Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Material Requirement Planning (MRP)

Perencanaan pengadaan bahan (Material Requirement Planning)

adalah suatu metode untuk menentukan kapan suatu material harus

tersedia dan berapa banyak material yang dibutuhkan pada pelaksanaan

proyek. Lot - Sizing merupakan langkah dasar dari Material Requirement

Planning dalam menentukan jumlah suatu bahan yang harus dipesan untuk

mendapatkan biaya-biaya persediaan yang optimum. Teknik lot-sizing

yang dipilih adalah Part Period Balancing.

2. Teknik Lot Sizing

Lot sizing dalam proses MRP merupakan kegiatan menentukan

jumlah unit yang akan dipesan. Penentuan lot sizing ini merupakan sebuah

keputusan yang harus dilakukan dengan cermat. Terdapat beberapa metode

yang dapat dipergunakan dalam proses penentuan ukuran lot dalam sistem

MRP, antara lain teknik Lot for Lot (LFL), Economic Order Quantity

(EOQ), Fixed Order Quantity (FOQ), Part Period Balancing (PPB), dan

Period Order Quantity (POQ). Teknik Lot for Lot merupakan teknik yang

membantu menentukan ukuran lot tepat sebesar net requirement,

sedangkan teknik yang lain perhitungannya didasarkan pada kapasitas dan

biaya optimum dengan tujuan optimalisasi. (Kahfi, et al., 2020)

6
7

Lot for lot merupakan cara dalam menentukan ukuran lot yang

menghasilkan jumlah kebutuhan yang diperlukan sesuai dengan rencana

secara tepat. Jumlah pemesanan disesuaikan jumlah permintaan aktual

yang diperlukan sehingga tidak ada barang dalam persediaan. Biaya yang

timbul hanya berupa biaya pemesanan saja. Metode lot for lot ini memiliki

asumsi bahwa pemasok tidak mensyaratkan ukuran lot tertentu sehingga

berapapun ukuran lot nya dapat dipenuhi oleh pemasok. (Atmoko, 2018)

Metode Economic Order Quantity (EOQ) merupakan metode manajemen

persediaan yang paling popular yang pada umumnya digunakan untuk

barang-barang yang dibeli ataupun yang diproduksi sendiri. (Sulaiman &

Nanda, 2015). Metode EOQ mengasumsikan permintaan secara pasti

dengan pemesanan yang dibuat secara konstan serta tidak adanya

kekurangan persediaan. Metode EOQ diterapkan dalam melakukan

perhitungan minimalisasi total biaya persediaan berdasarkan persamaann

tingkatan atau titik equilibrium antara biaya simpan dengan biaya pesan.

(Sigit, 2016).

Teknik Fixed Order Quantity (FOQ) menggunakan kuantitas

pemesanan yang tetap untuk suatu persediaan item barang tertentu yang

dapat ditentukan secara sembarang atau berdasarkan pada faktor-faktor

intuitif. Teknik FOQ ini digunakan apabila jumlah pesanan yang

diperbesar untuk menyamai jumlah kebutuhan bersih yang tinggi pada

suatu periode tertentu yang harus dipenuhi. Ukuran kuantitas


8

pemesanannya adalah sama untuk seluruh periode selanjutnya dalam

perencanaan. (Aditya, 2006).

3. Tujuan dan Manfaat Material Requirements Planning (MRP)

Suatu sistem MRP pada dasarnya bertujuan untuk merancang suatu

sistem yang mampu menghasilkan suatu informasi untuk mendukung aksi

yang tepat, baik berupa pembatasan pesanan, pesan ulang, atau

penjadwalan ulang. Aksi ini sekaligus juga merupakan suatu pegangan

untuk melakukan pembelian dan/atau pemesanan suatu bahan. Selain itu

ada beberapa tujuan MRP lainnya yaitu:

a. Menjamin tersedianya material, item atau komponen pada saat

dibutuhkan untuk memenuhi jadwal produksi dan menjamin

tersedianya produk bagi konsumen.

b. Menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum.

c. Merencanakan aktivitas pengiriman, jadwal, dan aktivitas pembelian.

Motto dari MRP adalah memproses material yang tepat, dari

sumber yang tepat, untuk penempatan yang tepat, pada waktu yang tepat.

Berdasarkan jadwal induk proyek, maka suatu system MRP

mengidentifikasikan material apa yang harus dipesan, berapa banyak

kuantitas material yang harus dipesan, dan bilamana waktu memesan

material itu.Ada empat kemampuan yang menjadi ciri utama MRP, yaitu:

a. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat. Maksudnya

ialah menentukan secara tepat “kapan” suatu pekerjaan harus

diselesaikan atau “kapan” material harus tersedia untuk memenuhi


9

permintaan sesuai dengan Jadwal Induk Proyek yang sudah

direncanakan.

b. Membentuk kebutuhan minimal setiap item. Dengan diketahuinya

kebutuhan akan tepat sistem penjadwalan untuk memenuhi kebutuhan

minimal setiap item pekerjaan.

c. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan. Maksudnya ialah

memberi indikasi kapan pemesanan harus dilakukan, baik pemesanan

yang diperoleh dari luar atau dibuat sendiri.

d. Menentukan penjadwalan ulang. Maksudnya ialah apabila kapasitas

yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada

waktu yang dikehendaki, maka MRP dapat memberikan indikasi

untuk melaksanakan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin)

dengan menentukan prioritas pesanan yang realistis. Seandainya

penjadwalan ulang ini masih tidak memungkinkan untuk memenuhi

pesanan, maka pembatalan terhadap suatu pesanan harus dilakukan.

4. Biaya Persediaan

Secara umum biaya persediaan dapat dikelompokkan menjadi tiga

jenis, yaitu:

a. Biaya simpan (holding, cost atau carryng cost) terdiri atas biaya-biaya

yang bervariasi secara langsung dengan jumlah persediaan. Elemen-

elemen biaya simpan antara lain biaya dari uang yang terikat di dalam

persediaan, dihitung berdasarkan biaya simpanan di bank. Biaya

penyimpanan, dihitung berdasarkan biaya sewa gudang. Jika gudang


10

tersebut milik sendiri, dihitung berdasarkan biaya pemeliharaan serta

depresi gudang. Biaya asuransi, bila barang yang disimpan

diasuransikan. Biaya fasilitasfasilitas penyimpanan misalnya

penerangan,pembuatan laporan, keamanan, dan sebagainya

b. Biaya pesan ini sebenarnya ada dua macam berdasarkan tempat

penyedia bahan (supplier). Bila bahan-bahan yang dibutuhkan

disediakan oleh pabrik/perusahaan sendiri, maka ongkos

pengadaannya dinamakan biaya pesan (order costs). Dalam masalah

persediaan, kedua biaya tersebut mempunyai peran yang sama dalam

formulasi analisisnya, sehingga disini dipakai istilah biaya pesan,

karena dengan sifat proyek konstruksi, yaitu pada umumnya bahan

diperoleh dari luar (membeli). Biaya pesan meliputi: Biaya

pengiriman, Biaya surat-menyurat/telpon, Biaya pemeriksaan, Biaya

upah, dan Biaya Kekurangan bahan. Dari semua biaya-biaya yang

berhubungan dengan tempat persediaan, biaya kekurangan bahan

(shortage costs) adalah yang paling sulit diperkirakan, yang meliputi:

Biaya tanggungan operasi, Biaya tambahan manajerial, dan Biaya

pemesanan khusus.

5. Langkah–Langkah Proses Pengolahan MRP

a. Netting (Kebutuhan bersih)

Netting ialah proses perhitungan untuk menetapkan jumlah

kebutuhan bersih yang dasarnya merupakan selisih antara kebutuhan

kotor dengan keadaan persediaan (yang ada dalam persediaan dan


11

yang sedang dipesan). Masukan yang diperlukan dalam proses

perhitungan kebutuhan bersih ini adalah: Kebutuhan kotor (Gross

Requirement), yang merupakan jumlah kebutuhan yang akan

dikonsumsi untuk tiap periode selama periode perencanaan. Keadaan

persediaan yang meliputi persediaan yang ada serta penerimaan yang

sudah dijadwalkan. Untuk lebih jelas, berikut ini merupakan contoh

dari proses netting.

Periode Awal 1 2 3 4 5 6 7

Keb. Kotor 10 15 25 15 20 40 30

Jadwal 30 0 0 0 0 0 0

Penerimaan

Persediaan 50 70 55 30 15 -5 -45 -75

Keb. Bersih 0 0 0 0 0 40 30

Gambar 2.1
Proses Netting
Sumbe: Jurnal, ISSN: 2337-6732

b. Lotting (kuantitas pesanan)

Lotting atau lot-sizing adalah proses perhitungan besarnya pesanan

optimum suatu bahan berdasarkan kebutuhan bersih hasil perhitungan

netting. Proses lotting erat hubungannya dengan penentuan jumlah bahan

yang harus dipesan atau disediakan. Proses lotting sendiri amat penting
12

dalam rencana kebutuhan bahan, sehingga penggunaan dan pemilihan

teknik yang tepat sangat mempengaruhi keefektifan rencana kebutuhan

bahan. Berikut ini merupakan contoh dari lot-sizing material semen

dengan menggunakan teknik yang menyatakan besarnya lot-size sama

dengan kebutuhan bersih untuk dua periode menambah biaya yang terkecil

mungkin.

Periode 1 2 3 4 5 6 7

Keb. Bersih 0 0 0 0 5 40 30

Lot Szing 0 0 0 0 5 40 30

Gambar 2.2
Proses Lot Sizing
Sumbe: Jurnal, ISSN: 2337-6732

Joseph Orlicky menyusun 10 teknik yang digunakan dalam

menentukan ukuran lot. Kesepuluh teknik tersebut adalah sebagai berikut :

1) Jumlah Pesanan Tetap (Fixed Quantity /FOQ), Pendekatan

menggunakan konsep jumlah pemesanan tetap karena keterbatasan

akan fasilitas misalnya: kemampuan gudang, transportasi, kemampuan

supplier. Jadi dalam menentukan ukuran lot berdasarkan intuisi atau

pengalaman sebelumnya.

2) Jumlah Pesanan Ekonomis (Economic Order Quantity/ EQQ),

Pendekatan menggunakan konsep minimasi ongkos simpan dan


13

ongkos pesan. Ukuran lot tetap berdasarkan hitungan minimasi

tersebut.

3) Lot Untuk Lot (Lot for Lot / LFL), Pendekatan menggunakan konsep

atas dasar pesanan diskrit dengan berusaha meminimumkan ongkos

simpan, sehingga ongkos simpan = 0 (jumlah yang dipesan sama

dengan jumlah yang dibutuhkan).

4) Kebutuhan Periode Tetap (Fixed Period Requirement / FFR),

Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan periode tetap,

dimana pesanan dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu saja.

Besarnya jumlah pesanan tidak didasarkan oleh ramalan tetapi dengan

cara menggunakan penjumlahan kebutuhan bersih pada interval

pemesaban dalam beberapa periode yang ditentukan.

5) Jumlah Pesanan Periode (Period Order Quantity / POQ), Pendekatan

menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis agar dapat dipakai

pada periode bersifat permintaan diskrit, teknik ini dilandasi oleh

metode EOQ. Dengan mengambil dasar perhitungan pada metode

pesanan ekonomis maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan

yang harus dilakukan dan interval periode pemesanannya adalah

setahun.

6) Ongkos Unit Terkecil (Least Unit Cost / LUC), Pendekatan

menggunakan konsep pemesanan dengan ongkos unit perkecil,

dimana jumlah pemesanan ataupun interval pemesanan dapat


14

bervariasi. Keputusan untuk pemesanan didasarkan. Ongkos perunit

terkecil = ongkos simpan perunit

7) Ongkos Total Terkecil (Least Total Cost), Pendekatan menggunakan

konsep ongkos akan diminimasikan apabila untuk setiap lot dalam

suatu horizon perencanaan hamper sama, besarnya. Hal ini dapat

dengan memesan dengan ukuran lot yang memiliki ongkos simpan

perunitnya. Dicapai hamper sama dengan ongkos pengadaan/ unitnya.

8) Keseimbangan Suatu Periode (Part Period Balancing / PBB),

Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot ditetapkan bila ongkos

simpannya sama atau mendekati ongkos pesannya. Teknik

Keseimbangan Suatu Periode pada dasarnya adalah menjumlahkan

kebutuhan beberapa periode yang berurutan sampai biaya simpan

yang terjadi lebih besar atau sama dengan biaya pesannya.

9) Metode Silver-Mean (SM), Menitik beratkan pada ukuran lot yang

harus dapat meminimumkan ongkos total perperiode, dimana ukuran

lot didapatkan dengan cara menjumlahkan kebutuhan beberapa

periode yang berturut-turut sebagai ukuran lot yang tentative (bersifat

sementara). Penjumlahan tersebut dilakukan terus sampai ongkos total

dibagi banyaknya periode yang kebutuhannya termasuk dalam ukuran

lot tentatif yang terakhir yang ongkos periodenya masih menurun.

10) Alogoritma Wagner-Whitin (WW), Pendekatan menggunakan konsep

ukuran lot dengan prosedur optimasi program linier, bersifat

matematis. Pada prakteknya ini sulit diterapkan dalam MRP karena


15

membutuhkan perhitungan yang rumit. Fokus utama

dalampenyelesaian masalah ini adalah melakukan minimasi

penggabungan ongkos total dari ongkos set up dan ongkos simpan,

serta berusaha agar ongkos set up dan ongkos simpan tersebut

mendekati nilai yang sama untuk kuantitas pemesanan yang

dilakukan.

c. Offsetting

Offseting adalah proses untuk menentukan waktu yang tepat guna

melakukan rencana pemesanan dalam upaya memenuhi tingkat kebutuhan

bersih. Besarnya pesanan diperoleh dari lot-sizzing. Sedang saat

pemesanan diperoleh dengan mengurangkan waktu awal tersedianya

kebutuhan bersih dengan waktu ancang untuk mendapatkan kebutuhan.

6. Input MRP

a) Master Production Schedule(MPS)

MPS merupakan suatu perencanaan definitif tentang jenis produk

akhir yang direncanakan perusahaan untuk diproduksi, yang menyatakan

berapa banyak dari tiap item direncanakan, waktu yang dibutuhkan untuk

produksi, dan waktu produk itu. selesai diproduksi dalam horizon

perencanaan tertentu. MPS menunjukkan jumlah yang harus diproduksi

bukan yang dapat diproduksi (kapasitas) dan yang mungkin diproduksi

(peramalan). MPS diolah dengan input dari perencanaan aggregat yang

mempertimbangkan kombinasi peramalan permintaan dan pesanan

permintaan konsumen yang telah diterima.


16

b) Product Structure Records (PSR)

PSR merupakan daftar dari semua material, komponen dan sub-

rakitan, serta jumlahnya dari masing-masing yang diperlukan untuk

menghasilkan satu unit produk akhir. PSR Ditunjukkan dalam format:

struktur pohon produk (Bill of Material), gambar rakitan produk (explode

diagram), matriks kebutuhan atau tabel bertabulasi (Indented Table). MRP

menggunakan PSR sebagai basis untuk perhitungan banyaknya setiap

material yang dibutuhkan untuk setiap periode waktu.

c) Inventory Status Records

Merupakan catatan lengkap masing-masing material mulai bahan

baku hingga produk yang disimpan dalam persediaan. Data persediaan

meliputi jumlah stok, persediaan yang telah teralokasi, pengadaan yang

telah direncanakan sebelumnya, ukuran pengadaan (lot size) dan lead time,

tingkat stok pengaman (safety stock level), tingkat kerusakan saat diterima

(acceptance quality) dan saat disimpan (scrap rate).

7. Rough Cut Capacity Planning (RCCP)

ini termasuk dalam perencanaan kapasitas jangka panjang. RCCP

menentukan kebutuhan kapasitas yang diperlukan untuk melaksanakan

MPS (Master Production Schedule).


17

Gambar 2.3
Rough Cut Capacity Planning (RCCP)
Sumber: Ebook

8. CRP (Capacity Requirement Planning)

CRP adalah tahap penentuan kapasitas yang dibutuhkan sesuai

dengan hasil MRP Material Requirement Planning. Definisi lain

menyebutkan bahwa CRP adalah suatu perincian membandingkan

kapasitas yang diperlukan oleh rencana kebutuhan material MRP oleh

pemesanan sekarang dalam proses verifikasi yang mendasari dalam

membuat suatu akhir penerimaan terhadap pengendali jadwal produksi

MPS Fogarty, dkk, 1991. Tujuan dilakukannya CRP adalah untuk

menunjukkan perbandingan antara kapasitas atau beban yang dibutuhkan

pada setiap stasiun kerja melalui permintaan yang ada dengan kapasitas

dari setiap stasiun kerja pada periode waktu tertentu.

9. Forecasting
18

Forecasting adalah salah satu metode untuk melakukan

perencanaan dan pengendalian produksi untuk menghadapi ketidakpastian

di masa depan. Lebih khusus untuk memprediksi permintaan produk di

waktu mendatang. Forecasting sangat penting dilakukan ketika ada

perayaan tertentu seperti natal, ramadan, idul fitri, tahun baru, dan

sebagainya.Metode forecasting dibagi menjadi dua, yakni metode

kualitatif dan kuantitatif. Cara kualitatif dilakukan dengan berdasarkan

pendapat dan analisis deskriptif, sementara cara kuantitatif dilakukan

dengan berdasarkan hitungan matematis.

a. Forecasting Kuantitatif

Berikut ini adalah beberapa metode forecasting kuantitatif

yang paling sering digunakan yaitu : Metode time series atau deret

waktu adalah metode prediksi yang didasarkan pada data-data

masa lampau suatu variabel dan atau kesalahan di masa lalu yang

berurutan menurut waktu, misal hari, minggu, bulan, dan tahun.

Ada dua alat analisis untuk menggunakan metode time series ini,

yaitu pemulusan (smoothing) dan dekomposisi

(decomposition).Smoothing mendasarkan prediksinya dengan

prinsip rata-rata dari kesalahan masa lalu (Averaging smoothing

past errors) dengan cara menambahkan persentase kesalahan

prediksi sebelumnya (percentage of the errors), yang didapat dari

perbedaan antara nilai sebenarnya (actual value) dengan nilai

prediksinya (forecasting value).Decomposition mendasarkan


19

prediksinya dengan membagi data time series menjadi beberapa

komponen, seperti tren, siklus, musiman, dan pengaruh random;

kemudian mengombinasikan prediksi dari komponen-komponen

tersebut (kecuali pengaruh random). Sedangkan metode prediksi

kausal adalah suatu model sebab-akibat antara permintaan yang

diramalkan dengan variabel-variabel lain yang dianggap

berpengaruh. Contoh, permintaan akan baju baru mungkin

berhubungan dengan banyaknya populasi, pendapat masyarakat,

jenis kelamin, budaya daerah, dan bulan-bulan khusus (hari raya,

natal, tahun baru). Data dari variabel-variabel tersebut

dikumpulkan dan dianalisis untuk menentukan validitas dari model

peramalan yang diusulkan. Metode ini biasanya digunakan ketika

variabel-variabel yang menjadi penyebab sudah diketahui.

b. Forecasting kualitatif

Metode forecasting kualitatif adalah metode yang bersifat

subjektif daripada metode kuantitatif. Ini disebabkan metode

kualitatif sangat dipengaruhi oleh latar belakang dari seseorang

seperti, emosi, pendidikan, intuisi, dan sebagainya. Sehingga hasil

setiap orang kemungkinan besar akan berbeda.Beberapa teknik ini

adalah yang umum digunakan dalam metode forecasting kualitatif

misalnya:survey pasar , opini dari eksekutif dan gabungan tenaga

penjualan.
20

B. Kerangka Berfikir
Permasalahan
Belum diketahuinya hasil perhitungan Forecasting komponen

mainan pesawat terbang, Belum diketahuinya hasil dari Master

Production Schedule (MPS),Belum diketahuinya hasil perhitungan

CRP (Capacity Requirement Planning) dan RCCP (Rough Cut

Capacity Planning) pada semua komponen mainan pesawat terbang.

Pengolahan Data Data

Data yang diteliti diolah menggunakan Menggunakan Dalam penelitian yang dilalukan
data didapatkan dari hasil
metode Moving Averages, Menggunakan metode
perhitungan nilai Forecasting
Capacity Planning Using Overall Factors (CPOF) komponen mainan pesawat
terbang,perhitungan hasil dari
Menggunakan software POM QM dan software Excel Master Production Schedule
(MPS),hasil perhitungan CRP dan
Analisis RCCP pada semua komponen
mainan pesawat terbang
Penelitian ini di analisa menggunakan Forecasting

komponen mainan pesawat terbang,Master

Production Schedule (MPS) , Capacity Requirement

Planning (CRP) dan Rough Cut Capacity Planning

(RCCP)

Hasil yang di harapkan

Mengetahui hasil perhitungan Forecasting komponen


mainan pesawat terbang, Mengetahui hasil dari
Master Production Schedule (MPS),Mengetahui hasil
perhitungan CRP dan hasil perhitungan RCCP pada
semua komponen mainan pesawat terbang.

Gambar 2.4
Kerangka Berfikir
Sumber : Penelitian
21

C. Penelitian yang Relevan

1. Ernita, T., Ervil, R. & Meidy, R.. (2021). Perencanaan Persediaan Bahan

Baku Dengan Metode Material Requirement Planning (MRP) Pada Proses

Produksi Bak Mobil Truk Di CV. Lursa Abadi Kota Padang. Jurnal Sains

dan Teknologi,XXI(100 pp. 40-49.CV. Halaman pp. 40-49.CV

Lursa Abadi adalah terbatasnya persediaan bahan baku yang

terjadi dikarenakan tidak memiliki gudang penyimpanan, sehingga

perusahaan ini harus memesan bahan baku terlebih dahulu kepada supplier

dan pemesanannya masih dilakukan secara manual yang dapat

menyebabkan waktu proses produksi menjadi terhambat. Oleh karena itu

penelitian ini akandilakukan perencanaan persediaan bahan baku dengan

metode material planning pada proses produksinya. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui perencanaan kebutuhan bahan baku dalam proses

produksi pembuatan bak mobil truk dan untuk mengetahui waktu

perusahaan dapat melakukan safety stock untuk kelancaran proses

produksi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perhitungan

peramalan persediaan menggunakan metode terpilih yaitu metode linear

dengan nilai SEE terkecil sebesar 0,662 dengan total rencana produksi

pada periode ke 13 adalah 7 unit. Setelah melakukan peramalan

selanjutnya menggunakan metode MRP dengan proses netting, lotting,

offsetting dan exsplosion. Setelah melakukan perhitungan menggunakan

metode MRP dengan 4 proses maka dapat diketahui waktu yang tepat
22

dalam melakukan safety stock untuk kelancaran proses produksi bak mobil

truk (bak siluman) pada periode selanjutnya yaitu pada bulan ke 12.

2. Zahra, Z. S. & Fahma, F., 2020. Implementasi Metode MRP untuk

Pengendalian Bahan Baku Produk ABC Pada PT XYZ. Jakarta, Seminar

dan Konferensi Nasional IDEC 2020.PT XYZ menemui masalah salah

satunya terkait persediaan. Pernah di suatu ketika terjadi penundaan proses

produksi diakibatkan oleh kurangnya bahan baku dan mengakibatkan

keterlambatan pengiriman produk ke depo. Terlebih lagi munculnya

shortage cost akibat bahan baku yang tidak tersedia di gudang. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menentukan metode lotting yang tepat bagi

perusahaan dalam mengatasi permasalahan terkait dengan persediaan

dengan menerapkan metode MRP sehingga dapat meminimasi biaya

persediaan. Dalam penelitian ini difokuskan pada produk ABC, dimana

produk tersebut merupakan kategori push product. Teknik lotting yang

digunakan adalah lot for lot (LFL) dan least unit cost (LUC). Kemudian

nantinya dari kedua teknik lotting tersebut dilakukan perbandingan biaya

persediaan. Metode yang dipilih adalah métode dengan biaya persediaan

terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode LUC dipilih sebagai

ukuran pemesanan optimal dengan biaya persediaan total sebesar Rp

58.371.267,69.

Anda mungkin juga menyukai