Anda di halaman 1dari 3

Bandung Urban Mobility Project

Tuesday, July 28, 2020 11:14 PM

Bandung Urban Mobility Project


Bandung semakin sesak oleh penduduk dan pendatang. bandung pada saat ini sudah berkembang menjadi sebuah kota metropolitan –
metropolitan bandung raya yang berkembang cepat. Ciri-ciri perkotaan yang membentuk metropolitan dapat dilihat dari berbagai aspek,
antara lain jumlah penduduk, kegiatan ekonomi, dan luas kawasan terbangun. dengan adanya aglomerasi dari aspek - aspek tersebut,
intensitas kegiatan di metropolitan bandung raya menjadi sangat tinggi yang akan terus menyebabkan perkembangan yang pesat.
Ledakan jumlah kendaraan bermotor menjadi pemicu masalah transportasi karena penambahan ruas jalan (1,29% per tahun) tidak
sebanding dengan penambahan jumlah kendaraan bermotor (9,34% per tahun)
Jumlah penduduk Kota Bandung pada 2013 (BPS Kota Bandung) adalah 2.483.977 jiwa dengan luas wilayah 16.729,50 hektare (167,67
km), atau tingkat kepadatan penduduknya adalah 150 jiwa per hektare. Jumlah tersebut belum ditambahkan dengan jumlah warga
negara asing (4301 jiwa) yang berdomisili di kota Bandung serta kaum pendatang yang berdatangan sebagai wisatawan pada saat saat
tertentu. Jumlah warga negara asing yang menetap menurut catatan kanotr imigrasi Bandung yang berdiam menetap di Kota Bandung
setiap bulan rata-rata 2511 orang, sedangkan jumlah warga negara asing yang berdiam sementara di kota Bandung setiap bulan rata-
rata 5849 jiwa. Pertumbuhan jumlah penduduk tersebut berakibat pada aktivitas yang semakin padat dan membutuhkan mobilitas
tinggi. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pertumbuhan penggunaan pengendara bermotor terus meningkat. Pada tahun 2010
sendiri, jumlah kendaraan bermotor adalah 1.215.585, rata-rata meningkat 11% per tahun dengan rincian roda dua (mo tor) 859.411
unit, dan roda empat (mobil pribadi) 134.654 unit.
Ledakan jumlah kendaraan bermotor kemudian menjadi memicu berbagai masalah transportasi karena penambahan jumlah kendaraan
bermotor (1,29% per tahun), tidaksebanding dengan penambahan jumlah kendaraan bermotor (9,34% per tahun). Masalah pun
bertambah ketika fungsi jalan makin beragam, seperti menjadi lahan parkir, perdagangan, perbengkelan dan lain-lain. Sistem angkutan
umum yang lebih mengandalkan jenis mobil angkutan kecil (angkutan kota/angkot) pun menjadi masalah pelik karena tumpang
tindihnya trayek dan fasilitas yang tidak memadai. Ketiadaan shelter untuk pemberhentian angkot membuat awak angkot bisa
menaikkan dan menurunkan penumpan dimana saja. beragam masalah tersebut menjadikan lalu lintas kota bandung menjadi semrawut
dan kemacetan terjadi di mana-mana. Kondisi itu berdampak pada bidang ekonomi, sosial, serta terganggunya kelestarian ling kungan.
berikut adalah pemetaan masalah berdasarkan isu strategis transportasi kota bandung:
Dampak Transportasi:
Aspek Dampak Deskripsi Dampak
Dampak Ekonomi • Biaya transportasi warga Bandung +/- Rp 436 ribu/bulan atau sekitar
22% dari gross expenditure → idealnya <20%
• Total biaya transportasi di metropolitan Bandung tahun 2013 sekitar Rp
18,49 triliun /tahun (setara dengan 10,3% PDRB wilayah) → idealnya
< 7%
• Total kerugian akibat kemacetan lalu lintas +/- Rp 4,63 triliun/tahun
Dampak Lingkungan • Total konsumsi BBM untuk kendaraan bermotor di metropolitan Bandung
tahun 2013 sekitar 627 juta liter/tahun
• Sektor transportasi mengontribusi lebih dari 66,34% emisi gas buang
Kora Bandung
Dampak Sosial • Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas terus meningkat sekitar 22,37%
per tahun
• Pengaruh kemacetan akibat kesehatan fisik dan psikis masyarakat cukup
besar, meskipun belum dapat diukur

Kinerja Jaringan Transportasi:


Jaringan Deskripsi Kinerja
Jaringan Jalan • Kecepatan lalu lintas jalan di metropolitan Bandung tahun 2013 hanya
sekitar 11,8 km/jam → idealnya di atas 20 km/jam
• Titik kemacetan yang teramati tahun 2013 mencapai 44 titik (bertambah
12 titik dibandingkan tahun 2009)
• Degree of saturation (DS) 1 pada seluruh persimpangan di jalan utama
pada jam sibuk
Angkutan Umum • Biaya transportasi menggunakan angkutan umum 18% lebih mahal
dibandingkan dengan sepeda motor dan waktu perjalanannya 2,2 kali
lipat lebih lama
• Rata-rata load factor angkutan umum di kota Bandung hanya 36,60%
→ minimal layaknya 60%
• Peran moda angkutan umum hanya 23% dari total pangsa angkutan di
atas 40%

Quick Notes Page 1


atas 40%
• 95,5% pengguna angkutan umum di kota Bandung menyatakan tidak
puas terhadap aspek keamanan, keselamatan dan kenyamanan

Penyediaan Jaringan Transportas:


Jaringan Deskripsi Penyediaan
Jaringan Jalan • Hierarki jaringan jalan belum baik (panjang jalan arteri dan kolektor
hanya 11,25% dari total, missing-link, bottle-neck, dll)
• Luas area untuk jalan (RUMIJA) di kota Bandung hanya +/- 7,31% dari
total wilayah Kota Bandung → idealnya 10%
• Pertumbuhan panjang jalan di Bandung hanya +/- 1,29% per tahun,
sedangkan pertumbuhan kendaraan +/- 9,34% per tahun
• Sekitar 23,7% jalan di Kota Bandung dalam kondisi
Angkutan Umum • Pelayanan angkutan umum di metropolitan Bandung didominasi oleh
angkot (pratransit) (97,9%)
• Total kapasitas angkutan umum di metropolitan Bandung sekitar
1,53-1,87 juta penumpang/tahun, tetapi hanya terpakai sekitar 1/3 nya
Manajemen Lalu Lintas • Teknologi ATCs sudah obsolote (perlu diperbaharui) dan diperluas
hingga seluruh wilayah kota Bandung
• Parkir di badan jalan memangkas sekitar 37,6% dari kapasitas
terpasang jaringan jalan di Kota Bandung

Dalam menentukan arahan kebijakan untuk mengatasi seluruh permasalahan di atas maka perlu ditetapkan solusi saling
menguntungkan bagi setiap kelompok warga. Untuk itu dalam menentukan arahan kebijakan pengembangan transportasi di Kota
Bandung, pemerintah kota telah menetapkan visi dan misi transportasi kota Bandung terlebih dahulu. Visi dan misi transportasi kota
Bandung ini mengakomodasi visi dan misi dokumen-dokumen perencanaan yang telah ada sebelumnya, sehingga menghasilkan
kebijakan transportasi yang optimal. Berikut merupakan visi transportasi kota Bandung tahun 2031 yaitu: "Terwujudnya
Transportasi Kota Bandung yang Andal dan Ramah" dengan semboyan "Bandung Better Urban Mobility 2031 (Bandung Lancar
2031)". Yang dimana "Andal" dalam visi tersebut bermakna transportasi Kota Bandung yang dapat diandalkan dalam mendukung setiap
aktivitas seluruh warga kota. Sedangkan yang dimaksudkan dengan "Ramah" adalah transportasi kota Bandung yang ramah bagi setiap
orang dan lingkungan. Untuk mewujudkan visi transportasi tersebut, misi yang diemban Pemerintah Kota Bandung adalah:
1. Mengembangkan jaringan transportasi yang merata, terhierarki dan terintegrasi
2. Menjadikan sistem angkutan umum massal sebagai moda utama yang didukung oleh sistem feeder yang efisien
3. Mengendalikan kinerja lalu lintas jalan pada tingkat yang memadai
4. Meningkatkan aspek ketertiban, keselamatan, keamanan dan kenyamanan dalam bertransportasi
5. Mempromosikan pemanfaatan teknologi transportasi yang efisien dan ramah lingkungan

Konsep Dasar Bandung Lancar 2031


1. Kehidupan, Pekerjaan dan Hiburang (Live, Work and Play)
Merupakan strategi terpadu untuk segala kebutuhan masyarakat. Untuk mewujudkan kota terpadu perlu memperhatikan
kebutuhan perjalanan masyarakat seperti ke tempat tinggal (perumahan), wisata (hiburan), pendidikan dan lain-lain. Kemudian
dari kebutuhan-kebutuhan itu dapat dibuat TDM Strategy dengan melakukan perayonan dan simpul-simpul penyebaran (peak
spreading). Barulah dilakukan strategi pemanfaatan lahan dengan membagi kawasan-kawasan dalam suatu wilayah.
2. Peningkatan prasarana/infrastruktur transportasi (Road Network)
Peningkatan prasarana/infrastruktur transportasi ini bertujuan memperkuat struktur jaringan jalan di kota/Metropolitan
Bandung. Strategi yang dikembangkan dalam memperkuat struktur jaringan jalan di kota/Metropolitan Bandung antara lain
dengan meningkatkan kapasitas jaringan jalan di kota/Metropolitan Bandung. Peningkatan kapasitas dapat dilakukan dengan
pembangunan jalan baru, pelebaran jalan ( capacity expansion), pemeliharaan jalan/perbaikan jalan, perbaikan hierarki jalan
(pelengkapan pola jaringan jalan dan sinkronisasi kapasitas/road condition), serta pembangunan flyover/underpass pada
persimpangan-persimpangan jalan yang sering mengalami kemacetan lalu lintas ( bottlenecking)
3. Pengembangan sarana angkutan umum berbasis angkutan umum massal (Public Transport)
Pengembangan sarana angkutan umum berbasis angkutan umum massal bertujuan meningkatkan peran jaringan angkutan
umum di kota/Metropolitan Bandung. Strategi yang dilakukan yaitu dengan mengembangkan sarana angkutan umum massal
(SAUM) yang berfungsi sebagai backbone atau tulang punggung transportasi umum di kota/Metropolitan Bandung. SAUM yang
dikembangkan berbasis rel atau rail based (monorail/LRT dan heavy rail) dan berbasis jalan atau road based (BRT, bus sekolah).
SAUM menghubungkan semua pusat kegiatan yang ada di kota/Metropolitan Bandung. Untuk mendukung strategi tersebut
dikembangkan sistem feeder angkutan umum yang memungkinkan pengguna mencapai tujuan perjalanannya dengan cepat,
murah, selamat dan nyaman. Sistem ini menggunakan berbagai moda antara lain angkutan kota, taksi, sepeda, ojek dan
sebagainya. Fungsi angkutan kota dikembalikan pada fungsi semula yaitu sebagai feeder yang berjarak pendek yang
menghubungkan antar kawasan pendukung dan kawasan perumahan. Selain itu, pemerintah juga mengembangkan angkutan
umum yang berfungsi menunjang perkembangan pariwisata di kota/Metropolitan Bandung yaitu bus wisata, cable car dan lain-
lain.

Quick Notes Page 2


lain.
4. Pengembangan teknologi dan perilaku (technology and behaviour)
Sistem transportasi di kota Bandung belum memanfaatkan teknologi secara optimal. Sistem transportasi masih dilakukan secara
tradisional sebagaimana kebiasaan lama. Pemanfaatan teknologi akan membuat sistem transportasi menjadi efisien dan ramah
lingkungan. Akan tetapi, pengembangan sistem transportasi berbasis teknologi akan mengubah perilaku masyarakat yang
masih akrab dengan sistem tradisional. Untuk itu pemerintah akan berkonsentrasi pada pengembangan 3 sektor, yakni:
manajemen lalu lintas (traffic management), transportasi hijau (green transporta) yang ramah lingkungan dan transportasi
pintar (smart transport) yang praktis dan efisien.
Pengembangan manajemen lalu lintas bertujuan mengoptimalkan kinerja sistem jaringan transportasi. Manajemen lalu lintas juga
bertujuan membantu meningkatkan kapasitas jaringan jalan yaitu dengan mengurangi penggunaan badan jalan untuk parkir
(manajemen parkir) dan mengurangi hambatan samping pada jalan (penertiban PKL yang menggunakan badan jalan). Terdapat dua jenis
pengembangan manajemen lalu lintas, yakni penggunaan teknologi dan penegakan hukum.
1. Penggunaan teknologi
Dukungan teknologi dalam penerapan sistem ATCS kota Bandung mampu mengatur pola lalu lintas kendaraan di jalan secara
adaptif dan terpadu. Pengembangan sistem teknologi pendukung kinerja angkutan massal ( intermodality) seperti penyediaan
fasilitas alih moda, penjadwalan integrasi, tiket elektronik terpadu ( smart card) dan lain-lain. Selain itu, melalui pemanfaatan
teknologi juga dapat dilakukan pengembangan sistem informasi lalu lintas online sebagai pemandu masyarakat untuk
bertransportasi secara bijak. Teknologi ini juga dapat dimanfaatkan untuk promosi penggunaan teknologi kendaraan hemat
energi.
2. Penegakan hukum
Dukungan penegakan hukum dalam manajemen lalu lintas berupa penerapan kebijakan pengaturan pemanfaatan bagian jalan
(larangan parkir, pembatasan akses, pengaturan kecepatan, pengaturan pasar tumpah dan lain-lain) untuk menjaga kinerja
jaringan sesuai dengan fungsinya; penerapan kebijakan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi pada jaringan jalan yang
sudah padat (road pricing), pemberlakuan contra flow pada jalan-jalan yang terjadi kemacetan pada jam-jam sibuk (contoh jalan
Soekarno Hatta)
Manajemen lalu lintas berbasis teknologi tersebut tidak akan berfungsi sempurna apabila tidak diikuti oleh perubahan perilaku
masyarakat. Oleh karena itu disiapkan beberapa cara untuk mengubah kebiasaan dan perilaku masyarakat dalam berlalu lintas. Cara
pertama yaitu penggunaan sistem transportasi pintar ( smart transport), yakni pemanfaatan tiket elektronik terpadu seperti smart card
dan ITS dimana keduanya merupakan sistem kartu pintar transportasi yang dapat digunakan warga untuk semua jenis moda
transportasi.
Transportasi Hijau atau green transportation merupakan sistem transportasi ramah lingkungan, seperti penggunaan kendaraan tak
bermotor (sepeda) - saat ini dikenal dengan sebutan Car Free Day dan pembangunan sky walk (jembatan khusus pejalan kaki).
Pengembangan sistem transportasi hijau ini misalnya dengan menyediakan peminjaman/ penyewaan sepeda bagi masyarakat di titik-
titik tertentu. Sky Walk – yang khusus untuk pejalan kaki - dapat dibangun di beberapa titik seperti di plasa, mal, atau bahkan sebagai
penghubung terminal satu moda transportasi ke terminal yang lain.

Quick Notes Page 3

Anda mungkin juga menyukai