Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial SD

Disusun untuk memenhi tugas UJIAN TENGAH SEMESTER

(UTS)

Dosen Pengampuh : Yane Hardiyanti Mahmud,S.Pd,M.Pd

Disusun Oleh :

Deviyanti Mamu (151419127)

Kelas 3E

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial
SD ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Konsep
Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial SD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

kami mengucapkan terima kasih kepada Yane Hardiyanti Mahmud,S.Pd,M.Pd,


selaku Dosen Konsep Dasar Ilmu Peengetahuan Sosial SD yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya tekuni.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Gorontalo, 27 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1


B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. HAK ASASI MANUSIA .........................................................................................


B. KONSEP DEMOKRASI KONSTUTUSIONAL......................................................
C. PENEGAKAN HUKUM...........................................................................................

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN .........................................................................................................
B. SARAN .....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hak Asasi manusia

1. Pengertian Hak Asasi Manusia

Secara harfiah hak asasi manusia (HAM) dapat dimaknakan sebagai hak-hak yang
dimiliki seseorang karena keberadaannya sebagai manusia. Hak-hak ini bersumber dari
pemikiran moral manusia dan diperlukan untuk menjaga harkat dan martabat suatu individu
sebagai seorang manusia. Dengan kata lain, HAM secara umum dapat diartikan sebagai hak-
hak yang melekat pada diri segenap manusia sehingga mereka diakui keberadaannya tanpa
membedakan seks, ras, warna kulit, bahasa, agama, politik, kewarganegaraan, kekayaan, dan
kelahiran.

Sacara formal konsep mengenai Hak Asasi Manusia  lahir pada tanggal 10 Desember
1948, ketika PBB memproklamirkan Deklarasi Universal HAM. Yang didalamnya memuat
30 pasal, yang kesemuanya memaparkan tentang hak dan kewajiban  umat manusia.

Secara eksplisit, HAM adalah suatu yang melekat pada manusia, yang tanpanya
manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia, sifatnya tidak dapat dihilangkan atau
dikurangi oleh siapapun.

Adapun isi dalam mukadimah Deklarasi Unuversal tentang HAM oleh PBB adalah:

1. pengakuan atas martabat dan hak-hak yang sama bagi semua anggota keluarga,
kemanusiaan dan keadilan didunia.
2. mengabaikan dan memandang rendah hak asai manusia akan menimbulkan perbuatan
yang tidak sesuai dengan hati nurani umat manusia.
3. hak – hak manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum
4. persahabatan antara Negara-negara perlu dianjurkan
5. memberikan hak-hak yang sama baik laki-laki maupun perempuan
6. memberi penghargaan terhadap pelaksanaan hak-hak manusia dan kebebasan asa
umat manusia
7. melaksanakan hak-hak dan kebebasan secara tepat dan benar.

2. Macam Hak Asasi Manusia (HAM)

1. Hak asasi pribadi / personal Right


– Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat
– Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
– Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
– Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan
yang diyakini masing-masing
2. Hak asasi politik / Political Right
– Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
– hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
– Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya
– Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right
– Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
– Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
– Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
– Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
– Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
– Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
– Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
– Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
– Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
– Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan
penyelidikan di mata hukum.
6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
– Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
– Hak mendapatkan pengajaran
– Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat
3. Pelanggaran Hak Asasi Manusia(HAM)

Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).

Kasus pelanggaran HAM ini dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :

Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :

 Pembunuhan masal (genosida)


 Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan
 Penyiksaan
 Penghilangan orang secara paksa
 Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis

Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :

 Pemukulan
 Penganiayaan
 Pencemaran nama baik
 Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
 Menghilangkan nyawa orang lain

