Anda di halaman 1dari 8

BAB I

FILOSOFI, PENGERTIAN TENTANG STANDARISASI


SERTA KEBIJAKAN PEMERINTAH

1.1. Filosofi Standarisasi

Filosofi, pengertian tentang standardisasi serta kebijakan


pemerintah

Standar (Standar teknis) adalah persyaratan yang biasanya


berupa suatu dokumen formal yang berisi kriteria, metode,
proses , dan praktik rekayasa atau teknis yang seragam.

Standar menurut ISO/ IEC Guide 2:2004) adalah suatu


dokumen,spesifikasi teknik atau sesuatu yang dilakukan yang
disusun berdasarkan konsensus semua pihak terkait dengan
memperhatikan syarat- syarat kesehatan, keamanan.
Keselamatan, lingkungan, perkembangan, ilmu pengetahhuan
dan teknologi. Serta berdasarkan pengalaman, perkembangan
masa kini dan masa mendatang, untuk memperoleh manfaat
sebesar-besarnya. Jadi standar adalah sebuah dokumen
berisikan persyaratan tertentu yang disusun berdasarkan
konsensus oleh pihak -pihak yang berkepentingan dan disetujui
oleh suatulembaga yang telah diakui bersama.

Tingkat standar

Standar primer biasanya berada dalam yurisdiksi suatu Badan


Standarisasi Nasional (BSN) yaitu berupa Standar Nasional
Indonesia (SNI).

1
2

Standar Nasional Indonesia adalah standar yang ditetapkan


oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan berlaku secara
nasional.

Standar Internasional merupakan standar hasil kesepakatan


pada level internasional antara berbagai negara yang diwakili
oleh organisasi standar nasional masing masing negara.

ISO (International Organization for Standardization) merupakan


organisasi yang mengkoordinir semua kegiatan standardisasi
dan mulai beroperasi pada tahun 1947. ISO merupakan jarngan
standardisasi beranggotakan 147 badan standar nasional

Standar Eropa (European Union atau EU) merupakan suatu


organisasi regional terdiri dari 27 negara anggota dengan
jumlah penduduk total sekitar 500 juta orang. EU didirikan pada
tahun 1993 (The Maastricht Treaty). Standar Europa yang
dirumuskan oleh European Commite for Standardizatio (CEN)
disebut standar EU.

Standar de Fakto adalah suatu kebiasaan, konvensi, produk


perusahaan, atau standar perusahaan yang telah diterima
umum dan bersifat dominan.

Standar dapat pula berupa suatu artefak atau perangkat formal


lain yang dugunakan untuk kalibrasi. Kalibrasi dilakukan dengan
membandingkan dengan suatu standar yang berkesesuaian
dengan standar nasional maupun internasional.

Standardisasi merupakan proses merumuskan, menetapkan,


menerapkan, dan merevisi standar yang dilaksanakan dengan
3

tertib melalui kerjasama dengan semua pihak yang


berkepentingan.

Proses standarisai dapat melalui suatu pengumuman resmi atau


dapat pula melibatkan konsensus formal dari pakar teknis.

Jadi tujuan standarisasi untuk meningkatkan kualitas hidup


masyarakat. Tanpa standardisasi kualitas hanya berupa
wacana. Dengan standardisasi menekan terjadinya kerugian,
ketidaknyamanan atau ketidakamanan pengguna produk atau
jasa di masa sekarang atau mendatang. Standardisasi dan
kualitas harus didasarkan dua tonggak dasar yaitu etika dan
budaya.

1.2. Penerapan SNI

1.2.1. Umum

Standard dapat membawa manfaat teknologi, ekonomi dan


sosial. Standar membantu untuk menyelaraskan spesifikasi
teknis produk dan jasa yang membuat industri lebih efisien dan
meningkatkan daya saingnya untuk perdagangan internasional.
Kesesuaian dengan Standar membantu meyakinkan konsumen
bahwa produk tersebut aman, efisien dan baik untuk
lingkungan.

Standardisasi merupakan salah satu instrumen regulasi teknis


yang dapat melindungi kepentingan konsumen nasional dan
sekaligus produsen dalam negeri.

Melalui regulasi teknis yang berbasiskan standardisasi dapat


dicegah beredarnya barang-barang yang tidak bermutu di pasar
4

domestik khususnya yang terkait dengan kesehatan,


keamanan, keselamatan, dan pelestarian fungsi lingkungan
hidup. Melalui instrumen yang sama, dapat dicegah masuknya
barang-barang impor bermutu rendah yang mendistorsi pasar
dalam negeri karena berharga rendah.

Undang-Undang Perindustrian yang disahkan Dewan Perwakilan


Rakyat (DPR) pada 19 Desember 2013 menyebutkan bahwa
pelanggaran di bidang perindustrian akan terkena sanksi
hukum. Pelanggaran yang menyangkut SNI (Standar Nasional
Indonesia) dapat dikenai (sanksi) pidana.

Apakah SNI?

Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) adalah satu-satunya


standar yang berlaku secara nasional di Indonesia.

SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh


Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Perumusan SNI berlandaskan hukum pada PP 102 Tahun 2000


tentang Standardisasi Nasional.

Agar SNI memperoleh keberterimaan yang luas antara para


stakeholder, maka SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO
Code of good practice dimana pengembangan SNI harus
memenuhi sejumlah norma yakni:

Openess
Transparency
Consensus and impartiality
Effectiveness and relevance
Coherence
5

Development dimension

Agar semua norma pengembangan standar dapat diterapkan


secara baik, maka BSN melakukan:

Penguatan fungsi Manajemen Teknis


Pengembangan Standar (MTPS) adalah lembaga
non struktural yang merupakan unsur fungsi BSN
sebagai National Standard Body dan mempunyai tugas
memberikan pertimbangan dan saran kepada Kepala
BSN dalam rangka menetapkan kebijakan untuk
memperlancar pengelolaan kegiatan pengembangan
SNI.
Penguatan posisi Masyarakat Standardisasi
Indonesia (MASTAN) merupakan organisasi non-
pemerintah yang diperlukan untuk memberikan wadah
dan saluran yang seluas mungkin bagi stakeholder
untuk berpartisipasi dalam berbagai proses standardisasi
.Dalam proses pengembangan SNI, khususnya dalam
pelaksanaan tahap jajak pendapat dan tahap
persetujuan RSNI. agar partisipasi dan pelaksanaan
konsensus pihak berkentingan dapat semakin luas.

Berdasarkan catatan Jurnal Riset Industri Vol. V, No.2, 2011


bahwa jumlah SNI yang ada berkembang terus, hingga
pertengahan 2009 telah mencapai lebih dari 6.500 SNI dengan
sekitar 4100 standar bidang industri, dan terus meningkat
mencapai 4250 SNI pada akhir tahun 2010.

Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin),


6

sepanjang 2013 telah disusun Rancangan SNI (RSNI)


sebanyak 91 buah.
Adapun, selama 4 tahun terakhir, telah disusun 394
buah RSNI, untuk 18 kelompok industri. Kelompok
industi tersebut a.l. permesinan, alsintan, eletronika dan
rumah tangga, rekayasa kendaraan jalan raya,
komponen otomotif, bangunan kapal dan konstruksi
kelautan, dan tekstil dan produk tekstil.

Apa manfaat penetapan pemberlakuan SNI?

Penetapan pemberlakuan SNI dilakukan untuk kesehatan,


keamanan, keselamatan manusia, hewan dan tumbuhan,
pelestarian fungsi lingkungan hidup, persaingan usaha yang
sehat, peningkatan daya saing, dan/atau peningkatan efisiensi
serta kinerja industri. Serta menghadapi Asean Economic
Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang
akan berlaku pada Desember 2015, SNI sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri.

Pemberlakuan SNI secara wajib?

Penerapan SNI pada dasarnya bersifat sukarela.

Namun untuk keperluan melindungi kepentingan umum,


keamanan negara, perkembangan ekonomi nasional, dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup, pemerintah dapat saja
memberlakukan SNI tertentu secara wajib.

Pemberlakuan SNI wajib dilakukan melalui penerbitan regulasi


teknis oleh instansi pemerintah yang memiliki kewenangan
untuk meregulasi kegiatan dan peredaran produk (regulator).
7

Dalam hal ini, kegiatan dan produk yang tidak memenuhi


ketentuan SNI menjadi terlarang.

Dengan demikian pemberlakuan SNI wajib perlu dilakukan


secara berhati-hati untuk menghindarkan sejumlah dampak
sebagai berikut:

(a) menghambat persaingan yang sehat;

(b) menghambat inovasi; dan

(c) menghambat perkembangan UKM.

Cara yang paling baik adalah membatasi penerapan SNI wajib


bagi kegiatan atau produk yang memiliki tingkat risiko yang
cukup tinggi, sehingga pengaturan kegiatan dan peredaran
produk mutlak diperlukan

Pemberlakuan SNI wajib perlu didukung oleh pengawasan


pasar, baik pengawasan pra-pasar untuk menetapkan kegiatan
atau produk yang telah memenuhi ketentuan SNI wajib
tersebut maupun pengawasan pasca-pasar untuk mengawasi
dan mengkoreksi kegiatan atau produk yang belum memenuhi
ketentuan SNI itu.

Apabila fungsi penilaian kesesuaian terhadap SNI yang bersifat


sukarela merupakan pengakuan, maka bagi SNI yang bersifat
wajib penilaian kesesuaian merupakan salah satu persyaratan
yang harus dipenuhi oleh semua pihak yang terkait. Dengan
demikian penilaian kesesuaian berfungsi sebagai bagian dari
pengawasan pra-pasar yang dilakukan oleh regulator.
8

Mengingat bahwa pemberlakuan regulasi teknis di suatu negara


juga berlaku untuk produk impor, maka untuk menghindarkan
terjadinya hambatan perdagangan internasional/negara
anggota WTO termasuk Indonesia telah menyepakati
Agreement on Technical Barrier to Trade (TBT) dan
Agreement on Sanitary and Phyto Sanitary Measures
(SPS). Upaya pengurangan hambatan perdagangan tersebut
akan berjalan dengan baik apabila masing-masing negara
dalam memberlakukan standar wajib, menerapkan Good
Regulatory Practices.

Anda mungkin juga menyukai