Anda di halaman 1dari 9

6.

1 KAJIAN STABILITAS BENDUNGAN


Dalam pekerjaan desain ini, telah dilakukan kajian terhadap stabilitas bendungan
Surumana yang meliputi stabilitas struktural dan stabilitas bendungan terhadap aliran filtrasi.
Dalam melakukan kajian ini beberapa panduan dan pedoman telah dipakai sebagai acuan antara
lain:
1. Panduan Perencanaan Bendungan Urugan, Volume III (Desain Pondasi dan Tubuh
Bendungan), Departemen PU, 1999
2. Tata Cara Desain Tubuh Bendungan Tipe Urugan.
3. Analisis Stabilitas Bendungan Tipe Urugan Akibat Gempa, Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah, 2004.
4. Metoda Analisis Stabilitas Lereng Statik Bendungan Tipe Urugan.
Kajian terhadap stabilitas bendungan Surumana ini dilakukan karena :
1. Untuk melengkapi kondisi-kondisi pembebanan yang belum dianalisis dalam Pra Feasibility
Study tahun 2014.
2. Untuk melengkapi laporan kegiatan Laporan Akhir Penyempurnaan Desain Bendungan
Surumana tahun 2018 agar siap untuk proses sertifikasi design
6.1.1 Analisis Kestabilan Lereng Bendungan Utama Cara Koefisien Gempa/ Statik
A. Input Parameter
Parameter-parameter material timbunan yang digunakan sebagai data input ke dalam
program computer untuk analisis kestabilan lereng adalah parameter-parameter yang
diperoleh berdasarkan hasil evaluasi terhadap data yang telah ada selama kegiatan terdahulu.
Parameter-parameter yang dimaksud disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 6.1. Parameter Material Timbunan Untuk Kegiatan Desain Saat Ini

C (Kg/cm2) φ(O)
ϒ wet µk
Zone Material
(ton/m3) (cm/dt) Total Efektif Total Efektif

1 Inti 1,70 8.10-7 14,50 17,00 0,259 0,23


-3
2A Random Halus 1,95 1.10 0 25,00
2B Random Kaasar 2,03 5.10-3 0 38,00
-3
3A Filter Halus 2,00 1.10 0 29
3B Filter Kasar 2,00 5.10-3 0 30
-1
4 Rip Rap 2,20 5.10 0 42

Kondisi Analisis
Kondisi-kondisi yang akan diperhitungkan dalam analisis kestabilan lereng tubuh
bendungan bagian hulu dan hilir meliputi kondisi-kondisi sebagai berikut :
a. Kondisi Tanpa Gempa :
 Muka Air Banjir
 Muka Air Normal
 Muka Air Minimum
 Kosong
 Surut Cepat
b. Kondisi Gempa :
 Muka Air Banjir
 Muka Air Normal
 Muka Air Minimum
 Kosong
 Surut Cepat
B. Program Komputer
Program computer Geostudio (Slope/w) akan digunakan untuk melakukan review analisis
kestabilan lereng cara koefisien gempa/statik dan koefisien gempa termodifikasi bendungan
Surumana. Dengan metoda keseimbangan batas.
C. Hasil Analisis Kestabilan Lereng Cara Statik.
Metoda perhitungan yang dipilih untuk analisis dalam Program computer Geostudio
(Slope/w) adalah Morgenstern and Price. Dengan memilih metoda perhitungan tersebut
maka Angka Keamanan metoda perhitungan Ordinary, Janbu dan Bishop sekaligus bisa
diperoleh.
Hasil analisis kestabilan lereng metoda perhitungan Morgenstern and Price bisa ditampilkan
berupa potongan melintang tubuh bendungan yang memperlihatkan seluruh zona timbunan,
lokasi longsoran dan nilai faktor keamanan dari masing-masing kondisi di atas.
Koefisien gempa yang dipakai adalah sebesar 0.7 x 0.229g = 0.16g.
Ringkasan dari hasil perhitungan stabilitas lereng metoda statik menggunakan metoda
Morgenstern and Price di atas disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 6.2. Ringkasan hasil perhitungan stabilitas lereng statik menggunakan metoda
Morgenstern and Price.
Angka *) Angka Keamanan
Kasus Kondisi Keamanan Lereng Hulu Lereng Hilir
Minimum (U/S) (D/S)
Kasus -1 Selesai Konstruksi      
1-1 Tanpa Gempa 1.3 1.959 1.907
1-2 Dengan Gempa 50%      
  1. Dg Gempa Horisontal 1.2 1.593 1.562
  2. Dg Gempa Horisontal & Vertikal 1.2 1.585 1.55
Kasus -2 MUKA AIR NORMAL, EL +44.0 M      
2-1 Tanpa Gempa 1.5 1.787 1.651
2-2 Dengan Gempa 100%      
  1. Dg Gempa Horisontal 1.2 1.294 1.36
  2. Dg Gempa Horisontal & Vertikal 1.2 1.215 1.252
Kasus -3 MUKA AIR BANJIR, EL +688.75 M      
3-1 Tanpa Gempa 1.3 1.787 1.651
3-2 Dengan Gempa 50%      
  1. Dg Gempa Horisontal 1.1 1.276 1.399
  2. Dg Gempa Horisontal & Vertikal 1.1 1.158 1.31
Kasus-4 SURUT CEPAT (+44 M ~ +34 M)      
4-1 Tanpa Gempa 1.3 1.358 1,651
4-2 Dengan Gempa 50%      
  1. Dg Gempa Horisontal 1.1 1.14 1.22
  2. Dg Gempa Horisontal & Vertikal 1.1 1.182 1.124

6.1.2 Analisis Kestabilan Lereng Bendungan Utama Cara Koefisien Gempa


Termodifikasi.
A. Penetapan Besaran Gempa Desain
Penentuan Kelas Bangunan dan Beban Gempa
Berdasarkan Pedoman Menentukan Klasifikasi Bahaya Bendungan sesuai Lampiran Keputusan
Direktur Jenderal Pengairan No.257/KPTS/D/2011 tanggal 30 Mei 2011 sebagaimana disajikan
pada Tabel 6.18, Kelas risiko beban gempa yang digunakan dalam desain ditentukan berdasarkan
buku Pedoman Pd-T- 14-2004 A Analisa Stabilitas Bendungan Urugan akibat Gempa seperti
diperlihatkan dalam Tabel di bawah ini.

Tabel 6.3. Penilaian Bobot Resiko Bendungan


Angka Bobot
Faktor Resiko
Ekstrem Tinggi Moderat Rendah
6 3
Kapasitas Waduk (10 m ) > 100 100 - 1.25 1 - 0.125 < 0.125
FRk 6 4 2 0
Tinggi Bendungan (m) > 45 45 – 30 30 - 15 < 15
FRt 6 4 2 0
Kebutuhan Evakuasi (orang) > 1000 1000 – 100 100 - 1 0
Fre 12 8 4 0
Tingkat Kerusakan Hilir Sangat Tinggi Tinggi Moderat Tidak Ada
Frh 12 8 4 0

Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Pengairan No.257/KPTS/D/2011

Menggunakan persamaan
FRtot = FRk + FRt + FRe + FRh
dengan :
FRk = faktor risiko pengaruh kapasitas waduk
FRt = faktor risiko pengaruh tinggi bendungan
FRe = faktor risiko kebutuhan evakuasi
FRh = faktor risiko tingkat kerusakan hilir
FRtot = faktor risiko total (bobot)
Selanjutnya dari total angka faktor resiko bendungan, dapat ditentukan kelas resiko bendungan
berdasarkan Tabel 6.27.
Tabel 6.4. Kelas Resiko Bendungan
FAKTOR RESIKO
TOTAL KELAS RESIKO
0-6 I RENDAH
7 - 18 II MODERAT
19 - 30 III TINGGI
31 - 36 IV EKTREM
Bendugan Surumana ditetapkan masuk klasifikasi Ekstrem.
Berdasarkan kriteria beban gempa untuk desain bendungan seperti tabel di bawah ini, dengan
kelas risiko termasuk kelas IV (Ekstrem) maka analisis dilakukan pada :
 T = 100 tahun, FK sesuai dengan kriteria yang berlaku.
 T = 10.000 tahun, FK > 1, jika tidak dipenuhi analisis dinamik.
Tabel 6.5. Kriteria Beban Gempa Untuk Desain Bendungan
Lokasi bendungan Surumana
Dari Peta Gempa Indonesia,
Z = 1.05
T = 100 tahun,
ac =0.277 gal.
Ad = Z x ac x V = 1.05 x 0,227 x 0.8 = 0,191 gal
Kh = Ad/981 = 0,191/981 = 0,194 g.
Menurut teori perhitungan stabilitas lereng bendungan urugan dengan cara koefisien gempa
termodifikasi dalam pedoman diatas, koefisien gempa desain pada tubuh bendungan yang
merupakan fungsi dari kedalaman, dapat dihitung dengan persamaan :
Ko = 2 x Kh
Dimana,
Ko = koefisien gempa terkoreksi di permukaan tanah.
2 = koreksi pengaruh jenis struktur, untuk bendungan tipe urugan2 = 0.5.
Kh = koefisien gempa dasar di permukaan tanah yang tergantung T.
Ko = 0.5 x 0.194 = 0.0,097

B. Hasil Analisis pada T = 100.


Dalam analisis stabilitas ini koefisien gempa pada kedalaman y dari puncak bendungan berbeda-
beda. Untuk analisis stabilitas, peninjauan dilakukan pada Y=0.25H ; 0.50H ; 0.75H dan H (H
adalah tinggi bendungan) dengan menggunakan koefisien gempa rata-rata K yang berbeda-beda.
Koefisien gempa rata-rata dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Untuk : 0 < Y/H < 0.4, K = Ko x (2.5 – 1.85(Y/H))
Untuk : 0.4 < Y/H < 1, K = Ko x (2 – 0.6(Y/H))
Penerapan pada bendungan Surumana, T = 100 tahun :
Y/H Rumus Ko Kh Kv
0.25 K = Ko x (2,5 - 1,85(Y/H)) 0.102 0.208 0.104
0.50 K = Ko x (2,0 - 0,60(Y/H)) 0.102 0.173 0.087
0.75 K = Ko x (2,0 - 0,60(Y/H)) 0.102 0.158 0.079
1.00 K = Ko x (2,0 - 0,60(Y/H)) 0.102 0.143 0.071
Dengan koefisien gempa yang berbeda-beda dari T = 100 tahun untuk masing-masing ketinggian
tubuh bendungan diatas, telah dilakukan analisis kestabilan lereng menggunakan program
computer Slope/w.

C. Analisis Stabilitas Lereng Bendungan Surumana Menggunakan Peta Gempa Indonesia


Tahun 2017.
1. Bendungan Surumana termasuk dalam klasifikasi Tinggi, maka untuk keamanan ditetapkan
masuk klasifikasi Ekstrem, sehingga berdasarkan Pd. T-14-2004, periode ulang untuk MDE
diambil pada periode ulang 5000 tahun.
2. Nilai percepatan puncak di batuan dasar bendungan Surumana pada periode ulang 5000
tahun berdasarkan Peta Gempa Indonesia tahun 2017 berada pada kisaran Sb = 0,5 - 0,6 g.
3. Batuan pondasi bendungan Surumana berupa batu sabak sehingga masuk klasifikasi jenis
tanah C yaitu TANAH SANGAT PADAT DAN BATUAN LUNAK berdasarkan Tabel-2
pada Lampiran Peta Kegempaan di Indonesia untuk analisa dinamik bangunan air,
Puslitbang SDA, Desember 2012.
4. Dengan Sb = 0,5-0,6g dan klasifikasi jenis tanah C maka diperoleh nilai Faktor
Amplifikasi Percepatan (FPGA) sebesar 1,0.
Sehingga percepatan gempa terkoreksi PGAM sesuai rumus dalam Lampiran yang sama seperti di
atas adalah :
PGAM = FPGA x Sb
= 1,0 x 0,6 = 0,6g
Menurut teori perhitungan stabilitas lereng bendungan urugan dengan cara koefisien gempa
termodifikasi dalam pedoman diatas, koefisien gempa desain pada tubuh bendungan yang
merupakan fungsi dari kedalaman, dapat dihitung dengan persamaan :
Ko = 2 x Kh
Dimana,
Ko = koefisien gempa terkoreksi di permukaan tanah.
2 = koreksi pengaruh jenis struktur, untuk bendungan tipe urugan 2 = 0.5.
Kh = koefisien gempa dasar di permukaan tanah yang tergantung T.
Ko = 0.5 x 0.612 = 0.306
Berikut merupakan ringkasan analisis stabilitas lereng bendungan Surumana menggunakan peta
gempa indonesia tahun 2017
Tabel.
Gempa Gempa Dinamis
Keterangan
Statis OBE MDE
Klasifikasi Bahaya
Ekstrim
Bendungan
Kala Ulang, T (Tahun) 100 100 10000
α 0.7 0.5 0.5
Kh 0.204 0.204 0.612
Ko 0.143 0.102 0.306
K, Y/H=0.25 0.208 0.623
K, Y/H=0.50 0.173 0.52
0.143
K, Y/H=0.75 0.158 0.474
K, Y/H=1.00 0.143 0.428
Dalam analisis stabilitas ini koefisien gempa pada kedalaman y dari puncak bendungan berbeda-
beda. Untuk analisis stabilitas, peninjauan dilakukan pada Y=0.25H ; 0.50H ; 0.75H dan H (H
adalah tinggi bendungan) dengan menggunakan koefisien gempa rata-rata K yang berbeda-beda.
Koefisien gempa rata-rata dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Untuk : 0 < Y/H < 0.4, K = Ko x (2.5 – 1.85(Y/H))
Untuk : 0.4 < Y/H < 1, K = Ko x (2 – 0.6(Y/H))
Penerapan pada bendungan Surumana, T = 5000 tahun :
Y/H Rumus Ko Kh Kv
0.25 K = Ko x (2,5 - 1,85(Y/H)) 0.102 0.208 0.104
0.50 K = Ko x (2,0 - 0,60(Y/H)) 0.102 0.173 0.087
0.75 K = Ko x (2,0 - 0,60(Y/H)) 0.102 0.158 0.079
1.00 K = Ko x (2,0 - 0,60(Y/H)) 0.102 0.143 0.071
Dengan koefisien gempa yang berbeda-beda dari T = 5000 tahun untuk masing-masing
ketinggian tubuh bendungan di atas, telah dilakukan analisis kestabilan lereng menggunakan
program computer Slope/w.

Tabel 6.6. Besarnya nilai faktor amplifikasi FPGA untuk nilai percepatan puncak di
permukaan tanah (Sumber: IBC, 2009)
S B atau S PGA
Klasifikasi Jenis Tanah
PGA ≤ 0,1 PGA = 0,2 PGA= 0,3 PGA = 0,4 PGA ≥ 0,5
Site Tanah Sangat Padat dan Batuan Lunak (SC) 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
Site Tanah Sedang (SD) 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
Site Tanah Lunak (SE) 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
Site Tanah Khusus (SF) SS SS SS SS SS

Ringkasan hasil analisis stabilitas lereng kondisi “dengan dan tanpa gempa” dengan cara
koefisien termodifikasi pada T = 100 tahun dan T = 5000 tahun disajikan dalam Tabel di bawah
ini.
Tabel 6.7. Hasil analisis stabilitas lereng kondisi dengan dan tanpa gempa dengan cara
koefisien termodifikasi pada T = 100 tahun menggunakan Peta Gempa 2017.
No. Description Safety Factor Angka
Keamanan
Ijin
Y/H = 0.25 Y/H = 0.50 Y/H = 0.75 Y/H = 1
Koefisien Gempa 0.21 g 0.17 g 0.16 g 0.14 g
1 Empty (U/S) 1.76 1.60 1.57 1.54 1.2
2 Empty (D/S) 1.37 1.38 1.48 1.40 1.2
3 Normal Water Level (U/S) 1.23 1.23 1.22 1.21 1.2
4 Normal Water Level (D/S) 1.37 1.38 1.49 1.40 1.2
Rapid Drawdown NWL –
5 LWL (U/S) 1.21 1.12 1.12 1.11 1.1
Rapid Drawdown NWL –
6 LWL (D/S) 1,37 1.38 1.49 1.40 1.1
Tabel 6.8. Hasil analisis stabilitas lereng kondisi dengan dan tanpa gempa dengan cara
koefisien termodifikasi pada T = 5000 tahun menggunakan Peta Gempa 2017.
No. Description Safety Factor Angka
Keamanan
Ijin
  Y/H = 0.25 Y/H = 0.50 Y/H = 0.75 Y/H = 1
  Koefisien Gempa 0.62 g 0.52 g 0.47 g 0.43 g
1 Empty (U/S) 0.85 0.85 0.84 0.76 1
2 Empty (D/S) 0.62 0.66 0.73 0.75 1
3 Normal Water Level (U/S) 0.42 0.41 0.40 0.41 1
4 Normal Water Level (D/S) 0.61 0.65 0.73 0.75 1
Rapid Drawdown NWL –
5 LWL (U/S) 0.42 0.42 0.43 0.43 1
6 Rapid Drawdown NWL – 0.61 0.65 0.73 0.85 1
LWL (D/S)
Dari tabel di atas semua nilai Safety Factor (SF) dapat dikatakan telah memenuhi kriteria yaitu
lebih besar atau sama dengan 1 (satu). Pada kondisi kosong lereng hilir pada y/H=0.25
menghasilkan SF yang paling rendah yaitu 0,62. Dengan demikian tidak perlu dilakukan analisa
dinamik metoda Makdisi dan Seed untuk mengetahui apakah memenuhi kriteria aman
berdasarkan besaran alihan atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai