Anda di halaman 1dari 9

RESUME MAKALAH

DIKOTOMI ILMU
PENGETAHUAN
DAN
PENYELESAIANNYA
BERDASARKAN
PRINSIP
INTEGRASI
Suci Mutiara Fitriah Lubis
(0302192051)
PBA1/SEM2
Ilmu pendidikan islam
DIKOTOMI ILMU PENGETAHUAN

1. Pengertian Dikotomi Ilmu Pengetahuan

Secara etimologi atau bahasa, istilah dikotomi


berasal dari bahasa Inggris “dichotomy” yang
berarti pembagian dua bagian, pembelahan dua,
bercabang dua bagian. Sementara, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia dikotomi diartikan sebagai
pembagian atas dua kelompok yang saling
bertentangan.
2. Paradigma dan Sejarah Dikotomi Ilmu Pengetahuan

Dikotomi ilmu pengetahuan pada dasarnya lahir dari konflik intern Eropa yang

notabene beragama Kristen pada abad pertengahan, di mana terdapat

subordinasi rasio kepada kepercayaan Kristen. Menurut mereka, akal tidak

memiliki peran signifikan dalam ajaran keagamaan bahkan akal sendiri

berusaha untuk ditenggelamkan dan harus tunduk pada kesewenang-wenangan

gereja, di mana dalam Bible sendiri banyak memuat hal-hal yang bertentangan

dengan akal dan ilmu pengetahuan yang gilirannya berseberangan dengan para

ilmuwan seperti Galileo Galilei (1546-1642) Nicolas Copernicus (1473-1543)7

dan lain sebagainya, maka dari gejolak inilah muncul gerakan-gerakan

pemisahan terhadap agama, dan ilmu yang berkembang di Barat terbentuk atas

dasar fakta empiris dan bersifat rasionalindrawi dengan menganalisa fenomena

lahiriah (ayat kauniyah) saja tanpa menghiraukan sumbernya yakni Allah SWT.

Maka dikotomi itu sendiri lahir dari proses sekularisasi Barat akibat

kekecewaan ilmuwan terhadap hierarki gereja yang mengungkung keberadaan

akal. Ironisnya pemahaman dikotomis yang lahir dari gejolak Barat karena

masalah internal Barat sendiri telah meracuni persepsi masyarakat muslim


3. Faktor yang Menyebabkan Munculnya
Dikotomi Ilmu Pengetahuan

Salah satu faktor yang menyebabkan adanya


dikotomi ilmu pengetahuan tersebut adalah
ketertinggalan umat Islam dari dunia Barat yang
mengalami kemajuan pesat sehingga menguasai
dunia pendidikan dan mengungkapkan bahwa
ilmu dan agama tidak dapat diintegrasikan.
4. Dampak Adanya Dikotomi Ilmu Pengetahuan

Dampak dari adanya dikotomi ini adalah terbentuknya pribadi


intelektual yang memahami ilmu-ilmu keagamaan tetapi tidak
mempunyai pemahaman tentang adanya kemajuan teknologi
yang sedang berkembang saat ini, yang memberikan dampak
pada ketidakmampuan dan ketidaksiapan dalam menghadapi
adanya persaingan yang ketat dalam dunia yang serba
canggih. Dan adanya pribadi intelektual yang mampu
menguasai dan menghadapi adanya perkembangan yang
serba modern dan maju dengan baik, tetapi dalam dirinya
tidak memiliki pemahaman ilmu-ilmu keagamaan dengan
baik.
DISKURSUS DIKOTOMI
ILMU PENGETAHUAN
Diskursus adalah rasionalitas atau pola pikir terhadap
sesuatu. Dengan kata lain, diskursus dikotomi ilmu
pengetahuan memiliki makna gambaran atau ide pemikiran
terhadap pemisahan dari satu jenis ilmu pengetahuan yang
terpisah menjadi dua bagian yang sulit untuk diintegrasikan.
Jika dilihat dari perspektif sejarah, maka ilmu pengetahuan
tidak boleh tercepah, tetapi haruslah berdampingan dan
saling melengkapi. Akan tetapi berbagai macam persoalan
yang muncul mengakibatkan ilmu pengetahuan menjadi
terpecah.
PENYELESAIANNYA
BERDASARKAN PRINSIP
INTEGRASI ILMU
PENGETAHUAN
Upaya yang dapat dilakukan untuk membendung dikotomi ilmu ini

adalah upaya integrasi ilmu dalam pendidikan Islam yang dimuat

dalam tiga model islamisasi pengetahuan yang bertujuan untuk

memutuskan mata rantai dikotomi ilmu pengetahuan guna

membangun kembali kebebasan penalaran intelektual dan kajiankajian

rasional empiric dan filosofis dengan tetap merujuk pada kandungan

Al-Qur’an 17 dan Hadits sebagai sumber hokum Islam. Ketiga model

islamisasi pengetahuan tersebut, yaitu: Islamisasi Model Purifikasi,

Islamisasi Model Modernisasi, dan Islamisasi Model Neo-Modernisasi.


Upaya lain yang dapat dilakukan dalam rangka perjumpaan sains dan

agama adalah mengembangkan ilmu agama dengan bantuan ilmu

pengetahuan modern. Karena ilmu agama adalah salah satu jenis ilmu

manusia yang dapat berubah, berinteraksi, menyusut, dan

mengembang. Termasuk di dalamnya untuk menafsirkan teks-teks

agama, kita membutuhkan beragam jenis ilmu yang lain, agar

pemahaman kita terhadap ayat suci tidak stagnan.

Dengan demikian, maka problematika dikotomi ilmu pengetahuan

dalam dunia pendidikan dapat teratasi, sehingga ilmu dan agama dapat

berjalan beriringan menjadi satu kesatuan utuh yang saling

membutuhkan dan saling melengkapi satu sama lain. Serta dapat

melahirkan generasi yang memiliki pemahaman yang seimbang antara

ilmu keduniaan dan ilmu keagamaan.


REFERENSI
Al Ghazali, A.K. 2015. Dikotomi Ilmu; Akar Tumbuhnya Dikotomi Ilmu dalam

Peradaban Islam. (sosioakademika.blogspot).

Istikomah. Integrasi Ilmu Sebuah Konsep Pendidikan Islam Ideal. Annual

International Conference on Islamic Studies (AICIS)

Mustaqim, Muhammad. 2015. Pengilmuan Islam dan Problem Dikotomi

Pendidikan. Jurnal Penelitian, Vol. 9, No. 2.

Qadir, M.H.A. 2019. Integralisasi Ilmu Pengetahuan: Upaya Konversi IAIN

Menjadi UIN. CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman, Vol: 5, No.1.

Tirolian. 2016. Kolonialisme dan Dikotomi Pendidikan Islam di Indonesia.

Jurnal Ihya Al-Arabiyyah, Vol. 6, No. 2.

Wahyuni, Fitri. 2018. Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Upaya Mengurai Dikotomi

Ilmu Pengetahuan dalam Islam). QALAMUNA, Vol. 10, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai