Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KONFERENSI ASIA AFRIKA

TUJUAN UTAMA
KONFERENSI ASIA AFRIKA
KARYA TULIS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Pendidikan Kewarganegaraan Di SMA Negeri
Kalisat

Oleh :
Yulias Tutik
Wahyu Muhammad Arif
Aigin Nur Afifah
M Arif Hidayah
Jurusan / Program Studi

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

SMA NEGERI KALISAT


TAHUN PELAJARAN 2012/2013
TUJUAN UTAMA
KONFERENSI ASIA AFRIKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat ALLAH Swt. Yang telah
melimpahkan kepada umatnya, atas ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad Saw, yang mengantarkan kita dari jaman jahiliah menu ju jaman ilmiah seperti
sekarang ini.
Karya tulis ini di susun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas PKN di
SMA Negeri Kalisat Tahun pelajaran 2012/2013
Tujuan penulisan laporan ini tidak lepas dari kerjasama dengan beberapa pihak yang telah
membantu dalam penyusunan karya tulis ini. Untuk itu,penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang
bersifat membangun dan mendidik demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan pada umumnya dan penulis khususnya, Amin

Jember, 25 Februari 2013

penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................
Metode Penulisan..............................................................................................
Tujuan Penulisan...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
Konferensi Asia Afrika.....................................................................................
Lahirnya Ide Konferensi...................................................................................
Usaha-usaha Persiapan Konferensi...................................................................
Tujuan Konferensi............................................................................................
Peserta dan waktu Konferensi..........................................................................
Struktur Organisasi Panitia Pelaksana..............................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................
Saran-Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

i
ii
iii
1
1
2
3
3
5
6
7
7
12
13
13

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berakhirnya Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi
permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan keamanan.
Ternyata di beberapa pelosok dunia, terutama di belahan bumi Asia Afrika, masih ada
masalah dan muncul masalah baru yang mengakibatkan permusuhan yang terus berlangsung,
bahkan pada tingkat perang terbuka, seperti di Jazirah Korea, Indo Cina, Palestina, Afrika
Selatan, Afrika Utara.
Masalah-masalah tersebut sebagian disebabkan oleh lahirnya dua blok kekuatan yang
bertentangan secara ideologi maupun kepentingan, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Blok
Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Sovyet. Tiap-tiap
blok berusaha menarik negara-negara di Asia dan Afrika agar menjadi pendukung mereka.
Hal ini mengakibatkan tetap hidupnya dan bahkan tumbuhnya suasana permusuhan yang
terselubung di antara kedua blok itu dan pendukungnya. Suasana permusuhan tersebut
dikenal dengan sebutan "perang dingin".
Timbulnya pergolakan dunia disebabkan pula oleh masih adanya penjajahan di bumi kita
ini, terutama di belahan Asia dan Afrika. Memang sebelum tahun 1945, pada umumnya benua
Asia dan Afrika merupakan daerah jajahan bangsa Barat dalam aneka bentuk. Tetapi sej ak
tahun 1945, banyak daerah di Asia Afrika menjadi negara merdeka dan banyak pula yang
masih berjuang bagi kemerdekaan negara dan bangsa mereka seperti Aljazair, Tunisia, dan
Maroko di wilayah Afrika Utara; Vietnam di Indo Cina; dan di ujung selatan Afrika.
Beberapa negara Asia Afrika yeng telah merdeka pun masih banyak yang menghadapi
masalah-masalah sisa penjajahan seperti Indonesia tentang Irian Barat, India dan Pakistan
tentang Kashmir, negara-negara Arab tentang Palestina. Sebagian bangsa Arab-Palestina

terpaksa mengungsi, karena tanah air mereka diduduki secara paksa oleh pasukan Israel yang
dibantu oleh Amerika Serikat.
Sementara itu bangsa-bangsa di dunia, terutama bangsa-bangsa Asia Afrika, sedang dilanda
kekhawatiran akibat makin dikembangkannya pembuatan senjata nuklir yang bisa
memusnahkan umat manusia. Situasi dalam negeri dibeberapa negara Asia Afrika yang telah
merdeka pun masih terjadi konflik antar kelompok masyarakat sebagai akibat masa
penjajahan (politik devide et impera) dan perang dingin antar blok dunia tersebut.
Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) yang berfungsi menangani masalahmasalah dunia, namun nyatanya badan ini belum
berhasil menyelesaikan persoalan tersebut. Sedangkan kenyataannya, akibat yang
ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagaian besar diderita oleh bangsa-bangsa di Asia
Afrika. Keadaan itulah yang melatarbelakangi lahirnya gagasan untuk mengadakan
Konferensi Asia Afrika.
B. Metode penulisan
Metode penulisan dalam makalah ini, menggunakan metode pencarian informasi dari
berbagai media seperti buku dan internet.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Tujuan Utama Dari
Konferensi Asia Afrika
PEMBAHASAN
A. Konferensi Asia Afrika
Konferensi Tingkat Tinggi AsiaAfrika (disingkat KTT Asia Afrika atau KAA; kadang juga
disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan
Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh
Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan
dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara
18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan
mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme
atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu
mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai
ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka tentang
keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran
mereka mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Cina dan Amerika Serikat; keinginan
mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan
mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh
Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan

Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai
Irian Barat.
B. Lahirnya Ide Konferensi
Keterangan Pemerintah Indonesia tentang politik luar negeri yang disampaikan oleh Perdana
Menteri Mr. Ali Sastroamidjojo, di depan parlemen pada tanggal 25 Agustus 1953,
menyatakan "Kerja sama dalam golongan negara-negara Asia Arab (Afrika) kami pandang
penting benar, karena kami yakin, bahwa kerja sama erat antara negara-negara tersebut
tentulah akan memperkuat usaha ke arah tercapainya perdamaian dunia yang kekal. Kerja
sama antara negara-negara Asia Afrika tersebut adalah sesuai benar dengan aturan-aturan
dalam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang menyenangi kerja sama kedaerahan (regional
arrangements). Lain dari itu negaranegara itu pada umumnya memang mempunyai
pendirian-pendirian yang sama dalam beberapa soal di lapangan internasional, jadi
mempunyai dasar sama (commonground) untuk mengadakan golongan yang khusus. Dari
sebab itu kerja sama tersebut akan kami lanjutkan dan pererat". Bunyi pernyataan tersebut
mencerminkan ide dan kehendak Pemerintah Indonesia untuk mempererat kerja sama di
antara

Negara-negara

afrika.

Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon (Srilanka) Sir John Kotelawala mengundang
para Perdana Menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali
Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan suatu
pertemuan informal di negaranya. Undangan tersebut diterima baik oleh semua pimpinan
pemerintah negara yang diundang. Pertemuan yang kemudian disebut Konferensi Kolombo
itu dilaksanakan pada tanggal 28 April sampai dengan 2 Mei 1954. Konferensi ini
membicarakan

masalah-masalah

yang

menjadi

kepentingan

bersama.

Yang menarik perhatian para peserta konferensi, diantaranya pertanyaan yang diajukan oleh
Perdana

Menteri

Indonesia

"Where do we stand now, we the peoples ofAsia, in this world of ours to day?" ("Dimana
sekarang kita berdiri, bangsa Asia sedang berada di tengah-tengah persaingan dunia?"),
kemudian

pertanyaan

itu

dijawab

sendiri

dengan

menyatakan

"We have now indeed arrived at the cross-roads of the history of mankind. It is therefore that
we Prime Ministers of five Asian countries are meeting here to discuss those crucial problems
of the peoples we represent. There are the very problems which urge Indonesia to propose
that another conference be convened wider in scope, between the African andAsian nations.
Iam convinced that the problems are not only convened to the Asian countries represented

here but also are of equal importance to the African and other Asian countries".
("Kita sekarang berada dipersimpangan jalan sejarah umat manusia. Oleh karena itu kita lima
Perdana Menteri negara-negara Asia bertemu di sini untuk membicarakan masalah-masalah
yang krusial yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang kita wakili. Ada beberapa hal yang
mendorong Indonesia mengajukan usulan untuk mengadakan pertemuan lain yang lebih luas,
antara negara-negara Afrika dan Asia. Saya percaya bahwa masalah-masalah itu tidak hanya
terjadi di negara-negara Asia yang terwakili di sini, tetapi juga sama pentingnya bagi negaranegara
Pernyataan

di
tersebut

Afrika
memberi

arah

dan
kepada

lahirnya

Asia
Konferensi

lainnya").
Asia

Afrika.

Selanjutnya, soal perlunya Konferensi Asia Afrika diadakan, diajukan pula oleh Indonesia
dalam sidang berikutnya. Usul itu akhirnya diterima oleh semua peserta konferensi, walaupun
masih

dalam

suasana

keraguan.

Perdana Menteri Indonesia pergi ke Kolombo untuk memenuhi urndangan Perdana


Menterl Srilanka dengan membawa bahan-bahan hasil perumusan Pemerintah Indonesia.
Bahan-bahan tersebut merupakan hasil rapat dinas Kepala-kepala Perwakilan Indonesia di
negara-negara Asia dan Afrika yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Mr. Sunario. Rapat
dinas tersebut diadakan di Tugu (Bogor) pada tanggal 9 sampai dengan 22 Maret 1954.
Akhirnya, dalam pernyataan bersama pada akhir Konferensi Kolombo, dinyatakan bahwa
para Perdana Menteri peserta konferensi membicarakan kehendak untuk mengadakan
konferensi negara-negara Asia Afrika dan menyetujui usul agar Perdana Menteri Indonesia
dapat menjejaki sampai dimana kemungkinannya mengadakan konferensi semacam itu.
C. Usaha-usaha Persiapan Konferensi
Di atas telah diungkapkan bahwa Konferensi Kolombo menugaskan Indonesia agar menjejaki
kemungkinan untuk diadakannya Konferensi Asia Afrika. Dalam rangka menunaikan tugas
itu Pemerintah Indonesia melakukan pendekatan melalui saluran diplomatik kepada 18
negara Asia Afrika. Maksudnya, untuk mengetahui sejauh mana pendapat negara-negara
tersebut terhadap ide mengadakan Konferensi Asia Afrika. Dalam pendekatan tersebut
dijelaskan bahwa tujuan utama konferensi itu ialah untuk membicarakan kepentingan
bersama bangsa-bangsa Asia Afrika pada saat itu, mendorong terciptanya perdamaian dunia,
dan mempromosikan Indonesia sebagai tempat konferensi. Ternyata pada umumnya negara-

negara yang dihubungi menyambut baik ide tersebut dan menyetujui Indonesia sebagai tuan
rumahnya, walaupun dalam hal waktu dan peserta konferensi terdapat berbagai pendapat
yang berbeda.
Pada tanggal 18 Agustus 1954, Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India, melalui
suratnya, mengingatkan Perdana Menteri Indonesia tentang perkembangan situasi dunia
dewasa itu yang semakin gawat, sehubungan dengan adanya usul untuk mengadakan
Konferensi Asia Afrika. Memang Perdana Menteri India dalam menerima usul itu masih
disertai keraguan akan berhasil-tidaknya usul tersebut dilaksanakan. Barulah setelah
kunjungan Perdana Menteri Indonesia pada tanggal 25 September 1954, beliau yakin benar
akan pentingnya diadakan konferensi semacam itu, seperti tercermin dalam pernyataan
bersama pada akhir kunjungan Perdana Menteri Indonesia
"The prime Ministers discussed also the proposal to have a conference of representatives of
Asian and African countries and were agreed that a conference of this kind was desirable and
world be helpful in promoting the cause of peace and a common approach to these problems.
It should be held at an early date".
("Para Perdana Menteri telah membicarakan usulan untuk mengadakan sebuah konferensi
yang mewakili negara-negara Asia dan Afrika serta menyetujui konferensi seperti ini sangat
diperlukan dan akan membantu terciptanya perdamaian sekaligus pendekatan bersama ke
arah masalah (yang dihadapi). Hendaknya konferensi ini diadakan selekas mungkin").
Keyakinan serupa dinyatakan pula oleh Perdana Menteri Birma U Nu pada tanggal 28
September 1954.
Dengan demikian, maka usaha-usaha penyelidikan atas kemungkinan diselenggarakannya
Konferensi Asia Afrika dianggap selesai dan berhasil serta usaha selanjutnya ialah
mempersiapkan pelaksanaan konferensi itu.
Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para Perdana Menteri peserta Konferensi
Kolombo (Birma, Srilanka, India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan konferensi di Bogor
pada tanggal 28 dan 29 Desember 1954, yang dikenal dengan sebutan Konferensi Panca
Negara. Konferensi ini membicarakan persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika.
Konferensi Bogor berhasil merumuskan kesepakatan bahwa Konferensi Asia Afrika
diadakan atas penyelenggaraan bersama dan kelima negara peserta konferensi tersebut
menjadi negara sponsornya.Undangan kepada negara-negara peserta disampaikan oleh
Pemerintah Indonesia atas nama lima negara.

D. Tujuan Konferensi
Konferensi Bogor menghasilkan 4 (empat) tujuan pokok Konferensi Asia Afrika, yaitu
1. Untuk memajukan goodwill (kehendak yang luhur) dan kerja sama antara bangsa-bangsa
Asia dan Afrika, untuk menjelajah serta memaj ukan kepentingan-kepentingan mereka, baik
yang silih ganti maupun yang bersama, serta untuk menciptakan dan memajukan
persahabatan serta perhubungan sebagai tetangga baik;
2. Untuk mempertimbangkan soal-soal serta hubungan-hubungan di lapangan sosial,
ekonomi, dan kebudayaan negara yang diwakili;
3. Untuk mempertimbangkan soal-soal yang berupa kepentingan khusus bangsa-bangsa Asia
dan Afrika, misalnya soal-soal yang mengenai kedaulatan nasional dan tentang masalahmasalah rasialisme dan kolonialisme;
4. Untuk meninjau kedudukan Asia dan Afrika, serta rakyatrakyatnya di dalam dunia
dewasa ini serta sumbangan yang dapat mereka berikan guna memajukan perdamaian serta
kerja sama di dunia.
E. Peserta dan waktu Konferensi
Negara-negara yang diundang disetujui berjumlah 25 negara, yaitu : Afganistan, Kamboja,
Federasi Afrika Tengah, Republik Rakyat Tiongkok (China), Mesir, Ethiopia, Pantai Emas
(Gold Coast), Iran, Irak, Jepang, Yordania, Laos, Lebanon, Liberia, Libya, Nepal, Filipina,
Saudi Arabia, Sudan, Syria, Thailand (Muang Thai), Turki, Republik Demokrasi Viet-nam
(Viet-nam Utara), Viet-nam Selatan, dan Yaman. Waktu konferensi ditetapkan pada minggu
terakhir April 1955.
Mengingat negara-negara yang akan di undang mempunyai politik luar negeri serta sistem
politik dan sosial yang berbeda-beda, Konferensi Bogor menentukan bahwa menerima
undangan untuk turut dalam Konferensi Asia Afrika tidak berarti bahwa negara peserta
tersebut akan berubah atau dianggap berubah pendiriannya mengenai status dari negaranegara lain. Konferensi menjunjung tinggi pula azas bahwa bentuk pemerintahan atau cara
hidup sesuatu negara sekalisekali tidak akan dapat dicampuri oleh negara lain. Maksud
utama konferensi ialah supaya negara-negara peserta menjadi lebih saling mengetahui
pendirian mereka masing-masing.
F. Struktur Organisasi Panitia Pelaksana
Dalam persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, Indonesia membentuk sekretariat
konferensi yang diwakili oleh negara-negara penyelenggara.
Guna mewujudkan keputusan-keputusan Konferensi Bogor, segera dibentuk Sekretariat
Bersama (Joint Secretariat) oleh lima negara penyelenggara. Indonesia diwakili oleh
Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Roeslan Abdul Gani yang juga menjadi ketua
badan itu, dan 4 (empat) negara lainnya diwakili oleh Kepalakepala Perwakilan mereka
masing-masing di Jakarta, yaitu U Mya Sein dari Birma, M. Saravanamuttu dari Srilanka,
B.F.H.B. Tyobji dari India, dan Choudhri Khaliquzzaman dari Pakistan. Di dalam Sekretariat
Bersama itu terdapat 10 (sepuluh) orang staf yang melaksanakan pekerjaan sehari-hari, terdiri
atas 2 (dua) orang dari Birma, seorang dari Srilanka, 2 (dua) orang dari India, 4 (empat)
orang dari Indonesia, dan seorang dari Pakistan. Selain itu terdapat pula 4 (empat) komite
terdiri atas Komite Politik, Komite Ekonomi, Komite Sosial, Komite Kebudayaan. Selain itu,
ada pula panitia yang menangani bidangbidang : keuangan, perlengkapan, dan pers.
Pemerintah Indonesia sendiri pada tanggal 11 Januari 1955 membentuk Panitia
Interdepartemental (Interdepartemental Committee) yang diketuai oleh Sekretaris Jenderal

SekretariatBersama dengan anggota-anggota dan penasehatnya berasal dari berbagai


departemen guna membantu persiapan-persiapan konferensi itu. Di Bandung, tempat
diadakannya konferensi, dibentuk Panitia Setempat (Local Committee) pada tanggal 3
Januari 1955 dengan ketuanya Sanusi Hardjadinata, Gubernur Jawa Barat. Panitia Setempat
bertugas mempersiapkan dan melayani soal-soal yang bertalian dengan akomodasi, logistik,
transport, kesehatan, komunikasi, keamanan, hiburan, protokol, penerangan, dan lain-lain.
DIAGRAM ORGANISASI KONPERENSI ASIA AFRIKA
Pemerintah I 25 Negara Peserta I
Republik Indonesia
I Sekretaris Bersama I
I Protokol I
Panitia
Interdepartmental Panitia Lokal di
di Jakarta Bandung
Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun dipersiapkan sebagai tempat sidang-sidang
konferensi. Hotel Homann, Hotel Preanger, dan 12 (dua belas) hotel lainnya serta perumahan
perorangan dan pemerintah dipersiapkan pula sebagai tempat menginap para tamu yang
berjumlah 1300 orang. Keperluan transport dilayani oleh 143 mobil, 30 taksi, 20 bus, dengan
jumlah 230 orang sopir dan 350 ton bensin tiap hari serta cadangan 175 ton bensin.
Dalam kesempatan memeriksa persiapan-persiapan terakhir di Bandung pada tanggal 17
April 1955, Presiden RI Soekarno meresmikan penggantian nama Gedung Concordia menjadi
Gedung Merdeka, Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwi Warna, dan sebagian Jalan
Raya Timur menjadi Jalan Asia Afrika. Penggantian nama tersebut dimaksudkan untuk lebih
menyemarakkan konferensi dan menciptakan suasana konferensi yang sesuai dengan tujuan
konferensi.
Pada tanggal 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika dikirimkan kepada
kepala pemerintahan 25 (dua puluh lima) negara Asia dan Afrika. Dari seluruh negara yang
diundang hanya satu negara yang menolak undangan itu, yaitu Federasi Afrika Tengah
(Central African Federation), karena memang negara itu masih dikuasai oleh orang-orang
bekas penjajahnya. Sedangkan 24 (dua puluh empat) negara lainnya menerima baik undangan
itu, meskipun pada mulanya ada negara yang masih ragu-ragu. Sebagian besar delegasi
peserta konferensi tiba di Bandung lewat Jakarta pada tanggal 16 April 1955.
3.7 Pelaksanaan Konferensi
Pada hari Senin 18 April 1955, sejak fajar menyingsing telah tampak kesibukan di Kota
Bandung untuk menyambut pembukaan Konferensi Asia Afrika. Sejak pukul 07.00 WIB
kedua tepi sepanjang Jalan Asia Afrika dari mulai depan Hotel Preanger sampai dengan
kantor pos, penuh sesak oleh rakyat yang ingin menyambut dan menyaksikan para tamu dari
berbagai negara. Sementara para petugas keamanan yang terdiri dari tentara dan polisi telah
siap di tempat tugas mereka untuk menjaga keamanan dan ketertiban.
Sekitar pukul 08.30 WIB, para delegasi dari berbagai negara berjalan meninggalkan Hotel
Homann dan Hotel Preanger menuju Gedung Merdeka secara berkelompok untuk menghadiri
pembukaan Konferensi Asia Afrika. Banyak di antara mereka memakai pakaian nasional
masing-masing yang beraneka corak dan wama. Mereka disambut hangat oleh rakyat yang

berderet disepanjang Jalan Asia Afrika dengan tepuk tangan dan sorak sorai riang gembira.
Perjalanan para delegasi dari Hotel Homann dan Hotel Preanger ini kemudian dikenal dengan
nama Langkah Bersejarah (The Bandung Walks). Kira-kira pukul 09.00 WIB, semua delegasi
masuk ke dalam Gedung Merdeka.
Tak lama kemudian rombongan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Ir.
Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta, tiba di depan Gedung Merdeka dan disambut oleh
rakyat dengan sorak-sorai dan pekik "merdeka". Di depan pintu gerbang Gedung Merdeka
kedua pucuk pimpinan pemerintah Indonesia itu disambut oleh lima Perdana Menteri negara
sponsor. Setelah diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia : "Indonesia Raya", maka
Presiden RI Ir. Soekarno mengucapkan pidato pembukaan yang berjudul "LET A NEW ASIA
AND NEW AFRICA BE BORN" (Lahirlah Asia Baru dan Afrika Baru) pada pukul 10.20
WIB.
Dalam kesempatan tersebut Presiden RI Ir. Soekarno menyatakan bahwa kita, peserta
konferensi, berasal dari kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar belakang sosial dan
budaya, agama, sistem politik, bahkan warna kulit pun berbeda-beda. Meskipun demikian,
kita dapat bersatu, dipersatukan oleh pengalaman pahit yang sama akibat kolonialisme, oleh
ketetapan hati yang sama dalam usaha mempertahankan dan memperkokoh perdamaian
dunia. Pada bagian akhir pidatonya beliau mengatakan
"I hope that it will give evidence of the fact that we, Asian and African leaders, understand
that Asia and Africa can prosper only when they are united, and that even the safety of the
world at large can not be safeguarded without a united Asia-Africa. I hope that it conference
will give guidance to mankind, will point out to mankind the way which it must take to attain
safety and peace. I hope that it will give evidence that Asia and Africa have been reborn, that
a New Asia and New Africa have been born !"
("Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin pemimpin
Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila
mereka bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia-Afrika tidak akan
terjamin. Saya harap konferensi ini akan memberikan pedoman kepada umat manusia, akan
menunjukkan kepada umat manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai
keselamatan dan perdamaian. Saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan
Afrika telah lahir kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah lahir!")
Pidato Presiden RI Ir. Soekarno berhasil menarik perhatian, mempesona, dan
mempengaruhi hadirin, terbukti dengan adanya usul Perdana Menteri India yang didukung
oleh semua peserta konferensi untuk mengirimkan pesan ucapan terimakasih kepada Presiden
atas pidato pembukaannya.
Pada pukul 10.45 WIB., Presiden RI Ir. Soekarno mengakhiri pidatonya, dan selanjutnya
bersama rombongan meninggalkan ruangan. Perdana Menteri Indonesia, sebagai pimpinan
sidang sementara, membuka sidang kembali. Atas usul Ketua Delegasi Mesir (Perdana
Menteri Gamal Abdel Nasser) yang kemudian disetujui oleh pimpinan delegasi-delegasi :
Republik Rakyat Cina, Yordania, dan Filipina, serta karena tidak ada calon lain yang
diusulkan, maka secara aklamasi Perdana Menteri Indonesia terpilih sebagai ketua
konferensi. Selain itu, Ketua Sekretariat Bersama Konferensi, Roeslan Abdulgani dipilih
sebagai Sekretaris Jenderal Konferensi.
Kelancaran pemilihan pimpinan konferensi dan acara-acara sidang selanjutnya
dimungkinkan oleh adanya pertemuan informal terlebih dahulu di antara para pimpinan

delegasi negara sponsor dan negara peserta sebelum konferensi dimulai (16 dan 17 April
1955). Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan yang bertalian dengan
prosedur acara, pimpinan konferensi, dan lain-lain yang dipandang perlu. Beberapa
kesepakatan itu antara lain bahwa prosedur dan acara konferensi ditempuh dengan
sesederhana mungkin.
Dalam memutuskan sesuatu akan ditempuh sistem musyawarah dan mufakat (sistem
konsensus) dan untuk menghemat waktu tidak diadakan pidato sambutan delegasi. Perdana
Menteri Indonesia akan dipilih sebagai ketua konferensi. Sidang konferensi terdiri atas sidang
terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi peserta konferensi. Dibentuk tiga
komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, dan Komite Kebudayaan. Semua
kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang dan susunan pimpinan konferensi
adalah sebagai berikut :
Ketua Konferensi : Mr. Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Politik Mr. Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Roosseno,
Menteri Perekonomian Indonesia
Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Moh. Yamin,
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia
Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan yang bisa diduga sebelumnya.
Kesulitan-kesulitan itu terutama terjadi dalam sidang-sidang Komite Politik. Perbedaanperbedaan pandangan politik dan masalah-masalah yang dihadapi antara negara-negara Asia
Afrika muncul ke permukaan, bahkan sampai pada tahap yang agak panas.
Namun berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan sidang serta hidupnya rasa toleransi dan
kekeluargaan di antara peserta konferensi, maka jalan buntu selalu dapat dihindari dan
pertemuan yang berlarutlarut dapat diakhiri.
Setelah melalui sidang-sidang yang menegangkan dan melelahkan selama satu minggu,
maka pada pukul 19.00 WIB. (terlambat dari yang direncanakan) tanggal 24 April 1955
Sidang Umum terakhir Konferensi Asia Afrika dibuka. Dalam Sidang Umum itu dibacakan
oleh Sekretaris Jenderal Konferensi rumusan pemyataan dari tiap-tiap panitia sebagai hasil
konferensi. Sidang Umum menyetujui seluruh pemyataan tersebut. Kemudian sidang
dilanjutkan dengan pidato sambutan para ketua delegasi. Setelah itu, Ketua Konferensi
menyampaikan pidato penutupan dan menyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika ditutup.
Dalam komunike terakhir itu diantaranya dinyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika telah
meninjau soal-soal mengenai kepentingan bersama negara-negara Asia dan Afrika dan telah
merundingkan cara-cara bagaimana rakyat negara-negara ini dapat bekerja sama dengan lebih
erat di bidang ekonomi, kebudayaan, dan politik. Yang paling mashur dari hasil konferensi ini
ialah apa yang kemudian dinamakan Dasa Sila Bandung, yaitu suatu pernyataan politik berisi
prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Kesepuluh
prinsip itu ialah :
1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta azas-azas yang termuat dalam
piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa-bangsa.
3. Mengakui persamaan semua suku-suku bangsa dan persamaan
semua bangsa-bangsa besar maupun kecil.
4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal
soal dalam negeri negara lain.

5. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian atau
secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6. a. Tidak mempergunakan peraturan-peraturan dari pertaha
nan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu
dari negaranegara besar.
b. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan
terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik sesuatu negara.
8. Menyelesaikan segala perselisihan-perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti
perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hakim atau pun lain-lain cara damai
lagi menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai dengan Piagam PBB.
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama.
10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasio-nal.
PENUTUP
Dalam penutup komunike terakhir dinyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika menganjurkan
supaya kelima negara penyelenggara mempertimbangkan untuk diadakan pertemuan
berikutnya dari konferensi ini, dengan meminta pendapat negara-negara peserta lainnya.
Tetapi usaha untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika kedua selalu mengalami hambatan
yang sulit diatasi. Tatkala usaha itu hampir terwujud (1964), tiba-tiba di negara tuan rumah
(Aljazair) terjadi pergantian pemerintahan, sehingga konferensi itu tidak jadi.
Konferensi Asia Afrika di Bandung, telah berhasil menggalang persatuan dan kerja sama di
antara negara-negara Asia dan Afrika, baik dalam menghadapi masalah internasional maupun
masalah regional. Konferensi serupa bagi kalangan tertentu di Asia dan Afrika beberapa kali
diadakan pula, seperti Konferensi Wartawan Asia Afrika, Konferensi Islam Asia Afrika,
Konferensi Pengarang Asia Afrika, dan Konferensi Mahasiswa Asia Afrika.
Konferensi Asia Afrika telah membakar semangat dan menambah kekuatan moral para
pejuang bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang pada masa itu tengah memperjuangkan
kemerdekaan tanah air mereka, sehingga kemudian lahirlah sejumlah negara merdeka di
benua Asia dan Afrika. Semua itu menandakan bahwa cita-cita dan semangat Dasa Sila
Bandung semakin merasuk ke dalam tubuh bangsa-bangsa Asia dan Afrika.
Jiwa Bandung dengan Dasa Silanya telah mengubah pandangan dunia tentang hubungan
internasional. Bandung telah melahirkan faham Dunia Ketiga atau "Non-Aligned' terhadap
Dunia Pertamanya Washington dan Dunia Keduanya Moscow. Jiwa Bandung telah mengubah
juga struktur Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Forum PBB bukan lagi forum eksklusif
Barat atau Timur. sebagai penutup uraian singkat ini, dikutip bagian terakhir pidato
penutupan Ketua Konferensi Asia Afrika sebagai berikut
"May we continue on the way we have taken together and may the Bandung Conference stay
as a beacon guiding the future progress of Asia and Africa".

("Semoga kita dapat meneruskan perjalanan kita di atas jalan yang telah kita pilih bersamasama dan semoga Konferensi Bandung ini tetap tegak sebagai sebuah mercusuar yang
membimbing kemajuan di masa depan dari Asia dan Afrika").
KESIMPULAN
Dari uraian makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama konferense tersebut ialah
untuk membicarakan kepentingan bersama bangsa-bangsa Asia afrika pada saat itu,
mendorong terciptanya perdamaian dunia, dan mempromosikan Indonesia sebagai tempat
konferensi
SARAN-SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bandung.eu/2011/11/sejarah-konferensi-asia-afrika.html#ixzz2LnngbSK7
Panduan Museum Konperensi Asia Afrika, Departemen Luar Negeri RI Direktorat Jenderal
Informasi, Diplomasi Publik, Dan Perjanjian Internasional Museum Konperensi Asia Afrika,
2004

Anda mungkin juga menyukai