PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasal 1 ayat (3) Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
menegaskan bahwa negara Indonesia berdasarkan atas Negara hukum (The Rule
of Law). Pakar ilmu sosial, Franz-Magnis Suseno (1990), melihat bahwa
perlindungan HAM adalah salah satu elemen dari The Rule of Law, selain
hukum yang adil. Kita bisa melacak akar prinsip The Rule of Law dari putusan-
putusan pengadilan internasional seperti Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa
dan Komite HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk mengetahui
pembahasan antara the Rule of Law dan Hak Asasi Manusia. Pembukaan UUD
1945 menyatakan terbentuknya Negara adalah untuk “melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas
persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Dinyatakan bahwa untuk itu, UUD 1945 harus mengandung ketentuan yang
“mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara untuk memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat
yang luhur”. UUD 1945 selanjutnya menegaskan bahwa “negara Indonesia
berdasar atas hukum (rechsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka
(Machtstaat)”.
Hak asasi manusia merupakan hak-hak yang (seharusnya) diakui secara
universal sebagai hak-hak yang melekat pada manusia karena hakikat dan
kodrat kelahiran manusia itu sebagai manusia. Dikatakan ‘universal’ karena
hak-hak ini dinyatakan sebagai bagian dari kemanusiaan setiap sosok manusia,
tak peduli apapun warna kulitnya, jenis kelaminnya, usianya, latar belakang
kultural dan pula agama atau keparcayaan spiritualitasnya. Sementara itu
dikatakan ‘melekat’ itu pulalah maka padaa dasarnya hak-hak ini tidak sesaat
pun boleh dirampas atau dicabut.
Pendidikan Kewarganegaraan menjadi salah satu mata pelajaran wajib
di perkuliahan. Mata kuliah ini mengajarkan para mahasiswa untuk lebih
mencintai tanah air dengan segala aturan yang berlaku. Dengan Pendidikan
Kewarganegaraan pula mahasiswa diajarkan bagaimana bersikap sebagai
warga negara yang baik dan taat akan hukum. Secara tidak langsung,
1
mahasiswa diajarkan untuk mengenal seluk-beluk Indonesia. Termasuk salah
satunya yaitu tentang HAM serta Rule of Law di Indonesia.
Dari uraian pendahuluan diatas, kami melihat penting dan menariknya
wawasan tentang HAM dan Rule of Law. Oleh sebab itu, kami berusaha
menjabarkan pembahasannya dalam bentuk makalah untuk menambah
wawasan kita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan
dibahas yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan HAM dan ruang lingkupnya?
2. Bagaimana perkembangan HAM?
3. Bagaimana HAM pada tataran global?
4. Apa permasalahan dan penegakan HAM di Indonesia?
5. Apa pengertian dari Rule of Law?
6. Apa konsepsi Rule of Law?
7. Bagaimana prinsip Rule of Law secara formal di Indonesia?
8. Bagaimana prinsip Rule of Law secara hakiki dalam pemerintahan?
9. Bagaimana strategi pelaksanaan Rule of Law?
2
D. Manfaat Penulisan Makalah
Terdapat dua manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Manfaat secara teoritis
Dapat menjadi nilai tambah pengetahuan Pendidikan
Kewarganegaraan bagi para pembaca. Khususnya mengenai yang
bersangkutan dengan HAM dan Rule of Law.
2. Manfaat secara praktis
3
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Poerbopranoto (1976) hak asasi adalah yang asasi, artinya hak-
hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari
hakekatnya, sehingga bersifat suci. Jadi, hak asasi dapat dikatakan sebagai hak
dasar yang dimiliki oleh pribadi manusia sehingga hak asasi itu tidak dapat
dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri.
Dalam kaitannya dengan itu, maka HAM yang kita kenal sekarang
adalah sesuatu yang sangat berbeda dengan yang hak-hak yang sebelumnya
termuat, misal, dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika atau Deklarasi
Perancis. HAM yang dirujuk sekarang adalah seperangkat hak yang
dikembangkan oleh PBB sejak berakhirnya perang dunia II yang tidak
mengenal berbagai batasan-batasan kenegaraan. Sebagai konsekuensinya,
Negara-negara tidak bisa berkelit untuk tidak melindungi HAM yang bukan
warga negaranya. Dengan kata lain, selama menyangkut persoalan HAM setiap
Negara, tanpa kecuali pada tataran tertentu memiliki tanggung jawab, utamanya
terkait pemenuhan HAM pribadi-pribadi yang ada di dalam jurisdiksinya,
termasuk orang asing sekalipun. Oleh karenanya, pada tataran tertentu, akan
4
menjadi sangat salah untuk mengidetikan atau menyamakan antara HAM
dengan hak-hak yang dimiliki warga Negara. HAM dimiliki oleh siapa saja,
sepanjang ia bisa disebut sebagai manusia.
