Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOGRAFI TANAH

ACARA V
MENGANALISIS KONSISTENSI TANAH

Rahma Aliya Fortuna (18405244023/B2)

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menentukan konsistensi tanah secara kualitatif

2. Mahasiswa dapat menganalisis factor yang mempengaruhi konsistensi tanah

B. Dasar Teori
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang menempati sebagian

besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki
sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan

induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Isa
Darmawijaya, 1990:9).

Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik dan endapan-endapan


yang relative lepas (loose), yang terletak diatas batuan dasar (bedrock). Ikatan

antara butiran yang relative lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organic
atau oksida-oksida yang mengendap diantara partikel-partikel. Ruang diantara

partikel-partikel dapat berisi air, udara maupun keduanya. Proses pelapukan batuan
atau proses geologi lainnya yang terjadi di dekat permukaan bumi membentuk

tanah. Pembentukan tanah dari batuan induknya, dapat berupa proses fisik
maupun kimia. Proses pembentukan tanah secara fisik yang mengubah batuan

menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, terjadi akibat pengaruh erosi, angin, air,
es, manusia, atau hancurnya pertikel tanah akibat perubahan suhu atau cuaca

(Cristady Hardiyatmo, 2002: 1).


Partikel-partikel tanah mungkin berbentuk bulat, bergerigi maupun

bentuk-bentuk diantaranya. Umumnya, pelapukan akibat proses kimia dapat terjadi


oleh pengaruh oksigen., karbondioksida, air (terutama yang mengandung asam

atau alkali) dan prosesproses kimia yang lain. Jika hasil pelapukan masih berada di

1
tempat asalnya, maka tanah ini disebut tanah residual (residual soil) dan apabila

tanah berpindah tempatnya, disebut tanah terangkut (transported soil). Istilah pasir,
lempung, lanau, atau lumpur digunakan untuk menggambarkan ukuran partikel

pada batas ukuran butiran yang telah ditentukan. Akan tetapi, istilah yang sama
juga digunakan untuk menggambarkan sifat tanah yang khusus. Sebagai contoh,

lempung adalah jenis tanah yang bersifat kohesif dan plastis, sedang pasir
digambarkan sebagai tanah yang tidak kohesif dan tidak plastis. Kebanyakan jenis

tanah terdiri dari banyak campuran, atau lebih dari satu macam ukuran partikel.
Tanah lempung belum tentu terdiri dari partikel lempung saja, akan tetapi dapat

bercampur dengan butir-butiran ukuran lanau maupun pasir, dan mungkin


terdapat campuran bahan organik. Ukuran partikel tanah dapat bervariasi dari lebih

besar 100 mm sampai dengan lebih kecil dari 0,001 mm (Cristady Hardiyatmo,
2002: 2).

Pelapukan mekanis mengakibatkan pecahnya butiran batuan sehingga


terbentuk ukuran yang lebih kecil seperti menjadi kerikil, pasir dan lanau.

Sedangkan pelapukan kimia, menghasilkan kelompok partikel koloida berbutir


halus dengan ukuran butirnya lebih kecil dari 0,002 mm. Faktor-faktor yang

mempengaruhi konsistensi tanah adalah suhu,kelembaban,dan kadar air pada


tanah.Suhu dapat mempengaruhi kerasnya konsistensi tanah.Semakin tinggi suhu

tanah makakonsistensi tanah tersebut semakin keras.Kadar air juga mempengruhi


konsistensi pada tanah karena air pada kadar yang banyak jika terdapat di atas

tanah akan merusak konsistensi yang dapat mengikis lapisan atas bagian tanah jika
konsistensi tanah tersebut renggang atau lepas-lepas (Cristady Hardiyatmo, 2002:

3).
Konsistensi tanah dalam Sartohadi (2013:54) adalah sifat fisika tanah yang

menggambarkan kuat lemahnya gaya kohesi dan adhesi antarpartikel penyusun


tanah. Konsistensi menurut Terzaghi (2013) dalam Sartohadi (2013:54)

menggambarkan mudah tidaknya tanah hancur oleh karena suatu tekanan atau
beban. Struktur tanah menggambarkan bentuk, ukuran, dan kuat lemahnya agrerat

tanah dalam kondisi alami, sementara konsistensi menggambarkan kondisi alami


yang dipunyai oleh partikel tanah dalam menerima beban dan tekanan.

2
Istilah-istilah yang umum digunakan untuk menyifatkan konsistensi tanah

pada kandungan air berbeda-beda dalam Hakim (1986:64) adalah :


Konsistensi basah (lebih kurang kandungan air pada kapasitas lapang)

a. Kelekatan : Dengan ciri tanah bisa melekat atau menempel

pada benda-benda yang mengenalnya.


Stickness (kelekatan) dibagi atas : tidak
melekat, sedikit melekat, lekat dan sangat
lekat.

Tabel 4.1 Klasifikasi kelekatan tanah.

No Kelas Keterangan
1 Tak lekat Tanah tidak melekat pada jari tangan,

langsung jatuh ketika pijitan dibuka.


2 Agak lekat Ada sedikit adhesi tanah pada jari
yang mudah dilepas lagi.
3 Lekat Ada adhesi tanah pada ibu jari dan

jika dipijit memapar.


4 Sangat lekat Adhesi tanah menempelkan ibu jari
dan telunjuk yang sukar dilepaskan.

b. Liat (Plasticity) : Dengan ciri menunjukan sifat yang


mempunyai kemampuan dapat dengan

mudah diubah-ubah bentuknya dapat dibagi


atas : nonplastic, alighly plastic, plastic dan

very plastic.
Tabel 4.2 Klasifikasi keliatan tanah.

No Kelas Keterangan
1 Tak liat Tanah tidak dapat membentuk
gilingan-gilingan kecil.
2 Agak liat Tanah dapat membentuk gilingan-

gilingan kecil.
3 Liat Tanah dapat membentuk gilingan-
gilingan kecil dan bentuk tertentu

yang hanya dapat diubah bentuknya

3
dengan ditekan.
4 Sangat liat Tanah dapat membentuk gilingan-

gilingan kecil dan hanya dapat


diubah bentuknya dengan pijitan

kuat.

c. Konsistensi lembab : (Sedikit basah, kira-kira kandungan airnya

terletak antara tanah kering udara dan kapsitas


lapang). Dicirikan dengan tanah gembur.

Istilah-istilah yang digunakan : lepas, sangat


gembur, gembur, teguh, sangat teguh dan

ekstrem teguh.
Tabel 4.3 Klasifikasi konsistensi tanah dalam keadaan lembab.

No Kelas Keterangan
1 Lepas Tidak ada ikatan butir-butir tanah.
2 Sangat gembur Bila dipijit mudah hancur.
3 Gembur Bila dipijit agak kuat, baru hancur.
4 Teguh Bila dipijit agak sukar hancur.
5 Sangat teguh Bila ditekan yang kuat dan
menyakitkan baru hancur.
6 Luar biasa teguh Dipijit tidak hancur kecuali dengan

sarana lain.

d. Konsistensi kering : (Kondisi kering udara). Dicirikan dengan


kerasnya tanah, istilah-istilah yang digunakan

adalah lepas, lunak, sedikit keras, keras, sangat


keras dan ekstrem keras.

Tabel 4.4 Klasifikasi konsistensi tanah dalam keadaan kering.

No Kelas Keterangan
1 Lepas Tidak ada ikatan butir-butir tanah.

4
2 Lunak Massa tanah berikatan lemah dan

rapuh, ditekan sedikit saja hancur.


3 Agak keras Sedikit tahan terhadap tekanan kuat.
4 Keras Baru pecah terhadap tekanan kuat.
5 Sangat keras Tidak dapat dipecahkan dengan jari.
6 Luar biasa keras Hanya dapat dipecahkan dengan
pukulan benda keras.

C. Alat dan Bahan


Alat

a. Alat tulis digunakan untuk mencatat informasi yang diberikan dosen dan
asisten praktikum.

b. Soil test kit atau penggaris digunakan untuk mengukur diameter sampel
tanah.

Bahan
a. Sampel tanah yang digunakan untuk dianalisis

D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Menentukan kosistensi tanah dalam 3 kriteria yaitu basah, lembab dan kering.
Pada kriteria basah dibagi menjadi 2 yaitu kelekatan dan keliatan.

3. Menentukan sampel tanah pada kriteria basah dengan terlebih dahulu


mengambil sampel tanah lembab ddan menetesinya menggunakan aquades.

4. Menentukan sampel tanah pada kriteria lembab dan kering dengan terlebih
dahulu mengambil sampel tanah kemudian menghancurkannya dengan

bantuan jari telunjuk dari ibu jari.


5. Mencocokan hasil yang di dapat dengan tabel 5.

E. Hasil dan Pembahasan

Hasil
Tabel 4 .5 Hasil Analisis Konsistensi Tanah Kering

No. Lokasi Kelas Derajat Deskripsi


Sampel Konsistensi Tanah
Sampel I Dermo 2 Keras Ditekan kuat-kuat

5
yang menyakitkan

baru hancur.
Sampel II Bibal 3 Luar biasa Hanya dapat dipecah
keras dengan pemukul.
Sampel III Hutan Jati 3 Luar biasa Hanya dapat dipecah

keras dengan pemukul.


Sampel IV Siluk 1 Lunak Ditekan sedikit saja
sudah hancur.
Sampel V Srumbung 1 Lunak Ditekan sedikit saja

sudah hancur.
Sampel VI Nglanggeran 2 Keras Ditekan kuat-kuat
yang menyakitkan

baru hancur.

Tabel 4 .6 Hasil Analisis Konsistensi Tanah Lembab

No. Lokasi Kelas Derajat Deskripsi


Sampel Konsistensi Tanah
Sampel I Dermo 1 Sangat Disentuh dengan

gembur sedikit tekanan


sudah hancur.
Sampel II Bibal 3 Teguh Bila dipijat agak

sukar hancur.
Sampel III Hutan Jati 2 Gembur Bila dipijat agak kuat
baru hancur.
Sampel IV Siluk 1 Sangat Disentuh dengan

gembur sedikit tekanan


sudah hancur.
Sampel V Srumbung 1 Sangat Disentuh dengan

gembur sedikit tekanan


sudah hancur.
Sampel VI Nglanggeran 2 Gembur Bila dipijat agak kuat

baru hancur.

Tabel 4 .7 Hasil Analisis Konsistensi Tanah Basah

No. Lokasi Kelas Derajat Deskripsi

6
Sampel Konsistensi Tanah
Sampel I Dermo 1 Agak lekat Ada sedikit adhesi

tanah pada jari yang


mudah dilepas lagi.
Sampel II Bibal 2 Lekat Ada adhesi tanah

pada jari dan jika


dipijit memapar.
Sampel III Hutan Jati 2 Lekat Ada adhesi tanah

pada jari dan jika


dipijit memapar.
Sampel IV Siluk 3 Sangat lekat Adhesi tanah

menempelkan ibu
jari dan telunjuk

yang sukar
dilepaskan.
Sampel V Srumbung 2 Lekat Ada adhesi tanah

pada jari dan jika


dipijit memapar.
Sampel VI Nglanggeran 2 Lekat Ada adhesi tanah

pada jari dan jika


dipijit memapar.

Tabel 4 .8 Hasil Analisis Konsistensi Tanah Keliatan

No. Lokasi Kelas Derajat Deskripsi

Sampel Konsistensi Tanah


Sampel I Dermo 2 Liat Gulungan kecil
mudah dibuat tetapi

ketika
dilengkungkan

mengalami
keretakan.
Sampel II Bibal 1 Agak liat Gulungan kecil

mudah dibuat tetapi


banyak mengalami

7
keretakan.
Sampel III Hutan Jati 2 Liat Gulungan kecil

mudah dibuat tetapi


ketika

dilengkungkan
mengalami

keretakan.
Sampel IV Siluk 2 liat Gulungan kecil
mudah dibuat tetapi

ketika
dilengkungkan

mengalami
keretakan.
Sampel V Srumbung 0 Tidak liat Tidak dapat

dibentuk gulungan
kecil sepanjang 10

cm.
Sampel VI Nglanggeran 2 Liat Gulungan kecil
mudah dibuat tetapi

ketika
dilengkungkan

mengalami
keretakan.

Pembahasan
Tanah dapat terbentuk apabila tersedia bahan asal (bahan induk) dan

faktor yang mempengaruhi bahan asal. Bahan asal atau bahan induk terbentuknya
tanah dapat berupa mineral, batuan, dan bahan organik. Sedangkan faktor yang

mengubah bahan asal menjadi tanah berupa iklim dan organikme hidup.
Terbentuknya tanah tersebut tentunya memerlukan suatu tempat (relief) tertentu

dan juga memerlukan waktu yang cukup lama. Struktur tanah merupakan
gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur tanah ini terjadi karena

8
butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti

bahan organik, oksida-oksida besi, dan lain-lain.

Konsistensi merupakan sifat fisik tanah yang menunujukkan derajat adhesi

dan kohesi partikel tanah pada berbagai tingkat kelengasan tanah. Konsistens
suatu tanah harus diketahui secara tepat agar pengolahan tanah dapat dilakukan

dengan baik berdasarkan hakikatnya. Mengetahui tentang konsistensi suatu tanah


itu sangat penting karena apabila lahan pertanian diketahui konsistensi tanahnya

akan mudah diolah dan perlakuan terhadap tanah pertanian bisa sesuai dan
mendapatan hasil pertanian bisa sesuai dan mendapatkan hasil pertanian yang

maksimal.

Konsistensi tanah didefinisikan sebagai kekuatan dan gaya kohesif alami

tanah serta resistansi tanah terhadap disintegrasi mekanik, deformasi dan


pemecahan (rupture) struktur tanah. Faktor utama yang mempengaruhi konsistensi

tanah adalah tekstur tanah terutma kandungan lempungnya dan kondisi


kelengasan tanah atau kadar air tanah (kerin, lembab, basah). Konsistensi tanah

penting untuk menentukan cara dalam tanah dn juga penting bagi penetrasi akar
tanaman di lapisan bawah dan kemampuan tanah menyimpan lengas.

Tanah yang memiliki konsistensi baik biasanya mudah diolah dan tidak
melekat pada alat pengolah tanah. Penentuan sifat tanah harus disesuaikan dengan

keadaan tanah tersebut karena tanah dapat ditemuan dalam keadaaan lembab,
basah , kering. dalam keadaan basah, tanah dibedakan kedalam konsistensi

gembur (mudah diolah) sampai tegh (agak sulit dicangkul). Dalam keadaan kering
tanah dibedakan edalam konsistensi lunak sampai kering. Dalam keadaan basah

dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis sampai tidak plastis atau kelekatannya
yaitu dari tidak lekat sampai lekat. Pada penentuan konsistensi kering, langkah

pertama adalah bongkah tanah diambil kurang lebih 1 cm, kemudian bonkah
ditekan diantara ibu jari dan telunjuk terlebih dahulu, jila tidak hancur baru

dilanjtkan dengan ditekan antara pangkal telapak tangan dengan ibu jari. Setelah
itu dapat ditentukan konsistensi tanah kering berdasarkan tabel kelas konsistensi.

9
Selanjutnya adalah penentuan Konsistensi basah atau lembab, langkah

pertama yaitu contoh tanah kering udara ukuran 2 mm diambil secukupnya.


Contoh tanah dibasahi dengan air akuades secukupnya. Lalu dicampurkan hingga

homogen menjadi pasta seperti adonan kue. Tingkat kelekatan masing-masing


jenis tanah diamati dengan memijit pasta tanah antar jari telunjuk dan ibu jari. Sisa

pasta tanah menempel pada permukaan kedua jari diamati lalu diiuti kriteria dari
tabel dan tingkat kelekatan tanah (sticky) dicatat. Setelah itu tanah tadi dibuat pipa

tanah (seperti bakmi) setebal 2 – 3 cm. Lalu kriteria dari tabel diikuti dan dicatat
tingkat plastisitas (plasticity). Konsistensi dipengaruhi oleh kadar air tanah. Faktor-

faktor lain yang menyumbang pada konsistensi ialah bahan penyemen agregat
tanah bentuk dan ukuran agregat serta tingkat agregasi. Jadi konsistensi berkaitan

erat dengan lempung dan kadar bahan organik juga menentukan konsistensi
tanah. Praktikum konsistensi tanah dilakukan pada Jumat, 1 Maret 2019 di

Laboratorium Geografi Fisik UNY. Dalam praktikum ini menggunakan alat dan
bahan berupa contoh tanah agregat (bongkah), contoh tanah kering, botol air

mineral yang di potong menjadi 2 bagian untuk alas tanah, dan akuades. Dalam
penentuan konsistensi tanah dalam praktikum ini dilakukan dengan menentukan

konsistensi kering, basah, lembab dan konsistensi keliatan.

Hasil dari percobaan pada konsistensi kering adalah bahwa tanah dari

Dermo, Bibal, Hutan Jati, dan Nglanggeran menunjukkan konsistensinya sangat


keras dan keras karena ketika dilakukan penekanannya oleh ibu jari dan jari

telunjuk maupun oleh pangkal telapak tangan kiri dengan ibu jari kanan,
bongkahan tanah tersebut tidak hancur. Tanah dari Dermo, Bibal, Hutan Jati, dan

Nglanggeran merupakan tanah lempung debuan sehingga kondisi tanah banyak


lempung dan struktur berupa gumpalan dan konsistensinya sangat keras ketika

mengering. Ketiga tanah ini seluruhnya terdiri dari bahan – bahan yang sangat
keras. Sifat licin dari debu sampai tingkat tertentu hingga dapat menutupi sifat

lekat lempung. Dan keempat tanah ini dikatakan konsistensinya sangat keras dan
keras karena tekstur tanahnya yang didominasi lempung, sturktur tanah yang

gumpal , kondisi kelengasan tanahnya yang kering serta kandungan air yang tidak
ada. Untuk tanah Siluk dan Srumbung hasil percobaaan menunjukkan bahwa

konsistensi lunak karena etika dilakukan penekanan oleh ibu jari dengan jari

10
telunjuk bongkahan tanah tersebut mudah hancur. Kedua jenis tanah Siluk dan

Srumbung termasuk tanah yang memiliki fraksi lempung, debu, pasir namun fraksi
pasir ini lebih banyak atau mendominasi daripada lempung dan debu sehingga

ketika ditekan akan mudah hancur karena bongkahan tanah didominasi pasir yang
membuat pori-pori tanah semakin berenggangan.

Pada konsistensi basah indikator konsistensi tanah dapat dilihat dari


tingkat kelekatan dan plastisitas tanahnya. Dari hasil percobaan diperoleh hasil

kelekatan dan plastisistas pada tanah Siluk sangat lekat, tanah Hutan Jati, Bibal,
Nglanggeran, Srumbung tergolong lekat, tanah Dermo tergolong agak lekat. Dari

hasil percobaan dapat diketahui bahwa tanah yang mengandung lempung dapat
memiliki konsistensi yang lekat dan plastis saat dalam keadaan basah. Namun pada

tanah yang memiliki kandungan pasir yang lebih dominan daripada debu dan
lempung memiliki konsistensi yang kurang lekat dan tidak plastis karena pasir

dapat membuat rongga pori-pori yang besar dan tidak akan tercampur dan kasar
ketika dibasahi.

Hasil dari percobaan pada konsistensi lembab adalah bahwa tanah dari
Siluk, Dermo, dan Srumbung menunjukkan konsistensinya sangat gembur. Tanah

yang sangat gembur biasanya disebabkan oleh campuran organisme seperti


cacing. Kemudian untuk tanah di Hutan Jati dan Nglanggeran termasuk tanah yang

gembur yang mana bila dipijat agak kuat baru hancur. Tanah yang gembur
biasanya terbentuk dari pelapukan batuan. Untuk tanah Bibal konsistensinya teguh,

tanah teguh bila dipijat agak sukar hancur.

Hasil dari percobaan pada konsistensi tanah keliatan adalah bahwa tanah

dari Hutan Jati, Nglanggeran, Siluk dan Dermo menunjukkan kosistensinya liat.
Tanah yang memiliki konsistensi liat biasanya mudah di buat gulungan kecil mudah

dibuat tetapi ketika dilengkungkan mengalami keretakan. Tanah yang


konsistensinya liat biasanya mengandung leburan silika atau aluminium yang halus.

Untuk konsistensi tanah di Bibal konsistensinya yaitu agak liat karena jika dibuat
gulungan kecil mudah dibuat tetapi banyak mengalami keretakan. Terakhir

konsistensi tanah di Srumbung menunjukkan tidak liat karena tidak dapat dibentuk
gulungan kecil.

11
Penentuan konsistensi tanah terdapat dua metode yaitu metode secara

kualitatif dan secara kualitatif. Pada praktikum konsistensi tanah ini penentuan
konsistensi tanah menggunakan metode secara kualitatif. Prinsip dari metode

secara kualitatif ini adalah penentuan ketahanan masa tanah terhadap tekanan
diantara ujung telunjuk dengan ibu jari atau ujung ibu jari dengan pangkal telapak

tangan. Penetapan secara kualitatif ini dengan melihat tingkat kekerasan pada
kondisi kering dan tingkat kelekatan dan keliatan pada kondisi basah. Penentuan

konsistensi tanah secara kualitatif digunakan pada praktikum ini karena cara
penentuan yang sederhana dan tidak susah, tidak tergantung terhadap alat dan

alat yang digunakan sangat sederhana. Tetapi pada metode kualitatif ini hanya
menggunakan teknik perasaan, sehingga cenderung tidak tepat dalam penentuan

tekstur tanah itu sendiri ditambahkan lagi kita harus mengetahui karakteristik
berupa rata dan sifat tanah itu sendiri sehingga tidak efektif jika analisis data dari

teknik kualitatif.

Tekstur, struktur dan konsistensi memiliki hubungan erat untuk

mengetahui konsistensi tanah maka terlebih dahulu untuk mengetahui tekstur dan
struktur tanah tersebut. Contoh hubungan ketiga sifat itu adalah tanah dengan

tekstur pasir maka akan mempunyai struktur butir tunggal dan sifat konsistensi
lepas – lepas. Dan tanah bertekstur lempung akan mempunyai struktur gumpal

patau pejal dan mempunyai konsistensi agak teguh dan plastis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah

suhu,kelembaban,dan kadar air pada tanah. Suhu dapat mempengaruhi kerasnya


konsistensi tanah.Semakin tinggi suhu tanah makakonsistensi tanah tersebut

semakin keras.Kadar air juga mempengruhi konsistensi pada tanah karena air pada
kadar yang banyak jika terdapat di atas tanah akan merusak konsistensi yang dapat

mengikis lapisan atas bagian tanah jika konsistensi tanah tersebut renggang atau
lepas-lepas

F. Kesimpulan
1.

2.
3.

12
G. Daftar Pustaka

Hary Christady Hardiyatmo, 2002, MEKANIKA TANAH I, Gadjah Mada University


Press, Jogjakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai