Disusun oleh :
Muin Arifah
NIM. 1401410203
Rombel 01
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Ta’ala atas rahmat serta petunjuk-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan
laporan hasil observasi yang telah terlaksana di SD Negeri Tegalombo 02 Kecamatan Kalijambe,
Kabupaten Sragen. Di mana dalam pelaksanaan observasi, saya mendapat tambahan pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan mengenai bagaimana pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap di SD.
Selain itu, pengalaman saya juga bertambah bahwa ternyata dalam pelaksanaan PKR tidaklah mudah,
guru harus bisa membagi waktu untuk melaksanakan pembelajaran di 2 kelas atau lebih, 2 ruang kelas
yang berbebeda, bahkan dengan mata pelajaran yang berbeda pula.
Kegiatan yang saya laksanakan ini tidak lepas dari bimbingan berbagai pihak. Untuk itu dalam
kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen pengampu mata kuliah manajemen kelas, Ibu Kurniana Bektiningsih, M.Pd
Dalam penyusunan laporan hasil observasi ini saya telah berupaya sekuat tenaga dan semampu saya.
Namun, saya tetap menyadari bahwa hasil laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran membangun sangat saya harapkan demi peningkatan kualitas kerja saya di waktu mendatang.
Harapan saya, mudah-mudahan laporan hasil observasi ini mempunyai dan manfaatnya.
Observer,
Muin Arifah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran kelas rangkap merupakan suatu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang
guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam waktu yang sama, dan menghadapi dua atau
lebih tingkat kelas yang berbeda. PKR juga mengandung arti bahwa, seorang guru mengajar dalam satu
ruang kelas atau lebih dan menghadapi murid-murid dengan kemampuan belajar yang berbeda.
Dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, tidak selamanya guru SD atau guru kelas bisa terus
mengajar. Ada kalanya, guru tersebut ada halangan yang menyebabkannya tidak bisa hadir menjalankan
tugasnya sebagai guru yaitu melaksankan pembelajaran di sekolah. Akibat kekurangan guru mungkin
saja akan menghambat pelaksanaan dan hak murid.
Maka dari itu, pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap tidak bisa dihindarkan. Untuk memenuhi hak
siswa mendapatkan pembelajaran yang semestinya. Pembelajaran harus tetap berlangsung. Guru akan
mendapatkan pemahaman bahwa PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan tersebut harus dihadapai
sebagai tugas guru SD. Di samping itu PKR, bukan saja sekedar kenyataan yang harus dihadapi oleh guru,
tetapi PKR juga mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh guru yang tidak mengajar di
kelas rangkap.
Dalam laporan ini akan dibahas dari teori mengenai PKR dengan pelaksanaan PKR di lapangan. Meskipun
tidak berada di daerah terpencil ternyata pelaksanaan PKR masih dibutuhkan. Kita akan melihat
bagaimana pelaksanaan PKR pada daerah yang ternyata kondisi sekolahnya masih bagus.
B. Rumusan Masalah
6. Apakah keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dalam di SD Negeri 02 Tegalombo?
1. Untuk mengetahui makna dari pembelajaran PKR menurut guru SD Negeri 02 Tegalombo.
6. Untuk menggambarkan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dalam di SD Negeri
02 Tegalombo
D. Manfaat Observasi
4. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa PGSD sebagai calon guru agar lebih professional
ketika terjun ke sekolah dan melakukan pembelajaran kelas rangkap.
E. Tempat Pelaksanaan
Kegiatan observasi dilakukan di SD Negeri 02 Tegalombo yang berada di Dukuh Soko RT 14/RW 02, Desa
Tegalombo, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah.
F. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Observasi dilaksanakan di SD Negeri tegalombo 02 pada hari Sabtu17 Nopember 2012
Dalam pelaksanaan observasi di SD Negeri tegalombo 02, saya memperoleh data sebagai bahan laporan
observasi melalui metode wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab
dengan pihak terkait sehubungan data yang akan diambil. Kegiatan wawancara dilakukan oleh observer
kepada salah seorang guru kelas IV di SD Negeri tegalombo 02.
LANDASAN TEORI
PKR adalah suatu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu
ruang kelas atau lebih, dalam waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang
berbeda.
1. Seorang guru
1. Alasan Geografis
2. Alasan Demografis
3. Kekurangan Guru
5. Kehadiran guru
Tujuan, fungsi, dan manfaat PKR dapat kita kaji dari aspek berikut.
Prinsip umum PKR adalah kegiatan belajar terjadi dengan atau tanpa guru dalam berbagai situasi. PKR
mempunyai prinsip khusus sebagai berikut.
Seorang guru mengajar dua kelas misalkan kelas 5 dan kelas 6, dengan dua mata pelajaran IPS dan IPA,
dalam satu ruangan.
Guru menghadapi dua kelas, roses pembelajaran berlangsung dalam dua ruangan berdekatan yang
berhubungan dengan pintu, dan pada dua mata pelajaran yang berbeda.
Guru menghadapi tiga kelas untuk mengajarkan tiga mata pelajaran dalam tiga ruangan. Guru harus
memiliki daya gerak paedagogis tinggi karena pengelolaannya yang rumit.
1. Konsep-konsep pembelajaran yang relevan dan perlu diterapkan dalam PKR sehingga membentuk
suatu sistem.
2. Keterampilan prosedural pembelajaran, khususnya berkenaan hal berikut.
a. Membuka Pelajaran
Hal ini berkenaan bagaimana guru menciptakan interaksi belajar-mengajar yang berhasil, menarik dan
menyenangkan.
b. Menutup Pelajaran
Untuk menutup pelajaran sebaiknya dilakukan secara bersama-sama dimana semua murid dari kelas
yang dirangkap hadir dalam satu ruangan atau satu tempat.
Proses pembelajaran yang baik adalah proses yang memungkinkan murid belajar secara mandiri. Agar
murid aktif, guru PKR perlu menguasai keterampilan berikut:
e. Papan tulis
g. Meja guru
h. Sudut aktivitas
e. Daerah pajangan
f. Kemudahan bergerak
g. Sinar atau cahaya
2. Pengaturan denah
Guru PKR perlu memperhatikan pengaturan untuk membantu guru melakukan supervise dan umpan
balik secara individual.
3. Mengatur pajangan
Pajangan dapat berbentuk gambar, grafik, hasil karya murid yang mengandung pesan kependidikan.
Kelas tanpa pajangan akan tampak kosong dan menyedihkan.
D. PENGELOLAAN MURID
Kelompok belajar adalah sekumpulan murid (5-6 orang) yang diorganisasiakn untuk mencapai tujuan
belajar secara bersama dan dalam waktu yang telah ditetapkan (dimodifikasi dari J. Snyder, 1986 : 211).
Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah.
c. Pengelompokan Sosial
Merencanakan kegiatan dalam kelompok merupakan suatu keharusan, agar kelompok tersebut berhasil
dan dapat menentukan waktu dan program yang tepat..
Morris(Cohen, 1986) memberikan ilustrasi tentang jenis keterampilan yang diperlukan sebagai panduan
agar semua murid aktif berpartisipasi.
Sekolah dan guru dapat berhubungan dengan lingkungannya, dan sumber belajar yang lain yang dapat
digunakan.
LKM ini berisi tuntunan langkah-langkah dalam melakukan pengamatan, percobaan, demonstrasi atau
simulasi.
Apabila tutor dipilih dari murid, tentu saja murid yang lebih pandai dari murid lain, meskipun begitu
bukan berarti harus murid yang paling pandai.
E. DISIPLIN KELAS
Disiplin kelas adalah guru menciptakan aturan dan kegiatan agar murid terikat oleh kegiatan belajar
sehingga mereka tidak sempat lagi melakukan kegiatan-kegiatan yang mengganggu ketertiban dan
disiplin kelas.
dirumuskan oleh guru serta dimengerti oleh murid, untuk mengatur kegiatan dan
d. Tutor
ARK yang efektif adalah yang memungkinkan murid untuk dapat memulai
kegiatannya secara cepat dan terarah. Murid sudah mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan
kerjakan, tugas Anda selanjutnya untuk memotivasi belajar murid.
