurang mampu
memanfaatkan WKA.
4. Pengelolaan murid PKR di SDN 01 Kalimantan kurang optimal, siswa
hanya terpaku dalam mengerjakan soal-soal dalam buku LKS saja.
5. Disiplin kelas dalam menerapkan PKR sudah cukup baik, murid sudah
mampu mandiri.
6. Keterampilan mengajar kelompok kecil dengan teman bangku yang berada
di dekatnya sedangkan untuk mengajar perorangan dilakukan saat ada siswa
yag mengalami kesulitan belajar atau suatu masalah yang berdampak dalam
pembelajaran.
7. Penyusunan rencana RPP PKR tidak berbeda dengan RPP biasa, dengan
kata lain tidak ada penggabungan pembuatan RPP dalam PKR.
8. Penilaian dalam PKR dilaksanakan apabila masih ada waktu untuk
membahas hasil kerja siswa. Namun, apabila tidak ada waktu pembahasan
dilakukan pada pertemuan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai