Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Dianjukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kulia Kewarganegaraan

Dosen pembimbing: Dr. Abdul Jabar, M. Pd

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1.
NAMA:

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN)
AMBON
2021

1
KATA PENGANTAR

Assallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.....

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.Dengan selesainya makalah ini, tidak lepas dari bantuan banyak
pihak yang telah memberikan banyak masukan kepada saya. Untuk itu saya
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Abdul Jabar, M. Pd. selaku dosen
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah bersedia memeriksa dan
mengoreksi makalah saya.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini.


Maka dari itu,kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi
tercapainya kesempurnaan darimakalah ini.

Wassallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ambon,20 Desember 2021

2
COVER.................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.........................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................3

BAB 1. PENDAHULUAN...................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................4


B. Rumusan Masalah...................................................................................4
C. Tujuan Masalah.......................................................................................5

BAB 11. PEMBAHASAN...................................................................................6


A. Pengertian HAM.............................................................................................6
a. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) Menurut para ahli ................7

B. Sejarah Singkat Perkembangan HAM.........................................................7


a. Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM) di dunia Dunia barat.................7

b. Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM) di indonesia.................................9


C. Penegakan HAM.............................................................................................9
a. Hambatan-hambatan dalam Upaya Penegakkan Hak Asasi Manusia
........................................................................................................................10

D. Hubungan HAM, Pancasila Dengan Syariat Islam.....................................12


BAB 111 PENUTUP............................................................................................15
A KESIMPULAN................................................................................................15
B. SARAN.............................................................................................................15
DAFTAR ISI........................................................................................................16

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia
yangdalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak
kebebasanyang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi.
Hak jugamerupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu
hal yangsering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini.
HAM lebihdijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada
era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup
tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau
pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik
untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil
judul “Hak Asasi Manusia”.

Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri
manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang
harus dihormati, dijaga, dan dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah
merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui
keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum.

B. Rumusan Masalah

a. Apa yang di maksud dengan HAM?


b. Bagaimana sejarah perkembangan HAM?
c. Bagaimana penegakan HAM?
d. Apa hubungan HAM, Pancasila dengan Syariat Islam?

4
C. Tujuan Masalah
a. Agar Mahasiswa Mengetahui pengertian HAM
b. Untuk mengetahui sejara perkembangan HAM
c. Mengetahui penegakan HAM di Indonesia
d. Agar Mahasiswa mampu mengetahui HAM, Pancasila dengan Syariat
Islam.

5
BAB 11
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)


Hak Asasi Manusia (HAM) dalam bahasa inggris human ringts dalam
bahasa prsncis droits de i’homme jadi Hak asasi manusia adalah konsep
hukum dan normatif yang menyatakan bahwa manusia memiliki hak melekat
pada dirinya karna ia adalah seorang manusia Hak asai manusia berlaku
kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun, sehingga sifatnya universal.
HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut, juga tidak dapat dibagi-bagi,
saling berhubungan dan saling bergantung.
Secara konseptual, hak asasi manusia dapat dilandaskan pada keyakinan
bahwa hak tersebut ‘’dianugerahkan secara alamiah" oleh alam semesta,
Tuhan, atau nalar. Sementara itu, mereka yang menolak penggunaan unsur
alamiah meyakini bahwa hak asasi manusia merupakan pengejawantahan
nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat.
Ada pula yang menganggap HAM sebagai perwakilan dari klaim-klaim
kaum yang tertindas, dan pada saat yang sama juga terdapat kelompok yang
meragukan keberadaan HAM sama sekali dan menyatakan bahwa hak asasi
manusia hanya ada karena manusia mencetuskan dan membicarakan konsep
tersebut. Dari sudut pandang hukum internasional, hak asasi manusia sendiri
dapat dibatasi atau dikurangi dengan syarat-syarat tertentu.
Pembatasan biasanya harus ditentukan oleh hukum, memiliki tujuan yang
sah, dan diperlukan dalam suatu masyarakat demokratis. Sementara itu,
pengurangan hanya dapat dilakukan dalam keadaan darurat yang mengancam
"kehidupan bangsa", dan pecahnya perang pun belum mencukupi syarat ini.
Selama perang, hukum kemanusiaan internasional berlaku sebagai lex
specialis. Walaupun begitu, sejumlah hak tetap tidak boleh dikesampingkan
dalam keadaan apapun, seperti hak untuk bebas dari perbudakan maupun
penyiksaan.

