Anda di halaman 1dari 6

11.

Saluran Pembuangan Air Dan Bendungan Pengendali


saluran pembuangan air berfungsi untuk menghindarkan agar run off tidak terkumpul
dan tidak merusak tanah. saluran pembuangan air ini dibangun searah dengan lereng. bentuk
penampang melintang saluran ini biasanya dari segitiga trapesium atau parabolic. agar dasar
atau tebing saluran tidak cepat terkikis air maka disarankan sekali agar dasar dan tebing
saluran ditanami dengan rumput. dan gandum merupakan waduk kecil dengan konstruksi
khusus yang dibuat di daerah berbukit dengan kemiringan lapangan di bawah 30%. bangunan
ini bertujuan untuk menampung run off dan sedimen hasil erosi, dan meningkatkan infiltrasi.
manfaat dari bendungan pengendali ini adalah
1. dapat menyediakan air selama musim kemarau
2. dapat memperluas areal sawah dengan meningkatkan fungsi saluran irigasi
3. sebagai sarana perikanan
4. dapat meningkatkan nilai estetika daerah yang bersangkutan ( utomo, 1989)

F. Strategi Konservasi Secara Kimia


strategi konservasi secara kimia lebih diarahkan pada peningkatan kemantapan
agregat dan sekaligus ruang pori tanah dengan memakai conditioner yaitu preparat preparat
kimia untuk membentuk struktur tanah menjadi mantap dan tahan terhadap erosi. sifat-sifat
soil conditioner adalah
1. harus mempunyai sifat yang adhesif serta dapat bercampur dengan tanah secara
merata
2. dapat mengubah sifat hidrophobik tanah agar merubah kurva penahan air tanah
3. dapat meningkatkan ktk tanah sehingga akan mempengaruhi kemampuan tanah
dalam menahan unsur hara
4. tidak bersifat racun dan tahan dalam jangka waktu yang lama
pemakaian soil conditioner adalah dengan mencampurnya dengan air
perbandingannya adalah 1:3 kemudian penyebaran dan pencampuran larutan soil conditioner
dengan tanah secara merata. pemakaian soil conditioner ke dalam tanah dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu
1. pemakaian di permukaan tanah ya itu disemprotkan langsung di permukaan tanah
dengan alat sprayer
2. pemakaian secara dicampur ya itu disemprotkan ke permukaan tanah dan dilakukan
pencampuran dengan cangkul atau garu sehingga akan didapatkan campuran yang
cukup merata
3. pemakaian setempat yaitu dilakukan pada lubang lubang yang telah dipersiapkan
untuk ditanami ( arsyad, 1983)

G. Mitigasi Degradasi Lahan Secara Pasif Melalui Teknik Evaluasi Sumberdaya Lahan
1. evaluasi kemampuan lahan
klasifikasi kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan kedalam satuan-satuan
khusus menurut kemampuannya untuk penggunaan yang paling intensif dan perlakuan
yang diperlakukan untuk dapat digunakan secara terus-menerus. dengan kata lain lain-
lain klasifikasi ini akan menetapkan jenis penggunaan yang paling sesuai dan jenis
perlakuan yang diperlukan untuk dapat digunakan sebagai produksi pertanian secara
lestari. pada dasarnya sistem klasifikasi kemampuan lahan yang digunakan adalah sistem
yang dikembangkan oleh USDA. sistem ini dilakukan dengan cara menguji nilai-nilai
sifat tanah dan lokasi terhadap seperangkat kriteria untuk masing-masing kategori melalui
proses penyaringan. nilai tersebut pertama-tama diuji terhadap kriteria untuk kelas lahan
yang terbaik namun jika tidak semua kriteria dapat dipenuhi maka lahan tersebut secara
otomatis akan jatuh ke dalam kelas yang lebih rendah ( suripin, 2004)
sistem klasifikasi kemampuan lahan usda menggunakan sejumlah asumsi yaitu
1. klasifikasi kemampuan lahan merupakan klasifikasi yang bersifat interpretatif
didasarkan atas sifat sifat permanen lahan
2. lahan didalam satu kelas serupa dalam tingkat kegawatan faktor penghambatnya
namun tidak harus sama dalam jenis faktor penghambat atau tindakan pengelolaan
yang dibutuhkan
3. diasumsikan tingkat pengelolaan yang tinggi
4. klasifikasi kemampuan lahan bukanlah gambaran produk untuk jenis tanaman
tertentu meskipun perbandingan masukan terhadap hasil dapat membantu dalam
menentukan kelas
5. sistem itu sendiri tidak menunjukkan penggunaan yang paling menguntungkan
yang dapat dilakukan pada sebidang lahan
6. apabila faktor penghambat dapat dihilangkan atau perbaikan sedang dilakukan
makalah andi nilai menurut faktor penghambat yang masih ada setelah tindakan
perbaikan tersebut
7. penilaian kemampuan lahan suatu daerah dapat berubah dengan adanya proyek
reklamasi yang mengubah secara permanen keadaan alam
8. pengelompokan kemampuan lahan akan berubah apabila informasi baru tentang
tanah tersedia

sistem kemampuan lahan menurut USDA mempunyai viii kelas kemampuan lahan di mana kelas
I sampai IV merupakan kelas yang dapat diusahakan untuk pertanian sedangkan kelas V sampai
VIII merupakan kelas yang tidak dapat diusahakan untuk usaha pertanian.
 kelas I tanah pada kelas ini hanya mempunyai sedikit faktor penghambat tetap dan karena
itu resiko kerusakannya juga kecil. tanah-tanah yang tergolong pada kelas ini sangat baik
dan dapat diusahakan untuk segala macam pertanian titik tanah-tanah ini umumnya datar
bahaya erosi nya kecil solum tanahnya dalam drainase baik mudah diolah dapat menahan
air dengan baik dan responsif terhadap pemupukan titik perlu diperhatikan bahwa tanah-
tanah ini menghadapi resiko penurunan kesuburan dan pemadatan karena itu agar terus
produktif diperlukan usaha usaha pemupukan dan pemeliharaan struktur tanah.
 kelas II tanah pada kelas ini mempunyai sedikit faktor pembatas yang dapat mengurangi
pilihan penggunaannya atau membutuhkan tindakan konservasi yang sedang titik karena
itu tanah pada kelas ini membutuhkan pengelolaan tanah yang cukup hati-hati meliputi
tindakan konservasi menghindari kerusakan dan memperbaiki hubungan air udara dalam
tanah bila ditanami titik faktor pembatas dalam kelas ini dapat merupakan satu atau
kombinasi dari faktor-faktor lereng landai kepekaan erosi yang sedang dan struktur tanah
yang kurang baik. adanya faktor-faktor ini tentu saja memerlukan perhatian yang agak
serius jika kita ingin mengusahakan tanah seperti pengelolaan tanah menurut kontur strip
cropping pergiliran tanaman pemupukan dan pengapuran serta pembuatan saluran saluran
air.
 kelas III, pada kelas ini tanah mempunyai lebih banyak faktor pembatas daripada kelas II
dan apabila digunakan untuk pertanian akan memerlukan tindakan konservasi yang serius
yang umumnya lebih sulit baik dalam pelaksanaan maupun pemeliharaannya faktor-
faktor pembatas pada lahan kelas ini dapat berupa lereng yang agak miring, cukup peka
terhadap erosi drainase yang jelek, permeabilitas tanah sangat lambat, solum dangkal,
kapasitas menahan air rendah, kesuburan dan produktivitas tanah rendah dan sulit untuk
diperbaiki. dengan adanya faktor pembatas tersebut maka ada keterbatasan dalam
pemilihan tanaman titik tindakan-tindakan konservasi seperti strip cropping, pergiliran
tanaman, pembuatan teras penambahan bahan organik dan pemupukan merupakan
tindakan yang sangat diperlukan sekali. \
 kelas IV tanah pada kelas ini mempunyai faktor pembatas yang lebih besar daripada kelas
III sehingga jenis penggunaan dan jenis tanaman yang diusahakan juga sangat terbatas
tanah pada kelas ini terletak pada lereng yang cukup curam yaitu 15% sampai 30%
sehingga sangat peka terhadap erosi, drainasenya jelek, solum dangkal, dan kapasitas
menahan air yang rendah titik dengan adanya faktor-faktor pembatas tersebut maka
apabila digunakan untuk usaha pertanian tanaman semusim yang lebih khusus dan relatif
sulit baik dalam pelaksanaan maupun pemeliharaannya dibanding kelas-kelas
sebelumnya perlu diusahakan agar tanah selalu dalam keadaan tertutup tanaman seperti
pemberian mulsa.
 kelas V tanah pada kelas ini terletak pada tempat yang datar atau agak cekung selalu
basah atau tergenang air atau terlalu banyak batu di atas permukaan tanah. karena itu
tanah pada kelas ini tidak sesuai untuk usaha pertanian tanaman semusim namun lebih
sesuai untuk ditanami dengan vegetasi permanen seperti tanaman makanan ternak atau di
hutankan.
 kelas VI tanah pada kelas ini terletak pada daerah yang mempunyai lereng yang cukup
curam sehingga mudah erosi atau telah mengalami erosi yang sangat berat atau
mempunyai solum yang sangat dangkal sekali titik berdasarkan hal tersebut tanah pada
kelas ini juga tidak sesuai dijadikan sebagai lahan pertanian, namun lebih sesuai untuk
vegetasi permanen seperti padang rumput tanaman pakan ternak atau di hutankan. jika
digunakan untuk padang rumput hendaknya penggembala tidak merusak rumput penutup
tanah sedangkan jika digunakan untuk hutan maka penebangan kayu harus efektif dan
mengikuti kaidah-kaidah konservatif
 kelas VII tanah pada kelas ini terletak pada lereng yang cukup curam telah tererosi berat
solum sangat dangkal dan berbatu titik karena itu tanah ini hanya cocok ditanami dengan
vegetasi permanen. jika digunakan untuk padang rumput atau hutan maka harus diikuti
dengan pengelolaan yang lebih khusus dari yang diperlukan pada kelas VI.
 kelas VIII tanah pada kelas ini terletak pada lereng yang sangat curam permukaan sangat
kasar, tertutup batuan lepas atau batuan singkapan atau tanah pasir di pantai titik karena
itu tanah pada kelas ini dibiarkan pada keadaan alami di bawah vegetasi alami ( cagar
alam, hutan lindung, atau tempat rekreasi) (suripin, 2004).

faktor-faktor klasifikasi pada kategori kelas adalah faktor pembatas yang bersifat permanen atau
sulit untuk dapat diubah adapun faktor-faktor tersebut adalah
1. lereng
2. tekstur tanah
3. permeabilitas
4. kedalaman solum
5. drainase
6. erosi
tabel 34. Harkat penentu tingkat kemampuan lahan
no Unit lahan kriteria Harkat
1 Lereng
L1 Datar (0-3%) 1
L2 Landai berombak (3-8%) 2
L3 Agak miring bergelombang (8-15%) 3
L4 Miring berbukit (15-30%) 4
L5 Agak curam (30-45%) 5
L6 Curam (45-66%) 6
L7 Sangat curam (>65%) 7
2 Tekstur
T1 Sedang, meliputi debu, lempung dan lempung berdebu 1
T2 Agak halus meliputi liat berpasir, lempung liat berdebu, 2
lempung liat berpasir
T3 Halus meliputi liat dan liat berdebu 3
T4 Agak kasar meliputi lempung berpasir 4
T5 Kasar meliputi pasir berlempung dan pasir 5
3 Permebealitas
P1 Sedang (2,0-6,25 cm/jam) 1
P2 Agak lambat (0,5-2,0 cm/jam) 2
P3 Agak cepat (6,25-12,5 cm/jam) 3
P4 Lambat (0,125-0,5 cm/jam) 4
P5 Cepat (12,5-25,0 cm/jam) 5
P6 Sangat lambat (<0,125 cm/jam) 6
P7 Sangat cepat (>25,0 cm/jam) 7
4 Solum
K1 Dalam (>90 cm) 1
K2 Sedang (50-90 cm) 2
K3 Dangkal (25-50 cm) 3
K4 Sangat dangkal (<25 cm) 4
5 Drainase
D1 Baik 1
D2 Agak baik 2
D3 Agak buruk 3
D4 Buruk 4
D5 Sangat buruk 5
D6 Sangat sangat buruk 6
6 Erosi
E1 Tidak ada erosi 1
E2 Ringan, jika <25% tanah lapisan atas hilang 2
E3 Sedang jika 25-75% tanah lapisan atas hilang 3
E4 Berat jika >75% tanah lapisan atas hilangdan <25% tanah 4
lapisan bawah hilang
E5 Sangat berat jika >25% tanah lapisan bawah hilang 5
7 Singkapan
batuan
B1 Tidak ada (<2% luas areal) 1
B2 Ringan jika 2-10% luas areal dimana pengolahan tanah dan 2
tanaman agak terganggu
B3 Sedang jika 10-50% luas areal dimana pengolahan tanah dan 3
tanaman sudah terganggu
B4 Banyak jika 50-90% luas areal dimana pengolahan tanaman dan 4
tanah sudah sangat terganggu
B5 Sangat banyak jika >90 % luas areal dimana tanah sudah tidak 5
bisa lagi digarap
8 Ancaman
banjir
O1 Tidak pernah dimana dalam 1 tahun tanah tidak pernah tertutup 1
banjir untuk waktu lebih 24 jam
O2 Kadang kadang, banjir menutupi tanah selama lebih 24 jam dan 2
tidak teratur dalam periode kurang dari satu tahun
O3 Selama satu bulan lebih tanah tertutup banjir >24 jam 3
Selama 2-5 bulan tanah tertutup banjir > 24 jam dalam satu 4
O4 tahun
O5 Selama >6 bulan tanah selalu tertutup banjir >24 jam 5

analisis untuk menentukan zonasi klasifikasi kemampuan lahan digunakan


formula yang dikemukakan oleh dibyosaputro (1999), yaitu
𝑐−𝑏
𝑖=
𝑘
Dimana:
I : interval kelas
C: jumlah skor tertinggi (40)
B: jumlah skor terendah (8)
K: jumlah kelas yang diinginkan (8)

Tabel 35. Hasil perhitungan interval tingkat kerawanan lahan


zona interval Kelas kemampuan lahan
A <12,5 I
B 12,5-16,5 II
C 16,5-21,0 III
D 21,0-24,5 IV
E 24,5-29,0 V
F 29,0-34,5 VI
G 34,5-39,0 VII
H >39,0 VIII
2. evaluasi kesesuaian lahan
kesesuaian lahan erat kaitannya dengan penggunaan lahan yang merupakan
bentuk atau alternatif kegiatan usaha pemanfaatan lahan. penggunaan lahan diawali
dengan klasifikasi kemampuan lahan untuk mengelompokkan lahan pada kelas-kelas
tertentu yang didasari oleh evaluasi lahan. evaluasi lahan adalah proses pendugaan
potensi lahan untuk penggunaan lahan. dasar pengelompokan dari evaluasi lahan adalah
kesesuaian lahan yaitu kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. kesesuaian
lahan dapat dibedakan antara dua yaitu kesesuaian lahan aktual merupakan potensi lahan
yang mendasar dan kesesuaian lahan potensial rupakan potensi lahan untuk masa yang
akan datang setelah adanya reklamasi lahan klasifikasi kemampuan lahan dapat
dibedakan atas
1. kelas 1, lahan-lahan pada kelas ini dapat digarap dengan sistem irigasi yang bagus
agar produksi cukup tinggi untuk mendukung berbagai jenis tanaman, biaya
pengelolaan relatif rendah karena lahan relatif datar, solum tanah dalam struktur
tanah baik sehingga memudahkan penetrasi akar tanaman, daya tahan air dalam
tanah relatif tinggi, bebas dari unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman
2. kelas 2, lahan-lahan pada kelas ini dapat digarap dengan sistem irigasi yang
bagus, berproduksi cukup tinggi untuk mendukung berbagai jenis tanaman, tapi
produktivitasnya masih di bawah kelas 1, jenis tanaman yang diusahakan terbatas
dan biaya pengelolaan relatif tinggi.

Anda mungkin juga menyukai