Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

TINJAUAN IDENTIFIKASI KEAKURATAN KODING PADA KLAIM BPJS


OLEH PETUGAS REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT X

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Meteodeologi Penelitian 1

Dosen Pengampu : Faizah Wardhina,S.Si.T.,M.Kes

Oleh :
I Gusti Ngurah Krisdana Esta
19D30574

PROGRAM STUDI DIII PEREKAM DAN INFORMASI KESEAHATAN


STIKES HUSADA BORNEO
BANJARBARU
2021
DAFTAR ISI

BAB 1.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................3

1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................3

1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................3

1.4.1 Manfaat Teoritis....................................................................................3

1.4.2 Manfaat Praktis.....................................................................................3

1.5 Keaslian Penelitian.......................................................................................4

BAB 2.......................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................6

2.1 Tinjauan Teori..............................................................................................6

2.1.1 Identifikasi Keakuratan Koding..........................................................6

2.1.2 A. Definisi rumah sakit........................................................................8

2.1.3 Pengertian BPJS....................................................................................9

2.1.4 Rekam Medis.......................................................................................10

2.2 Kerangka Konsep.......................................................................................12

BAB 3.....................................................................................................................13

METODE PENELITIAN.......................................................................................13

ii
3.1 Rancangan Penelitian............................................................................13

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................13

3.2.1 Lokasi Penelitian.................................................................................13

3.2.2 Waktu Penelitian.................................................................................13

3.3 Subjek Penelitian...................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit mempunyai tugas dan fungsi utama sebagai tempat pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Selain itu rumah sakit dapat digunakan sebagai
pelayanan rujukan medik yang mempunyai fungsi utama menyediakan dan
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan
kesehatan juga berfungsi sebagai tempat pendidikan dan penelitian dan salah satu
faktor yang mendukung upaya tersebut adalah penyelenggaraan rekam medis.

Rekam medis merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen


tentang identitas, anamnesa, pemeriksaan, diagnosa, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang diberikan kepada pasien yang dilakukan di unit rawat jalan
termasuk unit gawat darurat dan rawat inap.

Diagnosa adalah suatu penyakit atau keadaan yang diderita oleh seorang
pasien yang menyebabkan seorang pasien memerlukan atau mencari dan
menerima asuhan medis atau tindakan medis (medical care). Diagnosa utama yang
spesifik akan memudahkan dalam menentukan kode diagnosa utama, kode
diagnosa utama merupakan kombinasi huruf dan angka yang mewakili sebutan
suatu diagnosa utama. Keakuratan kode diagnosa utama memberikan pengaruh
yang penting dalam proses pencatatan indeks penyakit dan laporan rumah sakit,
yang nantinya juga akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan dalam
pembangunan kesehatan.

berdasarkan Pasal 5 ayat 1 dan Pasal 52 Undang-undang Nomor 40 Tahun


2004 tentang Sistem Jaminan Sosial, pemerintah membentuk Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial. Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) diatur
dalam UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan sosial.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan
sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi
jaminan kesehatan PT Askes Indonesia menjadi

1
sosial ketenaga kerjaan PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Pada
jamkesmas, klaim pembayarannya langsung diserahkan ke pemerintah, kemudian
dana akan diganti oleh pemerintah. Terdapat 3 (tiga) kuota pada jamkesmas untuk
proses verifikasinya, yaitu jamkesmas (kemenkes), jamsostek (propinsi), dan
jamkesmaskot (kota).

Pada BPJS, klaim pembayarannya tidak ke pemerintah tetapi diserahkan ke


pihak BPJS kemudian akan terverifikasi oleh verifikator BPJS. Apabila pihak
verifikator BPJS menyetujui maka dana akan diganti oleh pihak BPJS, tetapi jika
pihak verifikator BPJS tidak menyetujui, maka klaim akan dikembalikan ke pihak
Rumah Sakit.

Permasalahan yang sering terjadi pada Jamkesmas adalah dananya


tergantung pada APBD, jika APBD menurun maka kepesertaan Jamkesmas juga
menurun. Sedangkan permasalahan yang sering terjadi pada BPJS adalah adanya
keterbatasan LOS, obat yang bisa diganti oleh pihak BPJS hanya obat generik saja,
rujukan pasien yang pertama dari Puskesmas, kemudian ke Rumah Sakit tipe A, B,
baru bisa ke tipe C. Sering terjadi perbedaan pendapat mengenai klaim verifikasi
koding antara BPJS dan pihak Rumah Sakit, pihak BPJS berpikiran under cost (biaya
yang dikeluarkan seminimal mungkin), sedangkan pihak Rumah Sakit berpikiran up
cost (biaya yang diterima setinggi mungkin). Asuransi Jamkesmas memberi biaya
untuk masyarakat miskin, sedangkan BPJS hanya sebagai regulator atau pengawas.