6
a. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) Menurut para ahli
Hak asasi manusia sudh memiliki cabang ilmu sendiri untuk mempelajarinya.
Untuk itu ada beberapa pengertian hak asasi manusia dari para ahli yang
mengemukakan cabang ilmu tentang hak asasi manusia.
• HAM menurut Jhon Locke
Hak asasi manusia adalah hak yang langsung di berikan Tuhan
kepada manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh sebab itu tidak ada
kekuatan di dunia ini yang bisa mencabutnya. HAM memiliki sifat yang
mendasar dan suci.
• HAM Menurut Jan Materson
Jan Materson adalah anggota komisi HAM di PBB. Menurutnya
HAM adalah hak-hak yang ada pada setiap manusia yang tanpanya
manusia mustahil hidup sebagai manusia.
• HAM menurut miriam budiarjo
HAM adalah hak yang dimiliki setiap orang sejak lahir didunia.
Hak itu sifatnya universal,karna hak dimiliki tanpa adanya perbedaan.
Baik itu ras, jenis kelamin, suku dan agama.

B. Sejarah Singkat Hak Asasi Manusia (HAM)

a. Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM) di dunia Dunia barat


(Eropa) paling dahulu menyuarakan HAM, dimana berdasarkan sejarah
Hak Asasi Manusia, Inggris yang paling utama menyerukan. Tecatat di
Inggris terdapat seorang filsuf yang mengungkapkan gagasan atau
merumuskan adanya hak alamiah (natural rights), yaitu Jhon Locke pada abad
17. Sejarah perkembangan Hak Asasi Manusia di dunia barat ditandai dengan
tiga hal penting, yaitu Magna Charta, terjadinya revolusi Amerika dan
revolusi Prancis.

1. Maghna Charta Liberium Inggris (1215)

7
Sejarah telah mencatat bahwa inggris memberikan jaminan pada para
bangsawan serta keturunannya yang tidak memenjarakan mereka
sebelum melelui proses pengadilan. . Jaminan tersebut diberikan bukan
tanpa alasan, tapi dikarenakan para bangsawan telah berjasa dalam
membiayai kerajaan, sebagai bentuk balas budi, pihak kerajaan
memberikan jaminan, yang dinamakan magnha charta liberium. Jaminan
atau perjanjian tersebut dibuat pada masa raja Jhon tahun 1215 Masehi.
Pada masa itu bangsawan meminta jaminan sebab kebanyakkan
raja jaman dahulu bertindak sesuka hati, membuat hukum sendiri
sedangkan raja kebal terhadap hukum. Hampir semua aturan yang dibuat
menguntungkan raja. Meskipun Maghna Charta tidak berlaku untuk
semua, atau dalam artian hanya untuk para bangsawan, akan tetapi kita
tidak bisa memungkiri bahwa Maghna Charta merupakan tonggak awal
perkembangan HAM di dunia.
2. Revolusi Amerika (Bagian Sejarah HAM 1776)
Revolusi Amerika pada tahun 1776 merupakan peperangan rakyat
Amerika melawan penjajah Inggris. Hasil revolusi ini adalah
kemerdekaan Amerika pada tahun 1776 dari Inggris. Pada tahun yang
sama amerika membuat sejarah dengan menegakan Hak Asasi Manusia,
yaitu memasukannya aturan HAM kedalam perundangan negara.
Hak Asasi Manusia di Amerika dalam perkembangannya lebih
komplek dari pada HAM di Inggris. Bahkan HAM terus disuakan sampai
saat ini baik oleh pemerintah maupun rakyat.
3. Revolusi Prancis (1789)
Revolusi Prancis lebih populer dari pada revolusi Amerika, jika
Amerika memerangi penjajah Inggris untuk mendapatkan sebuah
kemerdekaan, supaya bisa berdiri sendiri dan memiliki hak. Beda halnya
dengan revolusi Prancis yang dilakukan rakyat memerangi rajanya
sendiri, yaitu raja Louis XVI.Rakyat Prancis melakukan hal tersebut
dengan alasan, bahwa sang raja bertndak sewenang – wenang terhadap
rakyat dan memiliki sifat absolute.Revolusi Prancis setidaknya

8
menghasilkan aturan tentang hak, yaitu hak atas kebebasan, hak atas
kesamaan dan hak atas persaudaraan.

9
b. Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM) di indonesia
Hak Asasi Manusia di Indonesia dianggap sakral, diperjuangkan
sepenuh jiwa, serta sangat sejalan dengan kehidupan berbangsa dan
bernegara.Indonesia telah ikut bersama negara lain untuk memperjuangkan
HAM, memasukan rasa kemanusian dalam perundangan, sebab hal
tersebut merupakan fundamental.Pancasila sebgai dasar negara Indonesia
sepenuhnya mendukung dan menjungjung tinggi penegakan Hak Asasi
Manusia.
Diawal kemerdekaan Indonesia, tokoh seperti Mochammad Hatta
merupakan orang yang paling vocal dalam menyuarakan HAM.Indonesia
dalam memperjuangkan haknya sebagai bangsa harus melewati beberapa
fase, seperti halnya pembentukan organisasi.
Organisasi yang didirikan tersebut mewadahi banyak orang dimana
untuk merasa sadar bersama – sama memiliki hak – hak yang harus
diperjuangkan dan dicapai.
Organisa – oraganisasi yang dibangun memperjuangkan hak –
hak masyarakat dengan cara berbeda, namum pada hakikatnya memiliki
tujuan yang sama untuk menghapuskan kolonialisme di tanah Indonesia.
Sehingga dengan begitu, masyarakat Indonesia dapat menjadi manusia
yang seutuhnya karena hak kemanusiaannya terpenuhi.Sebagai contoh,
Budi Oetomo memperjuangkan hak masyarakat dan kemanusian lewat
petisi – petisi dan surat yang disampaikan kepada kolonial belanda waktu
itu. Kemudian ada Sarekat Islam yang berusa memperjuangkan hak – hak
kemanusiaan dan menghilangkan diskriminasi secara rasial.

b. Sejarah Penegakan HAM di Indonesia Pasca Kemerdekaan


1945 – 1950 merupakan pasca lepasnya Indonesia dari Belanda serta
secara sah telah merdeka. Pada masa ini Indonesia memperjuangkan
HAM, yang berkutan dengan masalah – masalah kemerdekaan serta
mengatur menyampaikan dan mengemukakan pendapat di muka umum.
1950 -1959, masa dimana HAM mulai berhasil tegak, ditandai
banyaknya partai politik dengan ideologi masing – masing, serta pers
memiliki kebebasan dalam menyampaikan fakta yang terjadi.
1966 – 1998, Masa dimana Presiden Soeharto menjabat 30 tahun
lamanya, pada masa pemerintahan ini lebih bersifat defensif serta pers

10
tidak diberikan ruang untuk bergerak. Di masa ini juga banyak tejadi
pelangaran – pelanggaran HAM. 1998 – Sekarang, Masa dimana pasca
revormasi, jatuhnya kekuasaan rezim Soeharto. Beruha mengkaji tindakan
– tindakan yang telah dilakukan pada masa Orba, jangan sampaii terjadi
lagi.Sejarah panjang penegakan Hak Asasi Manusia tidak akan pernah
berakhir, meski penjajahan secara fisik sudahlah hilang dari muka bumi,
namun bagaimana dengan penjajahan – penjajahan jenis lain? tentu hal
tersebut harus kita lawan demi tegaknya hak asasi, supaya manusia bisa
benar – benar hidup seutuhnya.Sejarah HAM telah mengajari banyak
kepada kita, bahwa rasa kemanusian, kesamaan dan keadilan adalah
sesuatu yang harus diperjungkan. Dari sejarah Hak Asasi Manusia ini kita
tentu dapat belajar banyak, semoga kita bisa menjadi manusia yang utuh.

C. Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) Di Indonesia


Pelaksanaan Hak Asasi Manusia di Indonesia dianggap kurang terlaksana
dengan baik. Kasus kasus yang terjadi di Indonesia seperti penanganan Aceh,
Timor Timur, Maluku, Poso, Papua, Semanggi dan Tanjung Priok dianggap
sebagai pelaksanaan perlindungan Hak Asasi Manusia yang belum berjalan.

Dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap Hak Asasi


Manusia dan menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan penegakkan
Hak Asasi Manusia, pemerintah telah melakukan langkah-langkah antara lain:
(1) pembentukan Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) berdasarkan
Keputusan Presiden nomor 5 tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993, yang
kemudian dikukuhkan lagi melalui undang-undang nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia; (2) penetapan Undang-Undang nomor 26 tahun
2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia; (3) pembentukan Pengadilan
Hak Asasi Manusia Ad Hoc dengan Keputusan Presiden, untuk memeriksa
dan memutuskan perkara pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum
diundangkannya UndangUndang nomor 26 tahun 2000; (4) pembentukan
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliaasi sebagai alternative penyelesaian

11
pelanggaran Ham diluar Pengadilan HAM sebagaimana diisyaratkan oleh
Undang-Undang tentang HAM; (5) meratifikasi berbagai konvensi
internasional tentang Hak Asasi Manusia.
Sementara itu, konvensi yang telah diratifikasi berkaitan dengan
penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia adalah: (1) Konvensi Jenewa
tanggal 12 Agustus 1949 (diratifikasi dengan Undang-Undang nomor 59
tahun 1958); (2) Konvensi tentang Hak Politik Kaum Perempuan (diratifikasi
dengan Undang-Undang nomor 68 tahun 1958); (3) Konvensi tentang
Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap Perempuan (diratifikasi
dengan Undang-Undang nomor 7 tahun 1984); (4) Konvensi tentang Hak
Anak ( diratifikasi dengan Undang-Undang nomor 36 tahun 1990); (5)
Konvensi tentang Pelarangan, Pengembangan, Produksi, dan Penyimpanan
senjata biologis dan beracun serta Pemusnahannya (diratifikasi dengan
Keppres nomor 58 tahun 1991); (6) Konvensi Internasional terhadap
Apartheid dalam Olahraga (diratifikasi dengan Undang-Undang nomor 48
tahun 1993); (7) Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau
Penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat
manusia (diratifikasi dengan Undang-Undang nomor 5 tahun 1998); (8)
Konvensi Organisasi Buruh Internasional nomor 87 tahun 1998 tentang
kebebasan berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi (diratifikasi
dengan Undang-Undang nomor 83 tahun 1998); (9) Konvensi tentang
Penghapusan semua bentuk Diskriminasi Rasial (diratifikasi dengan Undang-
Undang nomor 29 tahun 1999); (10) Konvensi tentang Penghapusan segala
bentuk diskriminasi terhadap perempuan (diratifikasi dengan Undang-Undang
nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan dalam rumah Tangga).

a. Hambatan-hambatan dalam Upaya Penegakkan Hak Asasi Manusia

Hambatan dalam upaya penegakkan Hak Asasi Manusia yang antara lain
adalah: (1) kondisi poleksosbud hankam; (2) faktor komunikasi dan informasi
yang belum digunakan secara maksimal dan benar; (3) faktor kebijakan
pemerintah; (4) faktor perangkat perundangan; (5) faktor aparat dan
penindakannya. Dalam kondisi poleksosbudhankam, kondisi perpolitikan di

12
Indonesia yang masih belum menuju ke arah demokratis yang sebenarnya
mempunyai andil yang besar terhadap pelanggaran hakhak asasi manusia.
Perekonomian yang belum mendukung dan belum sampai pada tingkat
masyarakat yang sejahtera, pengangguran dari yang terdidik sampai
pengangguran yang tidak terdidik, perbedaan peta berfikir yang ekstrim yang
berdasarkan pada suku, agama, ras dan antar golongan, serta faktor keamanan
dianggap sebagai pemicu atau penyebab terjadinya pelanggaran hak asasi
manusia atau sebagai penghambat utama upaya penegakkan hak asasi
manusia.

Dalam faktor komunikasi dan informasi yang belum digunakan secara


maksimal dan secara benar, komunikasi dan informasi yang akurat sangat
penting, untuk mengambil dan menghasilkan suatu kebijakan yang berkaitan
dengan permasalahan hak-hak warga negara termasuk hak asasi manusia.
Sementara itu, dalam faktor kebijakan pemerintah, tidak semua penguasa
mempunyai kebijakan yang sama tentang pentingnya hak asasi manusia.
Sering kali mereka lupa atau bahkan tidak menghiraukan masalah tentang
hak-hak masyarakatdalam menentukan kebijakan.

Dalam faktor perangkat perundangan, peraturan perundang-undangan


tentang hak asasi manusia di indonesia sudah banyak, namun dirasa masih
belum cukup, termasuk yang tercantum di dalam Undang-Undang Dasar 1945
dengan amandemen. Sebagai contoh adalah masalah interpretasi antara pasal
28 J dengan pasal 28 I tentang hak hidup yang tidak boleh dikurangi. Dalam
faktor aparat dan penindakannya (law enforcement), masih banyaknya
permasalahan pada birokrasi pemerintahan Indonesia, tingkat pendidikan dan
kesejahteraan sebagian aparat yang dinilai masih belum layak, aparat penegak
hukum yang mengabaikan prosedur kerja sering membuka peluang terjadinya
pelanggaran Hak Asasi Manusia.

D. Hubungan HAM, Pancasila Dengan Syariat Islam


Berbeda dengan istilah dan sistem demokrasi yang sampai kini masih
diperdebatkan di antara ulama serta intelektual dan aktivis Muslim, hampir
semua mereka setuju dengan istilah hak-hak asasi manusia (HAM) ini,
meskipun konsep yang mereka kemukakan tidak sepenuhnya sama dengan
konsep liberal. Penerimaan ini disebabkan karena essensi dari HAM ini sudah
diakui oleh Islam sejak masa permulaan sejarahnya. Di dalam Al-Quran dan
Hadits disebutkan bahwa manusia dijadikan sebagai khalifah Allah di atas
bumi, yang dikaruniai kemuliaan dan martabat yang harus dihormati dan

13
dilindungi. Di antara ayat Al-Quran yang menunjukkan hal ini adalah Q.S.
Al-Isra’: 70, yakni “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak
Adam ...”. Hal ini mengandung pengertian bahwa manusia secara fitrah
(natural) memiliki kemulian (karamah) dan oleh karenanya kemulian ini
harus dilindungi. Di antara Hadits yang menunjukkan persamaan umat
manusia dan penghormatan martabat mereka adalah “Manusia pada dasarnya
adalah sama dan sederajat bagaikan gigi-gigi sisir, tidak ada keistimewaan
bagi orang Arab atas orang non-Arab kecuali karena ketaqwaannya”.
Dalam persepektif Islam, konsep HAM itu dijelaskan melalui konsep
maqâshid alsyarî’ah (tujuan syari’ah), yang sudah dirumuskan oleh para
ulama masa lalu. Tujuan syari‘ah (maqâshid al-syarî’ah) ini adalah untuk
mewujudkan kemaslahatan (mashlahah) umat manusia dengan cara
melindungi dan mewujudkan dan melindungi hal-hal yang menjadi
keniscayaan (dharûriyyât)
Hanya saja, beberapa pengamat, Islamolog dan bahkan banyak
intelektual Muslim sendiri melihat adanya perbedaan atau pertentangan antara
Islam dan prinsip-prinsip HAM dalam hal-hal tertentu. Sebagian ulama dan
intelektual Muslim menjelaskan HAM dalam Islam dengan cara apologetik,
dengan menyatakan bahwa Islam merupakan sistem yang paling sempurna,
sehingga jika ada perbedaan atau pertentangan antara HAM dan ajaran Islam,
maka HAM itu harus ditolak. Memang ada di antara intelektual Muslim yang
menganjurkan perlunya reinterpretasi secara bebas terhadap teks-teks Al-
Qur’an dan Hadits serta hasil ijtihad ulama klasik yang tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip HAM, walaupun teks-teks itu bersifat absolut (qath’i). Namun
pendapat yang sangat bebas (liberal) ini ditolak oleh para ulama dan sebagian
besar intelektual Muslim.
Berbeda dengan kedua pendapat di atas, cukup banyak intelektual
Muslim mencoba melihat persoalan HAM dalam Islam secara lebih kritis,
walaupun tetap
dan prinsip-prinsip HAM dalam hal-hal tertentu. Sebagian ulama dan
intelektual Muslim menjelaskan HAM dalam Islam dengan cara apologetik,
dengan menyatakan bahwa Islam merupakan sistem yang paling sempurna,
sehingga jika ada perbedaan atau pertentangan antara HAM dan ajaran Islam,
maka HAM itu harus ditolak. Memang ada di antara intelektual Muslim yang
menganjurkan perlunya reinterpretasi secara bebas terhadap teks-teks Al-
Qur’an dan Hadits serta hasil ijtihad ulama klasik yang tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip HAM, walaupun teks-teks itu bersifat absolut (qath’i). Namun
pendapat yang sangat bebas (liberal) ini ditolak oleh para ulama dan sebagian
besar intelektual Muslim.

14
Berbeda dengan kedua pendapat di atas, cukup banyak intelektual
Muslim mencoba melihat persoalan HAM dalam Islam secara lebih kritis,
walaupun tetap konsisten menggunakan metodologi standar yang telah
disepakati oleh para ulama. Mereka pun berusaha untuk melakukan
harmonisasi antara Islam dan HAM dengan menjelaskan persoalan tersebut
serasional mungkin dan melakukan reinterpretasi terhadap hal-hal yang
secara lahiriah bertentangan dengan melakukan reinterpretasi dalil-dalil itu
secara filosofis dan sosiologis. Di antara hal-hal yang dinilai tidak kompatibel
antara ajaran Islam dan HAM adalah terkait dengan batas-batas kebebasan
dan ketidaksamaan antara Muslim dan non-Muslim serta antara pria dan
wanita.
Dalam pasal 1 DUHAM disebutkan: “Semua orang dilahirkan merdeka
dan mempunyai martabat dan hak yang sama”, tetapi di dalam Islam terdapat
batasan-batasan yang lebih besar dalam mengekspresikan kebebasan ini.
Sebagai sebuah agama yang berarti juga panduan yang mengikat, Islam tentu
saja memberikan batasan-batasan yang lebih besar terhadap kebebasan dari
pada HAM universal.
Di samping itu, di dalam Islam terdapat ketidaksamaan tertentu antara
Muslim dengan non-Muslim dan antara pria dan wanita, suatu kondisi yang
dinilai tidak sesuai dengan salah satu prinsip HAM yang menyatakan
persamaan manusia. Ketidaksesuaian antara doktrin Islam dan HAM
“universal” ini hanya terdapat dalam beberapa hal saja, yakni terkait dengan
batas-batas kebebasan serta ketidaksamaan antara Muslim dan Muslim dan
antara pria dan wanita.

Kebebasan mengandung pengertian, bahwa “seorang dalam batas-batas


tertentu dapat melakukan atau meninggalkan apa yang ia inginkan. Batas-
batas ini mungkin bersifat biologis atau hukum positif”. Sedangkan
kebebasan beragama diartikan sebagai sebuah gagasan yang mempromosikan
kebebasan individu atau kolektif untuk mengekspresikan agama mereka dan
kepercayaan dalam pengajaran dan praktek, baik dalam kehidupan pribadi
maupun publik. Kebebasan ini juga umumnya mengakui kebebasan untuk
mengubah agama atau tidak mengikuti agama apapun. Dalam hal kebebasan
beragama yang merupakan kebebasan yang paling fundamental, Q.S. al-
Baqarah: 256 secara jelas menyebutkan adanya kebebasan ini, yakni “Tidak
ada paksaan dalam agama”.

15
BAB 111
PENUTUP
A. Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi,
tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau
menindas HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam
sudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat
dijumpai dalam sumber utama ajaran
Islam itu yaitu Al-Qur’an dan Hadits yang merupakan sumber ajaran
normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat Islam.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-
undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan
oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan
diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh
proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat
dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
B.Saran-saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-
injak oleh orang lain.

16
DAFTAR PUSTAKA
 Asri Wijayanti 2008 Sejarah perkembangan, Hak Asasi
Manusiahttp://kumpulanmakalhttps://makalah update.blogspot.com/2012/11/makalah-
hak-asasi-manusia.
 https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusiahttps://international.sindonews.
com/read/13714
 Rahman, Fazlur. “Non-Muslim Minority on an Islamic State”, dalam Journal
Institute of Muslim Minority Affairs, Vol. 7 No. 1, 1986.
 Sâbiq, Al-Sayyid. Fiqh Al-Sunnah, Jilid II. Beirut : Dâr al-Kitâb al-‘Arabî, 1987.
 Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran,
(Jakarta : UIPress, 1990.
 Syaltut, Mahmud. Al-Islâm ‘Aqîdah wa Syarî’ah. Kairo: Dar al-Qalam, 1966.
 Yamin, Muhammad (ed.), Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, Jilid
I. Jakarta:Prapanca, 1959.

17

Anda mungkin juga menyukai