B. Konsep Demokrasi Konstitusional

1. Konsep Demokrasi
Demokrasi merupakan wujud kebersamaan dalam Negara juga merupakan hak
sekaligus kewajiban bagi warga Negara karena system kekuasaan yang berlaku adalah : “Res
publica” dari,oleh ,dan untuk rakyat .
Demokrasi berasal dari bahasa yunani. Yakni kata “Demos” berarti rakyat atau
penduduk suatu tempat dan “cratein” atau “demos” yang berate kekuasaan atau kedaulatan,
dengan demikian maka demokrasi dapat diartikan kekuasaan atau kedaulatan rakyat.
Walaupun sebenarnya ditinjau dari pemahaman agama bahwa kekuasaan rakyat di
bumi adalah kekuasaan rakyat,karena memang pada saat umat manusia diturunkan kebumi
sekaligus diserahkan pengaturannya oleh tuhan kepada manusia atau rakyat yang
diciptakannya, sedangkan pengertian dalam bahasa yunani tidak hanya mengadopsi dari
agama disesuaikan dengan kehidupan.
Pemahaman rakyat itu sendiri sebenarnya belum ada kesepakatan karena pada
kenyataan komunitas – komunitas tertentu tidak mau disamakan sebagai rakyat.
Demokrasi Dalam penerapan di negara kesatuan republik Indonesia demokrasi dapat
dipandang sebagai suatu mekanisme dan cita – cita hidup berkelompok yang ada dalam
UUD 1945 yang disebut kerakyatan. Demokrasi dapat juga dipandang sebagai pola hidup
berkelompok dalam organisasi Negara,sesuai dengan keinginan orang – orang yang hidup
dalam kelompok tersebut (demos).
Keinginan orang –orang yang ada daalm kelompok tersebut ditentukan oleh
pandangan hidupnya (weltanschaung) , falsafah hidupnya (filosofiche Gronslag) dan ideologi
bangsa yang bersangkutan.
Dengan demikian demokrasi atau pemerintahan rakyat di Indonesia didasarkan pada:
1.    Nilai – nilai falsafah pancasila atau pemerintahan
2.    Transformasi nilai – nilai pancasila pada bentuk dan system pemerintahan
3.    Merupakan konsekuensi dan komitmen terhadap nilai – nilai pancasila dan UUD 1945

2. Bentuk Demokrasi Dalam Pengertian Sistem Pemerintahan Negara

Ada dua bentuk demokrasi dalam pemerintahan negara, antara lain :

1.         Pemerintahan Monarki (monarki mutlak, monarki konstitusional, dan monarki


parlementer)
2.         Pemerintahan Republik : berasal dari bahasa latin, RES yang artinya pemerintahan dan
PUBLICA yang berarti rakyat. Dengan demikian dapat diartikan sebagai pemerintahan yang
dijalankan oleh dan untuk kepentingan orang banyak. DEMOKRASI diterima luas sebagai
sistem terbaik dalam penyelenggaraan negara. Indonesia termasuk telah meletakkan paham
demokrasi sejak konstitusi dirumuskan pendiri negara (founding fathers) dalam sidang Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK).

Demokrasi Indonesia mengambil bagian tertentu dari prinsip demokrasi, tetapi di sisi
lain mengabaikan semangat pembatasan kekuasaan dan perlindungan hak-hak warga negara
dengan dalih tidak sesuai dengan demokrasi khas Indonesia.
Dalam proses pencarian demokrasi, Indonesia mengalami masa pasang surut.
Kedaulatan rakyat sebatas jargon dan pelembagaan formal serta miskin pemaknaan secara
substansial. Demokrasi yang diklaim sesuai Pancasila ini berprasangka baik kekuasaan tidak
mungkin disalahgunakan dan lemahnya pengawasan. Reformasi 1998 yang diikuti dengan
perubahan konstitusi (1999-2002) telah merombak bangunan sistem ketatanegaraan
sebelumnya.
Setelah reformasi konstitusi, gagasan demokrasi konstitusional mengemuka yang
menegaskan Indonesia sebagai negara berkedaulatan rakyat yang pelaksanaannya dibatasi
oleh konstitusi. Artinya, negara Indonesia menganut demokrasi yang dibatasi konstitusi
sebagai hukum tertinggi dan kesepakatan bersama (general agreement). Secara bersamaan
pula dianut prinsip negara hukum (rechtsstaat; rule of law), di mana yang memerintah bukan
orang atau lembaga, tetapi oleh hukum.
Buku Demokrasi Konstitusional, Praktik Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan
UUD 1945 karya Janedjri M. Gaffar ini berisi gagasan dan praktik demokrasi konstitusional
di Indonesia. Sebagian dari buku ini berusaha menjelaskan titik temu antara gagasan
kedaulatan rakyat (demokrasi) dan kedaulatan hukum (nomokrasi) yang selama ini
dipertentangkan. 
Dalam konsep negara hukum yang demokratis bertemu demokrasi dan nomokrasi
yang mengandung makna demokrasi yang dibatasi kesepakatan yang dilakukan rakyat sendiri
dalam aturan hukum dengan konstitusi sebagai puncaknya. Bagaimana kedaulatan rakyat ini
disalurkan, diselenggarakan, dan dijalankan dibatasi aturan yang disepakati bersama.
Aturan hukum sendiri dirumuskan dengan cara dan mekanisme demokratis dan
cerminan perasaan keadilan masyarakat.
Konsep demokrasi konstitusional memiliki tiga aspek utama, yaitu penataan lembaga
negara, proses legislasi, dan judicial review.
1.      Aspek pertama, penataan lembaga negara merupakan hal penting karena lembaga negara ini
yang menjalankan kekuasaan negara. Prinsip pembagian kekuasaan (division of powers) yang
semula diagungkan diganti pemisahan kekuasaan (separation of powers) dengan prinsip
checks and balances. Perubahan signifikan dengan meninggalkan doktrin supremasi parlemen
menjadi supremasi konstitusi.Pemisahan kekuasaan dimaksudkan agar tidak terjadi
penumpukan kekuasaan yang berpeluang disalahgunakan.
Prinsip checks and balances ditandai fungsi legislasi di tangan Dewan Perwakilan
Rakyat (dan Dewan Perwakilan Daerah), tetapi presiden masih memiliki hak mengajukan
rancangan undang-undang, membahas, dan memberikan persetujuan. Kekuasaan legislasi
juga dikontrol dan diimbangi Mahkamah Konstitusi dalam menguji
konstitusionalitas undang-undang (judicial review). Begitu pula kekuasaan eksekutif
dikontrol dengan fungsi pengawasan DPR dan DPD.
Prinsip ini melengkapi doktrin pemisahan kekuasaan dengan kelemahan tidak
mungkin kekuasaan mutlak diisi orang-orang dan fungsi yang murni berbeda dan
terpisah.Tetapi, pemisahan kekuasaan ini bukan tanpa masalah. Janedjri menyatakan, bisa
muncul ketegangan yang mengganggu fungsi masing-masing lembaga negara karena beda
tafsir atas kekuasaan masing-masing dan personifikasi lembaga dengan pribadi pejabat.
Hubungan tidak sehat manakala melibatkan hubungan emosional.
2.      Aspek kedua, yaitu pembuatan hukum melalui proses legislasi. Pembentukan hukum harus
dilakukan melalui mekanisme demokratis dan cerminan ideal dan kebutuhan masyarakat.
Hak-hak konstitusional, termasuk hak-hak masyarakat hukum adat, tidak boleh dilanggar
norma yang hierarkinya lebih rendah karena konstitusi akan turun derajat tertingginya. Selain
itu, Janedjri juga mengulas secara mendalam prasyarat demokratisasi pembentukan undang-
undang agar terpenuhi yaitu dengan ada keterbukaan, forum publik, dan partisipasi dari
masyarakat.
3.      Aspek ketiga yaitu judicial review. Mekanisme ini penegasan prinsip checks and balances,
memperkuat negara demokrasi konstitusional, dan mengawal konstitusi sebagai supreme law
dan menjaga konstitusi agar hidup

C. Penegakan Hukum

1. Pengertian Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah sistem yang di dalamnya terdapat anggota pemerintah yang
bertindak secara terorganisir untuk menegakkan hukum dengan cara menemukan,
menghalangi, memulihkan, atau menghukum orang-orang yang melanggar undang-undang
dan norma hukum yang mengatur masyarakat tempat anggota penegakan hukum tersebut
berada. Walaupun istilah ini biasanya mencakup polisi, pengadilan, dan lembaga koreksi
masyarakat, namun isitilah ini biasanya dipakai juga untuk orang-orang (termasuk mereka
yang bukan anggota kepolisian resmi) yang secara langsung terlibat dalam patroli dan
pengamatan untuk mencegah atau menggalangi dan menemukan aktivitas kriminal, dan untuk
orang-orang yang menginvestigasi kejahatan dan menangkap pelaku kejahatan, baik secara
individual atau dalam bentuk organisasi penegakan hukum. baik kepolisian maupun yang
lainnya. Di dalam organisasi kepolisian terdapat unit-unit, misalnya: polisi yang menyamar,
detektif, investigasi, gugus tugas tertentu (geng, obat-obatan, dll.) yang berbeda-beda dari
satu tempat ke tempat yang lainnya.

Walaupun penegakan hukum mungkin saja paling sibuk dengan pencegahan dan
penghukuman atas kejahatan, namun organisasi penegakan hukum hadir untuk mencegah
berbagai macam dan bentuk pelanggaran aturan dan norma yang tidak bersifat kriminal, yang
dilakukan melalui pengenaan konsekuensi yang tidak terlalu berat.

2. Peran Lembaga Penegak Hukum

Untuk mewujudkan penegakan hukum di Indonesia yang adil maka peran lembaga penegak
hukum menjadi sangat penting. Bahkan, hal tersebut telah diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Dalam hal ini, lembaga yang dimaksud yaitu Kepolisian Republik
Indonesia (Polri), Kejaksaan RI, Advokat, Hakim, dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK).

 Kepolisian RI (Polri)

Sesuai dengan UU No.2 tahun 2002 pasal 13 Polri memiliki tugas untuk memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

 Kejaksaan RI

Peran kejaksaan RI diatur diatur dalam UU No.16 tahun 2004 pasal 30 yaitu untuk
melakukan penuntutan, melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuataan hukum tetap, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan
pidana, pengawasan dan keputusan pidana bersyarat. Selain itu, peran kejaksaan juga
melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang.

 Advokat

Peran advokat atau pengacara dalam perlindungan dan penegakan hukum adalah memberi
bantuan hukum kepada subyek hukum seperti membuat dan mengajukan gugatan, jawaban,
tangkisan, sangkalan, mendesak segera disidangkan atau diputuskan perkaranya, dan
sebagainya.

 Hakim

Peran hakim dalam perlindungan dan penegakan hukum adalah menerima, memeriksa, dan
memutuskan perkara hukum berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak dalam siding
sesuai ketentuan perundang-undangan

KPK

Peran KPK dalam perlindungan dan penegakan hukum antara lain melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi, melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi. Selain itu, melakukan pencegahan terhadap tindak pidana korupsi.

Dinamika Pelanggaran Hukum

Dinamika pelanggaran hukum meliputi tentang contoh perilaku yang melanggar hukum dan
sanksinya yang bisa dilihat pada kehidupan sehari-hari serta bagaimana cara berpartisipasi
dalam penegakan dan perlindungan hukum. Ada beberapa contoh perilaku pelanggaran
hukum yaitu :

 Melanggar tata tertib sekolah

Pelanggaran yang dilakukan dapat berupa bolos, absen, tawuran, maupun datang terlambat.
Pelanggaran tersebut biasanya akan diikuti sanksi berupa hukuman langsung oleh guru atau
mendapatkan peringatan dari guru BK.

 Melanggar Tata Tertib Berlalu Lintas


Dalam berlalu lintas, pelanggaran yang sering dilakukan adalah tidak memakai helm dan
melanggar rambu lalu lintas, padahal peraturan tersebut dibuat untuk keselamatan di jalan
raya. Sanksi yang biasa diterima pelanggar adalah berupa penilangan dari pihak kepolisian
hingga dipenjarakan.

 Melanggar Hukum Pidana

Pelanggaran yang dilakukan seperti mencuri, membunuh, dan mengedarkan narkoba.


Dimana, sanksi yang akan diterima pelanggar hukum pidana adalah hukuman sesuai
perundangan yang berlaku seperti dipenjarakan.

BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/hak-asasi-manusia/

https://kresinda.blogspot.com/2013/09/konsep-demokrasi-dan-demokrasi.html?m=0

https://id.wikipedia.org/wiki/Penegakan_hukum

https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/perlindungan-dan-penegakan-hukum-di-indonesia-
5974/

Anda mungkin juga menyukai