Anda di halaman 1dari 12

CHAPTER 7

RISK ANALYSIS, REAL OPTIONS, AND CAPITAL BUDGETING

7.1 Sensistivity Analysis, Scenario, dan Break-Even Analysis


7.1.1 Sensitivity Analysis dan Scenario Analysis
Sensitivity Analysis
Analisis senistivitas merupakan salah satu pendekatan untuk mengukur seberapa
sensitive perhitungan NPV terhadap perubahan asumsi yang digunakan dalam menghitunh
NPV tersebut. (Misalnya, asumsi yang digunakan dalam perhitungan arus kas, baik yang
berkaitan dengan penjualan maupun biaya).
Sebagai contoh, perusahaan DARMA, merencanakan untuk melakukan investasi
sebesar Rp.1.500.000 dengan umur selama 5 lima tahun. Proyeksi arus kas selama 5 tahun
dengan asumsi kondisi ekobomi normal tetap sebagaimana tampak pada Tabel 7.1. berdasarkan
data pada table tersebut, arus kas perusahaan setiap tahun sama, yaitu sbesar :
Arus Kas = Laba Bersih + Penyusutan
= Rp. 600.000 + Rp. 300.000 = Rp. 900.000
Jadi tinglkat diskonto sebesar 15%, maka besarnya NPV proyek investasi adalah :

Karena NPV positif, berarti secara teoritis proyek investasi tersebut layak dilaksanakan.
Tabel 7.1 Proyeksi arus kas perusahaan DARMA
Scenario Analysis
Analisis scenario merupakan pengembangan dari analisis sensitivitas. Analisis scenario
mengkaji sejumlah scenario yang berbeda-beda, yang mana masing-masing scenario
melibatkan berbagai factor, dan perubahan factor-faktor tersebut kemudian dianalisis
dampaknya terhadap perubahan NPV.

7.1.2 Break-Even Analysis


Pembahasan tentang analisis sensitivitas dan analisis scenario mengemukakan bahwa
terdapat banyak cara untuk menilai variabilitas dalam peramalan. Berikut ini akan dijelaskan
pendekatan lain, yaitu analisis break-even, yang menentukan penjualan yang diperlukan untuk
mencapai titik break-even (BEP). Pendekatan ini berguna untuk melengkapi pendekatan
analisis sensitivitas, karena dapat menjelaskan tentang penyimpangan peramalan.
Accounting profit break-even point
Accounting profit break-even point, menunjukan besarnya penjualan yang
menghasilkan laba bersih sama dengan nol. Accounting BEP menjelaskan hubungan antara
penjualan, biaya, dan laba. Sebagai contoh, perusahaan DARMA memiliki informasi sebagai
berikut : biaya tetap Rp.2.091.000 per tahun, biaya variable Rp.1.000 per unit dan harga jual
produknya Rp.2.000 per unit.

Accounting Profit BEP


Cash break-even point
Cash BEP, menunjukan besarnya penjualan yang menghasilkan arus kas operasi sama
dengan nol. Suatu proyek yang mencapai accounting break-even point mempunyai laba bersih
sama dengan nol, tetapi arus kasnya masih positif. Pada tingkat penjualan tertentu di bawah
accounting BEP, sesungguhnya arus kas operasi perusahaan menuju negative, tetapi
perusahaan belum sampai bangkrut. Hal ini terjadi karena arus kas yang dihasilkan perusahaan
dari penjualan yang dicapai masih dapat menutupi penyusutan. Cash BEP dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :

Berdasarkan contoh yang te;ah dikemukakan, misalnya dalam biaya tetap Rp.2.091.000
termasuk biaya penyusutan sebesar Rp.1.000.000, maka besarnya cash BEP adalah :

Cash break-even point

Berdasarkan gambar diatas tampak bahwa pada volum penjualan sebesar 1.091 unit
arus kas operasi perusahaan sama dengan nol. Jika volume penjualan berkisar antara 1.091 unit
sampai dengan 2.091 unit arus kas operasi perusahaan masih positif, tetapi secara akutansi,
laba bersih perusahaan sudah negative atau rugi. Dalam kondisi tersebut sekalipun perusahaan
mengalami kerugian namun perusahaan masih mampu untuk beroperasi,atau perusahaan belum
bangkrut karena arus kas operasi perusahaan masih cukup untuk menutup biaya variabel
maupun biaya tetap yang membutuhkan pengeluaran kas. Jika volume penjualan lebih kecil
dari 1.091 unit, maka di samping perusahaan mengalami kerugian secara akutansi, arus kas
operasi perusahaan juga sudah negative, dan jika perusahaan tidak segaera mampu mengatasi
kesulitan keuangan tersebut, perusahaan akan mengalami kebangkrutan.
Financial break-even Point
Financial break-even point atau juga disebut present value break-even point,
menunjukan besarnya penjualan yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Dalam analisis
accounting profit break-even point, besarnya break-even dihitung untuk satu tahun, sedangkan
present value break-even point dihitung selama umur investasi atau berorientasi jangka
panjang. PV BEP dapat dihitung dnegan rumus sebagai berikut :

Sebagai contoh, perusahaan DARMA, melakukan investasi Rp.1.500.000 dengan umur


5 tahun. Biaya tetap selain penyusutan Rp.1.791.000 tiap tahun, sedangkan penyusutan
Rp.300.000 per tahun. Biaya variable Rp.1.000 per unit, dan harga jual produknya Rp.2.000
per unit. Tariff pajak perusahaan 34% dan tingkat diskonto sebesar 15%.

Financial break-even point

Gambar diatas menunjukkan bahwa NPV BEP, tercapai pada volume penjualan 2.315.
jika dibandingkan dengan accounting profit BEP terdapat perbedaan yaitu NPV BEP lebih
besar dibandingkan dengan accounting profit BEP. Apabila laba akuntansi dipakai sebagai
dasar perhitungan BEP, laba akutansi tersebut telah dikurangi dengan penyusutan. Dengan
volume penjualan sebesar 2.091 per tahun, perusahaan memperoleh revenue yang cukup untuk
menutup biaya penyusutan sebesar Rp.300.000 ditambah ditambah biaya lainnya. Akan tetapi
dengan volume penjualan tersebut perusahaan belum mampu untuk menutup opportunity cost
dari biaya investasi sebesar Rp.1.500.000, jika diasumsikan tingkat keuntungan investasi
sebesar 15% atau biaya investasi sesungguhnya per tahun (EAC) sebesar Rp.447.500. dengan
demikian, perusahaan yang brek even berdasarkan laba akutansi, sesungguhnya masih
mengalami kerugian sebesar opportunity cots dari investasi awal.

7.2 Monte Carlo Simulation


Simulasi Monte Carlo adalah sebuah metode analisis dengan teknik stochastic artinya
dibangun berdasarkan nilai data-data acak yang melahirkan sebuah statistik probabilitas atau
simulasi statistik, untuk selanjutnya digunakan untuk memahami dampak dari sebuah
ketidakpastian (resiko). Penggunaannya sudah sangat berkembang dalam bidang keuangan,
evaluasi proyek, biaya, investasi, dan bidang manejemen proyek bidang lainnya. Seorang ahli
dalam metode monte carlo, Leste Mark, mengungkapkan bahwa terdapat lima langkah dalam
penggunaan metode monte carlo, yaitu :
1. Specify the basic model
Les Mauney membagi arus kas menjadi tiga komponen: pendapatan tahunan, biaya
tahunan, dan initial investment.

 Pendapatan pada suatu tahun dapat dilihat dengan :


Number of grills sold by entire industry x Market share of BBI’s hydrogen
grill (in percent) x Price per hydrogen grill
 Biaya pada suatu tahun dapat dilihat sebagai:
Fixed manufacturing costs + Variable manufacturing costs + Marketing
costs + Selling costs
 Initial investment dapat dilihat dengan::
Cost of patent + Test marketing costs + Cost of production facility

2. Specify a distribution for each variable in the model


Pembahasan sebelumnya menunjukkan bagaimana tiga komponen pendapatan
dapat dimodelkan. Langkah 2 akan selesai begitu komponen biaya dan investasi
dimodelkan dengan cara yang sama. Perhatian khusus harus diberikan pada
interaksi antar variabel di sini karena manajemen yang tidak efektif mungkin akan
membiarkan komponen biaya yang berbeda meningkat bersamaan. Namun, Anda
mungkin mendapatkan ide itu sekarang, jadi kita akan melewatkan sisa langkah ini.
3. The computer draws one outcomes
Langkah ini menghasilkan arus kas setiap tahunnya dari satu hasil. Apa yang
akhirnya kita minati adalah distribusi arus kas setiap tahun di banyak hasil. Kami
meminta komputer untuk secara acak menarik lagi dan lagi untuk memberi kami
distribusi ini, yang hanya apa yang dilakukan pada langkah berikutnya.