Secara garis besar hak asasi manusi itu antara lain meliputi hak hidup,
hak untuk merdeka, dan hak untuk memiliki sesuatu. Oleh karena hak asasi
manusia itu merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa, maka siapa
pun tidak boleh merusakdan mengancamnya, bahkan harus dilidungi dan
dihormati baik oleh antar individu sendiri maupun Negara. Namun demikian,
HAM perlu juga diberi pembatasan yang ditentukan oleh Negara sesuai dengan
pandangan hidup, tingkat kebudayaan dan dasar Negara itu.
5
- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
d. Hak asasi Ekonomi/property right
- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-
piutang
- Hak kebebasan untuk memilih sesuatu
- Hak memiliki dan mendapatkkan pekerjaan yang layak
e. Hak Asasi Peradilan/procedural rights
- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan,
penahanan dan penyelidikan di mata hukum
f. Hak asasi sosial budaya/social culture right
- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
- Hak mendapat pengajaran
- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat
dan minat
HAM adalah hak asasi manusia yang diperoleh dan dibawanya bersama
dengan kelahiran serta kehadirannya dalam kehidupan bermasyarakat, tanpa
membedakan bangsa, ras, agama dan jenis kelamin karena sifatnya yang asasi
dan universal. Maka pengakuan HAM mengandung arti, bahwa HAM harus
dilindungi, baik terhadap tindakan para pemegang kekuasaan maupun terhadap
tindakan perseorangan secara melanggar atau mengurangi hak tersebut.
6
a. Personal rights, yaitu hak pribadi yang meliputi kemerdekaan bersikap,
bertindak/bergerak, berpendapat, memeluk agama idealism, hubungan sex
dsb.
b. Political rights, yaitu hak politik pemerintahan yang meliputi turut memilih
dan dipilih, mendirikan partai politik, mengadakan petisi, demonstrasi,
berkumpul, berpartisipasi, dalam politik dsb.
c. Property rights, yaitu hak asasi ekonomi yang meliputi hak milik benda,
membeli dan menjual, mengadakan janji dagang dsb, tanpa campur tangan
pemerintah secara berlebihan, kecuali peraturan bea cukai, pajak dan
pengaturan perdagangan pemerintahan.
d. Social and cultural rights, yaitu hak mendapat perlakuan yang sama
menurut hukum dan pmerintahan.
e. Procedural rights, yaitu hak tata cara peradilan dan jaminan perlindungan
yang meliputi proses dan prosedur tata cara peradilan menurut peraturan
yang sah dan legal sebagai bukti pelaksanaan HAM, misalnya perihal
penahanan, penggeledahan, peradilan, dan vonis.
1. Kejahatan Genosida
7
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok
etnis, kelompok agama, dengan cara:
a. Pembunuhan;
b. Pemusnahan;
c. Perbudakan;
d. Penggusuran atau pemindahan penduduk secara paksa;
e. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain
secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan
pokok hukum internasional;
f. Penyiksaan;
g. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-
bentuk kekerasan seksual lain yang setara;
h. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan
yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis,
budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui
secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional;
8
i. Penghilangan orang secara paksa; atau
j. Kejahatan apartheid.
B. Perkembangan HAM
9
Manusia hidup bermasyarakat, maka agar kehidupan bersama dalam
masyarakat itu berlangsung harmonis sudah barang tentu ada ketentuan umum
yang tidak boleh dilanggar, berupa nilai-nilai dan norma. Keberadaan nilai dan
norma itu secara otomatis mengurangi HAM pribadi, bahkan dapat membatasi
kemerdekaan perseorangan. Ini yang disebut HAM masyarakat. Karena nilai
dan norma kemasyarakatan tidak selalu sama dalam berbagai bangsa, maka
HAM masyarakat pun berbeda untuk setiap bangsa.
Pada tahun 1628 di inggris pula terjadi pertentangan antara raja Charles
I dengan parlemen yang terdiri dari utusan rakyat (the house of sommons) yang
meghasilkan petition of right. Petisi ini membuat ketentuan bahwa penetapan
pajak dan hak-hak istimewa harus dengan izin parlemen, dan bahwa siapapun
tidak boleh ditangkap tanpa tuduhan-tuduhan yang sah. Perjuangan hak asasi
yang lebih nyata terjadi pada tahun 1689 ketika raja Willem III revolusi.
Revolusi ini besar mengawali babak baru kehidupan demokrasi di Inggris
dengan perpindahan kekuasaan dari tangan raja ke parlemen.
10
semangat bagi rakyat tertindas, khususnya di Perancis, untuk memperjuangkan
hak asasinya.
Hak asasi manusia (HAM), baru disadari lalu diperjuangkan agar diakui
dan dihormati semua orang semenjak falsafah individualism. Juga munculnya
Negara nasional yang pemerintahnya berkuasa penuh dan berhak mencampuri
bidang kehidupan warganya, ternyata menyadarkan manusia betapa perlunya
ada wakil rakyat turut serta dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan guna
menjamin kepentingan orang perseorangan. Selain itu, agama juga sudah
memberitahukan bahwa semua manusia sama dan sederajat selaku ciptaan
Tuhan.
1. Magna charta;
Tanggal 15 Juni 1225 pemimpin pemberontak di Inggris, Stepen Langton,
Archbishop Canterbury dkk, dilapangan rumput daerah Lembah Sungai
Thames, yang diberi nama Runnymede, membacakan dan menyerahkan
dokumen tuntunan kepada Raja John, tentang:
a. Pernyataan kemerdekaan bagi Gereja Inggris.
b. Pernyataan kemerdakaan bagi rakyat/penduduk kerajaan Inggris yang
bebas. Pernyataan ini menyatakan bahwa para petugas keamanan
maupun para pemungut pajak tidak diperbolehkan mengambil gandum
atau hewan tanpa pembayaran yang segera dalam bentuk uang, kecuali
atas kehendak si pemilik sendiri.
c. Pernyataan bahwa para petugas polisi serta kejaksaan tidak akan
menuduh atau menuntut seseorang tanpa saksi dan fakta yang dapat
dipercaya.
11
d. Pernyataan bahwa tidak seorang pun dapat ditahan, ditangkap, dibuang
atau dibunuh tanpa alasan hukum/pertimbangan dari Kepala Distrik
yang bersangkutan. Atau berdasarkan Undang-undang yang berlaku
atau yang harus dibuat. Keadilan haruslah berdasarkan hukum dan hak-
hak itu tidak diperjual belikan, dan semua berhak atas hal itu.
2. Petition of Rights;
Tahun 1628 dalam Badan Perwakilan Rakyat Inggris diajukan berbagai
pertanyaan kepada Raja mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya.
Semua jawaban yang diberikan raja dianggap sebagai suatu ketegasan
hukum terutama mengenai hal-hal yang sebelumnya masih kabur, tidak
jelas atau tidak terdapat ketentuannya berupa peraturan tertulis.
3. Habeas Corpus Act;
Tahun 1670 diberlakukan Habeas Corpus Act, yakni undang-undang
penegasan panahanan, berupa surat perintah raja atau atas nama raja kepada
seoranag petugas yang diperkirakan telah menangkap atau menahan
seseorang secara tidak adil atau tidak manusiawi. Berdasarkan surat
perintah itu, maka orang yang ditangkap/ditahan harus diperiksa, sehingga
ada ketegasan tentang alasan penahanannya menurut fakta perbuatan dan
hukum. Jadi dengan Habeas Corpus Act, maka HAM mengenai
kmerdekaan pribadi menjadi lebih nyata.
4. Bill of Rights;
Tahun 1689 diumumkan The Bill of Rights, yakni Undang-undang HAM
Amerika Serikat. Undang-undang ini merupakan amandemen tambahan
terhadap konstitusi USA yang diatur secara tersendiri dalam 10 pasal
tambahan, meskipun secara prinsip HAM telah termuat dalam Declaration
of Independence mereka.
5. Declaration Des Droits de L’home et du citoyen;
Tahun 1789 diberlakukan penyataan HAM dan hak warga Negara Perancis.
Dalam deklarasi itu dinyatakan bahwa manusia dilahirkan merdeka, lalu
dimuat daftar hak-hak manusia dan warga Negara Perancis, misalnya hak
milik dianggap suci dan tidak boleh di ganggu gugat oleh siapapun.
12
secara aklamasi. Akan tetapi usul dalam bentuk Covenant atau convention tidak
berhasil diterima, namun tahun 1966 Sidang Umum PBB menerima Covenant
of Economic, Social and Cultural Rights serta Covenant on Civil and Political
Rights.
Dalam hubungan ini perlu kita tinjau maksud dan tujuan PBB seperti
tertuang dalam mukaddimah piagamnya, sebagai berikut:
a. Hendak menyelamatkan keturunan manusia yang ada dan yang akan datang
dari bencana perang.
b. Hendak meneguhkan sikap dan keyakinan tentang hak asasi manusia yang
asasi, tentang harkat dan derajat manusia dan tentang persamaan kedudukan
antara laki-laki dan perempuan, juga antara bangsa yang besar dan yang
kecil.
c. Hendak menimbulkan suasana, di mana keadilan dan penghargaan atas
berbagai kewajiban yang muncul dari segala perjanjian dan lain-lain
sumber hukum internasional menjadi dapat dipelihara.
d. Hendak memajukan masyarakat dan tingkat hidup yang lebih baik dalam
suasana kebebasan yang lebih leluasa.
“Bahwa selenyapnya kekuasaan Nazi yang zalim itu akan tercapai suatu
kedamaian yang memungkinkan tiap-tiap Negara hidup dan bekerja dengan
aman menurut batas-bats wilayahnya masing-masing serta jaminan kepada
setiap manusia suatu kehidupan yang bebas dari rasa takut dan kesengsaraan”.
13
Dalam pidato kenegaraan Franklin D. Roosevelt yang ditujukan kepada
semua manusia di dunia pada Juli 1940 disebutkan lima kebebasan dasar
manusia, yaitu:
14
jaminan hak-hak asasi manusia sebagaimana terkandung dalam
UUD 1945 manjadi semakin efektif terutama dengan diwujudkannya
UU Republik Indonesia No. 39 tahun 1999, tentang hak asasi manusia
dalam konsiderans dan ketentuan umum pasal I dijelaskan, bahwa hak
asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya
dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa,dan
merupakan anugrahNya yang wajib dihormati ,dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh Negara, hukum,pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Undang- Undang No. 39 tahun 1999 tersebut terdiri dari 105
pasal yang meliputi berbagai macam hukum tentang hak asasi manusia,
pembatasan terhadap kewenangan pemerintah serta KOMNASHAM
yang merupakan lembaga pelaksaan atas prlindungan hak-hak asasi
manusia. Hak-hak asasi manusia tersebut meliputi: hak-hak hidup, hak
berkeluarga, dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak
memperoleh keadilan, hak atas kebebassan pribadi, hak atas rasa aman
, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita
dan hak anak.
Dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 , telah memberikan
jaminan secara eksplisit tentang hak-hak asasi manusia yang terutama
dalam BAB X A, pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J. Jikalau
dibandingkan dengan UUD 1945 hasil amandemen 2002
dikembangkan menjadi tambah pasalnya dan lebih rinci. Adapun juga
ketentuan pasal-pasal dalam Deklarasi Universal tentang Hak- Hak
Asasi Manusia yang diatur dalam pasal 1 sampai dengan 30.
15
Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan Negara.
b. HAM menurut konsep sosialis
Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat.
Hak asasi manusia tidak ada sebelum Negara ada.
Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi
menghendaki.
c. HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika
Tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama/sesuai dengan
kodratnya.
Masyarakat sebagai keluarga besar artinya penghormatan utama untuk
kepala keluarga.
Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan
kewajiban.
d. HAM menurut konsep PBB
Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin
oleh Elenor Roosevelt (10 Desember 1948) dan secara resmi disebut
“Universal Declaration of Human Rights”. Didalamnya mnejelaskan
tentang hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan yang
dinukmati manusia di dunia yang mendorong penghargaan terhadap hak-
hak asasi manusia. Sejak tahun 1957, konsep HAM tersebut dilengkapi
dengan tiga perjanjian, yaitu: (1) Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, (2)
Perjanjian internasional tentang hak sipil dan politik internasional. Pada
Sidang Umum PBB tanggal 16 Desember 1966 dokumen tersebut diterima
dan diratifikasi.
Universal Declaration of Human Rights menyatakan bahwa setiap
orang mempunyai:
- Hak untuk hidup
- Hak untuk kemerdekaan dan keamanan badan
- Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum
- Hak untuk memperoleh perlakuan yang sama dengan orang lain
menurut hukum
- Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana
seperti diperiksa di muka umum, dianggap tidak bersalah
kecuali ada bukti yang sah
- Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara
16
- Hak untuk mendapat hak milik atas benda
- Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
- Hak untuk bebas memeluk agama serta mempunyai dan
mengeluarkan pendapat
- Hak untuk berapat dan berkumpul
- Hak untuk mendapatkan jaminan sosial
- Hak untuk mendapatkan pekerjaan
- Hak untuk mendapatkan pendidikan
- Hak untuk turut serta dalam dalam gerakan kebudayaan dalam
masyarakat
- Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan
keilmuan
Program penegakan hukum dan HAM (PP No. 7 tahun 2005) meliputi
pemberantasan korupsi, antiterorisme dan pembasmian penyalahgunaan
narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum dan HAM
17
harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif, dan konsisten. Kegiatan-
kegiatan pokok meliputi:
18
n. Pembaharuan materi hukum yang terkait dengan pemberantasan
korupsi.
o. Peningkatan pengawasan terhadap lalu lintas orang yang melakukan
perjalanan baik keluar maupun masuk ke wilayah Indonesia.
p. Peningkatan fungsi intelegen agar aktivitas terorisme dapat dicegah
pada tahap yang sangat dini, serta meningkatkan berbagai operasi
keamanan dan ketertiban.
q. Peningkatan penaanganan dan tindakan hukum terhadap
penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya.
19
Wiyata Jl. Margonda Raya, Depok Jawa Barat, pada tanggal 30 April 2010.
Dan kini sudah kesekian kali Komnas HAM mengajukan atau merestui para
Aktivis LGBT ikut Fit and Proper Tes di DPR RI untuk jadi anggota Komnas
HAM. Padahal, LGBT itu bertentangan dengan ajaran agama Islam dan
bertentangan juga dengan empat pilar utama Negara dan bangsa Indonesia,
yaitu: Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI.
20
3) Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan.
4) Peradilan administrasi dalam perselisihan (Muhtaj, 2005: 23).
Adapun prinsip-prinsip Rule of Law yaitu:
Negara yang menganut sistem Rule of Law harus memiliki prinsip-
prinsip yang jelas, terutama dalam hubungannya dengan realisasi Rule
of Law itu sendiri.
Menurut Albert Venn Dicey dalam Introduction to the Law of
The Constitution, memperkenal istilah the Rule of Law yang secara
sederhana diartikan sebagai suatu keteraturan hukum.
Menurut Dicey terdapat tiga unsur yang fundamental dalam Rule of
Law, yaitu:
1) Supremasi aturan-aturan hukum, tidak adanya kekuasaan
sewenang-wenang, dalam arti seseorang hanya boleh dihukum,
jikalau memang melanggar hukum.
2) Kedudukan yang sama di muka hukum.
3) Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh UU serta keputusan-
keputusan pengadilan.
Rule of Law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad
ke-19, berrsamaan dengan kelahiran Negara konstitusi dan demokrasi. Ia lahir
sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran parlemen
dalam penyelenggaraan Negara, dan sebagai reaksi terhadap Negara absolut
yang bekembang sebelumnya. Rule of Law merupakan konsep tentang common
law dimana segenap lapisan masyaarakat dan Negara beserta seluruh
kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun diatas
prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of Law adalah rule by the law dan bukan
rule by the man. Ia lahir mengambil alih dominasi yang dimiliki kaum gereja,
nigrat dan kerajaan, menggeser Negara kerajaan dan memunculkan Negara
konstitusi dari manna doktrin Rule of Law ini lahir. Ada tidaknya Rule of Law
dalam suatu Negara ditentukan oleh “kenyataan” apakah rakyatnya benar-benar
menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil, baik sesame warga Negara,
maupun dari pemerintah. Oleh karena itu, pelaksanaan kaidah-kaidah hukum
yang berlaku disuatu Negara merupakan suatu premis bahwa kaidah-kaidah
yang dilaksanakan itu merupakan hukum yang adil, artinya kaidah hukum yang
menjamin perlakuan yang adil bagi masyarakat.
21
Untuk membangun kesadaran di masyarakat tentang pentingnya rule by
the law, not rule by the man, maka dipandang perlu memasukkan materi
instruksionl Rule of Law sebagai salah satu materi didalam Pendidikan
Kewarganegaraan.
22
warganya dibatasi oleh hukum. Dengan demikian sejak kelahirannya
konsep negara hukum atau rule oflaw ini memeng dimaksudkan sebagai
usaha untuk membatasi
kekuasaan penguasa negara agar tidak menyalahgunakan kekuasaan untuk
menindasrakyatnya (abuseof power, abuse the droit).
23
sosial”, sehingga Pembukaan UUD 1945 bersifat tetap dan instruktif bagi
penyelenggaraan negara. Dengan demikian, inti dari Rule of Law adalah
jaminan adanya keadilan bagi masyarakat, terutama keadilan sosial. Prinsip-
prinsip di atas merupakan dasar hukum pengambilan kebijakan bagi
penyelenggara negara/pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah, yang
berkaitan dengan jaminan atas rasa keadilan terutama keadilan sosial.
24
otonom. Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
Rule of Law telah banyak dihasilkan di Negara kita, namun
implementasi/penegakannya belum mencapai hasil yang optimal, sehingga rasa
keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan Rule of Law belum dirasakan
sebagian besar masyarakat.
25
Arah dan watak hukum yang dibangun harus berada dalam hubungan
yang sinergis dengan kekayaan yang dimiliki Bangsa Indonesia, atau “back to
law and order”, kembali kepada orde hukum dan ketaaan dalam konteks
Indonesia. Artinya, Bangsa Indonesia harus berani mengangkat “Pancasila”
sebagai alternatif dalam membangun “negara berdasarkan hukum” versi
Indonesia sehingga dapat menjadi “Rule of Moral” atau “Rule of Justice” yang
bersifat “ke-indonesia-an” yang lebih mengedepankan “olah hati nurani”
daripada “olah otak”, atau lebih mengedepankan komitmen moral.
Kasus dan ilustrasi: kasus korupsi KPU dan KPUD, kasus illegal
logging, kasus dana reboisasi hutan yang melibatkan pejabat Mahkamah
Agung, kasus-kasus perdagangan narkoba dan psikotropika, dan kasus
perdagangan perempuan dan anak.
26
BAB III
A. Kesimpulan
Berdasarkan isi dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai anugrah dari Tuhan yang harus
dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu.
Sedangkan Rule of Law adalah gerakan masyarakat yang menghendaki
bahwa kekuasaan raja maupun penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur
melalui suatu peraturan perundang-undangan dan pelaksanaan dalam
hubungannya dengan segala peraturan perundang-undangan.
Dalam peraturan perundang undangan RI paling tidak terdapat empat
bentuk hukum tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam
konstitusi (Undang-undang Dasar Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP
MPR). Ketiga, dalam Undang-undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan
perundang-undangan seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden dan
peraturan pelaksanaan lainnya.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Meskipun hak asasi manusia secara luas diakui dalam konstitusi dan
sejumlah instumen hukum, namun di sisi lain masih ada sejumlah hukum yang
menindas. Dalam situasi penindasan tersebut, mendorong peran pendidikan
tinggi untuk memperkuat hak asasi manusia melalui perlindungan dan advokasi
pembuatan kebijakan. Hal ini, pengajar HAM dan pusat-pusat studinya perlu
bergandeng tangan memperkuat kolaborasi dan pendidikan yang lebih efektif
dan strategis.
27
B. Saran
Rule of Law (penegakkan hukum) di Indonesia sesungguhnya masih
sangat jauh dari apa yang semestinya dilaksanakan. Untuk itulah, sebagai war
ga negarayang baik, masyarakat semestinya mentaati setiap aturan atau hukum
yang telahdibuat. Aturan yang dibuat semata-mata bertujuan agar dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dapat berjalan selaras tan
pa adanyakericuhan atau kekacauan. Sebagai warga negara Indonesia yang
dikenalmenganut negara hukum, kita juga semestinya menunjukkan hal
tersebut kepada dunia internasional bahwa bangsa yang baik adalah bangsa
yang taat kepada hukum.
28
DAFTAR PUSTAKA
29