Kegiatan siap adalah suatu kegiatan yang sudah disiapkan guru jauh sebelumnya, dan apabila ditemukan
masalah maka KS dapat digunakan. Berikut ini adalah KS yang dapat digunakan dalam kelas PKR, apabila
murid telah menyelesaikan suatu pelajaran, sementara perhatian guru masih pada murid lain yang
selesai, maka murid ini sudah mengetahui apa yang harus mereka lakukan.
membimbing murid dalam belajar secara kelompok dengan jumlah berkisar antara 3
Keterampilan dalam pengajaran perorangan atau pengajaran individual adalah kemampuan guru dalam
membimbing murid dalam belajar secara individual terutama bagi murid yang mengalmi kesulitan
belajar atau bermasalah.
perasaan jenuh dan membosankan, yang menyebabkan perasaan malas menjadi muncul. Dalam
mengorganisasi sepantasnya tidak monoton. Variasi pengorganisasian mencakup :
Penataan ruangan dalam hal ini tempat duduk murid dapat papan tulis diatur atas dasar kemudahan
guru dalam mengelola secara bergilir kedua atau ketiga ruangan tersebut.
Sumber belajar mencakup segala sesuatu seperti manusia, benda, alam sekitar, masyarakat,
kepustakaan, dan hasil kebudayaan yang berpotensi memberi informasi.
4. Variasi model implementasi
Dalam model 1 ini, setelah pertemuan kelas, murid diberikan kesempatan untuk memilih kegiatan
dengan bekerja dalam kelompok atau bekerja secara perorangan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Proses belajar yang efektif dan bermakna dapat terjadi dalam situasi pembelajaran merangkap kelas jika
seorang guru melakukan perencanaan yang baik. Dalam perencanaan ini tercakup serangkaian kegiatan
yaitu menggukan Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), merumuskan tujuan belajar, memilih
bahan belajar, dan menyusun rancangan kegiatan belajar.
Rancangan kegiatan pembelajaran adalah kerangka piker yang melukiskan bentuk penataan interaksi
guru-murid-sumber belajar dalam rangka pencapaian tujuan belajar. Pengaturan interaksi ini mencakup
urutan prosedur atau langkah yang akan dilalui oleh guru dan murid sert jenis dan bobot isi kegiatan
yang akan berlangsung pada setiap langkah prosedur tersebut.
Bruce Joyce dan Marsha Weil tahun 1986 menyebut rancangan ini dengan istilah ‘’model’’. Sebanyak
empat kelompok besar model pembelajaran yakni; Model Pengolahan Informasi, Model Sosial, Model
Personal, dan Model Pengubahan Perilaku
pembelajaran kelas tunggal, namun dalam banyak hal dapat disesuaikan untuk PKR.
Dalam penilaian kelas, guru perlu memperhatikan prinsip : valid, edukatif, obyektif
.
HASIL OBSERVASI
Ketika observer bertanya kepada guru kelas IV tentang PKR, beliau tidak mengetahui apa yang hakikat
atau yang dimaksud Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) dan pelaksanaanya. Namun, setelah observer
menjelaskan sedikit ilustrasi mengenai pembelajaran kelas rangkap akhirnya guru tersebut paham
mengenai PKR.
Pelaksanaan PKR di SD Negeri 02 Tegalombo tidak setiap hari dilakukan. Mengingat daerahnya juga
bukan daerah terpencil dengan jumlah guru yang cukup serta ruang kelas yang cukup pula untuk
menampung semua murid.
Guru-guru di SD Negeri 02 Tegalombo, mayoritas sudah golongan IVA namun tidak pernah ada guru
yang cuti karena hamil. Namun, kadang-kadang guru juga melaksanakan pembelajaran kelas rangkap.
Hal ini disebabkan hal-hal berikut:
1. Guru kelas tersebut melaksanakan Pendidikan Latihan dan Profesi Guru (PLPG) seperti bulan Juli
lalu di UNS.
Karena guru kelas tersebut berhalangan hadir seperti yang telah dikemukakan di atas. Bukan berarti
pembelajaran juga tidak ada. Maka, agar pembelajaran tetap berlangsung seperti sebagaimana
mestinya, guru yang hadir/guru lain perlu menerapkan PKR, yaitu dengan mengajar kelasnya sendiri dan
mengajar kelas yang ditinggalkan guru tersebut.
Prinsip umum PKR adalah kegiatan belajar terjadi dengan atau tanpa guru dalam berbagai situasi
namun guru sudah memberikan bimbingan dan apa yang harus dilakukan murid sebelum kelas tersebut
ditinggalkan untuk mengajar di kelas lain.
Hal inilah yang sulit dilakukan guru di SD Negeri 02 Tegalombo ketika melaksanakan PKR. Guru kurang
maksimal dalam memanfaatkan waktu terutama ketika harus berpindah-pindah ruang, tentu saja hal ini
akan memakan waktu pula.
Kontak psikologis tidak selamanya dapat dilakukan ketika pembelajaran berlangsung. Guru harus
membagi waktu dengan murid dalam 2 ruang kelas dengan tingkatan kelas yang berbeda.
Ketika mengajar kelas yang lain atau kelas yang bukan tanggung jawabnya, guru memakai buku LKS saja
sebagai sumber belajar. Murid mengerjakan soal-soal yang ada di dalam LKS sesuai materi yang harus
dipelajari.
Model PKR yang guru terapkan tidak selalu sama, karena kadang-kadang hari ini ada satu guru yang
tidak masuk, tetapi kadang ada dua guru, tiga guru, bahkan ada empat guru yang tidak masuk karena
ada alasana tertentu. Maka, model yang dipilih pun juga bervariasi atau berbeda-beda setiap
melaksanakan PKR.
Dengan adanya beberapa alasan yang telah dikemukakan di atas, maka pembelajaran kelas rangkap pun
perlu diterapkan agar pembelajaran dan materi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum bisa dikuasai
murid. Model PKR yang pernah dilaksanakan yaitu Model 221, Model 222. Bahkan ada guru yang pernah
melaksanakan PKR pada 4 kelas sekaligus. Karena guru tersebut ada kepentingan:
1. Dua guru kelas sedang mengikuti latihan menyanyi (guru kelas 1 dan kelas 3)
Namun, guru tetap santai dengan hal tersebut. Dalam pelaksanaan PKR guru menjelaskan sedikit
mengenai materi yang akan dipelajari, kemudian memberinya tugas. Tugas ini misalnya mengerjakan
soal-soal dalam buku LKS. Kemudian, guru berpindah ke kelas lain dan melakukan hal yang sama, yaitu
menerangkan sebentar lalu menyuruh murid mengerjakan soal-soal dalam LKS.
a. Membuka Pelajaran
Guru sudah melakukan dengan baik ketika melaksanakan PKR meskipun dalam ruangan kelas yang
berbeda.
b. Menutup Pelajaran
Untuk menutup pelajaran tetap dilaksanakan pada ruangan yang berbeda pula seperti saat membuka
pembelajaran.
Murid diarahkan untuk belajar mandiri karena memang pembagian perhatian dari guru kepada murid
tidak maksimal seperti ketika hanya mengajar dalam satu kelas.
Meskipun pembelajaran sudah terlaksana, namuan untuk mengelola kelas PKR kurang baik mengingat
pelaksanaan PKR tidak dilakukan setiap hari. Murid sering ramai sendiri di kelas karena tidak ada
pengawasan dari guru. Inilah yang menjadi hambatan guru dalam melaksanakan PKR.
Tidak ada perubahan antara penataan kelas PKR atau pun dengan penataan kelas nonPKR. Bentuk kelas
pun juga biasa. Daerah pajangan yang ada di dinding pun tidak berubah. Termasuk papan tulis, ventilasi,
dan arah datangnya sinar matahari.
2. Pengaturan denah
Tempat duduk murid tidak berubah, masih berbentuk kotak. Kecuali ketika melaksankan kegiatan
pembelajaran kelompok, maka tempat duduk bisa berubah agar mudah melaksanakan kegiatan diskusi.
3. Mengatur pajangan
Pajangan dapat berbentuk gambar, beberapa materi tentang pelajaran, dan hasil karya murid yang
sangat bermakna.
D. PENGELOLAAN MURID
Pengelompokkan murid dilaksanakan dengan teman sebangku atau dengan teman yang berada di
bangku dekatnya. Hal ini agar tidak membuang banyak waktu. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini
adalah.
Kegiatan kelompok belajara sudah direncanakan guru, sehingga murid siap mengerjakannya secara
bersama-sama.
Guru memberikan stimulus agar murid aktif. Ketua kelas dapat diberi tanggung jawab untuk mengawasi
pelaksanaan kegiatan kelompok jika ada murid yang mengganggu kelompok lainnya.
Guru kurang mampu memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Ketika melaksanakan PKR,
murid hanya terpaku dalam mengerjakan soal-soal yang terdapat dalam LKS.
Guru kurang kreatif dalam membuat dan memodifikasi LKM/LKS agar pembelajaran menyenangkan,
murid mengerjakan LKM yang terdapat dalam buku saja dan terpaku duduk di kursi saja.
Yang menjadi pusat sumber belajar adalah buku LKS, buku paket, dan guru sendiri. Namun, dalam
pelaksanaan PKR guru saja tidak bisa menjadi panutan dalam pembelajaran, mengingat guru tidak
selamnya berada di kelas tersebut.
Tutor yang dipilih adalah murid yang pandai, yang memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan
murid yang lain untuk membantun temannya belajar.
Hambatan yang ditemui guru ketika melaksanakan pembelajaran kelas rangkap adalah murid akan
sering rame, bermain sendiri di kelas, dan tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru
pengganti. Mungkin hal itu disebabkan karena murid tidak terbiasa diajar oleh guru tersebut sehingga
suasana belajar terlihat aneh atau tidak biasa. Kalau ramai sendiri di kelas, hal ini sudah biasa karena
tidak ada guru yang menunggui murid dalam satu kelas. Kalau guru menunggui satu kelas saja,
bagaimana keadaan murid yang lain? Maka, guru harus membagi perhatian kepada masing-masing kelas
yang diajarnya.
E. DISIPLIN KELAS
Tidak ada disiplin kelas khusus yang diberikan guru dalam melaksankan PKR. Hanya aturan lisan saja agar
murid mengerjakan soal LKS atau belajar mandiri.
Aturan Rutin Kelas (ARK) memang ada, namun hal aturan ini tidak dikhususkan ketika pelaksanaan PKR
saja. Pembelajaran hari biasa juga ada.
b. Murid membaca surat pendek dalam Al-Qur’an sekitar 10 menit pertama setelah bel berbunyi dan
masuk kelas. Kegiatan ini dibimbing oleh temannya atau kakak kelas.
ARK sudah berjalan dengan efektif karena murid sudah mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan
kerjakan, dan memotivasi guru serta pertanyaan langsung dari guru mengenai pelaksanaan ARK
tersebut.
Tidka ada agenda khusus dlaam kegiatan siap. Jika ternyata murid telah selesai mengerjakan tugasnya,
maka ia diminta mereview atau mengecek kembali kebenaran jawabannya. Atau mungkin membaca
buku-buku tertentu.
Sumber belajar dipahami atau dijelaskan secara abstrak atau secara tidak langsung. Murid tidak
mengetahui keadaan yang diterangkan secara nyata. Murid diberi pertanyaan untuk menghubungkan
materi yang akan dipelajari dengan pengalaman murid. Apalagi dalam PKR, murid akan minim
memanfaatkan sumber belajar.
Keterampilan mengajar kelompok kecil sangat penting dilaksanakan dalam PKR. Apalagi bimbingan dan
perhatian guru dalam pelaksanaan PKR, hanya sedikit saja. Maka, melalui kelompok kecil ini, siswa akan
lebih mudah mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru juga akan lebih mudah menyampaikan materi
pembelajaran dengan adanya kelompok kecil ini. Teman dari kelompok dapat membantu siswa sebagai
tutor sebaya.
Keterampilan dalam pengajaran perorangan atau pengajaran individual dilakukan apabila siswa memiliki
kesulitan belajar. Guru memberikan pengertian dan membantu siswa untuk memahami materi dan
mengatasai masalah siswa yang lain.
Penggunaan variasi pengorganisasian diperlukan agar siswa tetap semangat dalam mengkuti
pembelajaran. Hal ini juga akan membawa siswa dalam belajar dengan keadaan dan situasi yang baru.
Variasi pengorganisasian mencakup :
Pengelompokan murid juga perlu divariasi agar siswa bisa saling bertukar pikiran dengan teman yang
berbeda-beda. Lebih akrab dengan teman-teman yang lain.
Penataan ruangan tidak dilakukan secara variasi. Setiap siswa hanya duduk pada tempat yang sama baik
dalam pelaksanaan PKR atau pun hanya pembelajaran biasa.
Yang menjadi sumber belajar adalah perpustakaan, lingkungan sekolah, dan juga buku-buku dalam
perpustakaan sekolah. Semua itu dapat dimanfaatkan siswa untuk menunjang pembelajaran yang lebih
efektif dan bermakna.
Meskipun pelaksanaan PKR tidak setiap hari, guru juga perlu mengadakan variasi model pembelajaran
sehingga siswa tidak bosan dengan kegiatan yang monoton.
Penyususnan RPP PKR tidak jauh berbeda dengan penyususnan RPP pada pembelajaran biasa. Meskipun
pada kenyataannya guru tidak selalu membuat RPP dalam setiap melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Begitu juga dalam pelaksanaan PKR, guru dapat mengajar beberapa kelas tanpa mempelajari bahkan
tanpa membuat RPP. RPP didapat dengan membelinya di toko atau membuat sendiri hanya ketika ada
peninjauan dari Dinas pendidikan.
Dalam melaksanakan pembelajaran kelas rangkap, guru tidak mempersiapkan RPP terlebih dahulu.
Jangankan untuk PKR, dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari saja guru tidak membuat RPP. RPP
baru akan dibuat apabila ada tinjauan dari dinas pendidikan.
Meskipun sudah mnegetahui akan melaksanakan PKR, guru tidak perlu mempersiapkan pembelajaran
yang berarti. Guru bisa bertanya kepada murid sampai sejauh mana materi pelajaran telah dipelajari
atau dibahas oleh guru yang tidak masuk tersebut. Kadang-kadang, guru juga bertanya kepada guru
kelas yang bersangkutan untuk bertanya tentang materi pelajraran yang harus diajarakan.
Penilaian dilaksanakan dengan mengerjakan soal-soal evaluasi dalam buku LKS. Kemudian, guru
membahas hasil kerja siswa atau hanya memberikan/menuliskan kunci jawaban di papan tulis
selanjutnya siswa menukarkan lembar jawab dengan teman yang lain selanjutnya dicocokkan dengan
kunci jawaban.
Jika tidak ada waktu untuk mencocokkan hasil kerja siswa, maka soal akan dicocokkan oleh guru
kelasnya sendiri ketika sudah hadir. Atau dicocokkan oleh guru PKR pada pertemuan selanjutnya. Karena
mungkin saja waktu yang digunakan dalam pelaksanaan PKR yang kurang.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, pelaksanaan PKR SD Negeri 02 Tegalmbo adalah
sebagai berikut.
1. Guru sudah melaksanakan PKR namun secara teori ternyata guru kurang memahaminya.
2. Model PKR yang sering digunakan yaitu 222, namun guru juga pernah melaksanakan PKR dalam 4
kelas dengan mata pelajaran yang berbeda dengan ruangan yang berbeda.
3. Guru kurang mampu dalam pengelolaan kelas PKR, kurang mampu memanfaatkan WKA.
4. Pengelolaan murid PKR di SD Negeri 02 Tegalombo kurang optimal, siswa hanya terpaku dalam
mengerjakan soal-soal dalam buku LKS saja.
5. Disiplin kelas dalam menerapkan PKR sudah cukup baik, murid sudah mampu mandiri.
6. Keterampilan mengajar kelompok kecil dengan teman bangku yang berada di dekatnya sedangkan
untuk mengajar perorangan dilakukan saat ada siswa yag mengalami kesulitan belajar atau suatu
masalah yang berdampak dalam pembelajaran.
7. Penyusunan rencana RPP PKR tidak berbeda dengan RPP biasa, dengan kata lain tidak ada
penggabungan pembuatan RPP dalam PKR.
8. Penilaian dalam PKR dilaksanakan apabila masih ada waktu untuk membahas hasil kerja siswa.
Namun, apabila tidak ada waktu pembahasan dilakukan pada pertemuan berikutnya.
Unknown di 20.55
Berbagi
4 komentar:
Terimakasih
Balas
Balas
Bermanfaat sekali
Balas
Beranda
Mengenai Saya
Unknown