4. Repeat the procedure


Tiga langkah pertama menghasilkan satu hasil, namun esensi simulasi Monte Carlo
adalah hasil yang berulang. Bergantung pada situasinya, komputer dapat dipanggil
untuk menghasilkan ribuan atau bahkan jutaan hasil. Hasil dari semua gambar ini
adalah distribusi arus kas untuk setiap tahun depan. Distribusi ini merupakan
keluaran dasar simulasi Monte Carlo.

5. Calculate NPV
Dengan cara yang sama, seseorang juga dapat menentukan arus kas yang
diharapkan untuk setiap tahun yang akan datang dan kemudian menghitung nilai
sekarang bersih dari proyek dengan mendiskontokan arus kas yang diharapkan ini
pada tingkat yang sesuai. Simulasi M onte Carlo sering dipandang sebagai langkah
di luar analisis sensitivitas atau analisis skenario. Interaksi antara variabel secara
eksplisit ditentukan di Monte Carlo; Jadi (setidaknya secara teori) metodologi ini
memberikan analisis yang lebih lengkap. Dan, sebagai produk sampingan, harus
membangun model yang tepat memperdalam pemahaman peramal proyek.
7.3 Real Options
Pembahasan analisis NPV yang telah dilakukan mengabaikan penyesuaian yang dapat
dilakukan manajemen perusahaan setelah [royek diterima atau dilaksanakan. Dalam praktek
yang sesungguhnya dering terjadi perbedaan antara asumsi yang digunakan pada saat
penyusunan rencana proyek investasi dengan kenyataan yang terjadi ketika proyek
dilaksanakan. Oleh karena itu pihak manajemen perlu melakukan penyesuaian dengan
perubahan yang terjadi. Penyesuaian yang dapat dilakukan tersebut dikenal dengan real option.
Adanya peluang untuk melkaukan penyesuaian tersebut dapat meningkatkan nilai dari proyek
invetasi. Nilai proyek investasi merupakan nilai NPV yang dihitung dengan cara tradisioanl
ditambah dengan nilai opsi dilakukan.
Nilai proyek = NPV + Nilai Opsi
Bentuk alternative penyesuaian (option) yang dapat dilakukan adalah option to expand dan
option to abandon.

The Option to Expand


Sebagai contoh keputusan perusahaan dalam pembangunan hotel, pertama dilakukan
pembangunan hotel tahap pertama, jika sukses akan dilakukan perluasan dan jika tidak sukses
tidak dilakukan perluasan. Dalam kondisi yang pasti, misalkan untuk membangun satu hotel
dibutuhkan investasi Rp.12.000.000 dan setipa tahun diperkirakan akan menghasilkan arus kas
sebesar Rp.2.000.000. Tingkat diskonto yang besarnya NPV untuk proyek tersebut adalah :
NPV = - Rp.12.000.000 + Rp.2.000.000/0,20
= - Rp.2.000.000
Hal ini berarti proyek tidak layak dilaksanakan.
Jika kondisi tidak pasti, misalkan 50% kemungkinan arus kas tiap tahun sebesar Rp.3.000.000
dan 50% kemungkinan arus kas Rp.1.000.000, besarnya NPV berdasarkan perkiraan arus kas
tersebut adalah :
Optimiatic forecast : -Rp.12.000.000 + Rp..3.000.000/0,20 = Rp.3.000.000
Pesimistic orecast : -Rp.12.000.000 + Rp.1.000.000/0,20 = -Rp.7.000.000
Weighted average NP :
50% x Rp.3.000.000 + 50% x (-Rp.7.000.000) = -Rp.2.000.000
Hasilnya sama dengan hasil perhitungan jika kondisi pasti.
Akan tetapi jika terjadi kondisi optimis, dan perusahaan melakukan perluasan di 10 lokasi
untuk membangun hotel yang sama, maka besarnya NPV adalah :
NPV = 50% X 10 X Rp.3.000.000 + 50% x (-Rp.7.000.000) = Rp.11.500.000, yang berarti
proyek layak dilaksanakan. Nilai proyek dengan opsi perushaan meningkat menjadi :
Nilai proyek = -Rp.2.000.000 + Rp.11.500.000 = Rp.9.500.000.
The Option to Abandon
Bentuk opsi lain yang dapat dilakukan oleh manajemn perusahaan adalah melepaskan
proyek yang telah dilaksanakan. Hal ini dapat dilakukan dengan mnejual aktiva proyek tersebut
atau mengalihkannya ke daerah yang lain. Dalam kasus tertentu, abondament value dapat
disetimasi. Proyek tertentu kadang-kadang aktivanya tidak mempunyai nilai pasar bagi pihak
lain atau tidak dapat digunakan untuk alternative lain, oleh karena itu abandonment value-nya
dianggap nol.
Abandonment value adalah nilai suatu proyek jika ktiva proyek tersebut dijual kepada pihak
lain atau nilai opportunity jika aktiva proyek tersebut digunakan di tempat lain dalam
perusahaan. Secara umum, suatu proyek investasi sebaiknya dilepaskan (abandoned) jika (1)
abandonment value-nya lebih besar daripada present value arus kas yang berikutnya dari
proyek yang diperoleh di masa yang akan datang, dan (2) jika lebih baik melepaskan proyek
pada saat itu daripada waktu yang akan datang. Jika ada peluang untuk melakukan pelepasan
proyek, maka nilai proyek investasi dapat ditingkatkan.
Nilai proyek = NPV tanpa opsi abandonment + Nilai opsi abandonment
Dalam kaitannya dengan contoh pembangunan hotel yang dikemukakan, jika diasumsikan 50%
kemungkinan proyeksi arus kas tiap tahun sebesar Rp.6.000.000 dan 50% kemungkinan
proyeksi arus kas tiap tahun sebesar –Rp.2.000.000, maka besarnya NPV menjadi :
Kondisi Optimis : NPV = -Rp.12.000.000 +Rp.6.000.000/0,2 = Rp.18.000.000
Kondisi Pesimis : NPV = -Rp.12.000.000 – Rp.2.000.000/0,2 = -Rp.22.000.000
Expected NPV dari proyek tersebut adalah :
Expected NPV = 0,50 x Rp.18.000.000 + 0,50 x (-Rp.22.000.000)
= -Rp.2.000.000
Karena NPV negative berarti proyek pembangunan hotel tidak dilakukan. Hasil
penilaian akan berubah ketika dipertimbangkan oosi abandonment. Pada tahun pertama akan
diketahui proyeksi mana yang benar. Jika arus kas sama dengan proyeksi optimis, maka proyek
akan diteruskan. Tetapi jika arus kas sama dengan proyeksi pesimis, maka proyek akan
dialihkan. Apanila kemungkinan ini diketahui lebih dahulu, maka expected NPV proyek hotel
akan menjadi :
Expected NPV = 0,50 X Rp.18.000.000 + 0,50 x (-Rp.12.000.000 – Rp.2.000.000/1,2)
= Rp.2.170.000
Karena pengalihan dilakukan setelah mengalami arus las –Rp.2.000.000 pada tahun pertama,
maka arus kas negative tidak terjadi lagi pada tahun berikutnya. Dengan demikian NPV
menjadi positif, yang berarti proyek dilaksanakan.
Nilai proyek dengan opsi abandonment menjadi :
Nilai proyek = -Rp.2.000.000 + Rp.2.170.000 = Rp.170.000
Timing Options
Orang sering menemukan lahan perkotaan yang telah kosong selama bertahun-tahun.
Namun tanah ini dibeli dan dijual dari waktu ke waktu. Mengapa ada orang yang membayar
harga positif untuk tanah yang tidak memiliki sumber pemasukan? Tentu, kita tidak bisa
sampai pada hasil positif dengan analisis NPV. Namun, paradoks tersebut dapat dengan mudah
dijelaskan dalam hal pilihan nyata.
Misalkan penggunaan lahan yang paling tinggi dan terbaik adalah sebagai gedung
perkantoran. Total biaya konstruksi untuk bangunan diperkirakan mencapai $ 1 juta. Saat ini,
sewa bersih (setelah semua biaya) diperkirakan mencapai $ 90.000 per tahun untuk selama-
lamanya. Dan tingkat diskonto adalah 10%. NPV dari bangunan yang diusulkan ini adalah:

-$1 million + $90.000/0,10 = -$100.000


Karena NPV ini negatif, orang saat ini tidak mau membangun. Namun, anggaplah pemerintah
memulangkan berbagai program revitalisasi kota untuk kota. Sewa kantor kemungkinan akan
meningkat jika program berhasil. Dalam kasus ini, pemilik properti mungkin ingin mendirikan
gedung perkantoran. Sebaliknya, sewa kantor akan tetap sama, atau bahkan turun, jika program
gagal. Pemilik tidak akan membangun dalam kasus ini.
Kami mengatakan bahwa pemilik properti memiliki pilihan waktu. Meski saat ini dia
tidak ingin membangun, dia pasti ingin membangun ke depan jika sewa di daerah tersebut naik
secara substansial. Pilihan waktu ini menjelaskan mengapa lahan kosong sering memiliki nilai.
Ada biaya, seperti pajak, dari kepemilikan tanah mentah, namun nilai bangunan perkantoran
setelah kenaikan sewa yang substansial mungkin lebih dari sekadar mengimbangi biaya
penahanan ini. Tentu saja nilai pasti lahan kosong tergantung pada probabilitas keberhasilan
dalam program revitalisasi dan tingkat kenaikan sewa.
Operasi penambangan hampir selalu memberikan pilihan waktu juga. Misalkan Anda
memiliki tembaga dimana biaya penambangan setiap ton tembaga melebihi pendapatan
penjualan. Tidak ada gunanya mengatakan bahwa Anda tidak ingin menambang tembaga saat
ini. Dan karena ada biaya kepemilikan seperti pajak properti, asuransi, dan keamanan, Anda
mungkin benar-benar ingin membayar seseorang untuk mengambil tambang dari tangan Anda.
Namun, kami akan mengingatkan Anda untuk tidak melakukannya dengan sangat cepat. Harga
tembaga di futire bisa meningkat cukup sehingga produksi itu menguntungkan. Dengan
kemungkinan itu, Anda mungkin bisa menemukan seseorang yang akan membayar harga
positif untuk properti hari ini.

7.4 Decision Trees


Pohon keputusan digunakan untuk memodelkan persoalan yang terdiri dari serangkaian
keputusan yang mengarah ke solusi. Tiap simpul dalam menyatakan keputusan, sedangkan
daun menyatakan solusi. Analisis pohon keputusan (decision tree analysis ) merupakan salah
satu alat pengambilan keputusan investasi dari berbagai alternatif yang tersedia. Analisis pohon
keputusan biasanya digambarkan dengan simbol standar.

Prosedur Analisis Decision Tree

Prosedur untuk melakukan analisis pohon keputusan :


1. Membuat diagram pohon (Tree Diagraming )
 Identifikasi semua titik keputusan dan kemungkinan lain yang akan terjadi.
 Identifikasi alternatif keputusan untuk setiap titik keputusan.
 Identifikasi apa yang mungkin terjadi dari setiap keputusan yang diambil.
 Membuat sebuah diagram pohon yang menunjukkan urutan keputusan dan
kejadian yang mungkin terjadi

2. Estimasi kemungkinan (Expected cost = EC)


 Estimasi kemungkinan hasil yang akan diperoleh dari berbagai kejadian yang
mungkin terjadi.
 Estimasi konsekuensi keuangan dari setiap hasil yang mungkin dari berbagai
alternatif keputusan.

3. Evaluasi dan seleksi


 Perhitungkan nilai yang diharapkan dari setiap alternatif keputusan.
 Pilih alternatif keputusan yang menawarkan nilai yang diharapkan yang paling
optimal.

Contoh Kasus
Pada gambar dapat dilihat bahwa kita dapat memilih :
1) melakukan investasi dalam bentuk saham sebesar $1000.
2) menabung di bank sebesar $1000.

Informasi lain yang dapat kita peroleh adalah perkiraan tentang nilai investasi saham tersebut
setahun mendatang dan nilai tabungan setahun mendatang. Masing-masing dalam dua kondisi,
yaitu naik atau turunnya harga saham. Asumsinya adalah tabungan memperoleh bunga sebesar
5 % dan saham tidak memperoleh pembayaran dividen. Dalam persoalan investasi yang
sederhana ini, nilai harapan dan investasi berupa tabungan akan tetap stabil (kecuali terjadi
perubahan suku bunga ), tanpa mempedulikan apa yang akan terjadi pada pasar saham

Cara penghitungannya adalah :


1) Alternatif pertama – investasi saham = (0.7 x $1400) + (0.3 x $880) = $1220
2) Alternatif kedua – menabung = (0.7 x $1050) + (0.3 x $1050) = $1050

$1220
H.Saham naik 0,7 x $1400
= $980
Inv saham $1000
1
= +$240
H.Saham turun 0,3 x $800
Keputusan $1220

H.Saham naik 0,7 x $1050


= $735
2
Menabung $1000
= +315
$1050 H.Saham turun0,3 x $1050
$1050
Kesimpulan :
Berdasarkan analisis pohon keputusan pada gambar 3, kita dapat mengetahui nilai harapan dari
kedua alternatif pilihan tersebut dengan tanda 1 dan 2. keputusan dengan nilai harapan yang
lebih besar merupakan keputusan terbaik untuk dipilih, yaitu investasi dalam saham sebesar $
1000.

7.5 Maping Theory

Monte Carlo Simulation

Kredit penemuan metode Monte Carlo seringkali diberikan kepada Stanislaw Ulam,
seorang ahli matematika asal Polandia. Ulam dikenal sebagai orang yang mendesain bom
hidrogen dengan Edward Teller pada tahun 1951. Sementara, ia sendiri menemukan metode
Monte Carlo pada tahun 1946 ketika sedang memperhitungkan probabilitas memenangkan
permainan kartu solitaire.
Di sisi lain, dalam dunia keuangan dan matematika keuangan, metode Monte Carlo ini
sangat bermanfaat untuk melakukan valuasi dan analisa terhadap berbagai instrument dan
portfolio investasi. Metode ini memungkinkan simulasi berbagai faktor ketidakpastian yang
mempengaruhi nilai, sehingga kemudian dapat menentukan nilai rata-rata.
Metode Monte Carlo pertama kali diperkenalkan ke dunia keuangan oleh David B.
Hertz pada tahun 1964, dalam artikel “Risk Analysis in Capital Investment” pada Harvard
Business Review. Selanjutnya, pada tahun 1977, Phelim Boyle adalah yang pertama kali
menggunakan simulasi ini dalam makalahnya mengenai Options.
Simulasi Monte Carlo seringkali digunakan untuk memprediksi value tertentu,
berdasarkan sekumpulan data historis. Metode ini adalah salah satu dari banyak metode yang
berusaha untuk menganalisa ketidakpastian, dimana tujuannya adalah bagaimana menentukan
variasi random, kurangnya knowledge, dan error, dapat mempengaruhi sensitivitas, kinerja,
atau reliability dari sistem yang dimodelkan.
Simulasi ini dikelompokkan sebagai metode sampling, karena inputnya dihasilkan
secara random dari distribusi probabilitas, untuk mensimulasikan proses sampling dari
populasi sebenarnya. Sehingga, disini kita berusaha untuk memilih distribusi input yang paling
sesuai dengan data yang dimiliki. Data yang dihasilkan dari simulasi ini kemudian
dimunculkan sebagai distribusi probabilitas (histogram) atau dikonversi menjadi error bars,
reliability prediction, tolerance zones, hingga confidence interval.

Real Options Theory

Key Topics Themes Illustrative Strategy Studies


Common real options Investment opportunities Dixit and Pindyck (1995)
and investment as real options
decisions Folta and O’Brien (2004), Rivoli and
Option to wait-to-invest Salorio (1996)

Chi and Nystrom (1995), Kogut (1983),


Options to abandon and Kogut and Kulatilaka (1994a), Miller
Switch and Reuer (1998a, 1998b)

Growth options
Kogut (1983, 1991), McGrath (1997),
McGrath and Nerkar (2004), Miller and
Interaction of real Folta (2002)
options
Folta and O’Brien (2004)

Extensions of real Portfolios of options Bowman and Hurry (1993), MacMillan


options theory of and McGrath (2002), McGrath and
investment Nerkar (2004), Vassolo et al. (2004)

Competition and Folta and Miller (2002), McGrath and


investment Nerkar (2004), Smit and Ankum
(1993), Smit and Trigeorgis (2004)

Endogenous uncertainty Bowman and Hurry (1993), McGrath


and learning (1997), Sanchez (1993)

Exit decisions and Bragger, Bragger, Hantula, and Kirnan


hysteresis (1998)

Organization and Choice of investment Chi and McGuire (1996), Folta (1998),
governance Modes Kogut (1991), Leiblein (2003), Leiblein
and Miller (2003)

Option rights in Chi (2000), Chi and McGuire (1996),


collaborative ventures Chi and Seth (2004), Reuer and Tong
(2005)

Valuation and Valuation Seppa and Laamanen (2001)


performance

Performance implications Berger, Ofek, and Swary (1996), Kumar


(2005), Reuer and Leiblein (2000),
Tong,Reuer, and Peng (forthcoming)

Anda mungkin juga menyukai