Survei awal di Rumah Sakit X, pada verifikasi koding BPJS telah diambil
sampel sebanyak 10 DRM, dan ditemukan 80% DRM yang tidak sesuai dengan
verifikator dari BPJS, dan 20% DRM yang lain telah sesuai dengan verifikator BPJS.
Data yang tidak sesuai yaitu kode diagnosa yang tidak akurat dan spesifik, sehingga
dari pihak BPJS mengembalikan data tersebut untuk dikaji ulang. Dampak yang
terjadi jika tidak sesuai dengan verifikator BPJS adalah data tidak akan terverifikasi
oleh pihak BPJS dan akan dikembalikan untuk dikaji ulang. Sehingga memperlama
proses pengajuan klaim.

INA-CBG merupakan sebuah singkatan dari Indonesia Case Base Groups


yaitu sebuah aplikasi yang digunakan rumah sakit untuk mengajukan klaim pada
pemerintah. Menurut kepala Dinas kesehatan DKI Jakarta, Dien Emmawati, INA-

2
CBG merupakan sistem pembayaran dengan sistem "paket", berdasarkan penyakit
yang diderita pasien.

Pada program INA-CBG’s yang ditetapkan pada pasien Jamkesmas,


semenjak tahun 2014 nama Jamkesmas diganti menjadi BPJS. BPJS juga
menerapkan program INA CBG’s dalam pengajuan klaimnya. BPJS menjadi pihak
pembayar asuransi lainnya seperti Jamkesmas, Jamsostek, dan AKSES. Dengan
berlakunya sistem BPJS, peneliti berminat meneliti tenang keakurasian kode
diagnosa utama pada pasien BPJS.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah: “Bagaimana cara mengidentifikasi keakuratan koding pada klaim BPJS oleh
petugas Rekam Medis di Rumah Sakit X”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tinjauan identifikasi keakuratan koding pada klaim
BPJS oleh petugas Rekam Medis di Rumah Sakit X.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi capaian keakuratan koding pada klaim BPJS oleh petugas
Rekam medis di Rumah Sakit X tahun 2021.
2. Menganalisis penerapan Koding pada klaim BPJS oleh petugas Rekam
Medis di Rumah Sakit X tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai bahan referensi dan pembelajaran dalam mengembangkan
ilmu di bidang pendidikan khususnya di Rekam Medis.

3
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah referensi Perpustakaan Stikes Husada Borneo
Banjarbaru dan sebagai acuan bagi pen1eliti lain selanjutnya.
b. Bagi Peneliti
Sebagai referensi untuk dasar atau acuan dalam pengembangan
lain di kemudian hari tentang keakuratan Koding pada klaim BPJS oleh
petugas Rekam Medis.
c. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan keakuratan Koding
klaim BPJS oleh petugas Rekam medis di Rumah Sakit X.

1.5 Keaslian Penelitian


1. Penulis Titin Rahmadani, judul Tinjauan Keakuratan Kode Diagnosa Itama Pada
Pengembalian berkas Klaim JKN Rawat Inap di RSUD Kraton Pekalongan. Hasil
penelitian menunjukan berdasarkan studi pendahuluan bulan Desember 2018
di RSUD Kraton Pekalongan, data klaim menunjukkan bahwa dalam pengajuan
klaim bulan Juli-September 2018 sebanyak 2.387 berkas terdapat 135 berkas
klaim atau 37,39% dari jumlah total klaim revisi harus dikembalikan karena
kode diagnosa yang belum sesuai.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengkodean dilakukan pada saat


pasien pulang dari ruang perawatan oleh PJRM untuk selanjutnya dilakukan
pengkoreksian oleh bagian koding casemix rawat inap dan dikirim ke bagian
assembling. Hasil umpan balik terbesar adalah dispute koding sebesar 69,3%
(61 berkas klaim). Kode diagnosa utama yang akurat sebesar 77,78% (42 rekam
medis) dan kode diagnosa utama tidak akurat sebesar 22,22% (12 rekam
medis).

2. Penulis Laela Indawati, judul Analisis Akurasi Koding Pada Pengembalian Klaim
BPJS Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2016. Hasil penelitian menunjukan
Rata rata pengembalian berkas klaim rawat inap per bulan adalah sebesar 22

4
% dari total keseluruhan berkas yang diklaim. Dari pengembalian berkas klaim
pasien rawat inap yang sudah diverifikasi oleh BPJS, dibagi 4 kategori, yaitu :

Perbaikan administrasi : hasil verifikasi menunjukan ada ketidaksesuaian


berkas klaim yaitu antara Surat Eligibilitas Peserta (SEP) dengan data
kepesertaan yang diinput dalam aplikasi INA CBGs.

Pinjam status : peminjaman dokumen yang ada didalam rekam medis untuk
keperluan verifikasi.

Konfirmasi koding : verifikator melihat ada ketidaksesuaian koding yang dibuat


dengan diagnosis dan hasil pemeriksaan yang ada di berkas klaim rawat inap.

Kelengkapan resume : pengembalian berkas untuk dilengkapi kembali resume


medis dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Dari 4 kategori tersebut, 36% dari total klaim rawat inap yang dikembalikan
oleh verifikator rawat inap adalah pengembalian untuk konfirmasi koding.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Identifikasi Keakuratan Koding
Menurut Emerson manajemen mempunyai lima unsur (5M),yaitu
man, money, material, machine, dan method.Man merujuk pada sumber
daya manusia yangdimiliki oleh organisasi. Money berhubungan
denganberapa uang yang harus disediakan untuk membiayaigaji tenaga
kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan
dicapai dari suatuorganisasi. Material terdiri dari bahan setengahjadi (raw
material) dan bahan jadi. Dalam duniausaha untuk mencapai hasil yang lebih
baik, selainmanusia yang ahli dalam bidangnya juga harus
dapatmenggunakan bahan/materi-materi sebagai salahsatu sarana. Sebab
materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai
hasilyang dikehendaki. Machine atau mesin digunakanuntuk memberi
kemudahan atau menghasilkankeuntungan yang lebih besar serta
menciptakanefisiensi kerja. Rekam medis dan SIMPUS menjadimesin dalam
pelaksanaan pengkodean diagnosis. Method atau metode adalah suatu tata
cara kerjayang memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuahmetode dapat
dinyatakan sebagai penetapan carapelaksanaan kerja suatu tugas dengan
memberikanberbagai pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitasyang
tersedia dan penggunaan waktu, sertauang dari kegiatan usaha.

Pada penelitian ini diperoleh bahwa unsur sumber daya paramedis


yang mempengaruhi akurasi koding antara lain: kemudahan tulisan dokter
untuk dibaca, kesesuaian penulisan diagnosis dengan kriteria diagnosis
utama berdasarkan aturan koding, kelengkapan catatan dokumen rekam
medis. Paramedis merupakan penentu pertama ketepatan penentuan
diagnosis karena mereka berhadapan langsung dengan pasien. Unsur sumber
daya coder yang mempengaruhi akurasi koding diagnosis yaitu:

6
ketidaktelitian coder, minimnya pemahaman coder tentang terminologi
medis yang ditulis oleh paramedis dan masa kerja sebagai coder. Ketelitian
merupakan hal yang penting dalam menentukan kode diagnosis karena satu
huruf atau angka saja akan memberikan arti yang berbeda. Lebih jauh,
kesalahan tersebutakan berlanjut pada kesalahan prosedur medis yang akan
diberikan kepada pasien. Pemahaman coder tentang terminologi medis juga
sangat diperlukan, mengingat ilmu ini merupakan dasar utama seorang
coder. Semakin tinggi pemahan coder tentang terminologi medis, maka
makin tepat pula kode diagnosis yang dihasilkan. Masa kerja coder
berhubungan langsung dengan pengalaman menghadapi kasus yang mudah
hingga yang sulit. Makin lama masa kerja coder, maka makin banyakjuga
pengalaman yang dimiliki. Unsur kolaborasi antara paramedis dan coder yang
mempengaruhi akurasi koding diagnosis yaitu: komunikasi antara paramedis
dan coder yang masih minim dan beban kerja yang tinggi. Komunikasi antara
paramedis dan coder menjadi sangat penting untuk melakukan crosscheck
apakah diagnosis yang dimaksud paramedis sudah sesuai dengan apa yang
ditangkap oleh coder. Komunikasi penting untuk menghindari
kesalahpahaman diagnosis. Unsur material machine (sarana prasarana) yang
mempengaruhi akurasi koding diagnosis yaitu: kualitas dokumen rekam
medis yang disediakan rumah sakit dan ketersediaan sarana pendukung &
sarana komunikasi. Ruangan kerja yang nyaman, kemampuan komputer yang
memadai dan sarana komunikasi terbukti menunjang keakuratan koding
diagnosis di rumah sakit. Lingkungan kerja erat kaitannya dengan
produktivitas pekerja. Lingkungan kerja yang baik akan memicu pekerja
untuk bekerja dengan optimal. Unsur method(metode)yang mempengaruhi
akurasi koding diagnosis yaitu: ketersediaan Standar Operasional Prosedur
(SOP) terkait pengkodean diagnosis dan monitoring & evaluasi
penyelenggaraanrekam medis tidak dilakukan.Evaluasi adalah suatu
prosesuntuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dan pencapaian
suatu tujuanyang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan bagian penting dari
proses manajemen,karena dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik
terhadap program ataupelaksanaan kegiatan. Evaluasi penyelenggaraan

7
rekammedis diharapkan mampu mengidentiikasi kendala dan penyebab
sedini mungkin untuk kemudian dicari jalan keluar atau solusi dari
permasalahan tersebut.

2.1.2 A. Definisi rumah sakit


Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah
bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik.
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah
sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.
B. Tujuan Rumah Sakit
Berdasarkan UU No 14 Tahun 2009 disebutkan asas dan tujuan
rumah sakit.
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada
nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan
hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan
pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

C. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan


yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah
melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan
pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.

8
Untuk menyelenggarakan fungsinya, maka rumah sakit
menyelenggarakan kegiatan:

a. Pelayanan medis.
b. Pelayanan dan asuhan keperawatan.
c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis.
d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan.
e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan.
f. Administrasi umum dan keuangan.

Sedangkan menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah


sakit, fungsi rumah sakit adalah:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan


sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta pengaplikasian
teknologi dalam bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.

2.1.3 Pengertian BPJS


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum
publik yang bertanggungjawab kepada presiden dan berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk
Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di
indonesia. (UU No.24 tahun 2011 tentang BPJS).

9
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang di selenggarakan dengan menggunakan
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak di berikan
kepada setiap orang yang membayar iur atau iurannya dibayar oleh
pemerintah.(UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN). Kedua badan tersebut pada
dasarnya mengemban misi negara untuk memenuhi hak setiap orang atas
jaminan sosial dengan menyelenggarakan program jaminan yang bertujuan
untuk memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia.

Mengingat pentingnya peranan BPJS dalam menyelenggarakan


program jaminan sosial dengan cakupan seluruh penduduk Indonesia, maka
UU BPJS memberikan batasan fungsi, tugas dan wewenang yang jelas kepada
BPJS. Dengan demikian dapat diketahui secara pasti batas-batas tanggung
jawabnya dan sekaligus dapat dijadikan sarana untuk mengukur kinerja kedua
BPJS tersebut secara transparan.

2.1.4 Rekam Medis
A. Definisi Rekam Medis
PERMENKES No.269/MENKES/PER/III/2008 menyebutkan bahwa
rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien (Permenkes, 2008).

Catatan medis adalah catatan yang berisikan segala data mengenai


pasien mulai dari masa sebelumnya ia dilakukan, saat lahir, tumbuh
menjadi dewasa, hingga akhir hidupnya. Data ini dibuat bilamana pasien
mengunjungi instansi pelayanan kesehatan baik sebagai pasien
mengunjungi instansi pelayanan kesehatan baik sebagai pasien berobat
jalan maupun sebagai pasien rawat inap.  

10
B. Tujuan Rekam Medis

Tujuan rekam medis terdiri dari beberapa aspek di antaranya aspek


administrasi, legal, finansial, riset, edukasi dan dokumentasi, yang
dijelaskan sebagai berikut:

a) Aspek Administrasi. Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai


administrasi karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan
wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
b) Aspek Medis. Suatu berkas rekam Medis mempunyai nilai Medis,
karena catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk
merencanakan pengobatan /perawatan yang harus diberikan seorang
pasien.
c) Aspek Hukum. Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum
karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum
atas dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta
penyediaan bahan bukti untuk menegakkan keadilan.
d) Aspek keuangan. Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang
karena isinya menyangkut data dan informasi yang dapat digunakan
dalam menghitung biaya pengobatan/tindakan dan perawatan.
e) Aspek penelitian. Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai
penelitian, karena isinya menyangkut data/informasi yang dapat
dipergunakan dalam penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan.
f) Aspek pendidikan. Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai
pendidikan, karena isinya menyangkut data/informasi tentang
perkembangan/kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang

11
diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan
sebagai bahan/referensi pengajaran di bidang profesi kesehatan.
g) Aspek dokumentasi. Suatu berkas reka medis mempunyai nilai
dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus
didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban
dan laporan sarana pelayanan kesehatan.

C. Fungsi Rekam Medis


Fungsi rekam medis adalah untuk menyimpan data dan informasi
pelayanan pasien. Agar fungsi itu tercapai, beragam metode
dikembangkan secara efektif seperti dengan melaksanakan ataupun
mengembangkan sejumlah sistem kebijakan, dan proses pengumpulan
termasuk dengan penyimpanan secara mudah diakses disertai
dengan keamanan yang baik (Hatta, 2008).

2.2 Kerangka Konsep


Menurut Notoatmodjo (2010) kerangka konsep adalah merupakan formulasi atau
simplikasi dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut.

Adapun kerangka konsep dari penelitian tinjauan identifikasi keakuratan koding pada
klaim BPJS oleh petugas rekam medis di rumah sakit X.

KODER

DATA AKURASI TENAGA

KLINIK KODING RM

VERIFIKASI

PELAYANAN

12
PENGAMBILAN KLAIM
HASIL VERIFIKASI BPJS
13
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai maka jenis
penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif.

Menurut Moleong (2009), penelitian kualitatif adalah penelitian yang


bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi serta tindakan, secara holistik,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian 
Lokasi penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit X Tahun 2021

3.2.2 Waktu Penelitian 
Waktu penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei Tahun
2021.

3.3 Subjek Penelitian


Subjek penelitian merupakan orang yang paham betul mengenai apa
yang sedang diteliti. Lebih tegas Moleong mengatakan bahwa subjek penelitian
adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi
dan kondisi latar penelitian. Untuk menentukan atau memilih subjek penelitian
yang baik, setidak-tidaknya ada beberapa syarat yang harus diperatikan antara
lain : yaitu orang yang cukup lama mengikuti kegiatan yang sedang diteliti,
terlibat penuh dalam kegiatan yang sedang diteliti dan memiliki waktu yang
cukup dimintai informasi. Penentuan subjek penelitian disini peneliti
menggunakan teknik Cluster Sampling, dalam teknik ini pengambilan sampel

14
disesuai dengan tujuan peneliti melalui pengelompokan – pengelompokan
untuk menilai suatu realitas objek dan subjek penelitian yaitu dimana teknik
pengambilan sumber data dengan beberapa informasi yang telah ditentukan
dengan cara menentukan objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.

Subjek penelitian adalah orang menjadi sumber bagi peneliti. Dalam


penelitian ini subjek penelitiannya adalah petugas rekam medis di Rumah Sakit
X. Peneliti memilih subjek peneltian para petugas rekam medis dikarenakan
mereka paham akan keakuratan koding pada klaim BPJS.

Penentuan subjek berdasarkan petugas rekam medis yang mengetahui


tentang objek yang diteliti oleh peneliti. Adapun kriteria-kriteria yang ditentukan
dalam subjek penelitian sebagai berikut :

1. Petugas Rekam Medis yang paham dan memiliki informasi mengenai keakuratan
Koding pada klaim BPJS.
2. Bersedia jadi subjek penelitian, ketersediaan subjek penelitian akan membantu
dalam menemukan inti dari penelitian.

Dari kriteria diatas subjek penelitian yang diambil adalah para petugas
Rekam Medis di Rumah Sakit X.

15
DAFTAR PUSTAKA

Wariyanti, A. S. (2014). Hubungan antara kelengkapan informasi medis dengan keakuratan


kode diagnosis pada dokumen rekam medis rawat inap di rumah sakit umum daerah
kabupaten karanganyar tahun 2013(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).

Indawati, L. (2019). Analisis Akurasi Koding Pada Pengembalian Klaim BPJS Rawat Inap Di

RSUP Fatmawati Tahun 2016. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia


(JMIKI), 7(2), 113.

16

Anda mungkin juga menyukai