Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Proses Lahirnya Kerja Sama Utara dan Selatan
Proses kelahiran kerja sama Utara-Selatan diawali dari pertemuan negara-
negara penghasil minyak dengan negara-negara konsumen minyak pada
tanggal 7 April 1975 di Paris, Prancis. Pertemuan tingkat menteri ini
kemudian dipopulerkan secara resmi dengan istilah Konferensi Kerja Sama
Ekonomi Internasional yang pertama kali diadakan pada 16-18 Desember
1975 di Paris. Forum ini kemudian lebih dikelan dengan istilah dialog Utara-
Selatan. Di dalam forum ini termasuk di dalamnya pertemuan-pertemuan
nonformal, nonpemerintah, dan non-PBB.
Amerika Serikat dan Prancis sebagai pemrakarsa forum dialog Utara-Selatan
memandang perlu diadakan kerja sama antar negara-negara pengguna minyak
dengan negara-negara penghasil minyak. Hal ini guna menanggulangi
terjadinya krisis energi (minyak), krisis ekonomi, dan embargo minyak. Itikad
disambut baik oleh negara-negara penghasil minyak, sehingga mengahsilkan
konferensi kerja sama ekonomi internasional pada bulan Desember 1975 di
Paris. Negara-negara industri memandang bahwa kelangsungan ekonomi dan
kehidupan industri sangat bergantung pada sektor energi.

Pada awalnya, kerja sama Utara-Selatan hanya beranggotakan negara-negara


yang hadir pada Konferensi Kerja Sama Ekonomi Internasional di Paris, yaitu
27 negara. Di dalam perkembangannya, forum ini meluas dan berkembang
menjadi forum kerja sama antara negara-negara industri dengan negara-negara
yang sedang berkembang. Pada Konferensi Kerja Sama Ekonomi
Internasional pertengahan Desember 1975 di Paris telah dihadiri oleh negara-
negara yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), Jepang,
Amerika Serikat, Australia, Kanada, Spanyol, Swedia, dan Swiss sebagai
wakil pihak Utara. Sedangkan pihak Selatan dihadiri Aljazair, Argentian,
Brasilia, Kamerun, Mesir, India, Indonesia (wakil dari ASEAN), Iran, Irak,
Jamaica, Mexico, Nigeria, Pakistan, Peru, Arab Saudi, Venezuela, Yugoslavia,
Zaire, dan Zambia.
Melihat keberhasilan pada sidang pertama pada bulan Desember 1975 di Paris,
maka kemudian direncanakan persidangan kedua di Paris bulan Desember
1976. Namun, karena adanya beberapa halangan seperti perilu di Amreika
Serikat, Jerman Barat, dan Jepang, maka sidang kedua ini ditunda pada Juni
1977. Diantara kedua sidang tersebut, telah dilaksanakan persidangan tingkat
pejabar tinggi dan sidang kelompok anggota (April-November 1976).
Persidangan ini bermaksud untuk membantu pemecahan persoalan yang akan
diputuskan pada sidang tingkat menteri pada Mei/Juni 1977.
Dari dua kali Konferensi Kerja Sama Ekonomi Internasional dan ditambah
hasil persidangan perantara, maka forum dialog Utara-Selatan telah
mengalami perkembangan. Kerja sama ini tidak hanya dalam hal perdagangan
minyak di pasaran internasional, tetapi juga meluas ke bidang energi, bahan
mentah, pembangunan, dan keuangan, dan sektor lainnya yang mendukung
perekonomian global.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang melatar belakangi terjadinya Negara kawasan utara ?
b. Peran Indonesia dalam kerja sama kawasan utara dan selatan ?
c. Bagaimana peran Negara Indonesia dalam kerja sama tersebut ?
d. Kapan pertemuannya digelar ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Tujuan
Secara umum tujuan forum Utara-Selatan adalah sebagai berikut:
a. Mengharmoniskan hubungan antara negara-negara industri dengan negara-
negara yang sedang berkembang. Tata perekonomian internasional telah
menuntut suatu orde baru yang memerlukan adanya dialog dan kerja sama
antara pihak Utara dengan pihak Selatan.
b. Mengikutsertakan partisipasi negara-negara berkembang dalam tatanan dan
hubungan ekonomi internasional. Untuk merealisasikan tujuan ini, negara
berkembang aktid dalam pengambilan keputusan di forum PBB dan di forum-
forum di luar PBB.
c. Untuk membagi keuntungan secara adil dari hasil perdagangan internasional.

Melihat dari tujuannya, maka kerja sama Utara-Selatan dapat diartikan sebagai forum
komunikasi timbal balik yang saling menguntungkan. Dari forum komuniksi ini telah
melahirkan adanya sikap untuk saling mendidik, saling meyakinkan, dan saling
mengubah tata susunan dunia. Dalam kerja sama ini telah terjalin hubungan
antarpemerintah dan hubungan antarpihak swasta.
E. Manfaat
Penelitian ini di harapkan bermanfaat untuk mengembangkan kerjasama internasional
sebagai solusi untuk pembangunan Negara dan juga solusi untuk memenuhi
kepentingan nasional Negara dalam hal ekonomi, politik dan juga social budaya.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi akademis bagi para akademis
yang tertinggal yang ingin meneliti tema penelitian yang sama.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Antara Utara dan Selatan


Istilah Utara dan Selatan sebenarnya lebih bermakna ekonomis daripada geografis.
Utara diidentifikasikan sebagai keompok negara-negara maju, sedangkan Selatan
cenderung dialamatkan kepada negara-negara berkembangatau negara Dunia Ketiga.
Negara-negara Utara mencakup negara-negara maju yang terletak di Eropa Barat,
Amerika, dan Kanada. Negara-negara Selatan mencakup negara-negara yang terletak
di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Secara ekonomis, negara-negara maju memiliki ekonomi yang kuat, sedangkan
negara-negara berkembang relatif memiliki ekonomi yang lemah. Dari segi kekayaan
alam, negara-negara maju tidak memiliki sumber alam yang cukup. Meskipun
demikian, kekurangan tersebut dapat diatasi dengan penguasaan teknologi.

Perbedaan kondisi sosial, ekonomi, budaya antara pihak Utara-Selatan menggiring


mereka kepada keadaan saling ketergantungan (interdepedensi). Di satu sisi, negara-
negara Utara memiliki keunggulan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
namun kurang didukung oleh sumber kekayaan alam yang melimpah. Sebaliknya,
negara-negara Selatan memiliki sumber alam yang relatif melimpah, namun tanpa
didukung oleh penguasaan teknologi. Dengan kondisi ini, kedua pihak menganggap
penting adanya kerja sama Utara-Selatan.
Pokok persoalan dalam kerjasama Utara-Selatan adalah upaya perubahan dalam tata
hubungan dunia baru yang lebih adil. Hubungan tersebut harus berubah dari bentuk
pemerasan oleh Utara ke bentuk pembagian keuntungan bersama. Dengan kata lain,
hubungan tersebut harus berubah dari bentuk subordinasi ke bentuk kemitraan.
Namun pada kenyataannya, bentuk hubungan Utara-Selatan masih cenderung berpola
dominasi-subordinasi. Bentuk kerjasama itu hanya menciptakan kemakmuran bai
negara-negara Utara. Negara-negara Selatan masih mengalami berbagai
kekurangan.Misalnya, penurunan nilai tukar bagi barang-barang yang dihasilkannya,
perusakan lingkungan, dan ketergantungan yang semakin tinggi terhadap negara-
negara Utara.
Negara-negara Utara cenderung memaksakan model pembangunan mereka terhadap
negara-negara Selatan. Pemaksaan itu mereka lakukan melalui perundingan-
perundingan dalam lembaga keuangan internasional. Bank dunia dan IMF
(International Monetary Fund), yang semula direncanakan sebagai lembaga keuangan
untuk menolong semua negara di dunia dalam pembangunan, ternyata dipakai sebagai
alat oleh negara-negara Utara untuk memaksakan model pembangunan yang
menguntungkan negara-negra yang lebih kuat. Bank dunia dan IMF mengeluarkan
Program Penyesuaian Struktural atau SAP (Structural Adjustment Program) yang
intinya memaksa negara-negara yang mendapatkan bantuan utang untuk lebih
membuka pasar dalam negeri mereka, menekankan kegiatan ekonomi yang
menghasilkan barang-barang yang bisa diekspor, dan mengurangi subsidi pemerintah
terhadap sektor publik. Di Afrika dan Amerika Latin, program ini menciptakan
kemiskinan di kalangan rakyat jelata.
Sehubungan dengan berbagai keadaan yang dialami oleh negara-negara Selatan itu,
diadakan pembenahan di kalangan negara-negara Selatan sendiri. Negara-negara
Selatan meningkatkan kekuatan politik dan ekonomi mereka. Selatan membangun
berbagai jalinan dan membangun kekuatan kolektifnya melalui kegiatan positif di
dalam dirinya dan tidak membuat posisi berhadap-hadapan dengan negara-negara
Utara.

Di pihak lain, Utara harus membiarkan negara-negara Selatan bebas melaksanakan


berbagai strategi pembangunan alternatif mereka, tanpa melakukan diskriminasi atau
sabotase terhadap negara-negara tersebut. Negara-negara di Utara harus
melaksanakan kebijakan ekonomi dan kebijakan luar negeri yang didasarkan atas
kepentingan jangka panjang yang sehat yang akan menjaga kelestarian umat manusia
dan bumi. Dalam jangka panjang, pendekatan semacam itu akan sejalan dengan
kepentingan penduduk Utara itu sendiri.

Negara-negara Selatan dengan kecenderungan untuk memperoleh posisi tawar-


menawar yang seimbang dengan negara-negara Utara, terkonsentrasi dalam organisasi
seperti Kelompok 77 dan Gerakan Non-Blok (GNB). Dalam wadah-wadah itulah,
negara-negara Selatan menyalurkan aspirasi mereka. Dalam KTT GNB XI di Jakarta
tahun 1992, salah satu keputusan penting yang diambil adalah perlunya suatu Nort-
South Dialogue (dialog Utara-Selatan). Dialog ini difokuskan pada masalah-masalah
perdaganagn barang komoditas internasional. Negara-negara Selatan menginginkan
komposisi harga yang adil dari penjualan komoditas tersebut dalam kerangka New
Partnership For Development (kemitraan bagi perkembangan). Dalam dialog Utara-
Selatan juga dibicarakan masalah bantuan keuangan bagi negara-negara berkembang
dan pengurangan beban utang luar negeri. Bidang pertanian dan industri uga menjadi
pokok masalah yang diupayakan untuk dibicarakan.
Posisi GNB dalam kerangka kerja sama Utara-Selatan menjadi semakin memiliki arti
sejak berakhirnya Perang Dingin. Sebagai suatu gerakan politik. GNB menjadi
semakin penting eksistensinya dalam memperjuangkan apa yang disebut dengan .
”tata ekonomi dunia yang lebih adil”. Fokus gerakannya adalah mengajak negara-
negara maju untuk memberikan perhatian yag lebih luas dan bersikap lebih adil
erhadap proses pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang.

B. Negara-Negara Kelompok Selatan


Negara-negara Kelompok Selatan adalah sebutan Negara-negara berkembang (dunia
ketiga) yang kebetulan mayoritas terletak di belahan dunia bagian selatan dengan
mata pencaharian utama di bidang pertanian dan dalam tingkat kemakmurannya yang
masih rendah. Kelompok Selatan terdiri atas Negara-negara yang baru merdeka dan
berkembang yang berjumlah puluhan, diantaranya Indonesia. Negara-negara
berkembang ini dahulu merupakan bekas Negara-negara koloni yang memiliki ciri-
ciri sebagai berikut :
a. Berkebudayaan tradisional
b. Ekonomi agraris dan pendapatan per kapita rendah
c. Tingkat kelahiran tinggi
d. Kemiskinan dan pengangguran tinggi

Dalam menghadapi Kelompok Utara yang menguasai perekonomian dunia,


Kelompok Selatan membentuk persekutuan yang lebih dikenal sebagai kelompok 77
dengan anggotanya mula-mula 77 negara (1964) dan pada tahun 1990 sudah lebih dari
seratus Negara.
Kelompok 77 dengan gigih berjuang mendesak Kelompok Utara agar tata
perekonomian lama yang hanya menguntungkan Kelompok Utara dirombak sehingga
terjadi pemerataan dan keadilan dalam kemakmuran. Perjuangan Kelompok Selatan
melawan kemiskinan mendapat dukungan dari organisasi seperti OPEC. Sementara
itu Kelompok Utara, yang sebelumnya saling bersaing sendiri, akhirnya bersatu dalam
KTT di London,Venesia, dan Tokyo untuk menyamakan langkah dalam menghadapi
Kelompok Selatan.

C. Negara-Negara Kelompok Utara


Negara-Negara Kelompok Utara adalah sebutan bagi Negara-negara maju/Negara
industri yang mayoritas terletak di belahan bumi bagian utara. Terdiri atas Amerika
Serikat, Kanada, Prancis, Inggris, Jerman, Italia, dan Jepang yang merupakan satu-
satunya Negara Asia. Ketujuh Negara tersebut dikenal sebagai “Group of Seven” atau
G-7. Dalam usaha mempertahankan kedudukannya sebagai Negara industri setelah
masa penjajahannya berlalu, mereka bersekutu. Untuk waktu-waktu tertentu diadakan
pertemuan puncak guna membicarakan masalah-masalah yang dihadapi. Dengan
teknologi yang makin canggih, produksi industri makin meningkat. Mereka juga
waspada terhadap Negara-negara berkembang yang bergabung dalam Kelompok
Selatan.
Dalam hubungan antara Negara-negara industri dengan Negara-negara kelompok
Selatan, sangat tidak berimbang karena keuntungan hanya dinikmati Negara-negara
maju. Buktinya sebagai berikut:
a. Negara-negara berkemang terbebani utang yang besar dengan bunga yang
tinggi dan banyak yang mengalami kredit macet.
b. Produk-produk ekspor Negara-negara berkembang sulit menembus pasar di
Negara-negara maju
D. Kelompok Selatan-Selatan
Kelompok Selatan semakin yakin bahwa kerjasama Selatan-Selatan dirasakan
semakin perlu digalang, tidak dapat terus menerus menunggu belas kasihan
Kelompok Utara. Tokoh Kelompok Selatan-Selatan ialah Julius Nyerere, mantan
Presiden Tanzania. Berkat pengertian yang semakin baik, lima besar Negara-negara
Selatan mengadakan Pertemuan Tingkat Tinggi di Kuala Lumpur (1990). Delegasi
Indonesia dipimpin oleh Presiden Soeharto. Sejumlah keputusan diambil dalam usaha
mempererat kerja sama, seperti penurunan tarif perdagangan dan meningktkan
perdagangan.

E. Dialog Utara Selatan


Salah satu perjuangan utama negara-negara dunia ketiga adalah mengubah hubungan
ekonomi internasional. Mereka berusaha mendapatkan modal, teknologi, dan
kecakapan manajemen dari Negara-negara maju, tetapi Negara-negara maju ingin
mempertahankan Status Quo. Melalui konferensi kerja sama ekonomi internasional di
Paris, tanggal 16-18 Desember 1975, mulai dirintis “Dialog Utara-Selatan” untuk
mencari titik-titik kesepakatan dalam menuntut perimbangan distribusi kekayaan yang
lebih adil dan partisipasi yang lebih besar bagi Negara-negara berkembang dalam
hubungan ekonomi dan pengambilan keputusan internasional seperti forum PBB
maupun forum Non-PBB.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perbedaan harga antara pedagang sayur di Pasar Tradisional Benhill kiranya tidak
terlalu signifikan. Sebab, perbedaan harganya hanya mencapai 6,5 persen sehingga
pola perdagangan tidak saling menjatuhkan satu dengan lainnya. Dari 10 pedagang
yang diwawancarai, rata-rata harga yang ditawarkan tidak jauh berbeda.

Untuk harga cabai keriting kisarannya antara Rp30.000-Rp35.000 perkilogram, harga


cabai rawit merah besar kisarannya antara Rp25.000-Rp28.000 perkilogram, harga
bawang merah kisarannya antara Rp35.000-Rp38.000 perkilogram, dan bawang putih
kisarannya antara Rp48.000-Rp50.000 perkilogram. Berdasarkan data tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa persaingan pedagang termasuk sehat. Dengan demikian,
kegiatan ekonomi di Pasar Tradisional Benhill tidak terjadi monopoli oleh satu
pedagang tertentu.

B. Saran

Melihat sehatnya kegiatan ekonomi di Pasar Tradisional Benhill itu maka saran yang
dapat diberikan kepada pedagang pasar tersebut ialah tetap menjaga atmosfer kegiatan
ekonomi tersebut. Adapun, hal itu perlu dilakukan agar tidak terjadi kemungkinan
rusaknya keseimbangan kegiatan ekonomi di Pasar Tradisional Benhill.
PORTOFOLIO SEJARAH
TENTANG KERJA SAMA NEGARA NEGARA KAWASAN

UTARA DAN SELATAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
 SHINTA OKTAFIANI PUTRI
 KRYS MULYATI
 MUHAMAD IHWANDI
 DIMAS PURNAMA LUGINA
 ERLANGGA

SMA NEGERI 1 CINIRU


TAHUN AJARAN 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai