Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HAK ASASI MANUSIA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Pendidikan Bahasa arab

Dosen pengampu : Hilmi Najamuddin

Oleh kelompok 4 :

Baiq dini hilmariani

Eka lestari putri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH

IAI HAMZANWADI NW LOMBOK TIMUR

TAHUN 2022
DAFTAR ISI.................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................

1. KATA PENGANTAR.................................................................................................................

2. TUJUAN.................................................................................................................................

3. RUMUS MASALAH.................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................

1. PENGERTIAN HAM.................................................................................................................

2. SEJARAH PERKEMBANGAN HAM...........................................................................................

3. CIRI-CIRI DAN MACAM-MACAM HAM...................................................................................

BAB III PENUTUP........................................................................................................................


A. Pengertian Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia (“HAM”) adalah hak dasar atau pokok yang dimiliki manusia. Secara harfiah,
istilah HAM berasal dari bahasa Prancis “droits de ‘I home” , dalam bahasa Inggris “human rights” ,
dan dalam bahasa Arab “huquq al- insan”. HAM merupakan hak yang melekat pada martabat
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan HAM dibawa sejak manusia ada di muka bumi,
sehingga HAM bersifat kodrati dan bukan pemberian manusia atau negara. Pengertian HAM dalam
dunia ini, setiap manusia pasti mempunyai hak-hak dasar dalam kehidupannya dan hak-hak dasar itu
sudah ada sejak manusia itu lahir. Selain itu, hak-hak dasar tersebut sudah diakui secara universal.
Hak-hak dasar tersebut dikenal sebagai Hak Asasi Manusia (HAM). Dengan adanya HAM, maka setiap
manusia mempunyai perlindungan secara moral dan hukum, sehingga manusia bisa terlindungi dari
berbagai macam tindak kekerasan, perampasan, penganiayaan, dan sebagainya.

Manusia yang terlindungi dari berbagai macam hal yang bisa merugikan dirinya (perampasan,
penganiayaan, dan lain-lain) akan membuat kehidupannya menjadi lebih bebas dan tak merasa ada
tekanan. Dengan kata lain, manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa akan memiliki kehidupan
yang lebih layak karena adanya HAM.

HAM itu sendiri mulai dideklarasikan secara universal oleh Perserikatan Bngsa-Bangsa (PBB) pada
tanggal 10 Desember 1948 atau sekitar 3 tahun setelah Indonesia mengalami kemerdekaan.
Deklarasi Umum Hak-Hak Asasi Manusia (The Universal Declaration of Human Rights) dilakukan
dengan tujuan untuk memberikan kebebasan hak manusia yang asasi kepada seleuruh masyarakat
dunia. Selain itu, deklarasi HAM itu juga dilakukan dengan tujuan untuk menyadarkan masyarakat di
seluruh dunia agar selalu menghormati dan menegakkan HAM.

Deklarasi HAM yang sudah dikumandangkan dan disepakati oleh antarbangsa, maka setiap
negara yang menjadi anggota PBB harus menghormati, menghargai, dan menegakkan Hak-Hak Asasi
Manusia. Penegakan terhadap HAM harus dijunjung tinggi agar setiap negara dapat berkomitmen
untuk memajukan kehidupan manusia yang sesuai dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Singkatnya,
HAM sudah harus menjadi komitmen bersama bagi seluruh masyarakat Negara.

Oleh sebab itu, kita sebagai salah satu dari masyarakat dunia sudah seharusnya berpartisipasi
dalam menjaga dan menegakkan HAM agar manusia bisa menjalani kehidupan lebih bebas dan lebih
layak. Rasanya belum lengkap jika ingin menegakkan HAM, tetapi belum mengerti pengertian, ciri-
ciri, hingga macam-macam HAM. Nah, supaya dapat mengetahui lebih dalam tentang HAM,
langsung saja baca artikel ini, Grameds.

Manusia yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa ini mempunyai tugas untuk memelihara
dan menjaga kedamaian serta kesejahteraan bagi sesama manusia. Hal ini perlu dilakukan agar
keharmonisan lingkungan dapat terjaga, sehingga kehidupan manusia menjadi lebih sejahtera dan
lebih layak. Maka dari itu, sudah sejak lahir jika setiap manusia memiliki hak-hak dasar yang sudah
melekat di dalam dirinya. Hak-hak dasar itu harus dihormati, dihargai, dipertahankan, dan tidak
boleh dirampas atau direbut paksa oleh orang lain agar hubungan sesama manusia bisa menjadi
lebih harmonis.

Hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia itu lebih dikenal sebagai Hak Asasi Manusia (HAM).
Meskipun setiap manusia sudah memiliki HAM, tetapi antara manusia yang satu dengan manusia
lainnya harus menjaga kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Hak-hak dasar manusia yang sudah dilindungi secara hukum dan secara universal ini bisa
membuat sesama manusia harus saling menghormati dan menghargai. Senada dengan pengertian
HAM berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia yang berbunyi
“Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia.”

Hak Asasi Manusia bukan hanya berlaku bagi masyarakat yang ada di beberapa negara saja, tetapi
juga berlaku pada masyarakat di seluruh dunia karena HAM sudah diakui dan dilindungi oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Senada dengan pengertian Hak Asasi Manusia berdasarkan KBBI
yaitu hak yang dilindungi secara internasional (yaitu deklarasi PBB Declaration of Human Rights),
seperti hak untuk hidup, hak kemerdekaan, hak untuk memiliki, hak untuk mengeluarkan pendapat.

Maka dari itu, HAM ini bisa melindungi manusia dari berbagai macam penyiksaan yang dilakukan
dengan sengaja. Namun, HAM tidak akan berjalan dengan baik atau tidak bisa ditegakkan, jika
manusia tidak menjalankan kewajibannya yaitu menjaga dan melindungi sesama manusia dengan
semestinya.

Berikut Adalah Beberapa Pendapat Para Ahli Mengenai Arti HAM:


1. Baharudin Lopa

HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta, yakni hak yang
sifatnya kodrati.[2]

2. John Locke

Manusia sejak dilahirkan telah memiliki kebebasan dan hak-hak asasi. Hak asasi tersebut adalah
kehidupan, kemerdekaan dan harta milik. Hak ini merupakan hak yang dimiliki manusia secara alami,
yang inheren pada saat kelahirannya dan HAM tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun, dan tidak
dapat diperoleh atau dicabut oleh negara, terkecuali atas persetujuan pemiliknya.[3]

3. Mariam Budiarjo

HAM adalah hak yang dimiliki oleh manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan
dengan kelahiran dan kehadirannya dalam hidup masyarakat. Hak ini ada pada manusia tanpa
membedakan bangsa, ras, agama, golongan, jenis kelamin, karena itu bersifat asasi dan universal.
Dasar dari semua hak asasi adalah bahwa semua orang harus memperoleh kesempatan berkembang
sesuai dengan bakat dan cita-citanya.[4]

4. Peter R. Baehr

Dalam buku dengan judul Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Politik Luar Negeri, Peter R. Baehr
mengungkapkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar yang sudah ada di dalam diri setiap
manusia yang digunakan untuk perkembangan dirinya, hak-hak dasar itu memiliki sifat mutlak dan
tidak bisa diganggu gugat.

5. A.J.M. Milne

Menurut A. J. M. Milne, Hak Asasi Manusia adalah suatu hak yang sudah dimiliki oleh setiap
manusia yang ada di seluruh dunia tanpa melihat latar belakang manusia itu sendiri, seperti agama,
kebangsaan, jenis kelamin etnis, sosial dan budaya, serta status sosial.

6. G.J Wolhoff

Dikutip dari buku Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Republik Indonesia, G.J Wolhoff menyatakan
bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang sudah ada di dalam diri manusia dan sudah melekat
pada manusia sejak lahir. Hak-hak tersebut harus selalu ada pada manusia serta tidak boleh
dirampas karena bisa menyebabkan manusia kehilangan derajatnya.
7. Austin Ranney

Menurut Austin Ranney, Hak Asasi Manusia adalah sebuah ruang kebebasan yang dimiliki individu
yang sudah diatur atau dirumuskan di dalam konstitusi hukum serta pelaksanaannya sudah dijamin
oleh pemerintah atau negara.

B. Sejarah Perkembangan HAM

Seorang ahli hukum Prancis, Karel Vasak membagi perkembangan substansi hak-hak yang
terkandung dalam konsep HAM. Karel Vasak menggunakan istilah “generasi” untuk menunjukkan
ruang lingkup hak yang diprioritaskan dalam suatu zaman. Kategori generasi tersebut terinspirasi
dari slogan Revolusi Prancis yakni “kebebasan, persamaan, dan persaudaraan”.[5]

Berikut Adalah Pembagian Generasi HAM Menurut Karel Vasak:

 Generasi Pertama HAM

Kebebasan atau hak-hak generasi pertama mewakili hak sipil dan politik, yaitu HAM yang bersifat
klasik. Hak tersebut muncul dari tuntutan untuk melepaskan diri dari kungkungan kekuasaan
absolutisme negara yang muncul di Amerika Serikat dan Prancis pada abad ke-17 dan ke-18. Hak
yang termasuk dalam generasi pertama adalah hak hidup, keutuhan jasmani, hak kebebasan
bergerak, hak suaka dari penindasan, perlindungan terhadap hak milik, kebebasan berpikir,
beragama dan berkeyakinan, kebebasan untuk berkumpul dan menyatakan pikiran, hak bebas dari
penahanan dan penangkapan sewenang-wenang, hak bebas dari penyiksaan, hak bebas dari hukum
yang berlaku surut, dan hak mendapatkan proses peradilan yang adil.[6]

Hak pada generasi pertama disebut dengan hak-hak negatif, yakni merujuk pada tidak adanya
campur tangan negara terhadap hak dan kebebasan individual. Hak ini menjamin ruang kebebasan
bagi individu untuk menentukan dirinya sendiri. Dalam pengertian lain, negara tidak boleh berperan
aktif (positif) terhadap individu. Jika negara ikut berperan atau campur tangan, maka dapat
mengakibatkan pelanggaran terhadap hak dan kebebasan tersebut.[7]

 Generasi Kedua HAM


Generasi kedua HAM menganut prinsip persamaan dan mewakili perlindungan bagi hak ekonomi,
sosial dan budaya. Berbagai hak tersebut muncul dari tuntutan agar negara menyediakan
pemenuhan terhadap kebutuhan dasar setiap orang, mulai dari makan sampai pada kesehatan.

Berbeda dengan generasi pertama, pada generasi kedua HAM, negara justru harus bertindak
aktif, agar hak tersebut dapat terpenuhi atau tersedia. Hak generasi kedua dikenal dengan bahasa
yang positif yaitu “hak atas” atau “right to”, bukan dalam bahasa negatif yaitu “bebas dari” atau
“freedom from”. Hak yang diakui dalam generasi kedua HAM adalah hak atas pekerjaan dan upah
yang layak, hak atas jaminan sosial, hak atas pendidikan, hak atas kesehatan, hak atas pangan, hak
atas perumahan, hak atas tanah, hak atas lingkungan yang sehat, dan hak atas perlindungan hasil
karya ilmiah, kesusasteraan, dan kesenian.[8]

Hak generasi kedua HAM dikatakan sebagai “hak-hak positif”. Artinya, pemenuhan hak sangat
membutuhkan peran aktif dan keterlibatan dari negara. Sebagai contoh, untuk memenuhi hak atas
pekerjaan bagi setiap orang, negara harus membuat kebijakan ekonomi yang dapat membuka
lapangan kerja. Hal tersebut adalah contoh peran negara secara aktif dalam memenuhi HAM.[9]

 Generasi Ketiga HAM

Persaudaraan atau hak-hak generasi ketiga mewakili tuntutan hak solidaritas atau hak bersama.
Hak tersebut muncul dari tuntutan negara berkembang atau dunia ketiga atas tatanan internasional
yang adil. Melalui tuntutan atas hak solidaritas tersebut, negara berkembang menginginkan adanya
tatanan ekonomi dan hukum internasional yang kondusif untuk menjamin hak atas pembangunan,
hak atas perdamaian, hak atas sumber daya alam sendiri, hak atas lingkungan hidup yang baik, serta
hak atas warisan budaya sendiri.[10]

C. Ciri-ciri dan Macam-macam HAM

 Ciri-Ciri Hak Asasi Manusia (Ham)

Setelah membahas pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) berdasarkan konstitusi dan menurut para
ahli, kini kita akan membahas ciri-ciri dari Hak Asasi Manusia (HAM).

1. HAM Bersifat Hakiki

Ciri pertama dari HAM adalah bersifat hakiki yang berarti Hak Asasi Manusia adalah hak yang
diberikan kepada semua manusia sejak lahir. Oleh sebab itu, setiap manusia harus menjunjung tinggi
hak-hak dasar yang sudah dimiliki oleh manusia lainnya. Apabila sesama manusia bisa saling
menghormati dan menjunjung tinggi satu sama lain, maka kemungkinan besar keharmonisan antar
manusia dapat terjalin dengan baik.

2. HAM Bersifat Universal

Ciri kedua dari HAM adalah bersifat universal yang berarti Hak Asasi Manusia berlaku untuk setiap
manusia yang ada di seluruh dunia tanpa melihat latar belakang dari manusia itu sendiri. Dalam hal
ini, latar belakang yang dimaksud adalah jenis kelamin, agama, status sosial, ras, suku bangsa, dan
sebagainya. Dengan kata lain, adanya HAM bisa mengurangi terjadinya konflik yang terjadi karena
adanya perbedaan.

3. HAM Bersifat Tidak Bisa Dicabut

Ciri ketiga dari HAM adalah bersifat tidak bisa dicabut. Ciri Hak Asasi Manusia yang satu ini dapat
diartikan bahwa hak-hak dasar yang sudah ada di dalam diri manusia sejak lahir tidak bisa diserahkan
kepada orang lain atau tidak bisa dirampas oleh orang lain. Apabila hak-hak dasar manusia dirampas
oleh orang lain, maka sesama manusia sangat mudah terjadi konflik yang bisa membahayakan
individu itu sendiri dan lingkungannya.

4. HAM Bersifat Tidak Bisa Dibagi

Ciri keempat dari HAM adalah bersifat tidak bisa dibagi yang berarti setiap manusia berhak untuk
memperoleh semua hak yang sama, seperti hak sipil dan hak politik, hak ekonomi, serta hak sosial
dan budaya. Jika, HAM dibagi-bagi, maka akan ada manusia yang merasa dirinya diperlakukan tidak
adil karena tidak mendapatkan hak yang sama dengan individu-individu lainnya.

 Macam-Macam Hak Asasi Manusia (HAM) Dan Contoh-Contohnya

Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Hak Asasi Manusia
terdiri dari beberapa macam di antaranya:

1. Hak Asasi untuk Hidup

Contoh dari hak asasi untuk hidup, seperti setiap manusia berhak untuk hidup, setiap manusia
berhak untuk mempertahankan hidupnya, dan setiap manusia berhak meningkatkan kesejahteraan
hidupnya. Contoh lainnya dari hak asasi untuk hidup, yaitu setiap manusia berhak untuk
mendapatkan lingkungan yang sehat dan bersih dan berhak memperoleh rasa aman, damai,
tenteram, serta sejahtera lahir batin.

2. Hak Asasi Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan

Terdapat beberapa contoh dari hak asasi berkeluarga dan melanjutkan keturunan, yaitu setiap
manusia atau individu berhak untuk membangun sebuah keluarga tanpa harus ada tekanan serta
berhak untuk memiliki keturunan lewat suatu perkawinan yang sah. Dalam hal ini, perkawinan
dinyatakan sah, jika calon suami dan calon istri sudah memenuhi ketentuan-ketentuan hukum yang
berlaku, baik itu hukum agama atau hukum negara.

3. Hak Mengembangkan Diri

Setiap manusia berhak untuk mengembangkan dirinya secara layak. Oleh sebab itu, muncullah
hak asasi untuk mengembangkan diri. Adapun contoh dari hak ini yaitu setiap manusia berhak untuk
berkomunikasi serta mendapatkan informasi sesuai kebutuhannya, setiap manusia berhak untuk
merasakan manfaat dari pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya. Contoh terakhir dari hak
mengembangkan diri adalah setiap manusia berhak memperjuangkan dirinya agar bisa terus
berkembang, baik itu secara individu atau kelompok.

4. Hak Memperoleh Keadilan

Setiap manusia berhak untuk mendapatkan keadilan yang sama di mata hukum, sehingga tidak
ada diskriminasi terhadap individu atau kelompok tertentu. Hak memperoleh keadilan memiliki
beberapa contoh, seperti adanya asas praduga tidak bersalah atau seseorang berhak untuk tidak
dinyatakan bersalah, jika belum ada keputusan hukum yang sah dari sidang pengadilan. Selain itu,
setiap manusia berhak memiliki bantuan hukum saat dimulainya suatu penyidikan hingga putusan
pengadilan.

5. Hak Atas Kebebasan Pribadi

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia berhak untuk menentukan kebebasan yang akan
dipilihnya. Kebebasan itu masih akan diperbolehkan selama tidak merugikan atau membahayakan
orang lain. Contoh dari hak atas kebebasan pribadi, yaitu setiap orang bebas menentukan agama
yang akan dianutnya, setiap orang bebas untuk menentukan pilihan politiknya, setiap orang bebas
mengeluarkan pendapat, setiap orang bebas untuk menentukan kewarganegaraannya, dan
sebagainya.
6. Hak Atas Rasa Aman

Setiap orang berhak untuk mendapatkan rasa aman, sehingga dalam menjalani kehidupan akan
lebih tenang. Hak atas rasa aman mempunyai beberapa contoh, yaitu setiap orang berhak untuk
mendapatkan perlindungan diri dan keluarga, setiap orang berhak bebas dari perbuatan buruk
(penyiksaan, kekerasan, dan lain-lain), dan setiap orang tidak boleh ditangkap, ditahan, dipaksa, dan
dibuang dengan sewenang-wenang.

7. Hak Kesejahteraan

Adanya hak asasi manusia ini memberikan manusia untuk mendapatkan hak kesejahteraan.
Manusia yang dapat hidup sejahtera, maka kehidupannya bisa berjalan dengan baik. Dengan adanya
hak kesejahteraan ini, maka setiap orang tidak boleh mengambil secara paksa atau merampas hak-
hak dasar orang lain. Contoh dari hak kesejahteraan, yaitu setiap orang (laki-laki atau wanita) berhak
untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan martabat kemanusiaan, setiap orang berhak
untuk memilih pekerjaan sesuai bidang yang disukainya.

8. Hak Untuk Ikut Serta dalam Pemerintahan

Indonesia yang menganut sistem pemerintahan demokrasi ini memberikan kebebasan


berpendapat untuk masyarakatnya dan memberikan kebebasan dalam memilih pilihan politiknya.
Oleh sebab itu, hadirlah hak untuk ikut serta dalam pemerintahan yang di mana contoh-contohnya,
seperti setiap orang berhak untuk diangkat menjadi pejabat atau memiliki jabatan di pemerintahan,
setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapatnya terhadap sistem pemerintahan, dan setiap
warga negara berhak untuk ikut Pemilu.

9. Hak Wanita

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 ini, terdapat hak wanita. beberapa contoh
dari hak wanita, seperti wanita berhak untuk memperoleh perlindungan khusus dalam
melaksanakan pekerjaannya, wanita berhak untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, wanita berhak menentukan kewarganegaraannya (setelah menikah dengan
pria berkewarganegaraan asing.
10. Hak Anak

Setiap anak yang lahir di dunia ini mempunyai hak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga,
masyarakat, dan negara. Contoh dari hak anak, seperti setiap anak berhak untuk mendapatkan
sebuah nama dan status kewarganegaraan, setiap anak berhak beribadah, berpikir, dan berekspresi
dengan bimbingan orang tua atau wali, dan setiap anak berhak untuk memperoleh suatu
perlindungan hukum dari segala macam tindak kekerasan, baik itu secara fisik atau mental.

Itulah 10 macam Hak Asasi Manusia berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia yang dapat kita ketahui. Dengan mengetahui macam-macam HAM, maka kita
akan mudah mengategorikan HAM.

 Macam-Macam Ham Menurut Deklarasi Universal Ham (Duham)

Menurut Deklarasi Universal Ham (DUHAM), macam-macam Hak Asasi Manusia terdiri dari lima
jenis, yaitu:

1. Hak personal (yang berkaitan dengan kebutuhan individu)

2. Hak legal (yang berkaitan dengan perlindungan hukum)

3. Hak sipil dan politik (yang berkaitan dengan kebebasan menentukan pilihan politik)

4. Hak subsistensi (yang berkaitan dengan sumber daya untuk menunjang kehidupan)

5. Hak ekonomi, sosial dan budaya.

 Teori HAM

Di kalangan para ahli hukum terdapat 3 teori utama yang menjelaskan asal muasal lahirnya
pemikiran mengenai HAM, yakni:

1.Teori Hukum Kodrati

Tokoh yang dianggap paling berjasa dalam mendefinisikan dasar teori hukum kodrati adalah John
Locke dan JJ Rousseau. John Locke mengemukakan pemikiran bahwa semua individu dikaruniai oleh
alam hak yang melekat atas hidup, kebebasan dan kepemilikan, yang merupakan milik mereka
sendiri dan tidak dapat dicabut oleh Negara. Melalui suatu kontrak sosial atau social contract,
perlindungan atas hak yang tidak dapat dicabut diserahkan kepada negara. Jika penguasa negara
mengabaikan kontrak sosial, maka rakyat di negara itu bebas menurunkan sang penguasa dan
menggantinya dengan suatu pemerintah yang bersedia menghormati hak tersebut.[11]
Sedikit berbeda dengan John Locke, JJ Rousseau menegaskan bahwa hukum kodrati tidak
menciptakan hak kodrati individu melainkan hak kedaulatan warga negara sebagai suatu kesatuan.
Setiap hak yang diturunkan dari suatu hukum kodrati akan melekat pada warga negara sebagai satu
kesatuan. Pada intinya, teori hukum kodrati melihat HAM lahir dari Tuhan sebagai bagian dari kodrat
manusia. Ketika manusia lahir maka HAM sudah melekat dalam dirinya dan hak tidak dapat diganti
apalagi dihilangkan, apa pun latar belakang agama, etnis, kelas sosial, dan orientasi seksual mereka.
[12]

2.Teori Positivisme atau Utilitarian

Menurut Jeremy Bentham, eksistensi manusia ditentukan oleh tujuan atau utilitas mencapai
kebahagiaan bagi sebagian besar orang. Penerapan hak atau hukum ditentukan oleh apakah hak
atau hukum tersebut memberikan kebahagiaan terbesar bagi sejumlah manusia yang paling banyak.
Setiap orang pada dasarnya memiliki hak, namun hak tersebut bisa hilang jika bertentangan dengan
kebahagiaan dari mayoritas orang lain. Artinya, kepentingan individu harus berada di bawah
kepentingan masyarakat. Karena pandangan yang mengutamakan banyak orang tersebut, teori
positivisme dikenal juga sebagai teori utilitarian.[13]

3.Teori Keadilan

Teori keadilan lahir dari kritik terhadap teori positivisme. Tokoh yang mencetuskan teori keadilan
adalah Ronald Drowkin dan John Rawls. Teori Drowkin mendasari negara memiliki kewajiban untuk
memperlakukan warganya secara sama. Artinya, negara menggunakan nilai moral, kekuasaan, dan
pendasaran lainnya sebagai alasan untuk mengesampingkan HAM, kecuali prinsip perlakuan sama
tersebut. Sedangkan, menurut Rawls, setiap individu memiliki hak dan kebebasan yang sama.
Namun, hak dan kebebasan tersebut kerap tidak dinikmati secara bersama. Sebagai contoh,
terdapat hak bagi setiap orang untuk memperoleh pendidikan, tapi hak ini pada faktanya tidak dapat
dinikmati oleh semua orang karena kemiskinan. Untuk mengatasi isu tersebut, Rawls
memperkenalkan asas perbedaan atau difference principle yang menyatakan bahwa distribusi
sumber daya yang merata hendaknya diutamakan dalam masyarakat.[14]
Menurut Todung Mulya Lubis ada empat teori HAM yang sering dibahas dalam berbagai
kesempatan yang berkaitan dengan disiplin keilmuan yang didalamnya ada unsur-unsur mengenai
HAM, yaitu ;

1. Teori Hak-Hak Alami (Natural Rights Theory)

HAM adalah hak yang dimiliki oleh seluruh manusia pada segala waktu dan tempat berdasarkan
takdirnya sebagai manusia (huan right are right that belong to all human beings at all ties and all
places by virtue of being born as human beings )

Teori kodrati mengenai hak (natural right theory) yang menjadi asal usul gagasan mengenai hak
asasi manusia bermulai dari teori hukum kodrati (natural right theory). Teori ini dapat dirunut
kembali jauh kezaman kuno dengan filsafat Stoika hingga ke zaman modern melalui tulisan-tulisan
hukum kodrati Santo Thomas Aquinas. Selanjutnya ada Hugo de Groot (nama latinnya : Grotius),
seorang ahli hukum belanda yang dinobatkan sebagai “bapak hukum internasional”, yang
mengembangkan lebih lanjut teori hukum kodrati Aquinas dengan memutus asal usulnya yang
theistic dan membuatnya menjadi produk pemikiran sekuler yang rasional. Dengan landasan inilah,
pada perkembangan selanjutnya, salah seorang kaum terpelajar pasca-Renaissans, John Locke,
mengajukan pemikiran mengenai teori hak-hak kodrati. Gagasan Locke mengenai hak-hak kodrati
inilah yang melandasi munculnya revolusi hak dalam revolusi yang meletup di inggris, Amerika
serikat dan Prancis pada abad ke-17 dan ke-18.

Gagasan hak asasi manusia yang berbasis pada pandangan hukum kodrati itu mendapat tantangan
serius pada abad ke-19. Edmund Burke, orang Irlandia yang resah dengan Revolusi Perancis , adlah
salah satu penentang teori hak-hak kodrati. Tetapi penentang teori kodrati yang paling terkenal
adalah Jeremy Bentham, seorang fisuf utilitarian dari inggris. Kritik Bentham yang mendasar
terhadap teori tersebut adalah bahwa teori hak-hak kodrati tidak bisa dikonfirmasi dan diverifikasi
kebenarannya .

2. Teori Positivisme (Positivist Theory)

Teori ini berpandangan bahwa karena hak harus tertuang dalam hukum yang rill, maka dipandang
sebagai hak melalui adanya jaminan konstitusi (rights, then should be created and granted by
constitution, laws and contracts). Teori atau madzhab positivisme ini memperkuat serangan dan
penolakan kalangan utilitarian, dikembangkan belakangan dengan lebih sistematis oleh John Austin.
Kaum positvis berpendapat bahwa eksistensi dan isi hak hanya dapat diturunkan dari hukum
Negara. Satu-satunya hukum yang sahih adalah perintah dari yang berdaulat. Ia tidak dating dari
“alam” ataupun “moral”.

3. Teori Relativisme Budaya (Cultural Relativist Theory)

Teori Ini merupakan salah satu bentuk anti-tesis dari teori hak-hak alami (natural rights). Teori ini
berpandangan bahwa hak itu bersifat universal merupakan pelanggaran satu dimensi kultural
terhadap dimensi kultural yang lain, atau disebut dengan imperialisme kultural (cultural
imperialism). Yang ditekankan dalam teori ini adalah bahwa manusia merupakan interaksi social dan
kultural serta perbedaan tradisi budaya dan peradaban berisikan perbedaan cara pandang
kemanusiaan (different ways of being human). Oleh karenanya, penganut teori ini mengatakan ,
that rights belonging to all human beings at all times in all placeswould be the rights of desocialized
and deculturized beings

4. Doktrin Marxis (Marxist Doctrine and Human Rights )

Doktrin marxis menolak teori hak-hak alami karena Negara atau kolektivitas adalah sumber
seluruh hak (repositiory of all rights). Namun deikian, kecaman dan penolakan dari kalangan
utilitarian dan positivis twersebut tidak membuat teori hak-hak kodrati dilupakan. Jauh dari
anggapan Bentham, hak-hak kodrati tidak kehilangan pamornya, ia malah tampil kembali pada asa
akhirn Perang Dunia II. Gerakan untuk menghidupkan kembali teorin hak kodrati inilah yang
mengilhami kemunculan gagasan hak asasi manusia dipanggung internasional. Pengalaman buruk
dunia internasional dengan peristiwa Holocaust Nazi, membuat dunia berpaling kembali kepada
gagasan John Locke tentang hak-hak kodrati. Hal ini dimungkinkan dengan terbentuknya
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1945, segera setelah berakhirnya perang yang
mengorbankan banyak jiwa umat manusia itu.

Kemunculan teori hak-hak kodrati sebagai norma internasional yang berlaku setiap Negara
membuatnya tidak sepenuhnya lagi sama dengan konsep awalnya sebagai hak-hak kodrati. Substansi
hak-hak yang terkandung dalam hak kodrati (sebagaimana yang telah diajukan oleh John Locke).
Kandungan hak dalam hak asasi manusia sekarang bukan hanya terbatas pada hak-hak sipil dan
politik, tetapi juga mencakup hak-hak ekonomi, social, dan budaya. Bahakan, belakangan ini
substansinya bertambah dengan munculnya hak-hak “baru”, yang disebut dengan “hak-hak
solidaritas”. Dalam konteks keseluruhan inilah seharuanya makna hak-hak asasi manusia dipahami
dewasa ini.

 Prinsip-Prinsip HAM

Berikut adalah beberapa prinsip-prinsip HAM yang dikemukakan oleh para ahli:[15]

1.Universal (universality)

Yaitu semua orang di seluruh belahan dunia, agama apa pun, warga negara manapun, bahasa apa
pun, etnis manapun, tanpa memandang identitas politik dan antropologis apa pun, dan terlepas dari
status disabilitasnya, memiliki hak yang sama.

Tak terbagi, yaitu setiap orang memiliki seluruh kategori hak yang tidak dapat dibagi-bagi. Saling
bergantung. Pada prinsip ini jenis hak tertentu akan selalu bergantung dengan hak yang lain. Sebagai
contoh, hak atas pekerjaan akan bergantung pada terpenuhinya hak atas pendidikan Saling terkait,
yakni sebuah hak akan terkait dengan hak yang lain, misalnya hak untuk hidup, hak menyatakan
pendapat, dan hak memilih agama, dan lainnya.

Kesetaraan mensyaratkan adanya perlakuan yang setara, di mana pada situasi yang sama harus
diperlakukan dengan sama, dan di mana ada situasi berbeda dengan sedikit perdebatan maka
diperlakukan secara berbeda.

2.Non Diskriminasi

Yakni setiap orang harus diperlakukan dan memiliki kesempatan setara di hadapan hukum. Ketika
orang tidak diperlakukan atau memiliki kesempatan tidak setara, maka disitulah diskriminasi terjadi.
Tanggung jawab negara, yakni prinsip yang kemudian dibagi menjadi kewajiban untuk menghormati,
kewajiban untuk memenuhi, dan kewajiban untuk melindungi.

Pelarangan terhadap deskriminasi atau Non Deskriminasi adalah salah satu bagian dari prinsip
kesetaraan. Jika semua orang setara, maka seharusnya tidak ada perlakuan yang diskriminatif (selain
tindakan afirmatif yang dilakukan untuk mencapai suatu kesetaraan). Pada efeknya deskriminatif
adalah kesenjangan perbedaan perlakuan dari perlakuan yang seharusnya sama atau setara.
Prinsip ini kemudian menjadi sangat penting dalam hak asasi manusia. Dalam hal ini, diskriminasi
memiliki dua bentuk, yaitu:

a. Deskriminasi langsung

Yaitu ketika seseorang baik langsung atau tidak langsung diperlakukan secara berbeda dari pada
lainnya (lees favourable).

b. Deskriminasi tidak langsung

Yaitu ketik,a dampak praktis dari hukum dan atau kebijakan merupakan bentuk deskriminasi
walaupun hal itu tidak ditujukan untuk tujuan diskriminasi. Misalnya pembatasan pada hak
kehamilan jelas mempengahruhi lebih kepada perempuan daripada laki-laki.

Pemahaman diskrimanasi kemudian meluas dengan dimunculkannya indicator diskriminasi yaitu


berbasis pada ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau opini lainnya,
nasionalitas atau kebangsaan, kepemilikan atas suatu benda (property), status kelahiran atau status
lainnya. Semakin banyak pula instrument yang memperluas alas an deskriminasi termasuk
didalamnya orientasi seksual, uur, dan cacat tubuh.

3.Prinsip Kewajiban Positif Setiap Negara

Prinsip kewajiban positf Negara digunakan untuk melindungi hak-hak tertentu. M enurut hukum
hak asasi internasional, suatu negra tidak boleh secara sengaja mengabaikan hak-hak dan
kebebasan-kebebasan. Sebaliknya Negara diasusikan memiliki kewajiban positif untuk melindungi
secara aktif dan memastikan akan terpenuhinya hak-hak dan kebebasan-kebebasan. Uuntuk
kebebasan berekspresi,sebuah Negara boleh memberikan kebebasan dan sedikit memberikan
pembatasan. Untuk hak hidup, Negara tidak boleh menerima pedekatan yang pasif. Negara wajib
membuat suatu aturan hukum dan mengambil langkah-langkah guna melindungibsecara positif hak-
hak dan kebebasan-kebebasan yang dapat diterima oleh Negara. Karena alas an inilah, negara
membuat aturan hukum melawan pembunuhan untuk mencegah aktor non egara (non state actor)
melanggar hak untuk hidup, bukan bersifat pasif.

 Prinsip-Prinsip HAM Dalam Islam


Menurut Harun Nasution, dasar-dasar dan prinsip-prinsip sangat diperlukan sebagai pegangan
umat islam dalam “menghadapi perkembangan zaman dan mengatur masyarakat islam sesuai
dengan tuntutan zaman”. Menurut Masdar F. Mas’udi, lima prinsip hak-hak asasi manusia dapat
ditilik dari konsep dharuyaiyah al-khams yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Hak perlindungan terhadap jiwa atau hak hidup.

Perlindungan terhadap jiwa merupakan hak yang tidak bisa ditawar. Penerjemah yang paling
elementer dari hak hidup ini dituangkan dalam sistem hukum, yang salah satumya adalah Qishas.
Karena kehidupan merupakan suatu hal yang sangatv niscaya dan tidak boleh dilanggar oleh
siapapun, maka barangsiapa yang secara sengaja melanggar kehidupan orang, dia harus dihukum
setimpal supaya orang itu tidak melakukan hal yang sama ditempat yang lain.

2. Perlindungan keyakinan

Perlindungan keyakinan ini dituangkan dalam ajaran La Iqrah fi-dhiin (Tidak ada pemaksaan dalam
agama) atau Lakum Diinukum Waliyadiin ( Bagimu agamau, dan bagiku agamaku). Oleh karena itu,
tidak diperbolehkan pemaksaan dalam memeluk agama. Tapi, dalam sejarah kemudian, hak
perlindungan atas agama ini diterjemahkan didalam suatu aturan hukum yang memberi ketentuan
keras terhadap orang yang pindah agama. Padahal, dalam konteks yang paling dasar (Al-Qur’an),
tidak ada paksaan dalam memeluk agama.

3. Hak perlidungan terhadap akal dan pikiran

Hak perlindungan terhadap akal pikiran ini diterjemahkan dalam perangkat hukum yang sangat
elementer, yakni tentang haramnya hal-hal yang merusak kesadaran pikiran. Barangsiapa yang
melanggar hal itu (merusak kesadaran), aka hukumnya cukup keras. Hukuman yang keras ini
dimaksudkan sebagi perlindungan terhadap akal pikiran. Sebenarnya, dari penjabaran elementer ini
bisa ditarik lebih jauh yakni perlindunganterhadap kebebasan berpendapat. Bisa ditarik pula pada
hak-hakpendidikan, dan sebagainya. Tapi elaborasi pasca prinsip-prinsip hak yang elementer ini
masih jarang dilakukan Hal ini dikarenakan hak-hak yang dipahami dalam fiqih merupakan hak-hak
yang bersifat subsistem.

4. Perlindungan terhadap hak milik


Perlindungan ini diterjemahkan dalam hukum tentang keharaman mencuri dan hukuman yang
keras terhadap pencurian hak milik yang dilindungi secara sah. Kalau diterjemahkan lebih jauh, hak
ini dapat dipahami sebagai hak kerja atau memperoleh pendapatan yang layak dan seterusnya.

5. Hak berkeluarga atau hak memperoleh keturunan dan mempertahankan nama baik

Hak mempertahankan nama baik ini diterjemahkan dalam buku fiqih yang begitu keras terhadap
orang yang melakukan tindakan perbuatan zina. Orang yang menuduh orang berbuat zina harus bisa
membuktikan tuduhan tersebut dengan bukti empat saksi. Kalau tuduhan tersebut tidak dapat
dibuktikan, maka menurut fiqih orang tersebut tidak dapat dipersalahkan. Kalaupun zina ini memang
benar-benar terjadi, itu menjadi urusan pelaku zina dengan allah.

Disamping lima hak dasar seperti dijabarkan diatas, dalam fiqih juga ada tiga lapisan hak.

1. Hak Dzararat (hak dasar )

Suatu hal yayng disebut hak dasar apabila pelanggaran atas hak tersebutv bukan hanya membuat
manusia sengsara, tetapi juga menghilangkan eksistensinya, bahkan menghilangjan harkat
kemanusiaannya.

2. Hak Ta’ziat (sekunder)

Yakni hak-hak yang bila dipenuhi akan berakibat pada hilangnya hak-hak elementer.

3. Hak Tersier (komplementer)

Yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder.

Pembagian tiga lapis ini menurut Masdar F. Mas’udi menjadi penting dalam pandangan fiqih yang
selalu bicara mana hak yang perlu didahulukan dan mana yang tidak.mBila ada hak sekunder dan
primer bertabrakan, maka yang didahulukan adalah hak primer. Jika ada hak yang berkategori
taqmiyat, bila terpaksa bisa saja didahulukan karena bila hak tersebut dilanggar tidak menimbulkan
kesulitan, hanya saja meninbulkan ketidak lancaran hak sekuder. Jika ada tabrakan antara hak
sekunder dan hak elementer, maka yang didahulukan adalah hak dzararat (elementer). Bila hal
sekunder bertabrakan dengan hak tersier, maka yang didahulukan adalah hak yang sekunder. Hak-
hak ini dihirarkikan agar orang memperoleh perlindungan yang proposional, orang-orang yang
melanggar hak hak dzararat (elementer), maka dosany besar. Sementara pelanggaran terhadap hak
ta’ziat (sekunder) dosanya sebesar hak-hak elementer, itulah logika fiqih.

Sedangkan dari segi nilai normatif, secara ringkas dapat dinyatakan bahwa HAM dalam islam
didasari oleh:

1. Prinsip persamaan antara manusia, yaitu semua manusia sama dihadapan tuhan, tidak ada
satu ras yang lebih unggul dari yang lain, karena semua manusia beraasal dari leluhur yang
sama.

2. Prinsip kebebasan personal, karena itu perbudakan dilarang dan pembebasan budak
diwajibkan yang terdapat dalam QS Al-Baqarah: 177

3. Prinsip keselamatan jiwa, yang berarti bahwa siapa saja yang menyelamatkan jiwa manusia
maka ia seolah-olah telah memelihara kehidupan semua manusia, yang terdapat dalam QS.
Al-Maidah: 32

4. Prinsip keadilan, suatu hak manusia yang ditekankan dalam QS. Al-A’raf: 29 dan QS. Al-
Hadid: 25

Diantara ajaran-ajaran islam yang prinsipil adalah “Al-Musaawwaah” (Persamaan Hak). Islam
menganggap bahwa diskriminasi manusia adalah suatu penyakit dalam tubuh umat manusia yang
harus disembuhkan. Menurut Abdul Wahhab Khallaf, persamaan adalah termasuk syi’ar islam yang
paling esensial. Ia mencontohkan, banyak hukum islam yang merealisasikan asas persamaan itu
dalam haji, jama’ah memakai satu bentuk pakaian yang tidak berjahit. Ketika sholat, umat berbaris
lurus sama. Dalam nasihat, mencakup orang yang berkedudukan rendah atas orang yang lebih tinggi.
Dalam perkara pidana, jiwa dibalas dengan jiwa, mata dengan mata, dan melukai ada qishas-nya.

Anda mungkin juga menyukai