Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


DI PERGURUAN TINGGI

A. Latar Belakang MKWU-PAI

Pelaksanaan pembelajaran mata kuliah Pendidikan Agama di


perguruan tinggi mengalami pasang surut. Pada awal tahun 1960-an,
pendidikan agama merupakan mata kuliah umum yang tidak mengikat
karena hanya sebagai mata kuliah ‘anjuran’. Kemudian pada masa
orde baru pendidikan agama mengalami ‘penguatan’ pada saat mata
kuliah agama menjadi mata kuliah wajib yang diberikan kepada setiap
mahasiswa dan dikelola oleh sebuah Biro Mata Kuliah Pendidikan
Agama sebagaimana mata kuliah wajib lainnya, misalnya, Pendidikan
Pancasila, Pendidikan Kewiraan, Pendidikan Kewarganegaraan,
Pendidikan Bahasa Indonesia dan lain-lain. Sesuai dengan pesan
kurikulum tahun 1983, pengelolaan mata kuliah wajib ini berubah dari
biro menjadi Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) di bawah
fakultas yang terdekat dengan bidang keilmuannya. Penamaan MKDU
memiliki dasar filosofis yang jelas karena mata kuliah yang tergabung
dalam MKDU sebagai fundamen yang memberikan landasan spiritual
keagamaan, moral, kebangsaan, nasionalisme, dan sosial budaya
dalam mengembangkan bidang ilmu dan keahliannya masing-masing.
Pada tahun 1990 nama MKDU berubah menjadi MKU (Mata
Kuliah Umum), dan pada tahun 2000 berubah lagi menjadi MPK (Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian). Perubahan nama kelompok
mata kuliah wajib ini diikuti perubahan kelembagaan dan
pengelolaannya. Semula kelembagaan MKD berkedudukan setingkat
jurusan (Jurusan MKDU) dan berada di bawah fakultas tertentu yang
paling dekat dengan bidang keilmuannya. Kemudian, MKDU berubah
menjadi sebuah Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum (UPT-
MKU) di bawah koordinasi langsung Pembantu Rektor 1 bidang
akademik sampai saat ini.
Perubahan nama dari MKDU menjadi MKU dan MPK
menunjukkan bahwa keberadaan dan kelembagaan kelompok mata
kuliah wajib yang mengalami pasang surut ini, terkesan
pelaksanaannya sekedar memenuhi tuntutan undang-undang dan
peraturan. Dengan demikan, wajar apabila muncul persepsi pada
sebagian mahasiswa, dosen, program studi, dan pemimpin perguruan
tinggi yang memandang mata kuliah wajib ini hanya sebagai
‘pelengkap’ kurikulum.
Merujuk pada Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi, nama MPK berubah lagi menjadi MKWU (Mata
Kuliah Wajib Umum). Perubahan nama ini diharapkan dapat
mengembalikan fungsi dan peran MKWU sebagai kelompok mata
1
kuliah yang menjadi roh dan memberikan landasan bagi
pengembangan kepribadian mahasiswa dan pengembangan bidang
ilmu masing-masing.

B. Landasan Yuridis MKWU-PAI

Eksistensi Pendidikan Agama Islam (PAI), sebagai mata


pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
sebagai mata kuliah di perguruan tinggi, memiliki landasan filosofis
dan landasan yuridis formal yang sangat kuat. Landasan filosofis PAI
berpijak pada sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa, sedangkan landasan yuridis PAI berpijak pada ketentuan
perundang-undangan yang berlaku sebagai berikut.
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945:
pasal 29 tentang agama dan pasal 31 tentang pendidikan;
2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
3. Undang-Undang No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi;
4. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-
2014;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor
032 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2007
tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.

C. Posisi MKWU- PAI pada Kurikulum PT

Secara konseptual pelaksanaan program akademik berorientasi


pada tercapainya sasaran pembelajaran yang berkualitas yaitu
membentuk pribadi utuh. Pergurun tinggi diharapkan mampu
menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas iman, takwa, dan akhlak
mulia, cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual, serta handal
dalam keahliannya masing-masing.
Merujuk pada Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi, MKWU-PAI merupakan mata kuliah wajib yang
diselenggarakan secara mandiri di setiap perguruan tinggi dan
diberikan kepada semua mahasiswa yang beragama Islam di semua
jenjang dan tingkatan serta diajarkan oleh para dosen profesional
yang juga beragama Islam. Sebagai kelompok mata kuliah mandiri,
MKWU-PAI perlu memiliki kejelasan tentang visi, misi, tujuan, ruang
lingkup materi, dan kaya dengan metodologi. MKWU-PAI pada
dasarnya tidak untuk menjadikan mahasiswa sebagai ahli di bidang
2
agama Islam, melainkan untuk menjadikan mereka semakin taat
menjalankan perintah agama dengan baik dan benar.
Melihat pentingnya pendidikan agama diberikan di perguruan
tinggi, maka posisi MKWU-PAI dalam kurikulum perguruan tinggi
dapat dilihat pada bagan berikut ini.

MK…….
TINGKAT
JUR/
PRODI

MK……
TINGKAT
FAK

MKWU
TINGKAT
INST/
UNIV

MKWU: 1) Pendidikan Agama 2) Pendidikan Pancasila 3)


Pendidikan Kewarganegaraan, 4) Pendidikan Bahasa
Indonesia

Bagan di atas menggambarkan bahwa MKWU-PAI bersama


MKWU lainnya menjiwai pengembangan kurikulum pendidikan tinggi.
Dengan demikian, MKWU diharapkan dapat menghasilkan lulusan
yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, serta memiliki kearifan
lokal dan keterampilan dalam memecahkan masalah-masalah pribadi,
sosial kemasyarakatan dan kebangsaan.

D. Pengertian, Visi, Misi MKWU-PAI

1. Pengertian

Pendidikan Agama Islam di sekolah dan perguruan tinggi


dapat dipahami sebagai suatu program pendidikan yang
menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran, baik di
kelas maupun di luar kelas, yang dikemas dalam bentuk mata
kuliah dan diberi nama Pendidikan Agama Islam (PAI). Dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, mata pelajaran
agama merupakan mata pelajaran wajib di sekolah sejak taman
3
kanak-kanak (TK) sampai perguruan tinggi. Di perguruan tinggi,
mata kuliah PAI dikelompokkan ke dalam Mata Kuliah Wajib
Umum (MKWU). MKWU-PAI dirancang secara khusus sesuai
dengan tingkat psikologi beragama mahasiswa serta mengacu
pada perkembangan kekinian, baik di tingkat nasional maupun
internasional sejalan dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi
(SNPT) dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
Dalam konteks pengembangan kepribadian mahasiswa,
mata kuliah PAI merupakan salah satu instrumen untuk
membentuk pribadi yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.
Segala upaya pendidikan nasional berangkat dari konsep
pembentukan kepribadian secara utuh.
Adapun pelaksanaannya dilakukan secara sadar dan
terencana untuk mengembangkan pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan ajaran Islam bagi seluruh mahasiswa muslim, baik
secara tekstual maupun kontekstual, melalui kegiatan
pembelajaran, bimbingan, pelatihan, dan pengalaman, yang
disampaikan secara dialogis, komprehensif, dan multiperspektif.

2. Visi MKWU-PAI

Visi MKWU-PAI adalah “terbentuknya mahasiswa yang


memiliki kepribadian utuh (kaffah) dengan menjadikan ajaran Islam
sebagai landasan berpikir dan berperilaku dalam pengembangan
kepribadian, keilmuan, dan profesinya”.

3. Misi MKWU-PAI

Misi MKWU-PAI adalah mengembangkan potensi keimanan,


ketakwaan, dan akhlak mulia mahasiswa, dengan menjadikan
ajaran Islam sebagai landasan berpikir dan berperilaku dalam
pengembangan keilmuan, profesi, kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Selanjutnya misi MKWU-PAI
dijabarkan sebagai berikut:
a. Mengembangkan potensi keimanan, ketakwaan, dan akhlak
mulia / karakter baik mahasiswa (misi psikopedagogis)
b. Menyiapkan mahasiswa untuk berkehidupan islami baik
sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, dan
sebagai warga negara yang baik (misi psikososial)
c. Membangun budaya spiritualitas sebagai determinan utama
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (misi sosiokultural)
d. Mengkaji dan mengembangkan pemahaman ajaran Islam yang
terintegrasi dengan pelbagai disiplin ilmu (misi akademik).

4
E. Tujuan MKWU- PAI

Berdasarkan pengertian, visi dan misi di atas, MKWU-PAI


bertujuan untuk meningkatnya pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan ajaran Islam secara komprehensif (kaffah) dalam
pengembangan keilmuan, profesi, dan kehidupan bermasyarakat.
Adapun secara spesifik tujuan MKWu-PAI adalah sebagai berikut.
1. Meningkatnya kualitas keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia
mahasiswa.
2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas pelaksanaan ibadah ritual
(mahdhah) mahasiswa.
3. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
memecahkan problematika kehidupan dengan berlandaskan pada
ajaran Islam.
4. Meningkatnya kematangan dan kearifan berpikir dan berperilaku
mahasiswa dalam pergaulan global.
5. Meningkatnya pemahaman dan kesadaran mahasiswa dalam
mengembangkan disiplin ilmu dan profesi yang ditekuninya,
sebagai bagian dari ibadah (ghair mahdhah).

F. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Secara konseptual kurikulum MKWU-PAI bertumpu pada


sejumlah komptensi yang hendak dicapai. Kompetensi adalah
kemampuan mahasiswa untuk bersikap, menggunakan pengetahuan
dan keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di kampus,
masyarakat, dan lingkungan tempat yang bersangkutan berinteraksi.
Kurikulum dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-
luasnya bagi mahasiswa selaku peserta didik untuk mengembangkan
sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk
membangun kemampuan tersebut. Hasil dari pengalaman belajar
tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang menggambarkan
manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi
Lulusan (SKL).
Dalam PP No. 19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa SKL
digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk
seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran dan mata kuliah
atau kelompok mata kuliah. Kompetensi lulusan mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Selanjutnya pada pasal 26
ditegaskan bahwa standar kompetensi lulusan (SKL) pada jenjang
pendidikan tinggi adalah bertujuan untuk mempersiapkan peserta
didik “menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki
pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk
menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi,
dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan”.
5
Secara lebih detil rumusan SKL dapat dilihat pada
Permendikbud No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi. Di dalamnya digariskan rumusan sikap dan
keterampilan umum setiap lulusan lulusan baik pada program diploma,
program sarjana, magister, program doktor, maupun pada program
profsi.
Berdasarkan pada SKL, pada kurikulum MKWU-PAI,
kompetensi-kompetensi yang diinginkan selanjutnya dijabarkan ke
dalam dua kompetensi yakni Konpetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar
(KD).
Kompetensi Inti (KI) merupakan kemampuan atau kompetensi
yang bersifat generik yang isinya merujuk pada (a) Tujuan Pendidikan
Nasional [UU No. 20 /2003]; (b) Tujuan Dikti [UU No. 12/2012]; (c)
KKNI (Permendikbud 73/2013); dan (d) SKL [Permendikbud SNPT]. KI
berfungsi sebagai integrator kompetensi kelompok mata kuliah /
program studi. Secara keseluruhan KI dikelompokkan menjadi empat
kelompok yakni KI 1 (mencerminkan sikap spiritual), KI 2
(mencerminkan sikap sosial), KI 3 (mencerminkan pengetahuan), dan
KI 4 (mencerminkan keterampilan).
Kompetensi Inti 1 dan 2 (KI 1 dan KI 2) dikembangkan secara
koheren / harmonis sebagai dampak pengiring (nurturant effects) KI 3
dan KI 4 yang secara filosofis berfungsi sebagai wahana aksiologis.
Kompetensi Inti 3 dan 4 (KI 3 dan KI 4) dikembangkan secara
konsisten dan interaktif sebagai dampak instruksional (instructional
effects). KI 3 dan KI 4 secara filosofis berfungsi sebagai wahana
ontologis dan epistemologis.
Kompetensi Inti 1, 2, 3,dan 4 secara bersama-sama harus
dipahami dan disikapi sebagai entitas utuh learning outcomes
(capaian pembelajaran) dalam konteks utuh proses psikologis-
pedagogis / andragogis dan sebagai suatu proses pencapaian /
perwujudan tujuan pendidikan nasional.
Kompetensi Dasar (KD) bersifat spesifik dan mendeskripsikan
kemampuan terkait substansi mata kuliah, dalam hal ini mata kuliah
Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu dari empat elemen Mata
Kulian Wajib Umum. Dalam konteks KKNI, KD sepadan dengan
konsep dan posisi capaian pembelajaran.
Dalam konteks Pendidikan Agama Islam (PAI), Kompetensi
Dasar / capaian pembelajaran yang dikembangkan secara utuh
dengan kerangka KI 1, 2, 3, dan 4 sangat konsisten dan koheren
dengan keutuhan perwujudan religion virtues (kemuliaan
keberagamaan / Islam) melalui pengembangan secara interaktif dan
sinergis kemampuan-kemampuan: Islamic knowledge, Islamic
dispositions, Islamic skills, Islamic confidence, Islamic commitment,
Islamic competence, yang bermuara pada perwujudan Islamic
responsibility dan Islamic enggagement.

6
Rincian Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) serta
penyebaran masing-masing kompetensi tersebut ke dalam bab,
dapat dilihat pada tabelberikut:

Tabel:
Rincian Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
dan Ketersebarannya pada Topik

No. Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Topik


(KI) (KD)
1. KI 1: Sikap 1.1. Menunjukkan sikap 3
Spiritual. tobat (selalu
Menghayati dan introspeksi dan koreksi
mengamalkan diri) untuk selalu
ajaran agama berpegang pada nilai-
yang dianutnya nilai kebenaran
sebagai pola ilahiah.
hidup dalam 1.2. Bersikap wara’ (selalu 4
konteks berhati-hati dalam
akademik, bersikap dan
dan/atau profesi. berprilaku) dengan
selalu mengacu
kepada prinsip-prinsip
halal dan baik.
1.3. Bersikap zuhud 4
(sederhana dan
berorientasi akhirat).
1.4. Bersikap sabar dan 4
tawakal (menyikapi
semua problematika
kehidupan secara
positif dan
menerimanya sebagai
kebaikan dari Tuhan).
1.5. Mensyukuri karunia 3 dan 4
Allah berupa nikmat
iman, Islam, dan
kehidupan.
1.6. Menunjukkan sikap 4
ikhlas (melakukan
segala aktivitas tanpa
pamrih dan hanya
karena Allah).
1.7. Berikhtiar secara 8
maksimal dengan
sabar, ikhlas, dan
7
tawakal untuk
mengembangkan ilmu
dan profesi.
1.8. Bersikap tawaduk 9
(rendah hati) sebagai
pribadi, ilmuwan, dan
profesional.
1.9. Bertanggung jawab 3
terhadap sikap dan
prilaku yang dilakukan
secara sadar.
2. KI 2: Sikap 2.1. Menunjukkan sikap 1
Sosial. positif terhadap
Mengembangkan pendidikan agama
perilaku (jujur, Islam sebagai
disiplin, tanggung komponen mata kuliah
jawab, peduli, wajib umum pada
santun, ramah program diploma dan
lingkungan, sarjana.
gotong royong, 2.2. Menjunjung tinggi 3
kerja sama, cinta kejujuran, kebenaran,
damai, responsif dan keadilan dalam
dan pro-aktif), menjalani kehidupan
menunjukkan pribadi, sosial, dan
sikap sebagai profesional.
bagian dari solusi 2.3. Peduli terhadap nilai- 2
atas berbagai nilai moral dan norma-
permasalahan norma agama sebagai
bangsa, serta salah satu determinan
memosisikan diri dalam membangun
sebagai agen karakter bangsa.
transformasi 2.4. Turut bertanggung 7
masyarakat yang jawab dalam
berakhlak mulia menciptakan
dalam kerukunan antarumat
membangun dan interumat
peradaban beragama sebagai
bangsa yang salah satu parameter
memancarkan persatuan dan
nilai dan moral kesatuan bangsa.
Pancasila, dan 2.5. Berkomitmen untuk 5
membangun membangun dunia
dunia yang yang damai, aman,
sejahtera, aman, dan sejahtera sebagai
dan damai. implementasi ajaran
Islam.
8
2.6. Disiplin dalam 5
melaksanakan
kewajiban dan
santun dalam
menuntut hak, sebagai
muslim Indonesia.
2.7. Terbuka dan tanggap 8
terhadap dinamika
kehidupan modern
dengan
mengaktualisasikan
prinsip al-muḫafazhah
‘alā al-qadīm al-shālih
wa al-akhdzu bi al-
jadīd al-ashlah
3. KI 3: 3.1 Menjelaskan tujuan 1
Pengetahuan. dan fungsi pendidikan
Memahami, agama Islam sebagai
menerapkan, komponen mata kuliah
menganalisis, wajib umum pada
mengevaluasi, dan program diploma dan
mencipta sarjana.
pengetahuan 3.2 Menjelaskan esensi 2
faktual, dan urgensi nilai-nilai
konseptual, spiritualitas Islam
prosedural, dan sebagai salah satu
metakognitif determinan dalam
dengan wawasan pembangunan bangsa
kemanusiaan, yang berkarakter.
kebangsaan, 3.3 Menganalisis agama 7
kenegaraan, dan sebagai salah satu
peradaban terkait parameter persatuan
berbagai dan kesatuan bangsa
fenomena dan dalam wadah Negara
kejadian, serta Kesatuan Republik
menggunakannya Indonesia.
pada bidang kajian 3.4 Menjelaskan esensi 4
yang spesifik dan urgensi integrasi
sesuai dengan iman, Islam, dan ihsan
bakat dan dalam pembentukan
minatnya. insan kamil.
3.5 Menganalisis sumber 5 dan 8
ajaran Islam dan
kontekstualisasinya
dalam kehidupan
modern.
9
3.6 Menganalisis ajaran 6
Islam dalam konteks
kemoderenan dan
keindonesiaan.
3.7 Menganalisis konsep 7
Islam tentang
keragaman dalam
keberagamaan.
3.8 Menganalisis konsep 8
Iptek, politik, sosial-
budaya, ekonomi, dan
pendidikan dalam
perspektif Islam.
3.9 Menjelaskan kontribusi 9
Islam dalam
perkembangan
sejarah peradaban
dunia.
3.10. Menganalisis peran 10
dan fungsi masjid
kampus sebagai pusat
pengembangan
budaya Islam.
4. KI 4: Keterampilan. 4.1. Menyampaikan 1
Mengolah, argumen akademik
menalar, mencipta, dan / atau profesional
dan menyaji tujuan dan fungsi
berbagai hal dalam pendidikan agama
ranah konkret dan Islam sebagai
abstrak secara komponen mata kuliah
mandiri serta wajib umum pada
bertindak secara program diploma dan
efisien, efektif, dan sarjana.
kreatif, serta 4.2. Menyajikan hasil 2
menggunakannya penelaahan
sesuai kaidah konseptual dan/atau
keilmuan dan/atau empiris terkait esensi
keprofesian. dan urgensi nilai-nilai
spiritualitas Islam
sebagai salah satu
determinan dalam
pembangunan bangsa
yang berkarakter.
4.3. Menyajikan hasil 7
penelaahan
konseptual terkait
10
esensi dan urgensi
agama sebagai salah
satu parameter
persatuan dan
kesatuan bangsa
dalam wadah Negara
Kesatuan Republik
Indonesia.
4.4. Mengkreasi pemetaan 4
konsistensi dan
koherensi pokok-
pokok ajaran Islam
sebagai implementasi
iman, Islam, dan
ihsan.
4.5. Menyajikan hasil 5
penelaahan
konseptual tentang
sumber ajaran Islam
dan
kontekstualisasinya
dalam kehidupan
modern.
4.6. Menyajikan hasil 6 dan 8
projek kerja tentang
implementasi ajaran
Islam dalam konteks
kemoderenan dan
keindonesiaan
4.7. Mengkreasi peta 7
konseptual dan/atau
operasional tentang
keragaman dalam
keberagamaan
4.8. Menyajikan mozaik 8
kasus dan solusi
terkait konsep Iptek,
politik, sosial-budaya,
ekonomi, dan
pendidikan dalam
perspektif Islam
4.9. Menyajikan hasil 9
kajian perseorangan
atau kelompok
mengenai suatu kasus
terkait kontribusi
11
Islam dalam
perkembangan
sejarah peradaban
dunia.
4.10. Mengembangkan 10
program masjid
kampus sebagai pusat
pengembangan
budaya Islam

G. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran MKWU-PAI

Ruang lingkup materi pembelajaran MKWU-PAI meliputi beberapa


topik. Setiap topik sekaligus merupakan pokok bahasan yang harus
dielaborasi dan dikaji lebih lanjut memalui pendekatan activity base
sejalan dengan Kompetensi Dasar (KD) masing-masing. Ruang
lingkup tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mengapa dan Bagaimana Mempelajari Islam di Perguruan Tinggi?
2. Bagaimana Manusia Bertuhan?
3. Bagaimana Agama Menjamin Kebahagiaan?
4. Bagaimana Mengintegrasikan Iman, Islam, dan Ihsan dalam
Membentuk Insan Kamil?
5. Bagaimana Membangun Paradigma Qurani untuk Kehidupan
Modern?
6. Bagaimana Membumikan Islam di Indonesia?
7. Bagaimana Islam Membangun Persatuan dalam Keberagaman?
8. Bagaimana Kontribusi Islam dalam Pengembangan Peradaban
Dunia?
9. Bagaimana Islam Menghadapi Tantangan Modernisasi?
10. Bagaimana Fungsi dan Peran Masjid dalam Pengembangan
Budaya Islam di Kampus?

H. Proses Pembelajaran MKWU-PAI

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada dasarnya


menerapkan pendekatan berbasis proses keilmuan (scientific /
epistemologic approach) dengan sintakmatik generik sebagai
berikut.
1. Mengamati
2. Menanya
3. Mengumpulkan informasi
4. Mengasosiasi
5. Mengkomunikasikan
Pendekatan tersebut dapat dikemas dalam pelbagai model
pembelajaran yang secara psikologis-pedagogis memiliki karakter
12
pembelajaran yang mengaktifkan mahasiswa (student active learning)
sebagai peserta didik sekaligus orang dewasa. Dengan pendekatan
ini, mahasiswa difasilitasi untuk lebih banyak melakukan proses
membangun pengetahuan (epistemological approaches) melalui
transformasi pengalaman dalam berbagai model antara lain sebagai
berikut.
1. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning/PBL):
merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah
yang kompleks dan nyata untuk memicu pembelajaran sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru.
2. Projek Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen): merupakan
model pembelajaran pemecahan masalah kewargaanegaraan
berbasis portfolio dengan fokus kajian masalah kehidupan
masyarakat dari sudut pandang warga negara yang disajikan
dalam bentuk simulasi dengar pendapat (simulated public
hearing).
3. Studi Kasus (Case Study): merupakan model pembelajaran
dengan cara memfasilitasi mahasiswa dengan suatu atau
beberapa kasus, atau memilih kasus baru untuk dicari
pemecahannya sesuai dengan kompetensi dasar yang sedang
dibahas.
4. Kerja lapangan (Work Experiences / Service Learning):
merupakan model pembelajaran yang memusatkan perhatian
pada bahan kajian yang terkait langsung dengan kompetensi
dasar yang dipelajari di luar kampus (extra-mural activities)
5. Tugas kelompok (Syndicate Group): merupakan model
pembelajaran dengan pemberian tugas kepada kelompok
mahasiswa berdasarkan minat dengan fokus tugas tertentu dalam
rangka menyusun rekomendasi dalam bentuk makalah yang akan
disajikan dalam suatu forum.
6. Debat (Controversial Issues): merupakan model pembelajaran
yang memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan
berpikir dan berkomunikasi secara kritis dan produktif. Mahasiswa
dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri
dari, misalnya, empat orang. Di dalam kelompok tersebut
mahasiswa melakukan perdebatan tentang topik tertentu.
7. Simulasi (Simulation): merupakan model pembelajaran dengan
tujuan penguasaan substansi melalui pengembangan imajinasi
dan penghayatan. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan mahasiswa dengan memerankannya sebagai tokoh
hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan
lebih dari satu orang, tergantung kepada peran yang dimainkan.
8. Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning): merupakan
model pembelajaran berbentuk proses belajar kelompok yang
memberi peluang kepada setiap anggota untuk menyumbangkan
13
pemikiran dan / atau pengalaman, berupa data / informasi, hasil
kajian, pengalaman, ide baru, sikap, pendapat umum,
kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara
bersama-sama saling meningkatkan penguasaan kompetensi
dasar.
9. Bola Salju Menggelinding (Snow-balling Process): merupakan
model pembelajaran melalui pemberian tugas individual,
kemudian berpasangan. Selanjutnya dicarikan pasangan yang lain
sehingga semakin lama anggota kelompok semakin besar seperti
bola salju yang menggelinding. Model ini digunakan untuk
mendapatkan jawaban pemecahan masalah yang dihasilkan dari
mahasiswa secara bertingkat. Dimulai dari kelompok yang lebih
kecil dengan dimensi masalah sederhana dan secara berangsur-
angsur kepada kelompok yang lebih besar dengan masaalah yang
lebih kompleks. Dari proses tersebut, pada akhirnya dapat
dirumuskan bersama dua atau tiga jawaban yang telah disepakati
dan dinilai paling tepat menurut pemikiran kolektif.
.
I. Penilaian MKWU-PAI

1. Penilaian hasil belajar mahasiswa dilakukan berdasarkan data


yang di peroleh melalui penugasan dan observasi kinerja
mahasiswa melalui tampilan lisan atau tertulis.
2. Kriteria penilaian dan pembobotannya diserahkan kepada dosen
pengampu dan disesuaikan dengan pedoman evaluasi akademik
yang berlaka pada perguruan tinggi masing-masing.
3. Sistem penilaian dijelaskan kepada mahasiswa pada awal
perkuliahan.
4. Evaluasi Pendidikan Agama Islam dilaksanakan terhadap hasil
penugasan-penugasan dan kinerja mahasiswa.
5. Sejalan dengan poin 2, bobot nilai evaluasi diserahkan kepada
dosen pengampu dan disesuaikan dengan pedoman evaluasi
akademik yang berlaka pada perguruan tinggi masing-masing.
6. Dosen Pendidikan Agama Islam dapat mengembangkan sendiri
jenis-jenis evaluasi sesuai dengan prinsip pembelajaran berbasis
kompetensi, situasi, dan kondisi masing-masing.

J. Kualifikasi dan Kompetensi Dosen MKWU-PAI

Kualitas pembelajaran MKWU-PAI sangat dipengaruhi oleh


latar belakang pendidikan dan kompetensi dosen pengampunya.
Untuk itu, perlu ditentukan kualifikasi akademik dan standar
kompetensi bagi seorang dosen pengampu MKWU-PAI sebagaimana
dalam tabel berikut.

14
No. KUALIFIKASI SERTIFIKASI PENYEGARAN
AKADEMIK (Dikti/ADPISI)
Kolaborasi

1. Magister PAI/IPAI Mengikuti Pelatihan IPAI-PU 40 Jam


MKWU-PAI
Organisasi Profesi
PAI

2. Magister Studi Mengukuti IPAI-PU 40 Jam


Islam Pelatihan MKWU-
PAI Organisasi
Profesi PAI
3. Magister Mengikuti Pelatihan IPAI-PU 40 Jam
Pendidikan MKWU-PAI dari
Umum, Organisasi Profesi
konsentrasi PAI
Kajian Islam

K. Kelembagaan MKWU-PAI

Penyelenggaraan MKWU Pendidikan Agama Islam di


Perguruan Tinggi pada dasarnya merupakan tugas universitas.
Namun, dalam pelaksanaannya MKWU dapat dilakukan oleh jurusan
khusus yang mengembangkan landasan keilmuan MKWU dengan
membuka pelbagai program studi yang terkait langsung dengan
kelompok Mata Kuliah Wajib Umum atau di bawah Unit Pelaksana
Teknis (UPT) MKWU yang langsung di bawah pejabat bidang
akademik (Pembantu/Wakil Rektor/Ketua I Bidang Akademik).

