iii
Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan di atas diperlukan proses
PAI secara koheren dan utuh yang dapat mengembangkan seluruh
potensi beragama mahasiswa berdasarkan Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang berfungsi sebagai elemen
pengorganisasian (organizing element) kurikulum MKWU PAI di PT.
Dalam konteks pendidikan tinggi, proses pendidikan ini dimaksudkan
untuk mengembangkan seluruh potensi positif mahasiswa dalam
pengembangan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia baik secara
pribadi maupun secara kolektif yang sistemik dalam perwujudan
Tridarma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat) yang diperkuat dengan penciptaan lingkungan yang
religius. Dalam konstelasi psiko-sosial, baik sebagai pribadi, anggota
keluarga, anggota masyarakat, maupun sebagai warga negara
Indonesia, pada dasarnya pendidikan ini berdasar pada nilai-nilai agama
yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan dalam bingkai
Pancasila dan NKRI.
Secara paradigmatik kurikuler terdapat irisan antara mata kuliah
pendidikan agama Islam, mata kuliah pendidikan Pancasila, dan mata
kuliah pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan Pancasila
menitikberatkan Pancasila sebagai dasar negara dan filsafat bangsa,
sedangkan PAI berperan untuk memperkokoh ke lima sila dalam
Pancasila, khususnya sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pendidikan kewarganegaraan menitikberatkan kewajiban dan hak
sebagai warga negara yang seimbang dan bertanggung jawab,
sedangkan PAI berperan memperkokoh makna kewajiban dan hak
secara bertanggung jawab kepada diri sendiri, masyarakat, bangsa dan
negara, terutama kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, PAI
sebagai entitas yang menjadi sumber rujukan dan ukuran keberhasilan
Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan dalam
membangun warga Negara yang baik dalam bingkai Bhinneka Tunggal
Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berketuhanan Yang
Maha Esa.
Secara filosofis PAI memiliki visi holistik-eklektis yang memadukan
secara serasi pandangan idealisme, perenialisme, esensialisme,
progresivisme, dan sosiorekonstruksionisme dalam konteks
keindonesiaan. Secara sosiopolitik dan kultural pendidikan agama
memiliki misi mencerdaskan kehidupan bangsa, yakni bangsa yang
memiliki kecerdasan beragama (religius intelligence). Kecerdasan ini
merupakan prasyarat untuk membangun keimanan, ketakwaan, dan
akhlak mulia.
Bertolak dari visi tersebut, maka PAI mengemban misi
multidimensional, yakni:
1. Mengembangkan potensi keimanan dan ketakwaan mahasiswa
sebagai misi psikopedagogis;
iv
2. Menyiapkan mahasiswa untuk hidup dan berkehidupan pribadi,
anggota keluarga, anggota masyarakat, dan sebagai warga negara
yang religius sebagai misi psikososial;
3. Membangun budaya beragama sebagai salah satu determinan
kehidupan yang damai, sejahtera, dan rukun sebagai misi
sosiokultural;
4. Memanfaatkan hasil penelitian dan pengembangan (research and/or
development) untuk membangun pendidikan agama sebagai sistem
pengetahuan terpadu (integrated knowledge system/synthetic
discipline) baik yang dikembangkan oleh perseorangan maupun oleh
komunitas / lembaga akademik melalui program magister dan doktor
pendidikan agama Islam.
Untuk itu, pendidikan agama Islam secara
psikopedagogis/andragogis dan sosiokultural dirancang, dilaksanakan,
dan dievaluasi dalam konteks pengembangkan kecerdasan beragama
yang secara psikososial tercermin dalam penguasaan pengetahuan
agama, perwujudan sikap beragama, penampilan keterampilan
melaksanakan ajaran agama, pemilikan komitmen terhadap agamanya,
pemilikan keteguhan iman dan takwa, dan penampilan kecakapan
beragama, yang kesemua itu memancar dari dan mengkristal kembali
menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.
Keseluruhan kemampuan itu merupakan pembekalan bagi setiap warga
negara untuk secara sadar melakukan partisipasi aktif hidup beragama
yang merupakan perwujudan dari tanggung jawab sebagai seorang
muslim dan warga negara yang baik.
Untuk mewujudkan visi dan memenuhi misinya, PAI di PT memilih
dan mengorganisasikan substansi materi sebagai berikut:
1. Mengapa dan bagaimana mempelajari Islam di perguruan tinggi untuk
mengembangkan manusia seutuhnya, dan sebagai sarjana muslim
yang profesional;
2. Bagaimana esensi dan urgensi bertuhan sebagai determinan dalam
pembangunan manusia beriman dan bertakwa kepada Allah Swt yang
bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah;
3. Bagaimana agama Islam dapat menjamin kebahagiaan dunia dan
akhirat, dalam konteks kehidupan modern yang cenderung pada
kehidupan materialistik dan hedonistik.
4. Bagaimana mengintegrasikan iman, Islam dan ihsan dalam
membentuk manusia seutuhnya (insan kamil)
5. Bagaimana membangun paradigma Qurani dalam menghadapi
perkembangan sains dan teknologi modern yang sangat maju;
6. Bagaimana membumikan Islam di Indonesia agar Islam dirasakan
sebagai kebutahan hidup, bukan sebagai beban hidup dan kewajiban;
7. Bagaimana Islam membangun persatuan dalam keberagamaan yang
dinamis dan kompleks dalam kontek kehidupan sosial budaya
Indonesia yang plural;
v
8. Bagaimana Islam menghadapi tantangan modernisasi, untuk
menunjukkan kompatibilitas Islam dengan dunia modern saat ini
9. Bagaimana kontribusi Islam dalam pengembangan peradaban dunia
yang damai, bersahabat, dan sejahtera lahir dan batin secara
bersama sama;
10. Bagaimana peran masjid dalam membangun umat yang religius-
spritualistis, sehat rohani dan jasmani, cerdas (emosional, intelektual,
dan spiritual) dan sejahtera;
11. Bagaimana implementasi Islam yang raḫmatan lil ‘alamīn, sebagai
rangkuman dan evaluasi keseluruhan proses pembelajaran PAI
Dalam penyajian Buku Bahan Belajar Mahasiswa (B3M),
keseluruhan elemen tujuan pendidikan agama Islam diorganisasikan
sebagai pengalaman belajar (learning experiences) berbasis kompetensi
inti dan kompetensi dasar dengan menggunakan kerangka kerja saintifik,
yakni: mengamati / menelusuri konsep dan teori, menanya,
mengumpulkan informasi / data, menalar / membangun argumentasi, dan
mendeskripsikan / mengomunikasikan hasil penalarannya, yang
dirumuskan secara adaptif sesuai dengan konteksnya. Setiap bab secara
holistik mengakomodasi masing-masing kompetensi inti (KI) dan
kompetensi dasar (KD) yang relevan.
vi