Anda di halaman 1dari 27

OPERATING LEVERAGE

DAN FINANCIAL LEVERAGE


By: Sunarsih, SE,M.Si.
OPERATING LEVERAGE DAN FINANCIAL
LEVERAGE
• Leverage diartikan sebagai penggunaan assets atau dana
dengan beban tetap atau membayar beban tetap.
1. Operating leverage : ditentukan oleh hubungan antara
sales revenue penerimaan dari penjualan) yang
diperoleh perusahaan dengan laba sebelum bunga dan
sebelum pajak(EBIT).
2. Operating Leverage : merupakan penggunaan aktiva atau
operasi perusahaan yang disertai beban tetap atau Fixed
operating assets.
3. Konsep Operating Leverage : menganalisis sejauhmana sales
revenue dapat menutup FC dan VC.
Bila dilihat dari Incame statement (Rugi/laba) ada 2(dua) macam
leverage sebagai berikut : Incame Statement berdasarkan Full
Costing :
Sales Revenew Rp. XXX
CGS Rp. Xxx (-)
Operating Leverage Gross Profitt Rp. XXX
Operating Exp Rp. XXX (-)
EBIT Rp. XXX
Interest Rp. XXX (-)
Ftnancial Leverage EBT Rp. XXX
Taxes Rp. XXX (-)
EAT Rp. XXX
HUBUNGAN O L, FC DAN VC (DIRECT
COSTING) :
Sales Revenew Rp. XXX
Fix Operating Cost Rp. XXX
Operating Leverage Variabel Operating Cost Rp. XXX (+)
Total Cost Rp. XXX (-)
EBIT Rp. XXX
ANALISIS OPERATING LEVERAGE :
Erat hubungannya dengan analisis BEP karena BEP mempelajari perimbangan antara Sales
Revenue dikurangi dengan VC dan FC. Bagi perusahaan analisis operating leverage,
memberikan informasi sejauhmana efek perubahan dari volume penjualan,thd turun naiknya
EBIT.
• Sehingga untuk mengukur pengaruh ini dapat diketahui dengan
menggunakan DOL (Degree of Operating Leverage) atau
tingkat operating leverage dengan menggunakan formula
berikut :

atau pada berbagai level penjualan (Q)


=
CONTOH 1 :
• Suatu perusahaan menjual barang dagangan seharga Rp 1.000 per unit, VC Rp 500
per unit, FC Rp ,- per tahun. Penjualan yang dilakukan sekarang sebesar Rp 1.000
unit. Bagaimana efek dari perubahan terhadap EBIT bila penjualan turun menjadi
500 unit atau naik menjadi 1.500 unit.
• Kasus 1 : Penjualan berkurang 50% yaitu dari unit menjadi 500
unit. Akibatnya menghasilkan penurunan EBIT sebesar 100%.
• Kasus 2 : Penjualan bertambah 50% yaitu dari unit menjadi
unit. Akibatnya menghasilkan kenaikan EBIT sebesar
100%.Dengan menghitung DOL, pengaruh perubahan tersebut
dapat pula diketahui
• Kasus 1: DOL===2
• Atau
• DOL(pada Q = unit) = ==2
• DOL =2, artinya bila perubahan penjualan sebesar 50%
maka perubahan dalam EBIT = 100% atau bila perubahan
penjualan 10% maka perubahan dalam EBIT = 20%.
• Kasus 2 :
=2
ANALISIS FINANSIAL LEVERAGE
• Finansial Leverage yaitu menyangkut penggunaan dana yang diperoleh
dengan Fixed Cost tertentu dengan harapan bisa meningkatkan
keuntungan bagi pemilik modal sendiri.
• Menguntungkan tidaknya “leverage finansial” (tranding on equity)
dilihat dari pengaruh terhadap laba per lembar saham (EPS) dengan laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) dibawah alternatif-alternatif
pembelanjaan yang berbeda-beda dan titik kesamaan (IP) masing-
masing alternatif pembelanjaan tersebut :
Contoh :
PT “ABC” mempunyai nilai modal Rp. 10.000.000,-. Merupakan Modal
Sendiri semua. Sekarang perusahaan ingin melakukan perluasan usaha dan
memerlukan tambahan dana sebesar Rp. 5.000.000,- Tiga alternatif
pembelanjaan Yi :
1. Mengeluarkan saham biasa, saham biasa merupakan bagian dari modal
sendiri.
2. Mengeluarkan hutang dengan bunga 9%/tahun.
3. Mengeluarkan saham preferen dengan deviden 7%.
Pada saat ini laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) Rp. 1.400.000,- pajak
50% dan 200.000 lembar saham biasa sekarang beredar.
Saham biasa dapat dijual dengan harga Rp 50,- per lembar atau
tambahan 100.000 lb saham.
Untuk bisa menentukan titik BE atau indifferent bagi EBIT
untuk masing-masing alternatif tersebut kita mulai dengan
menghitung EPS pada satu tingkat EBIT Rp. 2.000.000,- Berapa
besarnya EPS ?
Catatan : Saham preferen juga merupakan modal sendiri, hanya
mempunyai hak dilunasi lebih dulu dalam keadaan perusahaan
dilikuidasi. Maka deviden saham preferen tidak bisa mengurangi
pajak.
• Untuk bisa membuat Gambar : BE atau IP
1. Pada sumbu mendatar disebut EBIT dan
2. Pada sumbu tegak disebut EPS.
Untuk melakukannya perlu 2 titik setiap alternatif.
Misal : alternatif pembelanjaan Hutang dengan saham biasa. Dari hasil
perhitungan diatas dimana EBIT = Rp. 2.000.000,- Untuk masing-masing
pembelanjaan memberikan EPS Rp 3,33 untuk saham biasa, Rp 3,88
untuk hutang dan Rp 3,25 untuk pembelanjaan dengan saham
preferen.Sekarang bila besarnya EBIT hanya cukup untuk menutup beban
tetap yaitu bunga atau deviden saham preferen.
1. Untuk alternatif pembelanjaan dengan saham biasa tidak ada
beban tetap, EBIT = 0 sehingga EPS = 0
2. Untuk alternatif pembelanjaan dengan hutang perusahaan
minimal harus bisa mendapatkan EBIT = Rp. 450.000,-
sehingga EPS = 0.
3. Untuk alter
4. natif saham preferen perusahaan harus bisa mendapatkan EBIT
= Rp. 700.000 yaitu : Rp. 350.000 : (1 – 50%), agar bisa
membayar deviden saham preferen, sehingga EPS = 0.
Untuk menghitung titik-titik potong (IP) dengan menggunakan Rumus
sebagai berikut :