L. Sarana dan Prasarana MKWU –PAI

Untuk menunjang pencapaian tujuan perkuliahan MKWU-PAI,


perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. Setiap
perguruan tinggi penyelenggara perkuliahan MKWU-PAI harus
menyediakan sarana prasarana sebagai berikut.
1. Ruang kuliah yang memadai
2. Laboratorium PAI
3. Masjid Kampus dan / atau musala
4. Perpustakaan / ruang baca
5. Media pembelajaran (papan tulis, OHP, LCD, dan lain-lain sesuai
dengan kondisi masing-masing perguruan tinggi)
6. RPKPS (Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester)
7. Ketersediaan sumber belajar sebagai berikut.

15
No. JENIS SUMBER RASIO KET.
BELAJAR

1. Buku Ajar Mata 1:1 Dikti dan Umum


Kuliah
2 Buku Referensi 1 : 10 Pemerintah dan
Baku Umum
3 Buku Tematik 1 : 20 Pemerintah dan
Relevan Umum
4 Laman Indonesia / Bebas Umum
Global
5 Media Massa Bebas Umum

M. Rencana Tatap Muka

Bertolak dari jabaran materi, KI, dan KD sebagaimana diuraikan


di atas, maka disusunlah rencana tatap muka dalam 16 kali
pertemuan sebagai berikut:

No Pertemuan Pokok Bahasan Sub Pokok bahasan


1 1 Bab I: Mengapa dan Menelusuri landasan
Bagaimana PAI filosofis dan teologis
Diajarkan di Perguruan Pendidikan Agama
Tinggi? Islam di perguruan
tinggi
2 2 Bab II: Bagaimana Menelusuri
Manusia Bertuhan? karakteristik dan
urgensi spiritualitas
3 3 Bab II: Bagaimana Menggali sumber
Manusia Bertuhan? sosiologis, filosofis,
teologis, dan historis
konsep ketuhanan
4 4 Bab III : Bagaimana Menelusuri konsep dan
Agama Menjamin implementasi tauhid
Kebahagiaan? dalam beragama
5 5 Bab IV: Menelusuri konsep
Mengintegrasikan Iman, trilogi beragama dalam
Islam, dan Ikhsan dalam Islam (iman, Islam, dan
Membentuk Insan Kamil ihsan)

16
6 6 Bab IV: Membangun argumen
Mengintegrasikan Iman, tentang karakteristik
Islam, dan Ikhsan dalam insan kamil
Membentuk Insan Kamil

7 7 Bab V: Bagaimana Menelusuri konsep


Membangun Paradigma dasar tentang Al-Quran
Qurani? dan As-Sunnah dan
metode
pemahamannya
8 8 UTS Tes
9 9 Bab VI: Bagaimana Menelusuri variasi
Membumikan Islam di pemahaman dan
Indonesia? pengamalan agama
10 10 Bab VI: Bagaimana Membangun argumen
Membumikan Islam di tentang urgensi dan
Indonesia? metode pribumisasi Al-
Quran
11 11 Bab VII: Bagaimana Menggali konsep Islam
Islam Membangun tentang pluralitas,
Persatuan dalam toleransi, dan
Keberagaman? multikulturalisme
12 12 Bab VIII: Bagaimana Menyajikan mozaik
Islam Menghadapi kasus dan solusi terkait
Tantangan konsep Iptek, politik,
Modernisasi? social, ekonomi, dan
pendidikan dalam
perspektif Islam
13 13 Bab VIII: Bagaimana Mengembangkan
Islam Menghadapi argumen tentang
Tantangan kompatibiltas Islam
Modernisasi? dengan dunia modern
14 14 Bab IX: Bagaimana Menelusuri jejak-jejak
Kontribusi Islam bagi khazanah peradaban
Pengembangan Islam
Peradaban Dunia?
15 15 Bab X: Bagaimana Membangun argumen
Fungsi dan Peran tentang fungsi dan
Masjid Kampus dalam peran masjid kampus
Pengembangan Budaya sebagai pusat
Islam kebudayaan
16 16 UAS Tes

17

Anda mungkin juga menyukai