INFORMASI UMUM
Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor adalah salah satu unit bisnis yang
dimiliki oleh PT Antam (Persero), Tbk. Bergerak di bidang pengelolaan sumber daya
alam yakni emas dan perak, Antam UBPE adalah badan usaha milik negara yang
menjalankan metode tambang bawah tanah.
Berdasarkan wilayah, daerah operasional Antam UBPE berada di Desa Bantar Karet,
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor dengan luas ijin usaha pertambangan seluas
6.047ha. Jarak dari ibukota Jakarta sekitar 90 km.
Mulai berdiri/ beroperasi
Kewajiban penanggungjawab
usaha sesuai PP 27/2012
Memiliki dokumen
lingkungan/Izin Lingkungan.
Penaatan
Temuan
Taat
No.
Kewajiban penanggungjawab
usaha sesuai PP 27/2012
Penaatan
Temuan
Melaksanakan ketentuan
dalam dokumen lingkungan/izin
Taat
No.
3.
Kewajiban penanggungjawab
usaha sesuai PP 27/2012
lingkungan:
A. Deskripsi kegiatan (luas
area dan kapasitas
produksi)
B. Pengelolaan lingkungan
terutama terutama aspek
pengendalian
pencemaran air,
pengendalian
pencemaran udara, dan
Pengelolaan LB3
Melaporkan pelaksanaan
dokumen lingkungan/izin
lingkungan (terutama aspek
pengendalian pencemaran air,
pengend alian pencemaran
udara, dan Pengelolaan LB3)
Penaatan
Taat
Temuan
Nama outlet
IPAL Tambang
Lokasi
Sorongan,
Bantar Karet
IPAL Pabrik
Cikaret
Cikaret,
Bantar Karet
Koordinat
S=06 66047
E=106 56
639
S=06 64329
E=107 56
719
Sumber
Penambangan
Proses
pengolahan
bijih emas
Keterangan
Masuk IPAL
setelah proses
detoksifikasi
Titik
penaatan
IPAL
Tambang
IPAL Pabrik
Cikaret
Koordinat
No Izin
S=06
66047
E=106 56
639
S=06
64329
E=107 56
719
Instansi
Penerbit
Izin
Bupati
Bogor
Keterangan
Berlaku 3
tahun
Bupati
Bogor
Berlaku 3
tahun
Pengelolaan air limbah dari areal pertambangan sudah dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Tahapan awal adalah melakukan kajian pola aliran
permukaan yang masuk ke areal tambang. Kajian dimaksudkan untuk menetapkan
titik penaatan-titik penaatan air limbah yang akan dibuang ke lingkungan. Saat ini
terdapat 2 (dua) titik penaatan yang semuanya sudah mendapatkan izin pembuangan
air limbah (IPAL) dari Bupati Bogor. Air limbah yang di buang melalui semua
lokasi titik penaatan sudah dilakukan pengujian laboratorium eksternal setiap 1 (satu)
bulan sekali. Hasil analisis menunjukkan bahwa air limbah yang dibuang tersebut
telah memenuhi baku mutu air limbah yang ditetapkan.
Kebijakan yang diambil oleh perusahaan saat ini adalah mempersiapkan dahulu
fasilitas pengelolaan air limbah dan kemudian memintakan izin pembuangan air
limbah ke Bupati. Setelah semua fasilitas dan izin diperoleh baru fasilitas tersebut
dioperasikan sebagai sarana pengolahan air limpah (IPAL).
Pembangunan fasilitas IPAL ini telah melalui perencanaan pembangunan IPAL
dengan mempertimbangkan kualitas dan volume air limbah (curah hujan tertinggi)
yang akan diolah.
Status Penaatan:
No.
1.
Penaatan
Taat
2.
100%
3.
100%
4.
5.
6.
a. Ketaatan terhadap
pemenuhan Baku Mutu
1. Konsentrasi (mg/L)
2. Beban Pencemaran
b. Pemenuhan Baku Mutu
berdasarkan Pemantauan
Tim PROPER
Ketaatan terhadap Ketentuan
Teknis
100%
100%
Keterangan
Izin pembuangan limbah cair Nomor
188.45/364/KUM/2010 masa berlakunya pada
tanggal 12 Oktober 2010 sampai dengan 12
Oktober 2013 yang diterbitkan oleh Kabupaten
Bogor.
Perusahaan mempunyai 2 (dua) titik outlet
IPAL dan seluruhnya sudah dilakukan
pemantauan
Parameter yang dipantau sudah lengkap
sesuai dengan Pergub 036 Tahun 2008.
Data bulan Juli 2012 s/d Juni 2013 telah
disampaikan
Taat
No.
1.
2.
100%
3.
100%
Temuan
Sumber Emisi : 4 unit genset standby,
3 unit heater 1 unit standby, 1 Unit kiln,
1 unit incenerator, 4 unit cerobong lab
2 standby, 1 unit gold romm
Semua parameter dari hasil pemantauan
semua sumber emisi sudah dilaporkan
sesuai peraturan
Parameter yang dipantau dari semua
No.
4.
5.
Penaatan
100%
Taat
Temuan
sumber emisi sudah sesuai peraturan
Hasil pemantauan emisi seluruh sumber
emisi telah memenuhi baku mutu emisi
Semua cerobong sudah dilengkapi
dengan sarana dan prasarana sampling
D. Pengelolaan Limbah B3
PT. ANTAM Tbk UPBE PONGKOR merupakan salah satu perusahaan pertambangan
emas bawah tanah di Indonesia yang beroperasi di Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Kegiatan operasionalnya menghasilkan limbah domestik maupun limbah bahan
berbahaya dan beracun (limbah B3).
Limbah B3 dominan yang dihasilkan di antaranya adalah:
-oli bekas, aki bekas, used grease, glass wool, sludge terkontaminasi oli, abi
insinerator, limbah B3 cair, peralatan bekas dan sampah terkontaminasi limbah B3
serta tailing.
Limbah B3 yang dihasilkan umumnya dikelola dengan cara:
- penyimpanan sementara, dengan penyediaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) yang terdiri dari 2 (dua) gedung:
1. 1 (satu) gedung untuk penyimpanan limbah B3 fase cair (oli bekas dan
used grease);
2. 1 (satu) gedung untuk penyimpanan limbah B3 fase padat
Limbah B3 tersebut dapat disimpan pada TPS paling lama 90 (sembilan puluh)
hari sebelum dikelola lanjut.
TPS limbah B3 tersebut telah memiliki izin dari Kementerian Lingkungan
Hidup dengan SK MENLH Nomor 102 Tahun 2009 yang diterbitkan 18 Maret
2009 dan berlaku selama 5 (lima) tahun.
- pengolahan limbah B3 dengan metode insinerasi dengan penyediaan 1 (satu)
unit insinerator untuk pembakaran limbah B3 yang dihasilkan sendiri, yaitu
kemasan bekas terkontaminasi limbah B3, majun dan serbuk gergaji
terkontaminasi.
Untuk pengolahan limbah B3 secara insinerasi tersebut, PT. ANTAM Tbk
UPBE Pongkor telah mempunyai izin dari Kementerian Lingkungan Hidup
dengan SK MENLH Nomor 21 Tahun 2010 yang diterbitkan 15 Januari 2010
dan berlaku selama 5 (lima) tahun.
- limbah tailing yang dihasilkan ditempatkan pada:
1. Tailing Storage Facility (TSF) sekaligus Landfill Tailing Cepak Puspa;
TSF dan Landfill Tailing Cepak Puspa sudah tidak dioperasikan sejak Februari
2013.
2. TSF Cikaret dan Landfill Tailing Cikaret: Cikabayan (Timur dan Barat)
Izin TSF Cikaret dari Menteri PU No. PR.01.04-Mn/509 dengan
memperhatikan rekomendasi Komisi Keamanan Bendungan No.
PR.0501/KKB/55 tanggal 14 September 2011; dengan izin perubahan
konstruksi nya dari Menteri PU No. PR.01.04-Mn/11 dengan memperhatikan
rekomendasi Komisi Keamanan Bendungan No.PR.0501/KKB/03 tanggal 6
Januari 2013.
Landfill Tailling Cikaret telah memiliki izin dari Kementerian Lingkungan
Hidup dengan SK MENLH Nomor Tahun 2013 yang diterbitkan dan berlaku
selama 5 (lima) tahun.
Berdasarkan data sampai periode Juli 2012 sampai dengan Mei 2013 limbah B3 yang
dihasilkan dan dikelola dapat dilihat pada tabel berikut
Limbah
Dihasilkan
Limbah
Dikelola
Limbah
Belum
Dikelola
1,211,828
6.540
Aki bekas
Grease bekas
Ton
Ton
0
1.394
0
1.394
0
0
Sludge oil
Ton
5.804
5.804
Karet bekas
Ton
0.03034
0.03034
Cat bekas
Ton
0.18106
0.18106
Glasswool
Ton
0.0307
0.0307
TOTAL
Persentase
Ton
%
1,211,842
1,211,842
100 %
0
0
Jenis Limbah
Satuan
Perlakuan
Status penaatan PT. ANTAM Tbk UPBE Pongkor berdasarkan kriteria penilaian PROPER
sebagai berikut
Belum
Taat
No.
Taat
1.
----
-------
---------
-----
-------
-------
-------
2.
3.
4.
Keterangan
---
No.
5.
6.
7.
Taat
--
Belum
Taat
---
Keterangan
---
---
---
-----
---
Antam Tbk untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama para
pemangku kepentingan (stakeholder) dan masyarakat dimanapun PT Antam Tbk
berada, yang dilakukan terpadu
dengan menjujung tinggi prinsip-prinsip praktik usaha yang baik, keadilan sosial, dan
keadilan lingkungan
Corporate Social Responsibility ( CSR ) kusus untuk perusahaan yang
melakukan kegiatan ekploitasi dimaksudkan agar ada timbal balik keuntungan bagi
daerah, dalam arti supaya masyarakat ikut merasakan keuntungan juga dari kegiatan
eksploitasi. Sebelum ada CSR kegiatan ini dinamakan Community Devlopment dan
kegiatan Community Devlopment di sini dimulai sejak masa eksplorasi . Perubahan
yang terjadi pada saat ada CSR adalah dimasukkannya anggaran untuk postmining ,
sedangkan konsentrasi anggaran adalah ditujukan kepada masyarakat. Implementasi
CSR Antam Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor dituangkan dalam
disain lima tahunan rencana CSR Antam ( master plan ). Dengan kesadaran bahwa
kehadiran Antam Pongkor ditengah- tengah masyarakat tidaklah semata-mata hanya
sebagai entitas perusahaan melainkan juga sebagai bagian dari entitas sosial yang
hidup berdampingan dan saling mempengaruhi dengan masyarakat di sekitarnya.
Dalam mewujudkan program unggulan dalam CSR, ANTAM ( UBPE)
membaginya dalam tiga bidang yakni; Community Devlopment (Pengembangan
masyarakat), Program Kemitraan (PK) dan Bina Lingkungan (BL). Saat ini
keberadaan ANTAM telah memberikan perubahan yang signifkan bagi masyarakat
Kecamatan Nanggung melalui:
Pembangunan penunjang kehidupan sosial masyarakat yakni sekolah
Pembangunan infiastruktur yang bersifat vital yakni akses jembatan dan jalan
raya, yang bertujuan untuk meningkatkan mobilitas masyarakat . Akses
yang mudah ini diharapkan akan merangsang aktifitas perekonomian.
Partisipasi ANTAM (UBPE) dalan pelestarian kebudayaan. Keunikan lokal
merupakan nilai kesejarahan yang tidak dapat tergantikan, maka dari itu
ANTAM (UBPE) ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial budaya .
Strategi untuk pelaksanaan CSR UBPE Pongkor yang terbagi dalam tiga
bidang tersebut di atas memiliki sasaran
Kecamatan Nanggung, kemudian untuk Ring Dua diluar kecamatan Nanggung dan
Ring Tiga lebih luas bersifat nasional. Dalam pelaksanaannya kegiatan CSR UBPE
mengacu pada masterplan ANTAM yang pada akhimya menghasilkan program
unggulan UBPE Pongkor yakni:
Mengembangkan program agrogeoedutourism
Mendukung kegiatan konservasi yang dilakukan oleh pihak lain
Penguatan kemandirian dan kelembagaan institusi ekonomi lokal yang
berbasiskan komoditas lokal .
Meningkatkan akses pelayanan dan kualitas kesehatan ibu dan anak
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.
Pemenuhan pendidikan dasar 9 tahun di Kecamatan Nanggung
Proses penyusunan base line data
Dalam rangka pelaksanan kegiatan CSR, PT Antam Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor telah melakukan social mapping yang dilakukan oleh
IPB pada tahun 2006, dan pada tahun 2009 bekerja sama dengan konsultan Gerbang
Daya Sinergi. Substansi dari social mapping yang dilakukan adalah memotret potensi
dan msalah yang berkaitan dengan program. Adapun metode yang digunakan adalah
PRA.
Perusahaan memiliki Renstra CSR dan master plan 5 tahunan yang disusun
dalam rangka untuk kegiatan Community Devlopment maupun untuk PKBL. Di
dalam implementasi program senantiasa disesuaikan dengan renstra karena semua
kegiatan berkaitan dengan anggaran dan harus mengikuti alokasi anggaran. Rencana
pasca tambang akan diterjemahkan dalam master plan sejak sekarang. Kegiatan
dimulai dengan menjaring aspirasi masyarakat melalui FGD baik dengan masyarakat
maupun tokoh masyarakat. Disamping itu juga melalui musrenbangdes sampai
dengan Kabupaten. Hanya saja pembahasan dalam musrenbangdes sering tidak
Agrogeoedutourism. Tentang
strategi
Pendekatan Antam: Start from The Top Keberadaan Direktur Umum dan CSR serta GCG
Direksi
Unit
Bisnis
Dewan Komisaris
Kantor Pusat
Satker
Lainnya
Satker
Human
Satker CSR
Resource
& Satker
Satker Risk
Satker
Management Environment
Management Internal Audit
& Satker
Mine
Learning Closure
Development
Komite
Satker
Lainnya
Good
Corporate
Governance
Nominasi,
Remunerasi
& Pengembangan
SDM
Audit
Manajemen
Risiko
Komite
Lainnya
lima
perbandingan rasio jumlah karyawan, waktu efektif dan job discription nya ,
sedangkan pengajuan permintaan tenaga disesuaikan dengan spesifikasi yang
dibutuhkan. Road map pengembangan karir dari staf Community Devlopment bisa
dilakukan dengan memindahkan ke unit yang lain atau dinaikkan ke jabatan yang
lebih tinggi dengan job grade yang jelas. Perusahaan melakukan evaluasi atas
kompetesi dan kinerja staf dengan melakukan sistem manajemen unjuk kerja (smuk)
dimana setiap satuan biro mempunyai target .
biasanya berdasarkan
unggulan , anggaran bisa naik ataupun turun dalam setiap tahunnya tegantung dari
usulan program. Adapun yang menjadi dasar penentuan jumlah anggaran pada setiap
program/kegiatan CSR adalah penjabaran dari setiap program yang ada. Untuk setiap
program utama dijabarkan dalam kegiatan dan dengan rincian yang terukur. Untuk
sekedar sebagai perbandingan
mengalami peningkatan walaupun dalam jumlah yang tidak besar yang bergerak pada
kisaran 5 6 M. Anggaran untuk program PKBL diambilkan dari laba perusahaan.
Sedangkan untuk program Community
Devlopment
dimasukkan
ke RKAP
perusahaan.
Sebagai BUMN, Antam melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL) sesuai Peraturan Menteri BUMN nomor 05/MBU/2007. Pendanaan Program
Kemitraan & Bina Lingkungan diambil dari penyisihan laba bersih maksimal sebesar
2%. Program Kemitraan berupa bantuan modal usaha serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui Program Bina Lingkungan. Bantuan Program Bina Lingkungan
meliputi : pendidikan dan pelatihan, kesehatan, sarana/prasarana umum, sarana
ibadah, bencana alam, dan pelestarian alam. Bantuan dana Program Kemitraan
meliputi beberapa sektor antara lain: perdagangan, peternakan, pertanian, perkebunan,
jasa, dan sektor lainnya. Pembinaan terhadap Mitra Binaan dilakukan melalui
berbagai pelatihan dan pengembangan pasar produksi melalui pameran.
Sedangkan untuk anggaran program Community Devlopment
dimasukkan
8,000,000,000
7,000,000,000
6,000,000,000
5,000,000,000
4,000,000,000
REALISASI
ANGGARAN
3,000,000,000
2,000,000,000
1,000,000,000
2008
2009
2010
2011
2012
dikelola melalui kelompok dan untuk kegiatan yang lain menggunakan model PNPM.
Antam memantau didalam pelaksanaan dan ada kuajiban bagi kelompok untuk
menyusun laporan.
Perencanaan
Dalam pelaksanaan kegiatan CSR, UBPE membagi 3 kewilayahan yaitu Ring
mucullah program,
2013
2012
2011
2010
2009
Pemetaan masalah, program persiapan agroedutourism ( study feasibility, analisis SWOT ) dan
perencanaan pembentukan multistakeholder forum
untuk pengembangan kerjasama agroedutourism.
Sumber :
Master Plan CSR
Antam
Pelaksanaan
Dalam hal perusahaan menindak lanjuti Renstra (5 tahunan) ke dalam Renja (1
tahun), proses dimulai dengan penjaringan informasi lewat forum FGD baik kepada
masyarakat maupun tokoh masyarakat. Sedangkan untuk penjaringan informasi secara
rutin adalah melalui duta desa. Duta desa merupakan petugas dari perusahaan yang
secara rutin setiap satu (1) minggu sekali menjaring informasi dari masyarakat yang
kemudian didiskusikan dalam rapat mingguan.
Evaluasi
Didalam menentukan jenis program, yang paling besar untuk tahun 2013 ini
adalah di
pemantauan yang tidak disajikan dalam bentuk data. Ada beberapa program yang
dimodivikasi terutama yang berkaitan dengan infra struktur. Realisasi kegiatan
disesuaikan dengan RKA (anggaran ). Sementara dari segi waktu, pelaksanaan
program sering tidak dapat dlaksanakan tepat waktu.
program. Contoh program yang kurang berhasil adalah ayam arab dan cabai gendut.
Adapun stakeholder yang terlibat adalah BPK, UPT Pertanian, Dinas
Kesehatan, volunter sebagai penerima manfaat (MKK) dan konsultan. Tindak lanjut
dari hasil monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara berkomunikasi dengan
penyuluh dan aparat desa untuk mencari solusi pada setiap permasalahan yang ada.
Base line data yang digunakan sebagai acuan untuk mengukur kinerja dan perubahan
ada dalam bentuk hasil survey dasar dan dokumen master plan sebagai tolok ukur
keberhasilan pelaksanaan program. Sedangkan analisis terhadap kinerja dan manfaat
CSR bagi masyarakat dilakukan melalui monitoring dan evaluasi dan dengan ikatan
MOU sehingga keberlanjutan program bisa terkawal.
Kegiatan CSR yang menghasilkan perubahan penting bagi masyarakat salah
satu contohnya adalah di bidang pendidikan. Pada tahun 1990 Kecamatan Nanggung
IPM nya menempati urutan terbawah. Kondisi daerahnya masih terisolir dan terburuk
dari aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi serta infra struktur. Kemudian di tahun
2000 naik dua level dan sekarang ada di tingkat midle.
Perusahaan juga memperhatikan MDGs dalam perumusan program/kegiatan
CSR yaitu tentang IPM
isolasi daerah baik isolasi fisik (geografis ) maupun isolasi sosiologis. Demikian juga
dengan pembangunan infra struktur karena kondisi daerah yang rawan bencana. Dari
keseluruhan indikator MDGs, yang menjadi prioritas pencapaian program/kegiatan
CSR adalah pendidikan, infra struktur, kesehatan dan ekonomi.
para penambang kebanyakan berasal dari luar kecamatan Nanggung. Kondisi seperti
ini bagi perusahaan sangat mengganggu karena dapat merusak lingkungan, budaya
dan dapat membahayakan diri sendiri serta karyawan perusahan. Budaya ekonomi
instant ini sangat mengganggu program CSR sehingga program pemberdayaan seperti
tidak ada artinya. Demikian juga dengan modal sosial yang dimiliki masyarakat
seperti gotong royong dan kekeluargaan menjadi semakin menipis.
Kategori/tipe konflik yang pernah terjadi, pada tahun 1998 massa membakar
kantor pada saat perusahaan mencoba melakukan pelarangan penambangan karena
sangat membahayakan karena ada yg mengalami kecelakaan. Pada tahun 2004
kejadian terulang lagi dengan kasus yg sama. Selebihnya adalah letupan- letupan kecil
seperti demo tutup jalan, perusakan lahan. Jenis-jenis konflik yang paling sering
muncul untuk lima ( 5 ) tahun terakhir adalah letupan-letupan kecil.
Komitmen kelembagaan untuk merespon konflik adalah mendukung usaha
penertiban, pembersihan, sementara itu untuk satuan tugas, yang penting adalah
mengamankan aset. Perusahaan memiliki SOP untuk penanganan demo, tanggap
darurat dan untuk bencana alam, yang berupa antisipasi. Penyelesaian konflik dengan
masyarakat yang berkaiatan CSR dilakukan dengan musyawarah dan mufakat dan
sampai dengan saat ini efektif untuk mengelola konflik. Untuk masalah penambangan
emas tanpa ijin ( PETI ) diakui harus diselesaikan dengan lintas instansi. Dalam
konteks ini
tinggi. Seperti yang pernah terjadi, imbas dari penertiban penambangan, maka jalan
dari Pangkal Jaya sampai Antam di komplain warga untuk dibayar. Pihak perusahaan
kemudian minta pendapaat dan bantuan kepada tokoh masyarakat dan Bina marga
untuk memberikan penjelasan kepada warga. Bupati kemudian mengeluarkan SK
tentang status jalan tersebut dan hasilnya tidak mucul gejolak lagi. Potensi konflik di
masa yang akan datang masih berkaitan dengan penertiban penambangan emas tanpa
ijin ( PETI ) perusahaan selalu menyampaikan perkembangan yang terjadi ke
pimpinan setempat.
dirumuskan
perusahan
keinginan ANTAM agar masyarakat nantinya tidak lagi bergantung pada perusahaan
setelah pasca tambang. Saat perusahaan berhenti beroperasi masyarakat sudah mulai
atau sudah mempunyai usaha alternatif lainnya yang bisa dimanfaatkan sesuai
keunikan yang dimiliki masing-masing untuk komoditas wisata. Program yang
digarap menyeluruh meliputi peningkatan perekonomian, sumber daya manusia, dan
infrastruktur penunjang kawasan
Secara geografis, wilayah Kecamatan Nanggung memiliki banyak potensi
yang dapat dikembangkan sebagai konsep tourism. Wilayah yang tidak terlalu panas
dan tidak terlalu dingin menjadi tempat subur bagi sektor pertanian, peternakan serta
budaya. Kecamatan Nanggung juga memiliki objek situs sejarah yang sudah menjadi
salah satu icon wisata Kabupaten Bogor. Sedangkan potensi yang tidak dimiliki oleh
wilayah lain adalah keberadaan ANTAM yang melakukan kegiatan penambangan.
Konsep proses penambangan bawah tanah dan pengolahannya dapat menjadi potensi
wisata bagi masyarakat umum. Road Map untuk agrogeoedutourism dapat dilihat
dalam tabel berikut :
Road Map
No
1
Potensi
Agro
Kambing
Kelinci
2011
2012
2013
2014
2015
Goal
Identifikasi
pelaku usaha
ternak kambing
dan domba.
Identifikasi
stakeholder,
penjajakan
kerjasama,
capacity building
pengusaha
ternak.
Intervensi
pengembangan
skala usaha
ternak kambing
dan domba,
membangun
jejaring
pemasaran,
pemanfaatan
kotoran ternak
kambing
Evaluasi Midterm,
melanjutkan
program yang
telah
direncanakan
atau perbaikan
program
tersebut
Penguatan
program
pengembangan
usaha ternak,
perluasan jejaring
pasar, inisiasi
turunan usaha
ternak kambing
Pengembangan
dan
sustainability
program
Sentra budi
daya
kambing
Nanggung
Dokumentasi
kegiatan hasil
intervensi
pengembangan
usaha
Penyusunan
success story
dan publikasi,
penyiapan
organisasi
pengelola di
masyarakat.
Evaluasi Midterm,
melanjutkan
program yang
telah
direncanakan
Capcity building
pengelola
pusdiklat,
penyiapan
kurikulum, inisiasi
penyelenggaraan
diklat
Penguatan
program
pengembangan
usaha ternak,
perluasan jejaring
pasar, inisiasi
Pengembangan
dan
sustainability
program
puslitbang
kambing
masyarakat
Pengembang
an dan
sustainability
program
Sentra
kelinci
Identifikasi
pelaku usaha
ternak kelinci.
Identifikasi
stakeholder,
penjajakan
Intervensi
pengembangan
skala usaha
ternak kelinci
membangun
jejaring
No
No
2
No
3
Potensi
2011
kerjasama,
capacity building
pengusaha ternak
2012
pemasaran,
pemanfaatan
kotoran ternak
kelinci
Agro
Medika
Penjajakan
kerjasama
dengan
stakeholder,
pelaksanaan
program yang
telah disepakati.
Evaluasi tahun
1 pelaksanaan
program,
melaksanakan
tahapan
program yg
telah
direncanakan
Integrated
Farming
Penjajakan
kerjasama
dengan
stakeholder,
pelaksanaan
program yang
telah disepakati
Evaluasi,
pendampingan
dan penguatan
serta penjajakan
replikasi di
wilayah lain
Potensi
Geo
Tamban
g Pabrik
DSK
Potensi
Edu
Edu
2013
atau perbaikan
program
tersebut
2014
turunan usaha
ternak kelinci
2015
Goal
Pusat
pengemban
gan,
penelitian,
pemasaran
Evaluasi,
pendampingan
dan penguatan
serta penjajakan
replikasi di
wilayah lain
Evaluasi,
pendampingan
dan penguatan
serta penjajakan
replikasi di
wilayah lain
Menjaga
sustainability
program
Intensifiksi
pemanfaata
n lahan
pertanian
dan pusat
pembelajara
n pertanian
terpadu
2011
2012
2013
2014
2015
Goal
Identifikasi lokasi,
sarana dan
prasarana sert
kebutuhan alat
pamer ,
peghitungan biaya
pembangunan
infra struktur
wisata tambang
dan pembangunan
nya
pembangunan infra
struktur lokasi
wisata tambang,
pemenuhan alat
pamer serta sarana
dan prasarana
wisata, inisiasi
organisasi kecil
pengelola lokasi
wisata tambang
Penjajakan
kerjasama dengn
stakeholder,bechm
arking wisata
serupa,
pengembangan
konsep dn capacity
building organisasi
wisata tambang
Pencanangan
wsata
tambang dan
grand
opening
Penjajakan
alih
pengelolaan
wisata
tambang
sejalan
dengan
program
pasca
tambang
pongkor
Wisata
tambang
Identifikasi
pemanfaatan
diklat/segmen
pasar, penyusunan
kurikulum
pendidikan
tambang reguler
dan non reguler,
penyediaan buku
pustaka,
identifikasi dan
inisiasi embrio
organisasi diklat,
identifikasi
stakeholder dan
penjajakan
kerjasama
Penataan dan
penguatan
organisasi pusdiklat
tambang pongkor,
evaluasi dan
persiapan program
Grand
opening
pusdiklat
Sustainability
program
Pusdik
lat
tambang
2011
2012
2013
2014
2015
Goal
Identifikasi
lokasi tempat
belajar,
identifikasi
kebutuhan
Penyusunan
kurikulum
belajar
mengajar,
penjadwalan
Evaluasi,
penyempurnaan
kurikulum dan
peningkatan
frekuensi
Pengembangan
jenis life skill
dan
sustainability
program yg
sustainability
pelayanan
program
Pusat
belajar
masyarakat
No
Potensi
No
4
Potensi
Tourism
Malasari
2011
masyarakat,
identifikasi
stake holder
dan
penjajakan
kerja sama
pembangunan
prasarana dan
penyediaan
sarana belajar
mengajar
2012
dan
pelaksanaan
pembelajaran
2013
pelayanan
2014
sudah berjalan
2015
Goal
2011
2012
2013
2014
2015
Goal
Identifikasi
kebutuhan
pendukung
wisata
kampung adat,
pemenuhan
kebutuhan
pendukung
wisata
kampung adat
Identifikasi
stake holder
dan penjajakan
kerja sama,
penyiapan
masyarakat
sebagai lokasi
wisata
Publikasi
wisata adat
serta
pembukaan
lokasi
Evaluasi
dan
perbaikan
sarana dan
prasarana
Sustainability
program
Wisata
kampung
adat
Identifikasi
lokasi dan
sarana
pendukung
wisata
Pemenuhan
lokasi dan
sarana
pendukung
wisata,
Identifikasi
stake holder
dan penjajakan
kerja sama,
penyiapan
masyarakat
sebagai lokasi
wisata
Publikasi dan
pembukaan
lokasi
Evaluasi
dan
perbaikan
sarana dan
prasarana
Sustainability
program
Wisata
alam
Fasus fasum
Parempeng
Village
Pemetaan
pemanfaatan
area (layout )
identifikasi
sarana dan
prasarana,
penjajakan
kerjasama
stakeholder
Pembentukan
organisasi
pengelola
fasus fasum
Parempeng
village,
evaluasi dan
perbaikan
Publikasi dan
pembukaan
lokasi
Evaluasi
dan
perbaikan
sarana dan
prasarana
Sustainability
program
Situs
Prasasti
identifikasi
dan penentuan
pengembangan
sarana dan
prasarana
Situs Prasasti
,Identifikasi
stake holder
Perencanaan
pengembangan
sarana dan
prasarana
Situs Prasasti,
penyiapan
masyarakat
sebagai lokasi
wisata, dan
penjajakan
kerjasama
Pelaksanaan
rencana
pengembangan
sarana dan
prasarana ,
publikasi Situs
pembukaan
Evaluasi
,perbaikan
dan
Sustainability
program
Kawasan
terpadu
wisata (
camping
Ground,
pusat
informasi,
fasilitas
olah raga,
penginapan
Wisata
sejarah
Batu Tulis
Curug 7
identifikasi
pengembangan
sarana dan
Pelaksanaan
rencana
pengembangan
Publikasi dan
pembukaan
lokasi
Evaluasi
dan
perbaikan
Sustainability
program
Wisata
alam dan
kuliner
No
Potensi
2011
prasarana
Curug 7,
identifikasi
stakeholder
dan penjajakan
kerjasama
2012
sarana dan
prasarana,
penyiapan
masyarakat
sebagai lokasi
wisata
2013
2014
sarana dan
prasarana
2015
Goal
Cimanganten
Bawah
Identifikasi
potensi,
assesment
sarana dan
prasarana
pendukung,
membangun
kesepakatan
dengan
masyarakat,
pembuartan
rencana
pengembangan,
penyiapan
mental dan
perilaku
Pelaksanaan
rencana
pengembangan
, penyiapan
masyarakat
sebagai lokasi
wisata
Uji coba
village living,
evaluasi dan
perbaikan
konsep.
opening
Evaluasi
,perbaikan
dan
Sustainability
program
Wisata
village
living (
home stay
dan kuliner
)
LOKASI
PENERIMA MANFAAT
JUMLAH.
ANGGOTA
Kecamatan Leuwisadeng
1 Desa Sibanteng
15 orang
2 Desa Sadeng
13 orang
21 orang
30 orang
2 Desa Cisarua
3 Desa Kalong Liud
Poktan Sekarsari
Poktan Suka Maju
17 orang
14 orang
20 orang
5 Desa Parakanmuncang
Poktan Lestari
25 orang
6 Desa Nanggung
7 Desa Curug Bitung
30 orang
20 orang
8 Desa Malasari
Poktan Mekarsari
15 orang
9 Desa Hambaro
20 orang
Poktan Lamping
20 orang
II Kecamatan Nanggung
1 Desa Bantar Karet
10 Desa Sukaluyu
NO
LOKASI
III Kecamatan Cigudeg
PENERIMA MANFAAT
JUMLAH.
ANGGOTA
1 Desa Argapura
15 orang
Poktan Mekarwangi
16 orang
Poktan Nastari
9 orang
11 orang
IV Kecamatan Sukajaya
1 Desa Kiarasari
Catatan Kritis
PT Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor merupakan suatu
Cimanganten. Sementara itu yang masuk dalam wilayah administratif Desa Cisarua
adalah Kampung Pongkor dan masuk dalam wilayah administratif Desa Malasari
adalah Kampung Pabangbon dan Kopo.
Masyarakat yang bermukim di lima Kampung tersebut mengandalkan
kehidupan keseharian mereka disamping dari bercocok tanam atau pertanian juga
bergantung dari sumber daya alam tambang yang berupa emas. Sandaran terhadap
sumber daya tambang emas ini makin hari semakin diminati penduduk bahkan
mampu menjadi daya tarik para pendatang untuk ikut menambang di sana. Persoalan
inilah yang hingga saat ini masih menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar baik
bagi Antam Pongkor maupun Pemerintah Daerah setempat, karena akan menyangkut
pada persoalan kerusakan lingkungan dan bahaya bagi individu maupun penduduk
yang bermukim di sana.
Tidak dapat dipungkiri emas merupakan benda yang sangat dikenal dalam
kehidupan masyarakat pada umumya. Persepsi setiap orang relatif sama terhadap
benda yang satu ini yaitu pada nilai ekonomi yang sangat tinggi. Penilaian terhadap
benda ini menjadi berbeda manakala sudah dikaitkan dengan berbagai kepentingan.
Perbedaan kepentingan yang sering terjadi misalnya antara perusahaan yang
mengelola emas tersebut dengan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tambang.
Tidak jarang dari perbedaan yang terjadi kemudian berujung pada konflik baik itu
yang bersifat laten (tidak mencuat ke permukaan) dan bahkan yang bersifat manifest
(muncul ke permukaan).
Komoditas emas yang berada di Pongkor sejak awal perusahaan beroperasi
telah mengundang banyak penambang emas tanpa ijin ( PETI) untuk melakukan
penambangan secara illegal. Aktivitas ini mempengaruhi kondisi lingkungan dan
sosial budaya masyarakat di Kecamatan Nanggung. Keberadaan PETI (gurandil) yang
mayoritas pendatang membawa perubahan fundamental pada masyarakat.
PETI
membawa masuk budayanya sendiri yang berbeda dengan masyarakat lokal dan
dengan cepat mempengaruhi perilaku masyarakat lokal utamanya yang berkaitan
dengan komoditas yang relatif mudah didapatkan dengan hasil yang lebih besar
dengan mengabaikan bahaya yang dapat ditimbulkannya. Aktivitas PETI saat ini
relatif masih dapat dikendalikan melalui pendekatan hukum, sosial dan keamanan.
Namun demikian perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak yang berkepentingan
untuk membatasi supaya aktifitas PETI tidak semakin meluas. Diperlukan regulasi
yang jelas tentang penambangan yang diijinkan bagi masyarakat dan senantiasa
dikawal dalam implementasinya agar benar- benar efektif. Pekerjaan ini tentunya
harus melibatkan banyak pihak.
Salah satu usaha ANTAM untuk menjaga kawasan sekitar dari perambahan
PETI adalah dengan melakukan kerjasama dengan Taman Nasional Gunung Halimun
Salak (TNGHS) untuk menjalankan program Model Kampung Konservasi ( MKK )
yang salah satu tuiuannya adalah untuk melindungi wilayah konservasi agar
terminimalisir dari kerusakan akibat aktivitas PETI . Usaha ini patut mendapatkan
apresiasi harus didukung agar benar- benar dapat terealisir sesuai rencana.
Dalam kegiatan CSR perusahaan perlu memperbesar porsi pendekatan sosial.
Sosialisasi tentang bahaya penambangan bagi individu maupun masyarakat serta
lingkungan alam penting untuk selalu digalakkan. Kebiasaan dalam masyarakat ingin
serba cepat (instant) dalam memenuhi kebutuhan sudah tertanam cukup kuat sejak
berprofesi sebagai penambang emas (PETI/Gurandil). Antara emas yang dapat
menghasilkan nilai rupiah cepat, telah sangat cepat pula merubah pola hidup
masyarakat dalam memandang segala aspek kebutuhan, bahkan sikap yang muncul
kemudian adalah relatif sulit untuk membedakan antara prioritas kebutuhan dengan
keinginan.
Usaha untuk menumbuhkan ekonomi masyarakat setempat kemudian menjadi
point yang sangat penting. Pekerjaan ini harus berpacu dengan aktivitas PETI yang
makin hari kian bertambah besar jumlahnya. Pekerjaan CSR kemudian tidak sematamata hanya ekonomi tetapi juga harus mampu merubah pola pikir mayarakat.
Mendidik masyarakat agar mengerti mana yang keinginan dan mana yang benar-benar
kebutuhan menjadi hal yang tidak dapat diabaikan. Proses pemberdayaan yang sering
dinilai oleh masyarakat relatif cukup lama untuk menunggu dan terlebih lagi bila
dikaitkan dengan hasil yang diharapkan masih dibutuhkan penyadaran. Ini benarbenar tantangan berat bagi CSR Antam Pongkor tetapi memang di sinilah akar
permasalahannya.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang menjadi program CSR mulai tahun
2013 ini benar-benar harus ditangani secara serius karena memiliki fungsi ganda,
pertama untuk menjadikannya sebagai alternatif bagi penghidupan masyarakat
sehingga tidak berlama-lama larut dalam aktivitas PETI, dan yang kedua menyiapkan
masyarakat agar dapat mandiri dan tidak tergantung pada perusahaan karena
persoalan baru akan muncul jika masyarakat belum dapat mandiri saat perusahaan
tidak lagi beroperasi. Ketergantungan masyarakat lokal yang besar terhadap kegiatan