EBIT = EBIT pada titik IP antara 2 (dua) metode yang dibandingkan.


C1C2 = Bunga atau deviden saham preferen tahunan pada dasar
sebelum pajak.
S1S2 = Jumlah lembar saham yang beredar setelah pembelanjaan
saham biasa dengan hutang.
t = tarip pajak.
1. IP antara pembelanjaan saham biasa dengan hutang.
2. IP antara pembelanjaan saham biasa dengan saham preferen.
3. IP antara alternatif pembelanjaan hutang dengan saham
preferen tidak ada, karena kedua garis tsb sejajar dan sama-
sama mempunyai beban tetap.
Alternatif hutang mendominir semua tingkatan EBIT dengan
jumlah konstan dari EPS hutang = Rp 0,63 yaitu selisih EPS
hutang dengan EPS saham preferen (Rp 3,88 – Rp 3,25).
Gambar : IP untuk ketiga alternatif pembelanjaan sebagai berikut
:
Kita buktikan bahwa EBIT=Rp EPS=Rp2,25
EBIT=Rp EPS=Rp3,50
• DFL (Degre of Finansiil Leverage) untuk menghitung dengan
menggunakan Rumus :

• C = Bunga atau deviden SP sebelum pajak.Dari contoh diatas EBIT = Rp.


2.000.000-
1. Untuk alternative pembelanjaan dengan Hutang.

=1,29
2. Untuk alternatif pembelanjaan dengan Saham Preferen
DFL==1,54
Mempertimbangkan Faktor ketidak pastian dalam analisis IP
(Indifference Point).
Untuk ini seperti pada waktu membicarakan “Operating Leverage”
dengan menggunakan bantuan total luas area dibawah kurve normal.
Misal : Diketahui EBIT yang diharapkan Rp. 2.000.000 ,- dengan
penyimpangan standar Rp. 1.000.000 ,-
Berapa probalitas bahwa EBIT akan mencapai Rp ,- yaitu titik BE atau
kurang ?
Penyelesaian: Rumus = = = 0,65.
• Bahwa nilai Rp. 1.350.000,- berada disebelah kiri nilai rata-rata
sejauh 0,65 standar deviasi. Dengan melihat tabel luas area dibawah
kurve normal, kita bisa melihat dan menentukan luas wilayah yang
diafsir yaitu 25,78 %. Dengan kata lain probabilitas bahwa EBIT
akan mencapai Rp. 1.350.000,- atau kurang adalah 25,78 %.
• Kombinasi antara kedua tipe”Leverage” Apabila Leverage Finansiil
dikombinasikan dengan Operating Leverage. Pengaruh perubahan
penjualan terhadap EPS menjadi semakin besar. Kombinasi kedua
leverage tersebut meningkatkan penyebaran dan resiko dari
berbagai kemungkinan EPS.
• Untuk menentukan pengaruh perubahan unit out put pada EPS kita kombinasikan rumus DOL
dan DFL sebagai berikut :

• Contoh soal :PT”ABC” mempunyai hutang Rp dengan bunga 8%, produk yang dijual unit
harga per unit Rp 500,- VC Rp 250,- FC Rp ,- Pajak 50%, saham beredar lembar.
Ditanyakan :
1. Hitung besarnya DOL dan DFL nya !
2. Bila unit yang diproduksi dan dijual naik 10% maka berapa besarnya EPS?
• Penyelesaiannya sebagai berikut:
1. = 2,38
2. Menghitung EPS pada kedua tingkat penjualan (Rp)

Anda mungkin juga menyukai