Anda di halaman 1dari 119

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI MANAJEMEN

LINGKUNGAN DALAM MENINGKATAKAN


INOVASI PRODUK
(Studi Kasus pada Industri Pabrik Tahu Jembar Manah)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Ujian Sarjana (S1)


Pada Program Studi Akuntansi
Universitas Islam Bandung
Disusun oleh :
HANIFAH MULYANI
10090114105

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2018

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI MANAJEMEN


LINGKUNGAN DALAM MENINGKATKAN
INOVASI PRODUK
(Studi Kasus pada Industri Pabrik Tahu Jembar Manah)
SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Ujian Sarjana (S1)


Pada Program Studi Akuntansi
Universitas Islam Bandung
Disusun oleh :
HANIFAH MULYANI
10090114105

Disetujui oleh :

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

(Dr. Rini Lestari, SE., Msi, Ak, CA) (Dr. Nurleli, SE., M.Si.,Ak.,CA)

Mengetahui
Ketua Prodi Akuntansi

(Dr. Nurleli, SE.,M.Si.,Ak.,CA)


LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Hanifah Mulyani


Tempat dan tanggal lahir : Sumedang, 17 Januari 1996

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar dan hasil karya saya sendiri. Bila
terbukti tidak demikian, saya bersedia menerima segala akibatnya, termasuk
pencabutan gelar Sarjana Ekonomi yang telah saya peroleh.

Bandung, 22 Januari 2018

Hanifah Mulyani

iii
ABSTRACT

The existence of the facts of environmental pollution problems undertaken by


manufacturing companies as a result of the company's production process are
mostly found in Indonesia. This causes a business environment must be able to
maintain its business processes so that the company must implement appropriate
strategies for the achievement of the company's going concern and sustainable
development. Thus the demand for environmentally friendly products should be a
concern in the continuous development of the industry. This study was conducted
with the aim to analyze the application of environmental management accounting
in improving the product innovation, in Industry Pabrik Tahu Jembar Manah. The
research used analytical descriptive method. Data source used is primary data
source. The data collection techniques used are interviews and questionnaires.
The results show that the company has applied neutral environmental
management accounting and good product innovation. This indicates that the
Pabrik Tahu Jembar Manah has implemented an environmental management
accounting that produces information for owners and managers in which
environmental management accounting provides control over factory activities,
but does not report environmental costs and does not report revenue on waste
recycling management. In addition, the application of good product innovation,
will improve the ability of Pabrik Tahu Jembar Manah to create a quality
product, so it can be said that environmental management accounting is a control
tool to improve product innovation.

Keywords: Environmental Management Accounting, Product


Innovation, ,Environmental Cost.

iv
ABSTRAK

Adanya fakta permasalahan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh


perusahaan manufaktur akibat proses produksi perusahaan banyak ditemukan di
Indonesia. Hal ini menyebabkan sebuah lingkungan bisnis harus mampu
mempertahankan proses bisnisnya sehingga perusahaan harus menerapkan strategi
yang sesuai demi tercapainya going concern perusahaan serta sustainable
development. Dengan demikian adanya tuntutan terhadap produk yang ramah
lingkungan perlu menjadi perhatian dalam penggembangan industri secara
berkesinambungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan
akuntansi manajemen lingkungan dalam meningkatkan inovasi produk, pada
Industri Pabrik Tahu Jembar Manah. Penelitian menggunakan metode deskriptif
analitis.Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan kuesioner. Hasil
analisis menunjukkan perusahaan telah menerapkan akuntansi manajemen
lingkungan secara netral dan inovasi produk yang baik. Hasil analisis
menunjukkan perusahaan telah menerapkan akuntansi manajemen lingkungan
dalam kriteria kurang memadai dan menerapkan inovasi produk yang baik.
Hal ini menunjukkan bahwa Pabrik Tahu Jembar Manah telah menerapkan
akuntansi manajemen lingkungan yang menghasilkan informasi bagi pemilik dan
pengelola dimana akuntansi manajemen lingkungan memberikan kendali terhadap
aktivitas yang dilakukan oleh pabrik, tetapi tidak melaporkan pembebanan biaya
lingkungan dan tidak melaporkan pendapatan pengelolaan daur ulang limbah.
Selanjutnya penerapan inovasi produk yang baik, akan meningkatkan kemampuan
Pabrik Tahu Jembar Manah dalam menciptakan produk yang berkualitas.

Kata kunci: Akuntansi Manajemen Lingkungan, Inovasi Produk, Biaya


lingkungan.

v
PRAKATA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan

Dalam Meningkatkan Inovasi Produk (Studi Kasus Pada Industri Pabrik Tahu

Jembar Manah)” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun maksud dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Jurusan Akuntansi di Universitas Islam Bandung. Dalam penulisan skripsi ini

tentu tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, nasihat,

dan serta kerjasama dari berbagai pihak khususnya pembimbing, segala hambatan

tersebut akhirnya dapat dilalui dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua Bapak Mulyawan dan Ibu Yeni yang selalu memberikan

dukungan baik moril dan materil, doa, dan motivasi dari mulai awal

perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Edi Setiadi, SH., MH. selaku Rektor Universitas Islam

Bandung.

3. Ibu Dr. Hj. Atih Rohaeti Dariah, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Bandung.

vi
4. Ibu Dr. Hj. Nurleli, SE., M.Si., AK., CA selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Universitas Islam Bandung.

5. Dr. Rini Lestari, SE., M.Si., Ak., CA selaku dosen pembimbing I dan Ibu

Dr. Hj. Nurleli, SE., M.Si., AK., CA selaku dosen pembimbing II yang

sudah sangat sabar dan tulus ikhlas memberikan masukan, koreksi, arahan

serta petunjuk. Setiap masukan yang diberikan beliau ini merupakan bahan

yang sangat berharga bagi kelancaran dalam penyelesaian penulisan

skripsi ini sehingga dapat diselasaikan tepat waktu.

6. Dr. Kania Nurcholisah, SE., M.Si selaku dosen wali.

7. Keluarga tercinta: Para Adik, Tante dan Om yang yang selalu memberikan

bantuan, dukungan, motivasi, semangat, doa, dan hiburan kepada penulis

selama proses penyelesaian skripsi ini.

8. Aditya Fajar Triyatman yang selama ini selalu memberikan semangat

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Ibu Latifah dan Bapak Endit yang telah membantu kelancaran penulis

dalam memperoleh informasi mengenai Dinas Perhubungan Kota

Bandung.

10. Kartika Riska dan Indah Hamidah sahabat setia dan seperjuangan yang

sangat membantu, memberikan dukungan, serta berbagi cerita dari awal

kuliah sampai selesainya pembuatan skripsi ini.

11. Arfah, Annita, Alamanda, Puspita, Nurmasitha, Alfataysa, Ai Evi dan

Riskha Novianti sebagai sahabat baik dan seperjuangan yang telah

membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan dari mulai masuk

kuliah sampai selesainya pembuatan skripsi ini.

vii
12. Ridha, Intan, dan Erni sahabat baik yang selalu memberikan semangat dan

dukungan dalam proses pembuatan skripsi ini.

13. Riska Purnamayati teman seperjuangan dan juga sebagai rekan satu dosen

pembimbing yang saling memberi support dan kerjasamanya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

14. Indah Septianitasri dan Suci Mariam yang telah memberikan bantuan dan

berbagi pengalamannya dalam pembuatan skripsi.

15. Teman-teman Akuntansi C yang selalu mendukung penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

16. Seluruh teman-teman seperjuangan Akuntansi 2014 UNISBA yang telah

memberikan masukan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

17. Serta seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang

tidak dapat ditulis dan disebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari akan kekurangan kesempurnaan penulisan

skripsi ini. Oleh sebab itu, segala kritik maupun saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan agar kelak dikemudian hari dapat

menghasilkan karya yang lebih baik.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandung, Januari 2018

Penulis

Hanifah Mulyani

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................iii
ABSTRACT...........................................................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
PRAKATA.............................................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Penelitian..............................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................7

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................7

1.4 Kegunaan Penelitian.......................................................................................7

1.4.1 Kegunaan Teoritis....................................................................................8

1.4.2 Kegunaan Praktis.....................................................................................8

BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................9

2.1 Landasan Teori...............................................................................................9

2.1.1 Akuntansi Manajemen Lingkungan........................................................9

2.1.2 Inovasi Produk......................................................................................18

2.2 Kerangka Pemikiran....................................................................................20

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................26

3.1 Metode Penelitian.........................................................................................26

3.2 Kategorisasi Variabel...................................................................................27

3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data.......................................................30

ix
3.4 Instrumen Penelitian.....................................................................................32

3.5 Tahapan Analisis Data.................................................................................32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................38

4.1. Gambaran Umum Perusahaan...................................................................38

4.1.1 Sejarah Perusahaan................................................................................38

4.1.2 Struktur Organisasi................................................................................39

4.1.3 Proses Produksi....................................................................................43

4.2 Analisis Deskriptif Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan pada


Industri Pabrik Tahu Jembar Manah..................................................................44

4.3 Analisis Deskriptif Inovasi Produk pada Industri Pabrik Tahu Jembar
Manah................................................................................................................72

4.4 Analisis Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan dalam


meningktakan Inovasi Produk pada Industri Pabrik Tahu Jembar Manah.........78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................81

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................84

LAMPIRAN..........................................................................................................87

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan Keempat Kategori Biaya Lingkungan...............................16


Tabel 3.1 Kategorisasi Variabel..........................................................................28
Tabel 3.2 Data Responden...................................................................................32
Tabel 3.3 Pengukuran AML dan Inovasi Produk............................................... 33
Tabel 3.4 Pengelompokan Nilai Jawaban Responden AML...............................35
Tabel 3.5 Pengelompokan Nilai Jawaban Responden Inovasi Produk...............36
Tabel 4.1 Hasil Tanggapan Responden Tentang AML.......................................44
Tabel 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden pada Variabel Penerapan Akuntansi
Manajemen Lingkungan.....................................................................45
Tabel 4.3 Hasil Tanggapan Responden Tentang Pencataan Pengumpulan
Informasi Fisik AML..........................................................................48
Tabel 4.4 Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan
Informasi Fisik Bahan.........................................................................52
Tabel 4.5 Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan
Informasi Fisik Energi.........................................................................53
Tabel 4.6 Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan
Informasi Fisik Produk........................................................................54
Tabel 4.7 Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan
Informasi Fisik Limbah.......................................................................57
Tabel 4.8 Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan
Informasi Fisik Emisi......................................................................... 58
Tabel 4.9 Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan
Informasi Fisik Air..............................................................................59
Tabel 4.10 Hasil Tanggapan Responden Tentang Pencataan Pengumpulan
Informasi Moneter AML.................................................................... 60
Tabel 4.11 Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan
Informasi Moneter Biaya Pencegahan Lingkungan........................... 63
Tabel 4.12 Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan
Informasi Moneter Biaya Deteksi Lingkungan.................................. 65

xi
Tabel 4.13 Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan
Informasi Moneter Biaya Kegagalan Internal.................................... 67
Tabel 4.14 Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan
Informasi Moneter Biaya Kegagalan Eksternal................................. 68
Tabel 4.15 Laporan Keuagan Pabrik Tahu Jembar Manah...................................70
Tabel 4.16 Hasil Tanggapan Responden Tentang Inovasi Produk.......................72
Tabel 4.17 Rekapitulasi Jawaban Responden pada Variabel Inovasi Produk......74
Tabel 4.18 Hasil Tanggapan Responden Tentang Inovasi Produk Kualitas
Produk.................................................................................................75
Tabel 4.19 Hasil Tanggapan Responden Tentang Inovasi Produk Fitur
Produk.................................................................................................76
Tabel 4.20 Hasil Tanggapan Responden Tentang Inovasi Produk Gaya dan
Desain Produk.................................................................................... 77
Tabel 4.21 Hasil keseluruhan skor........................................................................80

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran.......................................................................25


Gambar 4.1 Struktur Organisai...........................................................................42
Gambar 4.2 Garis Kontinum Akuntansi Manajemen Lingkungan...................47
Gambar 4.3 Garis Kontinum Pencatatan Pengumpulan Informasi Fisik.........50
Gambar 4.4 Garis Kontinum Inovasi Produk....................................................74

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Kesediaan Membimbing Skripsi..............................................88


Lampiran 2 Bukti Bimbingan Skripsi ..................................................................89
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik.......91
Lampiran 4 Lembar Kuesioner ............................................................................93
Lampiran 5 Tabulasi Kuesioner ...........................................................................98
Lampiran 6 Lembar Wawancara.........................................................................100
Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup.....................................................................101

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Di era ekonomi modern seperti saat ini, banyak sekali pembicaraan tentang

lingkungan seperti global warming, dan kegiatan industri yang memberi dampak

banyak terhadap lingkungan disekitar. Agustia (2010) menyatakan bahwa

perusahaan manufaktur di dalam operasinya selain menghasilkan produk, juga

menghasilkan limbah. Hal ini disebabkan oleh adanya inefisensi dalam operasi

perusahan tersebut. Konsep mengenai pengelolaan lingkungan yang dipahami

perusahaan adalah terbatas pada pengelolaan limbah yang dihasikan dari proses

produksi, tanpa adanya pertimbangan untuk mengubah proses produksi agar

limbah yang dihasilkan dapat dikurangi (Rustika, 2011).

Adanya fakta permasalahan pencemaran lingkungan dan tuntutan masyarakat

tersebut menyebabkan sebuah perusahaan harus mampu mempertahankan proses

bisnisnya agar dapat menentukan kebijakan yang sesuai demi terciptanya going

concern atau keberlangsungan usaha perusahaan, karena semakin lama konsumen

akan semakin kritis pada produk – produk yang diproduksi oleh perusahaan tidak

ramah lingkungan (Rustika,2011).

Setiap industri tentunya ingin tetap mempertahankan entitas bisnisnya dalam

kondisi bagaimanapun termasuk ditengah kondisi perekonomian di era

1
2

globalisasi. Dengan demikian adanya tuntutan terhadap produk yang ramah

lingkungan perlu menjadi perhatian dalam penggembangan industri secara

berkesinambungan. Berbagai strategi dilakukan agar industri tetap eksis didunia

bisnis. Demi tercapainya going concern serta sustainable development, suatu

perusahaan dapat mengembangkan produk baru dan meningkatkan proses

produksi yang ada untuk mengurangi penggunaan sumber daya yang dapat

mengakibatkan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan

(Ferreira et al, 2009). Oleh karena itu, perusahaan harus berlomba-lomba

melakukan inovasi-inovasi terhadap produknya. Inovasi dibutuhkan oleh

perusahaan agar dapat unggul dalam persaingan industri dan dapat terus

mendominasi pasar (eksternal) serta keuntungan moneter didalam perusahaan itu

sendiri (internal).

Demikian pula halnya dengan Industri Pabrik Tahu di Sumedang. Dalam

menjalankan usahanya industrinya Pabrik Tahu di Sumedang menghadapi

berbagai masalah terutama masalah yang menyangkut lingkungan, di balik

kesuksesan industri tahu di Sumedang, usaha pengolahan tahu ini tidak dapat

lepas dari permasalahan limbah sisa pengolahan, dalam hal ini limbah bekas

pembuatan tahu. Sisa-sisa limbah bekas pembuatan tahu dibuang begitu saja ke

sungai sehingga berpotensi mencemari lingkungan dan menimbulkan bau yang

tidak sedap. Limbah tahu memiliki beban pencemar yang tinggi. Padatan

tersuspensi maupun terlarut yang terdapat pada limbah tidak diolah maka akan

mengalami perubahan fisik, kimia dan hayati yang menghasilkan zat toksin atau

zat cemar lingkungan. (Gunawan, 2015). Hal tersebeut disebabkan karena


3

kurangnya penerapan akuntansi manajemen lingkungan pada Industri Pabrik Tahu

di Sumedang.

Pada Industri Pabrik Tahu di Sumedang juga terdapat permasalahan mengenai

Inovasi Produk. Hal ini terjadi karena kurangnya pemanfaatan atas limbah bekas

pembuatan tahu. Melihat realita tersebut, perlu dilakukan kegiatan pengolahan

limbah tahu sebelum akhirnya limbah tersebut dibuang kelingkungan terutama

sungai. Peemanfaatan limbah cair tahu dapat dilakukan dengan beberapa cara

salah satunya dengan menggunakan teknologi biofilter yang mudah diaplikasikan,

efektif, ekonomis, dan ramah lingkungan, dengan tujuan untuk menanggulangi

masalah pencemaran sungai akibat limbah cair tahu. Sedangkan pemanfaatan

limbah padat tahu dapat dilakukan dengan membuat produk produk yang

bermanfaat seperti membuat kerupuk ampas tahu (Syari Fatimah, 2017).

Persaingan yang semakin ketat pada industri tahu membuat perusahaan harus

memiliki strategi atau melakukan inovasi terhadap produk yang ada saat ini agar

dapat bersaing dengan pesaing lainnya untuk menawarkan suatu produk yang

berkualitas dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Dalam menghadapi

persaingan yang semakin ketat tersebut maka industri- industri tahu dituntut untuk

mampu berinovasi dalam segala hal. (Yuniarti, 2016: 248).

Inovasi produk sesuai perkembangan teknologi menjadi tumpuan utama

perusahaan untuk bersaing di pasar. Hampir semua perusahaan kini berlomba-

lomba untuk mengeluarkan produk terbaru sesuai dengan perkembangan saat ini.

Akan tetapi, inovasi terkadang tidak bergandengan dengan dampak yang

dihasilkan perusahaan sehingga diperlukan juga adanya inovasi proses dalam

menghasilkan suatu produk agar tidak terjadi risiko lingkungan. Peningkatan


4

kesadaran tentang isu-isu lingkungan telah mendorong organisasi untuk

menggunakan akuntansi manajemen lingkungan (EMA), yang dikatakan

memberikan banyak manfaat bagi pengguna termasuk peningkatan inovasi.

(Ferreira et al, 2009).

Berdasarkan argumen yang telah disampaikan sebelumnya, menjadi bukti

bahwa penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan memberikan banyak

manfaat bagi penggunanya dan menjadi pendorong terciptanya inovasi produk.

Salah satu manfaat dari penerapan EMA yaitu dapat diidentifikasi, diperkirakan

lalu dianalisis berbagai macam biaya lingkungan sehingga dapat menciptakan

inovasi yang berguna bagi perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan.

Selain itu, penerapan EMA dapat membantu manajer lingkungan untuk

menjustifikasi perencanaan produksi bersih dan mengidentifikasi cara-cara baru

dalam penghematan biaya serta memperbaiki kinerja lingkungan pada waktu yang

bersamaan (Ihksan, 2009:30). Selanjutnya Ikhsan menyatakan penerapan lain dari

EMA memberikan informasi kepada manajer dalam mengidentifikasi biaya-biaya

lingkungan yang sering disembunyikan dalam sistem akuntansi umum.

Penerapan strategi perusahaan mengenai lingkungan dibutuhkan sebuah

konsep yang menunjang tercapainya rencana penanganan lingkungan dan

membantu para stakeholder untuk mendapatkan informasi mengenai kinerja

lingkungan secara detail dan jelas dalam mengambil berbagai alternatif keputusan .

Konsep akuntansi manajemen lingkungan menjadi penting bagi perusahaan untuk

menyampaikan informasi kepada stakehoders berkaitan dengan aktivitas sosial

dan kinerja lingkungan perusahaan (Rustika, 2011)


5

Berdasarkan fenomena yang terjadi, banyak peneliti-peneliti mengangkat

topik akuntansi manajemen lingkungan dalam meningkatkan inovasi produk

untuk dijadikan sebagai bahan penelitiannya. Selain itu, penelitian ini dilakukan

karena ketidak konsistenan hasil dari penelitian terdahulu. Bukti penelitian

sebelumnya memberikan hasil penelitian yang bervariasi dan tidak konsisten.

Penelitian-penelitian sebelumnya diantaranya adalah penelitian yang dilakukan

Ferreira et al (2009: 921) mengenai pengaruh penerapan akuntansi manajemen

lingkungan dan strategi bisnis terhadap inovasi produk dan inovasi proses pada

perusahaan- perusahaan besar di Australia. Penelitian menunjukkan bahwa

terdapat hubungan positif antara penerapan akuntansi manajemen lingkungan dan

inovasi proses. Jika akuntansi manajemen lingkungan diterapkan maka akan

meningkatkan efektivitas inovasi proses produksi. Namun demikian, tidak

ditemukan hasil statistik yang signifikan antara penerapan Akuntansi Manajemen

Lingkungan dan strategi perusahaan.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Ramdhani, et al (2011) mengenai

inovasi produk dan proses ; implikasi akuntansi manajemen lingkungan

(studi pada manajer perusahaan manufaktur di banten). Menunjukkan bahwa ada

hubungan positif antara strategi prospektor dan akuntansi manajemen lingkungan

(EMA), ada hubungan positif antara akuntansi manajemen lingkungan (EMA)

dengan kedua inovasi perusahaan yakni produk inovasi dan proses inovasi yaitu

sebagai penggerak terhadap inovasi yang dilakukan, dan ada hubungan negatif

antara strategi dan kedua inovasi produk dan inovasi proses. Penelitian ini

menggunakan R & D, ukuran, dan industri sebagai kontrol variabel, dan hanya
6

industri yang memiliki hubungan positif dengan akuntansi manajemen lingkungan

(EMA).

Ferdinand (2000) mengungkapkan perdagangan bebas akan menimbulkan

persaingan yang semakin kompetitif, sehingga konsumen lebih selektif dalam

memilih produk. Perusahaan dituntut untuk lebih inovatif dalam menghasilkan

suatu produk, tetapi untuk menghasilkan nilai lebih atau superior value yang

diperoleh melalui berbagai pengembangan inovatif, sasaran yang harus dicapainya

adalah menghasilkan superior value atau pelayanan (service) yang jauh lebih

dibandingkan dengan yang dilakukan oleh pesaing.

Lukita (2016) mengungkapkan masih banyak perusahaan khususnya di

Indonesia masih belum mampu menerapkan produk ramah lingkungan. Selain itu,

Insentif bagi industri yang menjalankan operasionalnya secara ramah lingkungan

tersebut saat ini masih sangat sedikit. Insentif industri hijau (green industry) saat

ini, justru banyak diberikan kepada produk berbasis impor, sehingga ke depan

kebijakan serupa harus lebih diarahkan kepada industri yang mengoptimalkan

sumberdaya di dalam.

Berdasarkan uraian teori dan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan mengambil judul: “ANALISIS PENERAPAN

AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN DALAM MENINGKATKAN

INOVASI PRODUK” (Studi Kasus pada Industri Pabrik Tahu Jembar

Manah).
7

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang maka yang menjadi

pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan akuntansi manajemen lingkungan pada Industri Pabrik

Tahu Jembar Manah?

2. Bagaimana inovasi produk yang dilakukan oleh Industri Pabrik Tahu Jembar

Manah?

3. Bagaimana analisis penerapan akuntansi manajemen lingkungan dalam

meningkatkan inovasi produk Industri Pabrik Tahu Jembar Manah?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau mendapatkan informasi

tentang :

1. Memahami penerapan akuntansi manajemen lingkungan pada Industri Pabrik

Tahu Jembar Manah.

2. Memahami inovasi produk yang dilakukan oleh Industri Pabrik Tahu Jembar

Manah.

3. Memahami penerapan akuntansi manajemen lingkungan dalam kaitannya

dengan inovasi produk Industri Pabrik Tahu Jembar Manah.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :


8

1.4.1 Kegunaan Teoritis

a. Tambahan referensi dan informasi bagi pengembangan penerapan

Akuntansi Manajemen Lingkungan pada perusahaan industri.

b. Menambah dan mengembangkan pengetahuan dalam mengidentifikasi

permasalahan mengenai penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan

Dalam Kaitannya dengan Inovasi Produk.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat digunakan oleh perusahaan untuk

menganalisis penerapan akuntansi manajemen lingkungan dalam

kaitannya dengan inovasi produk sehingga dapat menjadi pertimbangan

untuk menentukan kebijakan selanjutnya dalam keberlangsungan

usahanya.

b. Bagi pihak investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran dan tambahan informasi mengenai akuntansi manajemen

lingkungan dan penerapan inovasi produk dengan mempertimbangkan

lingkungan sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan untuk melakukan investasi serta memberikan nilai

tambah kepada perusahaan.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Akuntansi Manajemen Lingkungan

Akuntansi Manajemen Lingkungan merupakan salah satu sub sistem dari

Akuntansi Lingkungan yang menjelaskan sejumlah persoalan mengenai

pengukuran dari dampak-dampak bisnis perusahaan ke dalam sejumlah unit

moneter (Ikhsan, 2009:49).

Menurut Frost and Wilmhurst (2000: 344):

Environmental Management Accounting is the generation and analysis of


both financial and non-financial information in order to support internal
environmental management processes. It is complementary to the
conventional financial management accounting approach, with the aim to
develop appropriate mechanisms that assist in the identification and
allocation of environment-related costs.

Akuntansi Manajemen Lingkungan adalah generasi dan analisis informasi


keuangan dan non-keuangan untuk mendukung proses pengelolaan
lingkungan internal. Hal ini melengkapi pendekatan akuntansi pengelolaan
keuangan konvensional, dengan tujuan untuk mengembangkan mekanisme
yang tepat yang membantu dalam identifikasi dan alokasi biaya terkait
lingkungan.

Sedangkan The International Federation of Accountants (IFAC) (1998)

dalam Ikhsan (2009) mendefinisikan Akuntansi Manajemen Lingkungan atau

Environmental Management Accounting sebagai pengembangan manajemen

lingkungan dan kinerja ekonomi seluruhnya serta implementasi dari lingkungan

yang tepat – hubungan sistem akuntansi dan praktik.

9
10

Berdasarkan pendapat ahli diatas, Ikhsan (2009:49), Frost and Wilmhurst

(2000: 344), , dan The International Federation of Accountants (IFAC) maka

dapat dikatakan bahwa Akuntansi Manajemen Lingkungan adalah bagian dari

akuntansi lingkungan dan pengembangan dari manajemen lingkungan yang

mendukung proses pengelolaan dampak-dampak bisnis perusahaan terhadap

lingkungan dengan meminimalisasi total biaya lingkungan sebagai tujuan

perusahaan yakni tercapainya going concern perusahaan serta sustainable

development.

Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan adalah suatu kegiatan

pengidentifikasian, pengumpulan, penganalisisan informasi yang bersifat fisik,

biaya-biaya serta kinerja suatu perusahaan atau organisasi dengan maksud

membantu pihak internal perusahaan dalam pengambilan keputusan (Ikhsan,

2009:54). Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan memiliki dua dimensi,

yaitu Pencatatan Pengumpulan Informasi Fisik dan Pencatatan Pengumpulan

Informasi Moneter (Ikhsan, 2009: 55-61). Berikut ini merupakan penjelasan

mengenai dua dimensi akuntansi manajemen lingkungan tersebut yaitu :

1. Pencatatan Pengumpulan Informasi Fisik atau Physical Accounting (berbasis

pada material flow balance procedure)

Organisasi harus mengumpulkan data tidak hanya berupa data moneter, tetapi

juga data non moneter. Akuntansi manajemen lingkungan menempatkan satu

penekanan tertentu pada materi dan materi memandu biaya karena: 1) penggunaan

energi, air dan materi, seperti halnya hasil dari limbah dan emisi, secara langsung

terkait pada banyak dampak organisasi lingkungan mereka dan 2) biaya


11

pembelian material merupakan satu pemicu biaya utama pada beberapa

organisasi.

Kebanyakan operasi manufaktur menghasilkan berbagai macam limbah dan

operasi manufaktur juga menggunakan energi, air dan bahan yang cenderung tidak

pernah masuk ke dalam produk akhir kecuali dibutuhkan untuk membuat produk

(seperti air untuk membilas keluar kima diantara batches produk atau penggunaan

bahan bakar untuk operasi angkutan). Banyak dari bahan ini lambat laun menjadi

aliran limbah yang harus diatur. Operasi non pabrikasi (antara lain, agrikultur dan

ternak, sektor ekstraksi sumber daya, sektor jasa, transport, sektor publik) juga

dapat menggunakan satu pengaruh nyata dari sejumlah energi, air dan bahan lain

untuk membantu menjalankan operasi mereka bergantung kepada bagaimana

bahan itu diatur, dapat memimpin ke arah signifikan (Ikhsan, 2009:55).

Dengan demikian, contoh yang paling nyata terkait dampak lingkungan

adalah hasil dari limbah dan emisi, yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia

dan ekosistem alam, meliputi tanaman dan binatang. Udara, air atau darat dapat

berakhir pada polusi atau bahkan terkontaminasi. Untuk secara efektif mengatur

dan mengurangi dampak lingkungan yang potensial dari limbah dan emisi,

organisasi harus memiliki data yang akurat pada jumlah dan tujuan dari seluruh

energi, air dan materi yang digunakan untuk mendukung aktivitas ini (Ikhsan,

2009:56).

Kebutuhan untuk mengetahui yang mana dan berapa banyak energi, air dan

materi yang masuk, yang menjadi produk fisik dan menjadi limbah dan emisi.

Informasi akuntansi fisik ini tidak menyediakan semua data yang diperlukan
12

untuk secara efektif mengelola seluruh dampak lingkungan yang potensial, tetapi

informasi pokok adalah bahwa fungsi akuntansi dapat disediakan.

2. Pencatatan Pengumpulan Informasi Moneter atau Monetary Accounting

(berbasis pada monetary procedure)

Kebanyakan skema yang dikembangkan secara internasional, dapat meliputi

jenis dari biaya untuk upaya mengendalikan atau mencegah limbah dan emisi

yang dapat merusak lingkungan atau kesehatan manusia. Contohnya: biaya yang

terjadi untuk mencegah hasil dari limbah atau emisi, biaya untuk mengendalikan

limbah yang telah dihasilkan dan biaya untuk memperbaiki akibat polusi. Jenis

dari biaya ini sering dikenal sebagai perlindungan pembelanjaan lingkungan.

Biaya di bawah Akuntansi Manajemen Lingkungan meliputi tidak hanya

perlindungan pembelanjaan lingkungan, tetapi juga informasi keuangan penting

lainnya yang memerlukan efektivitas biaya untuk mengatur kinerja lingkungan.

Salah satu contoh penting adalah pembelian biaya bahan yang lambat laun akan

menjadi limbah atau emisi (Ikhsan, 2009:57)

Organisasi harus mempertimbangkan biaya pembelian bahan-bahan pada

pembuatan keputusan internal manajemen mereka, dan tidak dibutuhkan

pandangan mereka saat berkaitan dengan lingkungan. Satu organisasi harus

memiliki informasi untuk memenuhi aspek penilaian keuangan. dari manajemen

lingkungan memberikan informasi untuk memenuhi aspek penilaian keuangan

dari manajemen lingkungan terkait limbah fisik dan produk fisik. Sisi fisik

akuntansi dari akuntansi manajemen lingkungan memberikan informasi yang

dibutuhkan pada jumlah dan aliran dari energi, air, bahan, dan sisa biaya

pembelian (Ikhsan, 2009:61)


13

Konsep akuntansi manajemen lingkungan digunakan untuk melakukan

pemonitoran dan pengevaluasian informasi yang terukur dari keuangan maupun

akuntansi manajemen (dalam unit moneter) serta arus data tentang bahan dan

energi yang saling berhubungan secara timbal balik guna meningkatkan efisiensi

pemanfaatan bahan-bahan maupun energi, mengurangi dampak lingkungan dari

operasi perusahaan, produk-produk dan jasa, mengurangi risiko-risiko lingkunga

dan memperbaiki hasil-hasil dari manajemen perusahaan (Ikhsan, 2009:50).

Akuntansi Manajemen Lingkungan dibutuhkan oleh manajemen untuk

membantu dalam pengelolaan lingkungan. Penerapan akuntansi manajemen

lingkungan pada suatu perusahaan memberikan dampak positif bagi perusahaan

karena dapat meningkatkan kinerja lingkungannya (Ikhsan, 2009:54). Akuntansi

manajemen lingkungan memberikan informasi yang relevan berkaitan dengan

pengelolaan lingkungan baik secara moneter maupun phisik sehingga dapat

membantu manajer untuk mengelola lingkungan perusahaan (internal dan

eksternal) (Ikhsan : 2009 :55).

Akuntansi Manajemen Lingkungan pada dasarnya lebih menekankan pada

akuntansi dari biaya-biaya lingkungan. Biaya lingkungan ini tidak hanya

mengenai informasi tentang biaya-biaya lingkungan dan informasi lainnya yang

terukur, akan tetapi juga informasi material dan energi yang digunakan (Ikhsan,

2009: 50).

Biaya lingkungan adalah dampak, baik moneter atau non-moneter yang

terjadi oleh hasil aktivitas perusahaan yang berpengaruh pada kualitas lingkungan.

Bagaimana perusahaan menjelaskan biaya lingkungan tergantung pada bagaimana


14

perusahaan menggunakan informasi biaya tersebut (alokasi biaya, penganggaran

modal, desain proses/produk, keputusan manajemen lain), dan skala atau cakupan

aplikasinya (Ikhsan, 2009: 82).

Biaya lingkungan mencakup dari seluruh biaya- biaya paling nyata (seperti

limbah buangan), untuk mengukur ketidakpastian. Biaya lingkungan pada

dasarnya berhubungan dengan biaya produk, proses, sistem atau fasilitas penting

untuk pengambilan keputusan manajemen yang lebih baik (Ikhsan, 2008: 103).

Biaya lingkungan menurut Hansen&Mowen (2011: 413)

Biaya biaya yang terjadi karena kualitas lingkungan yang buruk atau
kualitas lingkungan yang buruk mungkin terjadi. Maka biaya lingkungan
berhubungan dengan kreasi, deteksi, perbaikan, dan pencegahan degradasi
lingkungan.

Berdasarkan pendapat ahli diatas, Ikhsan (2009: 82) dan Hansen&Mowen

(2011: 413), maka dapat dikatakan bahwa biaya lingkungan merupakan biaya-

biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang timbul dari aktivitas perusahaan

untuk mengelola kualitas lingkungan.

Biaya lingkungan dapat disebut biaya kualitas lingkungan (environmental

quality costs). Sama halnya dengan biaya kualitas, biaya lingkungan adalah biaya-

biaya yang terjadi karena adanya kualitas lingkungan yang buruk mungkin terjadi.

Dengan demikian, biaya lingkungan berhubungan dengan ciptaan, deteksi,

perbaikan, dan pencegahan terjadinya penurunan lingkungan (Hansen Mowen,

2007: 780).

Biaya lingkungan dapat diklasifikasiakan menjadi empat kategori (Hansen &

Mowen, 2011: 413- 414) yaitu:


15

1. Biaya pencegahan lingkungan (environmental prevention costs) adalah

biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah

diproduksinhya limbah dan / atau sampah yang dapat merusak lingkungan.

2. Biaya deteksi lingkungan (environmental detection costs) adalah biaya –

biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan bahwa produk,

proses, aktivitas lain diperusahaan telah memenuhi strandar lingkungan

yang berlaku atau tidak. Standar lingkuungan dan prosedur yang diikuti

oleh perusahaan didefinisikan dalam tiga cara: peraturan pemerintah,

standar sukarela (ISO 14001) yang dikembangkan Internasional Standards

Organization, dan kebijakan lingkungan yang dikembangkan manajemen.

3. Biaya kegagalan internal lingkungan (environmental internal failure costs)

adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya

limbah dan sampah tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar. Jadi, biaya

kegagalan internal terjadi untuk menghilangkan dan mengolah limbah dan

sampah ketika diproduksi. Aktivitas kegagalan internal memiliki salah

satu dari dua tujuan berikut: (1) memastikan limbah dan sampah yang

diproduksi tidak dibuang ke lingkungan luar, atau (2) mengurangi tingkat

limbah yang dibuang sehingga jumlah nya tidak melewati standar

lingkungan.

4. Biaya kegagalan eksternal lingkungan (environmental external failure

costs) adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas

limbah atau sampah kedalam lingkungan. Biaya kegagalan ekseternal yang

dierealisasi (realized external failure costs) adalah biaya yang dialami dan

dibayar oleh perusahaan. Biaya kegagalan eksternal yang tidak


16

direalisasikan (unrealized external failure costs) atau biaya sosial

disebabkan oleh perusahan, tertapi dialami dan di bayar oleh pihak-pihak

diluar perusahaan. Biaya sosial lebih lanjut dapat diklasifikasikan sebagai:

(1) biaya yang berasal dari degradasi lingkungan dan (2) biaya yang

berhubungan dengan dampak buruk terhadap properti atau kesejahteraan

masyarakat.

Dengan demikian dapat disimpulkan dan digambarkan empat kategori

biaya lingkungan dan menunjukan daftar aktivitas khusus setiap kategori. Pada

kategori biaya kegagalan eksternal, biaya sosial diberi label “S”. Biaya-Biaya

yang merupakan tanggung jawab perusahaan disebut biaya privat (private

cost). Semua biaya tanpa label “S” adalah biaya privat.

TABLE 2.1
Hubungan Keempat Kategori Biaya Lingkungan

Aktivitas Pencegahan Aktivitas Deteksi

 Mengevaluasi dan memilih  Mengaudit aktivitas lingkungan


pemasok  Memeriksa produk dan proses
 Mengevaluasi dan memilih alat  Mengembangkan ukuran kinerja
untuk mengendalikan polusi lingkungan
 Mendesain proses  Menguji pencemaran
 Mendesain Produk  Memverivikasi kinerja
 Melaksanakan studi lingkungan lingkungan
 Mengembangkan sistem dari pemasok
manajemen lingkungan  Mengukur tingkat pencemaran
 Mendaur ulang produk
 Memperoleh sertifikasi ISO
14001

Aktivitas Kegagalan Internal Aktivitas Kegagalan Eksternal


17

 Mengoprasikan peralatan  Membersihkan danau yang


pengendali polusi tecemar
 Mengolah dan membuang sampah  Membersihkan minyak yang
beracun tumpah
 Mememlihara peralatan populasi  Membersihkan tanah yang
 Memdapatkan lisensi fasilitas tercemar
untuk memproduksi limbah  Menyelesaikan klaim kecelakan
 Mendaur ulang sisa bahan pribadi
 Merestorasi tandah dan keadaan
alamiahnya
 Hilangya penjualan karena
reputasi lingkungan yang buruk
 Menggunakan bahan baku dan
listrik secara tidak efisien
 Menerima perawatan medis
karena polusi udara (S)
 Hilangnya lapangan pekerjaan
karena pencemaran
 Hilangnya manfaat danau sebagai
tempat rekreasi
 Rusakanya ekosistem karena
pembuangan sampah padat.
Sumber : (Hansen&Mowen, 2011: 415)

Produk dan proses merupakan sumber-sumber biaya lingkungan. Dimana

kegiatan tersebut menimbulkan dampak yang signifkan terhadap kualitas

lingkungan yang dimiliki perusahaan. Proses yang memproduksi produk dapat

menciptakan residu padat, cair, dan gas yang selanjutnya dilepas ke lingkungan.

Residu ini memiliki potensi mendegradasi lingkungan. Dengan demikian, residu

merupakan penyebab biaya kegagalan lingkungan internal dan eksternal misalnya,

investasi pada peralatan untuk mencegah penyebaran residu ke lingkungan dan

pembersihan residu setelah memasuki lingkungan. Pengemasan juga merupakan

sumber biaya lingkungan (Hansen & Mowen, 2011:419).

Biaya lingkungan dari proses yang memproduksi, memasarkan, dan

mengirimkan produk serta biaya lingkungan pasca pembelian yang disebabkan


18

oleh penggunaan dan pembuangan produk merupakan contoh-contoh biaya

produk lingkungan (environmental product costs). Pembiayaan lingkungan penuh

(environmental full costing)adalah semua pembebanan biaya lingkungan, baik

yang secara privat maupun sosial, pada produk. Penghitungan biaya privat penuh (

full private costing) adalah pembebanan biaya privat pada produk individual. Jadi,

penghitungan biaya privat membebankan biaya lingkungan yang disebabkan

proses internal pada produk (Hansen & Mowen, 2011:421).

Pembebanan biaya lingkungan pada produk dapat menghasilkan informasi

manajerial yang bermanfaat.Contohnya, mungkin dapat diketahui bahwa suatu

produk tertentu lebih bertanggung jawab atas limbah beracun daripada produk

lainnya. Informasi ini dapat mengarah pada desain produk dan proses alternatif

yang efisien dan ramah lingkungan. Dengan membebankan biaya lingkungan

secara tepat, maka akan diketahui apakah suatu produk menguntungkan atau

tidak. Jika tidak menguntungkan, produk tersebut dapat dihentikan guna mencapai

perbaikan yang signifikan dalam kinerja lingkungan dan efisiensi ekonomi

(Hansen & Mowen, 2011:421).

2.1.2 Inovasi Produk

Inovasi produk adalah gabungan dari berbagai macam proses yang

mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain (Kotler, 2007:36). Inovasi

Produk didefinisikan proses pengenalan produk atau sistem baru yang membawa

kesuksesan ekonomi bagi perusahaan dan kesukesan sosial bagi konsumen serta

komunitas atau lingkungan yang lebih luas (Fontana, 2011). Inovasi Produk juga

di definisikan sebagai inovasi yang digunakan dalam keseluruhan operasi


19

perusahaan dimana sebuah produk baru diciptakan dan dipasarkan, termasuk

inovasi di segala proses fungsional/ kegunaannya (Crawford & De Benedetto,

2000)

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli (Kotler, 2007: 36 ; Fontana, 2000;

Crawford & De Benedtto, 2000) dapat dikatakan bahwa inovasi produk adalah

proses pengenalan dan penggunaan teknologi baru sehingga mempunyai nilai

tambah.

Menurut Tjiang dan Harjanti (Kotler dan Armstrong, 2004) ada tiga dimensi

inovasi produk yaitu kualitas produk, varian produk, serta gaya dan desain

produk.

1. Kualitas Produk

Kemampuan suatu produk dalam melakukan fungsi -fungsinya, yang meliputi

daya tahan, kehandalan, ketelitian yang dihasilkan dan penghematan bahan bakar.

2. Fitur Produk

Sarana kompetitif untuk membedakan produk satu dengan yang lain, atau

antara produk yang dimiliki dengan produk pesaing yaitu keistimewaan produk

dan penambahan fitur produk.

3. Gaya dan Desain Produk

Cara lain dalam menambah nilai bagi pelanggan. Gaya hanya menjelaskan

penampilan produk tertentu, sedangkan desain memiliki konsep yang lebih dari

gaya.Seperti kombinasi warna pada produk, pengembangan model dan bentuk.


20

Aldilah (Bisbe dan Otley, 2004) membagi inovasi produk dalam 4 dimensi

pengukuran, yaitu:

1. Pengenalan produk baru

2. Modifikasi produk

3. Kecenderungan perusahaan untuk menjadi pelopor

4. Perencanaan portofolio terhadap yang baru dimunculkan

Inovasi Produk adalah inovasi yang digunakan dalam keseluruhan operasi

perusahaan dimana sebuah produk baru diciptakan dan dipasarkan, termasuk

inovasi disegala proses fungsional/kegunaanya. Gatignon dan Xuereb (1997: 71)

mengemukakan 3 (tiga) karakteristik inovasi yaitu keunggulan produk, biaya

produk dan kredibilitas produk. Produk inovasi dapat gagal hanya karena alasan

tidak menawarkan desain yang unik atau salah perkiraan akan keinginan dan

kebutuhan pelanggan. Inovasi produk seharusnya mampu memberikan nilai

tambah dibanding produk sejenis (keunggulan produk) sehingga dapat menjadikan

perusahaan memiliki keunggulan dibandingkan pesaingnya.

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli Kotler dan Armstrong (2004),

Aldilah (Bisbe dan Otley, 2004) bahwa dimensi dari inovasi produk adalah

kualitas produk, varian produk, gaya dan desain produk.

2.2 Kerangka Pemikiran

Akuntansi Manajemen Lingkungan adalah bagian dari akuntansi lingkungan

dan pengembangan dari manajemen lingkungan yang mendukung proses

pengelolaan dampak-dampak bisnis perusahaan terhadap lingkungan dengan

meminimalisasi total biaya lingkungan sebagai tujuan perusahaan yakni


21

tercapainya going concern perusahaan serta sustainable development (Ikhsan,

2009:49; Frost and Wilmhurst, 2000: 344; dan The International Federation of

Accountants (IFAC)).

Inovasi produk adalah proses pengenalan dan penggunaan teknologi baru

sehingga mempunyai nilai tambah. Inovasi merupakan suatu kemampuan untuk

menciptakan baik sumber daya produksi baru maupun pengolahan sumber daya

yang ada kedalam produk atau proses produksi sehingga meningkatkan nilai

ekonomis dan potensi (Kotler, 2007: 36 ; Fontana, 2000; Crawford & De

Benedtto, 2000).

Informasi dari akuntansi manajemen lingkungan dapat bermanfaat bagi

manajemen untuk mengambil keputusan terkait inovasi produk (Ikhsan, 2009).

Dengan menghasilkan inovasi ramah lingkungan, perusahaan bukan hanya

mengatasi masalah lingkungan saja akan tetapi pada kenyataannya daya saing

perusahaan akan meningkat karena inovasi produk sesuai perkembangan

teknologi menjadi tumpuan utama perusahaan untuk bersaing dipasar. Hampir

semua perusahaan kini berlomba untuk mengeluarkan produk terbaru sesuai

dengan perkembangan saat ini (Kusumah, 2014).

Penerapan akuntansi manajemen lingkungan menjadi salah satu yang dapat

mempengaruhi inovasi produk. Untuk dapat meminimalisir dampak lingkungan

yang terjadi akibat kegiatan perusahaan, inovasi produk menjadi salah satu pilihan

yang tepat untuk mengatasi permasalahan. Sehingga semakin tinggi penerapan

akuntansi manajemen lingkungan akan berdampak positif terhadapa inovasi yang

dilakukan perusahaan. Sehingga akuntansi manajemen lingkungan merupakan

salah satu penggerak dari terciptanya inovasi produk (Ikhsan, 2009:42).


22

Akuntansi manajemen lingkungan juga berguna untuk menanggulangi

masalah pengelolaan lingkungan, dengan peningkatan kesadaran akan lingkungan

mendorong perusahaan untuk menggunakan akuntansi manajemen lingkungan

yang banyak memberikan manfaat bagi pengguna termasuk peningkatan dalam

inovasi produk untuk memodifikasi atau mengembangkan inovasi terhadap

produknya agar berwawasan lingkunagnan (Hansen & Mowan, 2009:72).

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa terdapat manfaat dari penggunaan

Akuntansi Manajemen Lingkungan, organisasi cenderung menggunakan teknik ini

sebagai bagian dari Management Control System (MCS), yang dapat

mempertahankan atau meningkatkan keunggulan produk tersebut. Dengan

demikian dapat dicapai inovasi melalui penerapan akuntansi manajemen

lingkungan (Ferreira et al., 2010: 924). Analisis menunjukkan bahwa penerapan

EMA ada kaitannya dengan inovasi proses, tapi tidak dengan inovasi produk. Hal

ini juga menunjukkan bahwa efek dari strategi inovasi didorong oleh tingkat

komitmen untuk penelitian dan pengembangan. Namun demikian, tidak

ditemukan hasil statistis yang signifikan antara penerapan Akuntansi Manajemen

Lingkungan dan strategi perusahaan. Pendorong utama penggunaan EMA adalah

industri.

Selain itu, produk dan proses fleksibilitas menentukan perubahan bagaimana

desain produk dan proses produksi memengaruhi biaya lingkungan. Penggunaan

EMA mungkin akan dikaitkan dengan inovasi produk dan novasi proses, dan

akibatnya dapat meningkatkan posisi kompetitif organisasi (Ferreira et al., 2010:

925).
23

Ramdhani, et al (2011), melakukan penelitian mengenai Inovasi Produk Dan

Proses ; Implikasi Akuntansi Manajemen Lingkungan yang menunjukan hasil

penelitian bahwa ada hubungan positif antara strategi prospektor dan akuntansi

manajemen lingkungan (EMA), ada hubungan positif antara akuntansi manajemen

lingkungan (EMA) dan kedua produk inovasi dan proses inovasi, dan ada

hubungan negatif antara strategi dan kedua inovasi produk dan inovasi proses.

Penelitian ini menggunakan R & D, ukuran, dan industri sebagai kontrol variabel,

dan hanya industri yang memiliki hubungan positif dengan akuntansi manajemen

lingkungan (EMA).

Bergfors dan Larsson (2009), melakukan penelitian mengenai Product and

process innovation in process industry: a new perspective on development yang

menunjukan hasil penelitian bahwa inovasi produk dan inovasi proses dapat

diatur secara berbeda dalam R & D yang sama organisasi. Perusahaan dapat

mengatur produk dan inovasi proses berbeda dalam hal sentralisasi dan

desentralisasi. Hal ini menggambarkan bahwa R & D dapat berfungsi di bawah

struktur ganda, yang tidak jelas ketika R & D dianggap lebih atau kurang identik

dengan inovasi produk.. Ada juga kekhawatiran tentang sumber daya yang

terbuang sehingga akan berdampak terhadap lingkungan.

Ferdinand (2000) mengungkapkan perdagangan bebas akan menimbulkan

persaingan yang semakin kompetitif, sehingga konsumen lebih selektif dalam

memilih produk. Perusahaan dituntut untuk lebih inovatif dalam menghasilkan

suatu produk, tetapi untuk menghasilkan nilai lebih atau superior value yang

diperoleh melalui berbagai pengembangan inovatif, sasaran yang harus dicapainya


24

adalah menghasilkan superior value atau pelayanan (service) yang jauh lebih

dibandingkan dengan yang dilakukan oleh pesaing.

Hasil penelitian sebelumnya yang telah dijelaskan di atas berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Utterback dan Abernathy (1975), menyatakan

perbedaan antara inovasi produk dan inovasi proses, bahwa tingkat adopsi inovasi

produk dan inovasi proses berbeda selama tahap pengembangan usaha. Adams

dan Zutshi (2004) menyoroti bahwa organisasi yang menghasilkan informasi

sosial dan lingkungan mengembangkan sistem pengendalian internal yang lebih

baik sehingga menghasilkan proses pengambilan keputusan yang lebih baik.

Informasi baru mendorong pengembangan produk baru, teknologi proses yang

lebih maju, dan peningkatan struktur biaya (Ferreira et al., 2010). Dengan kata

lain, penggunaan AML ini mungkin terkait dengan inovasi produk dan inovasi

proses, dan akibatnya dapat meningkatkan posisi kompetitif suatu organisasi

khususnya dengan memperhatikan dampak lingkungan (Ferreira et al., 2010).

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mengasumsikan bahwa semakin

tinggi penerapan EMA, akan berdampak positif terhadap inovasi yang dilakukan

perusahaan. Untuk dapat menyederhanakan kerangka pemikiran tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:


25

EMA (X)
Inovasi Produk (Y)
1. Pencatatan Arfan Ikhsan (2009;42),
Pflieger Juli et.al (2005; Vol.16 No2) 1. Kualitas Produk
Pengumpulan
Ferreira, A., Otley,D (2009; 263-282) 3. Fitur Produk
Informasi Fisik
4. Gaya dan Desain
2. Pencatatan
Produk
Pengumpulan
Informsi
Moneter

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah “Research Methods involve the forms of data

collection, analysis, and interpretation that researchers propse fot their studies”

dapat disimpulan bahwa metode penelitian melibatkan bentuk pengumpulan data,

analisis dan interpretasi yang diususlakn untuk penelitian mereka (Creswell,

2013:16). Sedangkan pengertian metode penelitian menurut Nirmawati

(2008:127) adalah metode penelitian merupakan cara peneliti yang digunakan

untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. Sugiyono (2013:2)

mengungkapkan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, akan

dijelaskan sebagai berikut :

1) Dilihat dari tujuan penelitian, penelitian ini termasuk ke dalam studi kasus.

Dalam Sekaran (2014:46) menyatakan bahwa studi kasus meliputi analisis

mendalam dan konseptual terhadap situasi yang mirip dengan organisasi

lain, dimana sifat dan definisi masalah yang terjadi adalah serupa dengan

yang di alami saat ini. Selanjutnya yang dikemukakan oleh Bromley

(Zucker:2001) studi kasus adalah ringkasan suatu kasus atau dokumen

yang melaporkan suatu kasus sedang tinjauan kasus berarti penilaian kritis

terhadap suatu kasus.

26
27

2) Dilhat dari jenis studi, jenis penelitian ini bersifat deskritif analitis.

Menurut Uma Sekaran (2003:158) metode deskriptif dilakukan untuk

mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel

yang diteliti dalam suatu situasi. Penelitian deskriptif adalah jenis

penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan sesuatu melalui sebuah

penelitian (Ulum and Juanda 2016:78). Penelitian deskriptif adalah studi

dengan menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Dalam desain

studi deskriptif, termasuk desain untuk studi formulatif dan eksploratif

yang berkenadak hanya untuk mengenai fenomena-fenomena untuk

keperluan studi selanjutnya. Pada studi analitis, analitis ditujukan untuk

menguji hipotesis-hipotesis dan mengadakan interpretasi yang lebih dalam

tentang hubungan-hubungan. Analisis dikerjakan berdasarkan data ex post

facto. Desain studi analitis lebih banyak dibatasi oleh keperluan-keperluan

pengukuran-pengukuran dan menghendaki suatu desain yang

menggunakan model seperti pada desain percobaan (Nazir 2009:89)

3.2 Kategorisasi Variabel

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel utama yang

menjadi faktor yang berlaku dalam penelitian (Sekaran, 2014:116). Sedangkan

menurut Sugiyono (2012:39), variabel dependen merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel

dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inovasi Produk. Inovasi

produk adalah proses pengenalan dan penggunaan teknologi baru sehingga

27
28

mempunyai nilai tambah (Kotler, 2007: 36; Fontana, 2000; Crawford & De

Benedtto, 2000).

Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi

variabel terikat, baik secara positif atau negative (Sekaran 2014:17). Sedangkan,

yang dikemukakan oleh Sugiono (2012: 39) variabel independen yaitu variabel

yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen. ). Variabel independen dalam penelitian ini adalah akuntansi

manajemen lingkungan. Akuntansi Manajemen Lingkungan adalah bagian dari

akuntansi lingkungan dan pengembangan dari manajemen lingkungan yang

mendukung proses pengelolaan dampak-dampak bisnis perusahaan terhadap

lingkungan dengan meminimalisasi total biaya lingkungan sebagai tujuan

perusahaan yakni tercapainya going concern perusahaan serta sustainable

development (Ikhsan, 2009 : 49; Frost and Wilmhurst, 2000: 344; Hyrslova dan

Hajek, 2006: 455; dan The International Federation of Accountants (IFAC))

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuntansi manajemen

lingkungan (X) yang diukur melalui dimensi pengumpulan pencatatn informasi

moneter dan pengumpulan pencatatan informasi fisik (Ikhsan, 2009: 55-61).

Sedangkan variabel inovasi produk (Y) diukur melalui dimensi kualitas produk,

fitur produk, serta gaya dan desain produk (Kotler dan Armstrong, 2004).

Rincian dari dimensi dan indikator pada masing-masing variabel akan

disajikan pada Tabel 3.1.

28
29

Tabel 3.1
Kategorisasi Variabel
Variabel Dimensi Indikator
Akuntansi 1. Pencatatan 1. Bahan
Manajemen Pengumpulan a. Jumlah bahan yang digunakan,
Lingkungan/ Informasi atau berasal dari produk daur
Environmenta Fisik ulang
l Management 2. Energi
Accounting a. Jumlah energi (sumberdaya)
(X) yang diproduksi
b. Jumlah energi (sumberdaya)
yang di hemat
3. Produk
a. Analisis persediaan produk
b. Analisis dampak produk
c. Analisis perbaikan produk
4. Limbah
a. Jumlah limbah yang
dihasilkan
b. Jumlah/presentase limbah
yang diolah
5. Emisi (penggunaan sejumlah
emisi)
6. Air (penggunaan sejumlah air)

2. Pencatatan 3. Biaya Lingkungan (Relevant


Pengumpulan Environmental Costing)
Informasi a. Identifikasi Biaya Lingkungan
Moneter b. Estimasi kewajiban
kontingensi lingkungan
c. Klasifikasi biaya lingkungan
pada proses produksi
d. Alokasi biaya lingkungan pada
produk
e. Pengembangan atau
pengenalan manajemen biaya
lingkungan
Inovasi 1. Kualitas Produk 1. Kualitas Produk
Produk (Y) a. Hemat bahan bakar
2. Fitur Produk b. Mesin yang handal
c. Daya tahan produk
3. Gaya dan Desain 2. Fitur Produk
Produk a. Keistimewaan produk
b. Penambahan fitur produk
3. Gaya dan Desain Produk
a. Kombinasi warna pada produk
b. Pengembangan model atau
bentuk

29
30

Sumber : (Ikhsan, 2009: 55-61, Kotler dan Armstrong, 2004)

3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Menurut Arikunto (2013, 172) data primer adalah data yang dikumpulkan melalui

pihak pertama, biasanya dapat melalui wawancara, jejak pendapat dan lain-lain.

Selanjutnya, Silalahi (2012:289) mengemukakan bahwa data primer adalah suatu

objek atau dokumen original-material mentah dari pelaku yang disebut (First-hand

information). Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini

adalah :

a) Angket

Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang ingin diketahui Arikunto (2006:151).

Sedangkan menurut Ulum dan Juanda (2016:96) angket atau

kuisoner adalah metode pengumpulan data dengan cara membagi

daftar pertanyaan / pernyataan kepada responden.

Angket dalam penelitian ini untuk mengetahui penerapan akuntansi

manajemen lingkungan dalam kaitannya dengan inovasi produk.

b) Teknik Wawancara

Wawancara adalah dialog yang dilakukan pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto 2006:104).

Sedangkan menurut Sugiono (2013:231) wawancara adalah

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu

30
31

topik tertentu. Teknik wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,

dan juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

c) Teknik Pengamatan / Observasi

Observasi merupakan pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis

kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Dalam proses

observasi, observator (pengamat) tinggal memberikan tanda atau

tally pada kolom peristiwa muncul (Arikunto 2009:157).

Selanjutnya, Sutrisno (Sugiyono, 2013:145) mengemukakan

bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu

proses yang terususun dari berbagai proses biologis dan

psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan. Observasi merupakan teknik

pengumpulan data dengan menggunakan indra jadi tidak hanya

dengan pengamatan menggunakan mata saja (Ulum dan Juanda,

2016:100)

Dibawah ini disajikan jumlah orang dari setiap masing-masing bagian yang

berperan dalam pengumpulan data angket atau kuisoner :

31
32

Tabel 3.2
Data Responden
No. Jabatan Jumlah Orang
1. Pemilik Pabrik Tahu Sumedang 2
2. Bagian Pengelola 2
3. Bagian Produksi 5
4. Bagian Pemasaran 3
5. Bagian Administrasi 1
6. Bagian Pengawasan 2
Total 15
Sumber : Beberapa Pabrik Tahu di Sumedang

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2013:203). Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu pedoman kuisoner dan pedoman

wawancara. Sedangkan Sugiyono (2014:92) menyatakan bahwa istrumen

penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dengan demikian,

penggunaan istrumen penelitian yaitu untuk mencari informasi yang

lengkap mengenai suatu masalah, fenomena, maupun sosial.

3.5 Tahapan Analisis Data

Dalam menyususn penelitian ini, peneliti menggunakan objek penelitian

Industri Pabrik Tahu Jembar Manah. Pengumpulan data perusahaan salah satunya

dilakukan dengan wawancara kepada beberapa para kepala bagian di Industri

Pabrik Tahu Jembar Manah seperti observasi, serta angket atau kuisoner.

32
33

Skala pengukuran yang digunakan oleh peneliti adalah skala likert.

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau kelompok orang tentang fenomena atau gejala sosial yang

terjadi. Hal ini sudah sepesifik dijelaskan oleh peneliti. Yang selanjutnya

disebut sebagai variable penelitian. Kemudian dijabarkan melalui dimensi-

dimensi menjadi sub-variabel, kemudian menjadi indikator yang dapat

dijadikan tolak ukur untuk menyusun item-item pernyataan yang

berhubungan dengan variabel penelitian (Iskandar, 2009:83). Penyataan

tadi kemudian direspon dalam bentuk skala likert, yang diungkapkan

melalui:

Tabel 3.3
Skala Pengukuran Akuntansi Manajemen Lingkungan
dan Inovasi Produk
Jawaban Responden Skor
Tidak Pernah (TP) 1
Pernah (P) 2
Kadang-Kadang (KK) 3
Sering (SR) 4
Selalu (SL) 5
Sumber: Hasil perhitungan

Hasil kategorisasian variabel tersebut disusun dalam bentuk

pernyataan-pernyataan kuesioner tertutup terdiri dari 31 pertanyaan.

Adapun langkah-langkah teknis analisis data yang akan di lakukan dalam

penelitian ini adalah :

1. Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan

Menganalisis penerapan akuntansi manajemen lingkungan dilakukan dengan

melakukan wawancara yang dilakukan dengan beberapa kepala bagian di Industri

Pabrik Tahu Jembar Manah. Selain itu juga menyebarkan kuesioner kepada

33
34

bagian-bagian yang berkaitan dengan Akuntansi Manajemen Lingkungan.

Kuesioner tersebut terdiri 24 pernyataan yang terdapat dalam dimensi Akuntansi

Manajemen Lingkungan.

Selanjutnya, untuk mengetahui nilai jawaban dari responden mengenai

indikator-indikator tersebut, maka diukur dengan mencari kelas interval dari

masing-masing jawaban. Penulis menggunakan rumus yang dikemukakan oleh

Redi Panuju (1995:45) untuk mengukur kelas interval, yakni dalam menentukan

kategori tinggi, sedang, dan rendah terlebih dahulu harus menetukan nilai indeks

minimum, maksimum, dan intervalnya serta jarak intervalnya sebagai berikut:

1. Nilai indeks minimum adalah skor minimum dikali jumlah pertanyaan

dikali jumlah responden.

2. Nilai indeks maksimum adalah skor tertinggi dikali jumlah pertanyaan

dikali jumlah responden.

3. Interval adalah selisih antara nilai indeks maksimum dengan indeks

minimum.

4. Jarak interval adalah interval dibagi dengan jumlah jenjang yang

diinginkan.

Sebagai upaya untuk mempermudah dalam pengklasifikasian maka

pengelompokan dibagi kedalam 5 (lima) kelompok sehingga rumus perhitungan

kelas interval adalah sebagai berikut:

Total nilai tertinggi−Total nilai terendah


Panjang kelas interval=
Banyak kelas

Dalam keperluan akurasi data, maka rumus perhitungan interval dalam

penelitian dilakukan pada masing-masing variabel. Berikut ini adalah perhitungan

interval untuk variabel akuntansi manajemen lingkungan:

34
35

Jumlah pernyataan x responden(n) x skor tertinggi = 24 x 15 x 5 = 1800

Jumlah pernyataan x responden (n) x skor terendah = 24 x 15 x 1 = 360

Jarak Interval = 1800 – 360 = 1440

Interval = 1440 / 5 = 288

Berdasarkan perhitungan tersebut, diketahui jarak interval adalah

sebesar 288 sehingga diklasifikasikan dalam tabel seperti berikut:

Tabel 3.4
Pengelompokan Nilai Jawaban Responden Akuntansi Manajemen
Lingkungan
Interval Kriteria
360 – 648 Sangat Tidak Memadai
649 – 936 Tidak Memadai
936 – 1224 Kurang Memadai
1225 – 1512 Memadai
1512 – 1800 Sangat Memadai
Sumber: Hasil Perhitungan

Pengelompokkan nilai jawaban responden mengenai akuntansi manajemen

lingkungan untuk masing-masing indikator yaitu sebagai berikut:

Total nilai tertinggi:

Jumlah pernyataan x sampel (n) x skor tertinggi = 1 x 15 x 5 = 75

Total nilai terendah:

Jumlah pernyataan x sampel (n) x skor terendah = 1 x 15 x 1 = 15

Total nilai tertinggi−Total nilai terendah


Panjang kelas interval=
Banyak kelas

75−15
¿ = 12
5

2. Analisis inovasi produk

35
36

Menganalisis inovasi produk dilakukan dengan melakukan

wawancara yang dilakukan dengan Manager Divisi Produksi. Selain itu

juga menyebarkan kuesioner kepada Pemilik Perusahaan Pabrik Tahu di

Sumedang, bagian pengelola, bagian produksi, bagian pemasaran, dan

bagian pengawasan

Kuisoner pertanyaan terdiri dari 6 pernyataan menganai inovasi

produk. Selanjutnya, untuk mengetahui nilai jawaban dari responden

mengenai indikator-indikator tersebut, maka diukur dengan mencari kelas

interval dari masing-masing jawaban. Berikut ini adalah perhitungan

interval untuk variable inovasi produk:

Jumlah pernyataan x responden (n) x skor tertinggi = 7 x 15 x 5 = 525

Jumlah pernyataan x responden (n) x skor terendah = 7x 15 x 1 = 105

Jarak Interval = 525 – 105 = 420

Interval = 420 / 5 = 84

Berdasarkan perhitungan tersebut, diketahui jarak interval adalah

sebesar 84 sehingga diklasifikasikan dalam tabel seperti berikut:

Tabel 3.5
Pengelompokkan nilai jawaban responden Inovasi Produk
Interval Kriteria
105 – 189 Tidak Baik
190 – 273 Kurang Baik
274 – 357 Cukup Baik
358 – 441 Baik
442 – 525 Sangat Baik
Sumber: Hasil Perhitungan

Pengelompokkan nilai jawaban responden mengenai inovasi produk untuk

masing-masing indikator yaitu sebagai berikut:

36
37

Total nilai tertinggi:

Jumlah pernyataan x responden (n) x skor tertinggi = 1 x 15 x 5 = 75

Total nilai terendah:

Jumlah pernyataan x responden (n) x skor terendah = 1 x 15 x 1 = 15

Total nilai tertinggi−Total nilai terendah


Panjang kelas interval=
Banyak kelas

75−15
¿ = 12
5

37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Industri Pabrik Tahu Jembar Manah adalah pabrik yang bergerak dibidang

produksi pangan khususnya memproduksi tahu. Industri ini telah mendapatkan

izin dari badan pengawasan obat dan makanan (POM) yang diatur dalam undang-

undang sebagai syarat pendirian industri dibidang pangan. Lokasinya berada di

Samoja, Pasanggrahan Baru, Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang. Industri

ini telah berdiri ± selama 18 tahun sejak tahun 2000 dengan karyawannya saat ini

berjumlah 3 orang dibagian kantor, 5 orang bagian pemasaran dan 40 orang

dibidang produksi yang dibagi sesuai bagiannya masing-masing. Sejak berdirinya

hingga saat ini industri tahu terus mengalami peningkatan produksinya meskipun

sempat jatuh bangun pada awal mula pendiriannya.Awalnya industri tahu ini

dibangun masih dalam skala kecil atau dapat disebut industri rumah tangga yang

hanya memiliki beberapa karyawan saja, pengelolahannyapun dikelola sendiri

oleh Bpk. H Endit Suhandi selaku pemilik.

Namun lama kelamaan seiring makin banyaknya konsumen, industri tahu ini

menjadi semakin besar dan memiliki banyak karyawan. Pemilikpun tidak lagi

mengelola secara langsung, akan tetapi menggaji karyawan untuk mengatur

keuangan dan pengawasan. Saat ini, dalam setiap produksinya, industri tahu

Jembar Manah menghasilkan satu ton tahu setiap harinya dan dapat memperoleh

38
39

laba kotor sebesar Rp.11.200.000 per hari.Serta memiliki asset-aset mesin yang

lebih canggih seperti mesin boiler dan mesin penggilingan.

Visi Dan Misi Perusahaan

 Visi

Usaha Pabrik Tahu Jembar Manah senantiasa berusaha untuk menjadi

yang terbaik baik dalam produksinya dan pemasarannya. Dapat

memuaskan para konsumen sebagai penikmat tahu. Dalam prosesnya pun

dikemas dengan baik.

 Misi

Usaha Pabrik Tahu Jembar Manah bertekad untuk menyediakan tahu yang

berkualitas dengan harga yang terjangkau sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.

4.1.2 Struktur Organisasi


Struktur organisasi perusahaan merupakan gambaran skematis tentang

hubungan kerja sama yang ada dalam perusahaan ataupun organisasi untuk

mencapai sasaran. Stuktur organisasi ini menggambarkan pembagian kerja, garis-

garis wewenang,pembatasan tugas dan tanggung jawab dari unit-unit organisasi

yang ada dalam suatu perusahaan. Adapun struktur organisasi pada Industri

Pabrik Tahu Jembar Manah yaitu terdiri dari:

1. Pemilik

Pemilik adalah pemegang saham atau pemilik modal sepenuhnya yang

mempunyai kewenangan terbesar dalam pengambil keputusan serta memiliki hak

penuh untuk mengendalikan industrinya.


40
41

2. Pengelola.

Yaitu bertugas sebagai tangan kanan dari pemilik dalam segala urusan serta

dapat pula menggantikan pemilik apabila sedang berhalangan. Bagian ini juga

bertanggung jawab atas semua jalannya proses produksi

3. Administrasi.

Bertugas dalam pengolahan keuangan industri tahu serta bertugas membuat

laporan bulanan atas pengeluaran, pemasukan dan pendapatan industri tahu.

4. Pengawasan.

Bertugas mengawasi jalannya proses produksi agar proses produksi terkendali

dengan baik. Selain itu menjaga bahan baku didalam gudang agar tidak hilang dan

menyimpan ampas dari proses produksi yang nantinya akan dijual atau digunakan

kembali kembali.

5. Bagian pemasaran.

Bagian ini dapat dikatakan sebagai perantara antara produsen dengan

konsumen, dimana bagian pemasaran bertugas untuk memasarkan hasil produksi

6. Bagian Produksi.

Bagian produksi dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

a. Bagian pencucian dan perendaman.

Pembuatan tahu membutuhkan bahan baku yakni kedelai. Sebelum mengelola

kedelai untuk diproses menjadi tahu, kedelai perlu dicuci hingga bersih dan

kemudian direndam kedalam air selama beberapa menit untuk memastikan bahan

baku yang digunakan bersih yang dimana bagian ini bertanggung jawab atas

kualitas kedelai yang nantinya dimasak menjadi bahan baku.


42

b. Bagian penggilingan.

Bagian penggilingan bertugas untuk menggiling kedelai sampai halus dengan

menggunakan mesin penggilingan agar dapat diolah atau dicetak menjadi tahu.

c. Bagian perebusan dan penyaringan

Bagian ini bertugas untuk merebus kedelai yang telah digiling hingga matang

dan kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan sari-sari kedelai dari

ampasnya.

d. Bagian pencetakan.

Bagian ini bertugas untuk mencetak adonan tahu yang telah disaring yang

kemudian didiamkan selama beberapa menit hingga menjadi tahu.

e. Bagian pemotongan.

Bagian ini adalah bagian dari tahap terakhir pembuatan tahu dimana tahu yang

telah jadi dalam cetakan dipotong sesuai ukuran tahu yang telah ditetapkan.
43

Struktur Organisasi
Pabrik Tahu Jembar Manah

Pemilik

Bpk. H Endit Suhandi

Pengelola

Bpk.Anwar Fauzi

Administrasi Pengawasan Pemasaran


Produksi
Ayu Nurhalisa Siti Fatonah Ukas

Bagian
Bagian Perebusan dan
Perendaman dan Bagian Penggilingan Bagian Pemotongan
Penyaringan
Pencucian

Gambar 4.1
44

1.1.3 Proses Produksi

Proses produksi tahu menggunkan kedelai sebagai bahan bakunya. Kedelai

yang tersedia dilakukan perendaman dan pencucian hingga bersih selama

beberapa jam sebelum proses penggilingan. Proses penggilinganpun dilakukan

hingga kedelai tersebut menjadi halus yang nantinya akan diletakan kedalam

bak khusus untuk diuapi beberapa menit hingga masak.

Kedelai yang telah masak tadi kemudian dipindah kebagian penyaringan

agar terpisahnya dari kedelai dengan ampasnya, dengan tetap menjaga

kekentalan dari kedalai tersebut. Dengan proses penyaringan ampas tahu akan

tersangkut didalam saringan yang nantinya akan dibuang sedangkan tahu dari

kedelai akan diolah lebih lanjut.

Sari tahu kemudian ditambahkan biang atau bibit (air tahu) secara terus

menerus sambil terus diaduk untuk memisahkan sari kedelai dari air biasa.

Penambahan biang atau bibit (air tahu) bertujuan agar sari kedelai dalam bak

dapat mengendap dengan baik yang nantinya air biasa tersebut akan disedot

hingga terpisah dari sari kedelai.

Setelah yang tersisa dalam bak hanyalah sari kedelai , maka sari-sari

tersebut akan diangkat dengan menggunakan penyaringan untuk seterusnya

dimasukan ke cetakan tahu. Setelah dirasa sudah cukup maka cetakan

kemudian ditutup. Proses ini berfungsi untuk memberi bentuk pada produk

tahu yang nantinya dihasilkan sekaligus untuk meniriskan air yang masih

tertempel pada sari kedelai tersebut.

Dari proses produksi tersebut industri tahu menghasilkan dua jenis limbah

berupa limbah cair dan limbah padat. Limbah padat dihasilkan dari proses
45

penyaringan kedelai yang memisahkan antara ampas dan sari-sari tahu.

Sedangkan limbah cair dihasilkan dari proses perendaman ataupun pencucian

bahan baku tahu, selain itu pada proses penyaringan tahu untuk mendapatkan

endapan tahu dan pemisahan endapan tahu dengan air pun menghasilkan

limbah cair yang mengandung zat kimia orgnik.

4.2 Analisis Deskriptif Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan pada

Industri Pabrik Tahu Jembar Manah

Analisis penerapan akuntansi manajemen lingkungan pada Pabrik Tahu

Jembar Manah menggunakan 2 dimensi yaitu pengumpulan pencatatan informasi

fisik dan informasi moneter yang terdiri dari masing-masing indikator.

Berdasarkan hasil tanggapan responden melalui kuesioner yang diberikan kepada

pemilik, bagian pengelola, bagian pengawasan, bagian pemasaran dan

administrasi, maka diperoleh ini hasil tanggapan responden mengenai penerapan

akuntansi manajemen lingkungan pada Pabrik Tahu Jembar Manah sebagai

berikut :

Tabel 4.1
Hasil Tanggapan Responden Tentang Akuntansi Manajemen Lingkungan
Dimensi Indikator Sko Kriteria
r
Informasi fisik Bahan 105 Memadai
Energi 116 Memadai
Produk 184 Sangat Memadai
Limbah 78 Tidak Memadai
Emisi 87 Kurang Memadai
Air 114 Memadai
Informasi moneter Biaya pencegahan 135 Kurang Memdai
Biaya deteksi 96 Kurang Memadai
Biaya kegagalan internal 180 Memadai
Biaya kegagalan eksternal 115 Kurang Memadai
46

Sumber: Hasil Perhitungan

Adapaun pernyataan-pernyataan kuesioner berisi tentang akuntansi

manajmen lingkungan pada Industri Pabrik Tahu Jembar Manah. Berdasarkan

hasil data keusioner yang diolah menunjukkan data sebagai berikut:

Tabel 4.2
Rekapitulasi Jawaban Responden pada Variabel Penerapan
Akuntansi Manajemen Lingkungan
Pilihan Jawaban
Total
No Item Pernyataan 5 4 3 2 1
Skor
(SL) (SR) (KK) (P) (TP)
Perusahaan menggunakan sejumlah
1 bahan yang berasal dari bahan yang di 0 16 6 4 7 33
daur ulang

Perusahaan menggunakan sejumlah


2 bahan dalam proses produksi. 60 12 0 0 0 72

Perusahaan menggunakan sejumlah


3 energy (bahan bakar) 30 36 0 0 0 66

Perusahaan menggunkan penghematan


4 jumlah energy (bahan baka) yang 0 20 30 0 0 50
digunakan

Bapaka/ Ibu melakukan analisis


pengembangan produk dalam
5 penilaian peluang untuk menekan 35 20 0 2 1 58
dampak lingkungan

Bapak/Ibu melakukan analisis dampak


produk terhadap penilaian dampak
6 lingkungan dalam hal daya saing 20 40 3 0 0 63
desain produk

Bapak/Ibu melakukan analisis


7 persediaan produk terhadap jumlah 40 20 6 0 0 66
bahan dan energi yang dibutuhkan
47

Perusahaan mengolah dan


8 menggunakan limbah yang dihasilkan 45 12 0 0 3 60

Perusahaan membuang limbah yang


9 dihasilakan secara langsung ke 0 0 0 10 10 20
lingkungan.

Perusahaan meakukan penghematan


10 dalam pemakaian emisi gas 30 28 0 2 1 61

Perusahaan menggunkan kembali


11 emisi gas yang dihasilkan 0 8 6 2 10 26

Dalam proses produksi perusahaan


12 menggunakan air yang di ambil dari 75 0 0 0 0 75
alam seluruhnya

Perusahaan membuang semua air yang


13 sudah digunakan secara langsung 20 0 3 12 4 39

Perusahaan mengalokasikan biaya


14 untuk penyusutan dan memilih 15 16 12 2 3 48
peralatan pengendalian lingkungan

Perusahaan megalokasikan biaya


15 untuk pengembangan sistem pengelola 0 12 30 4 0 46
lingkungan

Perusahaan mengalokasikan biaya


16 pelatihan karyawan untuk masalah 5 8 24 2 2 41
lingkungan

Perusahaan mengalokasikan biaya


17 untuk pengembangan/desain produk 0 28 18 4 0 50
yang ramah lingkungan

Perusahaan mengalokasikan biaya


18 untuk pengolahan dan pembuangan 0 24 18 2 2 46
limbah berbahaya/tercemar

Perusahaan mengalokasikan biaya


pemeriksa proses produksi untuk
19 menjamin kepatuhan terhadap regulasi 5 36 12 2 0 55
lingkungan

20 Perusahaan mengalokasikan biaya 30 20 12 0 0 64


48

untuk pengolahan dan pembuangan


limbah berbahaya

Perusahaan mengalokasikan biaya


21 untuk pemeliharaan peralatan limbah 30 24 9 0 0 63

Perusahaan menghasilkan biaya untuk


22 pembersihan lingkungan yang 0 8 27 2 3 40
tercemar

Perusahaan mengalokasikan biaya


23 daur ulang bahan sisa untuk digunkan 0 12 18 4 4 38
kembali

Perusahaan mengalokasikan biaya


24 untuk perbaikan/konservasi lahan yang 0 8 27 2 0 37
rusak

Total 1216
Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan Tabel 4.2 dan total skor pada tabel di atas memperlihatkan

bahwa besarnya variabel akuntansi maanjemen lingkungan adalah sebesar 1216

dengan jumlah 15 responden. Hasilnya menunjukkan garis kontinum yang dapat

digambarkan sebagai berikut:

1216

STM TM KM M SM
360 648 936 1224 1512 1800

Gambar 4.2
Garis Kontinum Akuntansi Manajemen Lingkungan
Sumber : Hasil perhitungan

Garis kontinum di atas menggambarkan bahwa nilai jawaban responden pada

variabel akuntansi manajemen lingkungan terletak pada kelas interval kriteria


49

kurang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa Pabrik Tahu Jembar Manah secara

umum telah menerapkan akuntansi manajemen lingkungan namun belum

maksimal. Berdasarkan hasil wawancara penerapan akuntansi manajemen

lingkungan telah dirasa penting oleh perusahaan, namun pada Pabrik Tahu

Jembar Manah sendiri dianggap oleh staf bagian pengelola masih mempunyai

banyak kekurangan dan perlu dilakukan perbaikan. Secara detail kondisi

akuntansi manajemen lingkungan ini dapat dijelaskan melalui sebaran 24

pernyataan kuesioner, terdiri dari 13 pernyataan mengenai informas fisik dan 11

pernyataan mengenai informasi moeneter. Penjelasan mengenai kurang memdai

nya penerapan akuntansi manajemen lingkungan perusahaan dijelaskan dengan

masing-masing indikator sebagai berikut :

1. Informasi Fisik

Gambaran berkaitan dengan informasi fisik dalam akuntansi manajemen

lingkungan berdasarkan data kuesioner terhadap 13 peryataan sebagai ukuran

yang ditanyakan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3
Hasil Tanggapan Responden Tentang Pencataan Pengumpulan Informasi
Fisik AML
Pilihan jawaban
No Skor
Item Pernyataan 5 4 3 2 1
. Total
(SL) (SR) (KK) (P) (TP)
F 0 4 2 2 7
Perusahaan menggunakan 26,6
sejumlah bahan yang berasal % 0 13,33 13,33 6,67
1 7
dari bahan yang di daur
ulang Skor 0 16 6 4 7 33
50

F 12 3 0 0 0
Perusahaan menggunakan 20,0
2 sejumlah bahan dalam % 80,00 0 0 0
0
proses produksi.
Skor 60 12 0 0 0
72
F 6 9 0 0 0
Perusahaan menggunakan
60,0
3 sejumlah energy (bahan % 40,00 0 0 0
0
bakar)
Skor 30 36 0 0 0 66

Perusahaan menggunkan F 0 5 10 0 0
penghematan jumlah energy 33,3
4 % 0 66,67 0 0
(bahan bakar) yang 3
digunakan Skor 0 20 30 0 0 50
Bapaka/ Ibu melakukan F 7 5 0 1 1
analisis pengembangan 33,3
5 produk dalam penilaian % 46,67 0 6,67 6,67
3
peluang untuk menekan
Skor 35 20 0 2 1 58
dampak lingkungan
Bapak/Ibu melakukan F 4 10 1 0 0
analisis dampak produk 66,6
6 terhadap penilaian dampak % 26,67 6,67 0 0
7
lingkungan dalam hal daya
Skor 20 40 3 0 0 63
saing desain produk
Bapak/Ibu melakukan F 8 5 2 0 0
analisis persediaan produk 33,3
7 % 53,33 13,33 0 0
terhadap jumlah bahan dan 3
energi yang dibutuhkan Skor 40 20 6 0 0 66
F 9 3 0 0 3
Perusahaan mengolah dan
20,0
8 menggunakan limbah yang % 60,00 0 0 20,00
0
dihasilkan
Skor 45 12 0 0 3 60
Perusahaan membuang F 0 0 0 5 10
limbah yang dihasilakan
9 % 0 0 0 33,33 66,67
secara langsung ke
lingkungan. Skor 0 0 0 10 10 20
F 6 7 0 1 1
Perusahaan melakukan
46,6
10 penghematan dalam % 40,00 0 6,67 6,67
7
pemakaian emisi gas
Skor 30 28 0 2 1 61
51

F 0 2 2 2 10
Perusahaan menggunakan
13,3
11 kembali emisi gas yang % 0 13,33 13,33 66,67
3
dihasilkan
Skor 0 8 6 2 10 26
Dalam proses produksi F 15 0 0 0 0
perusahaan menggunakan air
12 % 500,00 0 0 0 0
yang di ambil dari alam
seluruhnya Skor 75 0 0 0 0 75
F 4 0 1 6 4
Perusahaan membuang
% 26,67 0 6,67 40,00 26,67
13 semua air yang sudah
digunakan secara langsung Skor 20 0 3 12 4
39
F 71 53 18 17 36
27,1
Keseluruhan Skor % 36,41 9,23 8,71 18,46
7
669
Skor 335 212 54 32 36
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan Tabel 4.3 dan total skor pada tabel di atas memperlihatkan

bahwa besarnya dimensi pencatatan pengumpulan informasi fisik AML adalah

sebesar 669 dengan jumlah 15 responden. Hasilnya menunjukkan garis kontinum

yang dapat digambarkan sebagai berikut:

669

STM TM N M SM
196 352 508 664 819 975

Gambar 4.3
Garis Kontinum Pencatatan Pengumpulan Informasi Fisik
Sumber : Hasil perhitungan
52

Garis kontinum di atas menggambarkan bahwa nilai jawaban responden pada

dimensi pencatatan pengumpulan informasi fisik AML terletak pada kelas interval

kriteria memadai. Berdasarkan akumulasi jawaban responden yang diperoleh dari

13 pernyataan yang diajukan tentang dimensi pencatatan pengumpulan informasi

fisik dapat dilihat paling banyak responden memilih jawaban selalu (SL) yaitu

36,41% dengan skor 335, dan disusul responden yang memilih jawaban sering

(SR) 27,17% dengan skor 212, kemudian responden yang memilih jawaban tidak

pernah (TP) 18,46% dengan skor 36, responden yang memilih jawaban pernah

(KK) 9,23 % dengan skor 54, dan responden yang memilih jawaban kadang-

kadang (P) 8,71% dengan skor 32.

Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dapat mengumpulkan data non

moneter secara memadai. Informasi akuntansi fisik (PEMA) ini sudah

sepenuhnya menyediakan data yang diperlukan untuk secara efektif mengelola

seluruh dampak lingkungan potensial sehingga dapat mengendalikan kegiatan

variabel inovasi produk. Penerapan akuntansi manajemen lingkungan berbasis

fisik pada Pabrik Tahu Jembar Manah memandu biaya-biaya yang berhubungan

dengan lingkungan.

Laporan pencatatan pengumpulan informasi fisik pada Pabrik Tahu Jembar

Manah berisikan laporan mengenai komponen fisik komponen bahan dasar

kedelai, komponen emisi bahan bakar, dan komponen energi/sumberdaya yang

dibutuhkan sebagai input untuk kegiatan produksi serta komponen produk,

komponen limbah, dan komponen air yang dihasilkan sebagai output kegiatan

produksi. Pelaporan pencatatan pengumpulan informasi fisik berfungsi untuk

mengetahui tingkat keseimbangan arus bahan, kualitas bahan dasar tahu, limbah
53

berupa sisa-sisa produksi dan kapasitas bahan dasar serta sumber daya untuk

dibandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan, sehingga perusahaan

mengetahui tingkat pencemaran perusahaan melebihi baku mutu yang telah

ditetapkan atau tidak, selain itu menyediakan laporan untuk pihak eksternal.

Dengan kondisi lingkungan yang baik akan sangat menguntungkan bagi

keberlangsungan di masa akan datang.

Secara detail kondisi informasi fisik dalam akuntansi manajemen lingkungan

memiliki indikator yang terdiri dari beberapa pernyataan kuesioner sebagai

ukuran, meliputi indikator bahan, energi, produk, limbah, emisi dan air.

Penjelasan dari kondisi masing-masing indikator informasi fisik melalui

pernyataan kuesioner dari setiap indikator tersebut yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.4
Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan Informasi
Fisik Bahan
Pilihan jawaban
No Skor
Item Pernyataan 5 4 3 2 1
. Total
(SL) (SR) (KK) (P) (TP)
Perusahaan menggunakan F 0 4 2 2 7
sejumlah bahan yang berasal
1 % 0 26,67 13,33 13,33 6,67
dari bahan yang di daur
ulang Skor 0 16 6 4 7 33
Perusahaan menggunakan F 12 3 0 0 0
2 sejumlah bahan dalam proses % 80,00 20,00 0 0 0
produksi. Skor 60 12 0 0 0 72
F 12 7 2 2 7
% 40,00 23,33 6,67 6,67 23.33
Total
Sko
60 28 6 4 7
r 105
Sumber: Hasil Perhitungan
54

Berdasarkan akumulasi jawaban responden yang diperoleh dari 2 pernyataan

yang diajukan tentang indikator bahan dapat dilihat paling banyak responden

memilih jawaban sering (SL) yaitu 40,00% dengan skor 60. Berdasarkan Tabel

4.4 maka kriteria penilaian indicator pengumpulan pencatatan informasi fisik

dengan jumlah skor sebesar 105 termasuk pada kriteria memadai yang berada

pada rentang antara nilai 103 dengan nilai 126.

Informasi bahan dasar tahu sebagai input yang dibutuhkan oleh industri pabrik

tahu termasuk kedalam kriteria memadai. Hal ini dikarenakan sudah tersedianya

informasi bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi secara memdai,

maka perusahaan mengharapkan dapat melakukan proses produksi sesuai

kebutuhan atau permintaan konsumen. Selain itu peusahaan juga menggunakan

sejumlah bahan yang berasal dari bahan yang di daur ulang, bahan bekas

pembuatan tahu tersebut menghasilkan limbah cair dan limbah padat yang

kemudian diolah menjadi suatu produk yang mempunyai nilai tambah. Contohnya

limbah padat dari bahan sisa bekas pembuatan tahu dijadikan sebagai tempe

gembus, makanan ternak, ada juga yang dimanfaatkan untuk pembuatan produk

makanan selain tahu seperti kerupuk ampas tahu.

Tabel 4.5
Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan Informasi
Fisik Energi
Pilihan jawaban
No Skor
Item Pernyataan 5 4 3 2 1
. Total
(SL) (SR) (KK) (P) (TP)
1 Perusahaan menggunakan F 6 9 0 0 0 66
sejumlah energy (bahan
bakar) % 40,0 60,00 0 0 0
0
55

Skor 30 36 0 0 0

Perusahaan menggunkan F 0 5 10 0 0
penghematan jumlah energy
2 % 0 33,33 66,67 0 0
(bahan bakar) yang
digunakan Skor 0 20 30 0 0 50
F 6 14 10 0 0
20,0
Total % 46,67 33,33
0
Skor 30 56 30 0 0 116
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan akumulasi jawaban responden yang diperoleh dari 2 pernyataan

yang diajukan tentang indikator energi dapat dilihat paling banyak responden

memilih jawaban sering (SR) yaitu 46,67% dengan skor 56. Berdasarkan Tabel

4.5 maka kriteria penilaian indikator pengumpulan pencatatan informasi fisik

dengan jumlah skor sebesar 116 termasuk pada kriteria memadai yang berada

pada rentang antara nilai 103 dengan nilai 126.

Informasi energi atau sumber daya sebagai input yang dibutuhkan oleh

industri pabrik tahu termasuk kedalam kriteria memadai. Hal ini dikarenakan

industri Pabrik Tahu Jembar manah telah menggunakan bahan bakar dalam

pembuatan tahu secara efektif dan efisien. Dalam hal ini bahan bakar yang

digunakan adalah jenis solar, dalam pemanfaatnya karyawan yang bekerja pada

bagian produksi diharuskan untuk selalu menggunkan bahan bakar sesuai dengan

kebutuhan, supaya tidak terjadi pemborosan pemakaian bahan bakar yang

berlebihan.

Tabel 4.6
56

Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan Informasi


Fisik Produk
Pilihan jawaban
No Skor
Item Pernyataan 5 4 3 2 1
. Total
(SL) (SR) (KK) (P) (TP)
Bapaka/ Ibu melakukan F 7 5 0 1 1
analisis pengembangan
46,6
1 produk dalam penilaian % 33,33 0 6,67 6,67
7
peluang untuk menekan
dampak lingkungan Skor 35 20 0 2 1 58
Bapak/Ibu melakukan F 4 10 1 0 0
analisis dampak produk
26,6
2 terhadap penilaian dampak % 66,67 6,67 0 0
7
lingkungan dalam hal daya
saing desain produk Skor 20 40 3 0 0 63

Bapak/Ibu melakukan F 8 5 2 0 0
analisis persediaan produk 53,3
3 % 33,33 13,33 0 0
terhadap jumlah bahan dan 3
energi yang dibutuhkan Skor 40 20 6 0 0 66
F 19 20 3 1 1
43,1
Total % 45,47 6,81 2,27 2,27
8
Skor 95 80 9 0 0 184
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan akumulasi jawaban responden yang diperoleh dari 3 pernyataan

yang diajukan tentang indikator produk dapat dilihat paling banyak responden

memilih jawaban sering (SR) yaitu 45,47% dengan skor 80. Berdasarkan Tabel

4.6 maka kriteria penilaian indicator pengumpulan pencatatan informasi fisik

dengan jumlah skor sebesar 184 termasuk pada kriteria sangat memadai yang

berada pada rentang antara nilai 181 dengan nilai 225.

Informasi produk yang dihasilkan oleh industri pabrik tahu termasuk kedalam

kriteria sangat memadai. Hal ini dikarenan industri pabrik tahu jembar manah
57

selalu melakukan analisis pengembangan produk dalam penilain peluang untuk

menekan dampak lingkungan. Pengembangan produk merupakan sebuah hal

penting yang dibutuhkan oleh industri pabrik tahu ini, karena dalam menjalankan

bisnisnya pasti ada pesaing di luar perusahaan. Maka dari itu proses ini penting

agar perusahaan mempunyai produk yang memiliki keunggulan yang menonjol,

sehingga membuat orang tertarik dengan produknya.Selanjutnya industri Pabrik

Tahu Jembar Manah selalu melakukan analisis persediaan produk terhadap jumlah

bahan dan energi yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan karena persediaan bahan

baku yang cukup dapat memperlancar proses produksi serta produk yang

dihasilkan harus menjamin dalam peningkatan kegiatan pemasaran. Kemudian

industri pabrik tahu jembar manah juga melakukan analisis terhadap penilaian

dampak lingkungan dalam hal daya saing desain produk. Hal ini dilakukan agar

produk yang dihasilkan memilik kualitas terbaik dan dapat bersaiang dengan

industri pabrik tahu lainnya.

Tabel 4.7
Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan Informasi
Fisik Limbah
Pilihan jawaban
No Skor
Item Pernyataan 5 4 3 2 1
. Total
(SL) (SR) (KK) (P) (TP)
F 9 3 0 0 3
Perusahaan mengolah dan
60,0
1 menggunakan limbah yang % 20,00 0 0 20,00
0
dihasilkan
Skor 45 12 0 0 3 60
2 Perusahaan membuang F 0 0 0 5 10 20
limbah yang dihasilakan
secara langsung ke % 0 0 0 33,33 66,67
58

Skor 0 0 0 10 10
lingkungan.
F 9 3 0 5 3
45,0
Total % 15,00 0 25,00 15,00
0
Skor 45 12 0 10 13 78
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan akumulasi jawaban responden yang diperoleh dari 2 pernyataan

yang diajukan tentang indikator limbah dapat dilihat paling banyak responden

memilih jawaban sering (SL) yaitu 45,00% dengan skor 45. Berdasarkan Tabel

4.7 maka kriteria penilaian indikator pengumpulan pencatatan informasi fisik

dengan jumlah skor sebesar 78 termasuk pada kriteria tidak memadai yang berada

pada rentang antara nilai 55 dengan nilai 78.

Informasi limbah sebagai output yang dihasilkan oleh industri pabrik tahu

termasuk kedalam kriteria tidak memadai. Limbah merupakan bahan sisa

pembuatan tahu yang tidak termasuk kedalam produk akhir yang dihasilkan oleh

Industri Pabrik Tahu Jembar Manah. Banyaknya limbah bahan bekas pembuatan

tahu ini lambat laun menjadi aliran limbah yang harus diatur. Adapun penanganan

limbah pada industri Pabrik Tahu Jembar Manah adalah sebagai berikut:

a. Limbah padat.

Limbah padat berasal dari proses penyaringan dan pemisahan sari kedelai

dengan ampasnya. Ampas ini mengandung banyak protein, lemak, karbohidrat,

serat, air dan beberapa persen abu. Mengenai volume dari limbah padat yang

dihasilkan pada industri ini sangat fluktuatif tergantung besarnya jumlah tahu

yang diproduksi, namun kira-kira industri ini mampu menghasilkan limbah

padatnya sebesar ±55 kg perharinya.Ampas ini dapat didaur ulang menjadi aneka
59

macam makanan ringan maupun dapat pula digunakan sebagai pupuk dan

makanan hewan ternak.

b. Limbah cair.

Limbah cair industri dihasilkan dari proses penyaringan dan pencucian bahan

baku. Limbah cair ini mengandung senyawa kimia, polutan seperti tanah, larutan

alkohol panas dan insektisida. Apabila limbah cair tersebut dibuang langsung ke

suatu perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik, pencemaran

air dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya. Tak

hanya perairan yang terganggu, dari limbah cair maupun limbah padat jika lama

kelamaan dibiarkan begitu saja nantinya akan menghasilkan bau busuk yang akan

menyebabkan penyakit pernafasan.Besarnya limbah cair yang dihasilkan oleh

industri ini tidak dapat dihitung karena tidak ada perhitungan khusus.Penanganan

limbah cair pada pabrik tahu ini masih belum seratus persen ditangani dengan

baik.Hanya sebagian limbah cairnya yang ditampung pada bak-bak khusus yang

kemudian di lakukan pengelolaan menggunakan bakteri anaerob guna

menghilangkan kandungan berbahaya didalam limbah cair. Namun sayangnya,

bak-bak tersebut tidak dapat menampung seluruh limbah cair dari proses produksi

dikarenakan makin lama kelamaan produksi tahu semakin meningkat sehingga

limbah cairnya yang dihasilkan juga bertambah. Untuk mengatasi limbah cair

yang dibuang begitu saja kedalam selokan yang mengalir ke sungai, pabrik tahu

sesekali dalam beberapa bulan mengeluarkan biaya untuk pembersihan selokan

tersebut agar masyarakat sekitar tidak terganggu dengan bau maupun dampak

negatifnya bagi ekosistem air.


60

Tabel 4.8
Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan Informasi
Fisik Emisi
Pilihan jawaban
No Skor
Item Pernyataan 5 4 3 2 1
. Total
(SL) (SR) (KK) (P) (TP)
F 6 7 0 1 1
Perusahaan melakukan
40,0
1 penghematan dalam % 46,67 0 6,67 6,67
0
pemakaian emisi gas
Skor 30 28 0 2 1 61
F 0 2 2 2 10
Perusahaan menggunakan
2 kembali emisi gas yang % 0 13,33 13,33 13,33 66,67
dihasilkan
Skor 0 8 6 2 10 26
F 6 9 2 3 2
12,2
Total % 18,37 4,08 6,12 4,08
4
Skor 30 36 6 4 11 87
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan akumulasi jawaban responden yang diperoleh dari 2 pernyataan

yang diajukan tentang indikator emisi dapat dilihat paling banyak responden

memilih jawaban selalu (SR) yaitu 18,37% dengan skor 36. Berdasarkan Tabel

4.8 maka kriteria pengumpulan pencatatan pengumpulan indikator informasi fisik

dengan jumlah skor sebesar 87 termasuk pada kriteria kurang memadai yang

berada pada rentang antara nilai 79 dengan nilai 102.

Informasi emisi sebagai output yang dihasilkan oleh industri pabrik tahu

termasuk kedalam kriteria tidak memadai. Emisi gas buang adalah sisa hasil

pembakaran bahan bakar di dalam mesin pembakaran dalam hal ini mesin yang

digunkan pabrik tahu seperti mesin boiler melalui proses penguapan dimana gas

tersebut langsung dibuang ke udara luar tanpa pengolahan terlebih dahulu. Pabrik
61

Tahu Jembar Manah membuang secara langsung emisi gas buang tersebut ke

udara tanpa adanya proses pengolahan terlebih dahulu, hal tersebut tentunya

berdampak pada lingkungan karena menimbulkan polusi yang mencemari udara.

Tabel 4.9
Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan Informasi
Fisik Air
Pilihan jawaban
No Skor
Item Pernyataan 5 4 3 2 1
. Total
(SL) (SR) (KK) (P) (TP)

Dalam proses produksi F 15 0 0 0 0


perusahaan menggunakan air 500,0
1 % 0 0 0 0
yang di ambil dari alam 0
seluruhnya Skor 75 0 0 0 0 75
F 4 0 1 6 4
Perusahaan membuang
2 semua air yang sudah % 26,67 0 6,67 40,00 26,67
digunakan secara langsung
Skor 20 0 3 12 4 39
F 19 0 1 6 4

Total % 63,33 0 3,33 20,00 13,33

Skor 95 0 3 12 4 114
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan akumulasi jawaban responden yang diperoleh dari 2 pernyataan

yang diajukan tentang indikator air dapat dilihat paling banyak responden memilih

jawaban sering (SL) yaitu 63,33% dengan skor 95. Berdasarkan Tabel 4.9 maka

kriteria pengumpulan pencatatan pengumpulan indikator informasi fisik dengan

jumlah skor sebesar 114 termasuk pada kriteria memadai yang berada pada

rentang antara nilai 103 dengan nilai 126.


62

Informasi air sebagai output yang dihasilkan oleh industri pabrik tahu

termasuk kedalam kriteria memadai. Hampir semua tahapan dalam pembuatan

tahu membutuhkan air dari proses perendaman, pencucian, penggilingan,

pemasakan, dan perendaman tahu yang sudah jadi sehingga dibutuhkan air dalam

jumlah banyak. Air yang digunakan oleh Pabrik Tahu Jembar Manah berasal dari

air tanah atau air artesis. Artinya air di ambil dari alam seluruhnya.

2. Informasi Moneter

Gambaran berkaitan dengan informasi moneter dalam akuntansi

manajemen lingkungan berdasarkan tanggapan responden terhadap 11 pernyataan

sebagai ukuran biaya lingkungan yang ditanyakan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10
Hasil Tanggapan Responden Tentang Pencataan Pengumpulan Informasi
Moneter AML
Pilihan jawaban
No Skor
Item Pernyataan 5 4 3 2 1
. Total
(SL) (SR) (KK) (P) (TP)
F 3 4 4 1 3
Perusahaan mengalokasikan 26,6
biaya untuk penyusutan dan % 20,00 26,67 6,67 20,00
1 7
memilih peralatan
pengendalian lingkungan Skor 15 16 12 2 3 48

F 0 3 10 2 0
Perusahaan megalokasikan 20,0
2 biaya untuk pengembangan % 0 66,67 13,33 0
0
sistem pengelola lingkungan
Skor 0 12 30 4 0
46
F 1 2 8 1 2
Perusahaan mengalokasikan
13,3
3 biaya pelatihan karyawan % 6,67 53,33 6,67 13,33
3
untuk masalah lingkungan
Skor 5 8 24 2 2 41
63

Perusahaan mengalokasikan F 0 7 6 2 0
biaya untuk 46,6
4 pengembangan/desain % 0 40,00 13,33 0
7
produk yang ramah 50
lingkungan Skor 0 28 18 4 0

Perusahaan mengalokasikan F 0 6 6 1 2
biaya untuk pengolahan dan 40,0
5 % 0 40,00 6,67 13,33
pembuangan limbah 0
berbahaya/tercemar Skor 0 24 18 2 2 46
Perusahaan mengalokasikan F 1 9 4 1 0
biaya pemeriksa proses 60,0
6 produksi untuk menjamin % 6,67 26,67 6,67 0
0
kepatuhan terhadap regulasi
Skor 5 36 12 2 0 55
lingkungan
Perusahaan mengalokasikan F 6 5 4 0 0
biaya untuk pengolahan dan 33,3
7 % 40,00 26,67 0 0
pembuangan limbah 3
berbahaya Skor 30 20 12 0 0 64
F 6 6 3 0 0
Perusahaan mengalokasikan
40,0
8 biaya untuk pemeliharaan % 40,00 20,00 0 0
0
peralatan limbah
Skor 30 24 9 0 0 63
Perusahaan menghasilkan F 0 2 9 1 3
biaya untuk pembersihan 13,3
9 lingkungan yang tercemar % 0 60,00 6,67 20,00
3
Skor 0 8 27 2 3 40
F 0 3 6 2 4
Perusahaan mengalokasikan
20,0
10 biaya daur ulang bahan sisa % 0 40,00 13,33 26,67
0
untuk digunkan kembali
Skor 0 12 18 4 4 38
Perusahaan mengalokasikan F 0 3 10 2 0
biaya untuk 20,0
11 % 0 66,67 13,33 0
perbaikan/konservasi lahan 0
yang rusak Skor 0 8 27 2 0 37
F 17 50 70 13 14
30,4
Keseluruhan Skor % 10,36 42,68 7,98 8,56
8
605
Skor 164 196 207 24 14
64

Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan akumulasi jawaban responden yang diperoleh dari 11 pernyataan

yang diajukan tentang indikator informasi moneter dapat dilihat paling banyak

responden memilih kadang-kadang (KK) yaitu 42,68% dengan skor 207, dan

disusul responden yang memilih jawaban sering (SR) 30,48% dengan skor 196,

responden yang memilih jawaban selalu (SL) 10,36% dengan skor164, kemudian

responden yang memilih jawaban tidak pernah (TP) 8,56% dengan skor 14 dan

responden yang memilih jawaban pernah (P) 7,98% dengan skor 24. Berdasarkan

Tabel 4.10 maka kriteria penilaian indikator informasi moneter dengan jumlah

skor sebesar 605 termasuk pada kriteria kurang memadai yang berada pada

rentang nilai antara 508 sampai dengan 663.

Hal tersebut menunjukkan bahwa selain dapat mengumpulkan data non

moneter perusahaan juga mengumpulkan data moneter dengan menjadikan

informasi fisik sebagai acuannya. Monetary Environmental Management

Accounting (MEMA) ini mempertimbangkan perhitungan setiap aktivitas produksi

yang telah dilakukan dalam bentuk unit moneter. Informasi akuntansi moneter di

Industri Pabrik Tahu Jembar Manah pada dasarnya lebih menekankan pada

akuntansi dari biaya-biaya lingkungan, menjadikan informasi sebagai alat

pengendalian namun belum menunjang pelaksanaan pelaksanaan fungsi akuntansi

manajemen lingkungan. Sebaiknya perusahaan lebih lengkap menjabarkan

tentang perhitungan pembebanan biaya lingkungan dan laporan keuangan

lingkungan.

Secara detail kondisi informasi moneter dalam akuntansi manajemen

lingkungan memiliki indikator yang terdiri dari beberapa pernyataan kuesioner


65

sebagai ukuran, meliputi indikator biaya pencegahan lingkungan, biaya deteksi

lingkungan, biaya kegagalan internal lingkungan, dan biaya kegagalan eksternal

lingkungan. Penjelasan dari kondisi masing-masing indikator informasi moneter

melalui pernyataan kuesioner dari setiap indikator tersebut yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.11
Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan Informasi
Moneter Biaya Pencegahan Lingkungan
Pilihan jawaban
No Skor
Item Pernyataan 5 4 3 2 1
. Total
(SL) (SR) (KK) (P) (TP)

Perusahaan mengalokasikan F 3 4 4 1 3
biaya untuk penyusutan dan 20,0
1 % 26,67 26,67 6,67 20,00
memilih peralatan 0
pengendalian lingkungan Skor 15 16 12 2 3 48
F 0 3 10 2 0
Perusahaan megalokasikan
2 biaya untuk pengembangan % 0 20,00 66,67 13,33 0
sistem pengelola lingkungan
Skor 0 12 30 4 0 46
F 1 2 8 1 2
Perusahaan mengalokasikan
3 biaya pelatihan karyawan % 6,67 13,33 53,33 6,67 13,33
untuk masalah lingkungan
Skor 5 8 24 2 2 41
F 4 9 22 4 5

Total % 9,09 20,45 50,00 9,09 11,36

Skor 20 36 66 8 5 135
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan akumulasi jawaban responden yang diperoleh dari 3 pernyataan

yang diajukan tentang indikator biaya pencegahan lingkungan dapat dilihat paling

banyak responden memilih jawaban kadang-kadang (KK) yaitu 50,00% dengan


66

skor 66. Berdasarkan Tabel 4.11 maka kriteria pengumpulan pencatatan

pengumpulan indikator informasi moneter dengan jumlah skor sebesar 135

termasuk pada kriteria kurang memadai yang berada pada rentang antara nilai 109

dengan nilai 144.

Hal ini menunjukkan bahwa Pabrik Tahu Jembar Manah melakukan

penerapan biaya pencegahan lingkungan namun kurang maksimal. Biaya

pencegahan dikeluarkan guna untuk mencegah terjadinya kerusakan

lingkungan. Biaya pencegahan yang dikeluarkan oleh industri Pabrik Tahu

Jembar Manah berupa :

a. Biaya pemeliharaan pabrik.

Biaya pemeliharaan yang dikeluarkan oleh industri Parik Tahu Jembar

Manah berupa pemeliharaan peralatan mesin-mesin industri dan pemeliharaan

kebersihan gedung. Biaya pemeliharaan pabrik dikeluarkan guna mencegah

terjadinya kerusakan mesin produksi dan gedung pabrik.

b. Penelitian pengelolaan limbah.

Penelitian tentang limbah dilakukan agar industri tahu lebih mengetahui

bahaya dari limbah yang dikeluarkan bagi lingkungan sekitar.Sehingga

mencegah industri tahu untuk melakukan pembuangan limbah ke lingkungan

tanpa dikelola.

c. Mendaur ulang limbah.

Pendauran ulang dilakukan industri Pabrik Tahu Jembar Manah guna

mencegah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah padat yang

berupa ampas tahu. Pendauran ulang dilakukan dengan cara mendaur ulang

limbah padatnya untuk dikelola lebih lanjut sehingga menghasilkan sebuah


67

produk baru dan limbah cair yang diolah menjadi pakan ternak untuk kemudian

dijual.

d. Pelatihan karyawan masalah lingkungan

Pelatihan Karyawan dilakukan industri Pabrik Tahu Jembar Manah guna

memberikan pelatihan kepada karyawan agar mampu memahami apa saja bahaya

yang akan timbul akibat kerusakan lingkungan.

Tabel 4.12
Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan Informasi
Moneter Biaya Deteksi Lingkungan
Pilihan jawaban
No Skor
Item Pernyataan 5 4 3 2 1
. Total
(SL) (SR) (KK) (P) (TP)
Perusahaan mengalokasikan F 0 7 6 2 0
biaya untuk
1 pengembangan/desain % 0 46,67 40,00 13,33 0
produk yang ramah
lingkungan Skor 0 28 18 4 0 50
Perusahaan mengalokasikan F 0 6 6 1 2
biaya untuk pengolahan dan
2 % 0 40,00 40,00 6,67 13,33
pembuangan limbah
berbahaya/tercemar Skor 0 24 18 2 2 46
F 0 13 12 3 2

Total % 0 43,33 40,00 10,00 6,67

Skor 0 52 36 6 2 96
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan akumulasi jawaban responden yang diperoleh dari 2 pernyataan

yang diajukan tentang indikator biaya deteksi lingkungan dapat dilihat paling

banyak responden memilih jawaban selalu (SR) yaitu 43,33% dengan skor 52.

Berdasarkan Tabel 4.12 maka kriteria pengumpulan pencatatan pengumpulan


68

indikator informasi moneter dengan jumlah skor sebesar 96 termasuk pada kriteria

kurang memadai yang berada pada rentang antara nilai 79 dengan nilai 102.

Hal ini menunjukkan bahwa Pabrik Tahu Jembar Manah melakukan

penerapan biaya deteksi lingkungan namun kurang maksimal. Biaya deteksi

dikeluarkan guna untuk menentukan bahwa produk, proses, dan aktivitas lain di

perusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku umum atau tidak.

Biaya deteksi lingkungan yang dikeluarkan oleh industri Pabrik Tahu Jembar

Manah berupa :

a. Mengeluarkan biaya untuk pengawasan

Biaya deteksi dikeluarkan untuk mengetahui aktivitas dari proses produksi

telah memenuhi standar lingkungan atau tidak. Biaya deteksi yang dikeluarkan

oleh industri Pabrik Tahu Jembar Manah berupa biaya pengawasan, yang

berguna untuk mengawasi dan memriksa produk serta bahan baku digudang

agar tidak terjadi penurunan kualitas dari produk ataupun bahan baku itu

sendiri.

b. Pengolahan dan Pembuangan Limbah Berbahaya

Pengelolaan dan Pembungan Limbah industri tahu dilakukan dengan cara

membuat bak penampung air limbah sehingga terjadi proses anaerob. Dengan

adanya proses biologis anaerob tersebut maka kandungan polutan organik yang

ada di dalam air limbah dapat diturunkan. Tetapi dengan proses tersebut efisiesi

pengolahan hanya berkisar antara 50 % - 70 % saja. Dengan demikian jika

konsertarsi COD dalam air limbah 7000 ppm, maka kadar COD yang keluar

masih cukup tinggi yakni sekitar 2100 ppm, sehinga hal ini masih menjadi

sumber pencemaran lingkungan.


69

Tabel 4.13
Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan Informasi
Moneter Biaya Kegagalan Internal
Pilihan jawaban
No Skor
Item Pernyataan 5 4 3 2 1
. Total
(SL) (SR) (KK) (P) (TP)
Perusahaan mengalokasikan F 1 9 4 1 0
biaya pemeriksa proses
1 produksi untuk menjamin % 6,67 60,00 26,67 6,67 0
kepatuhan terhadap regulasi
lingkungan Skor 5 36 12 2 0 55

Perusahaan mengalokasikan F 6 5 4 0 0
biaya untuk pengolahan dan 40,0
2 % 33,33 26,67 0 0
pembuangan limbah 0
berbahaya Skor 30 20 12 0 0 64
F 6 6 3 0 0
Perusahaan mengalokasikan
40,0
3 biaya untuk pemeliharaan % 40,00 20,00 0 0
0
peralatan limbah
Skor 30 24 9 0 0 63
F 13 20 11 1 0
28,8
Total % 44,44 24,44 2,22 0
9
Skor 65 80 33 2 0 180
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan akumulasi jawaban responden yang diperoleh dari 3 pernyataan

yang diajukan tentang indikator biaya kegagalan internal dapat dilihat paling

banyak responden memilih jawaban selalu (SR) yaitu 44,44% dengan skor 80.

Berdasarkan Tabel 4.13 maka kriteria pengumpulan pencatatan pengumpulan


70

indikator informasi moneter dengan jumlah skor sebesar 180 termasuk pada

kriteria memadai yang berada pada rentang antara nilai 145 dengan nilai 180.

Hal ini menunjukkan bahwa Pabrik Tahu Jembar Manah telah menerapkan

biaya kegagalan internal dengan cukup baik. Biaya kegagalan internal adalah

biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya limbah dan sampah,

tetapi tidak dibuang ke luar lingkungan. Biaya kegagalan internal dilakukan

untuk menghilangkan dan mengolah limbah dan sampah ketika diproduksi.

Biaya kegagalan internal yang dikeluarkan pabrik tahu yaitu pengelolaan

limbah beracun, dimana limbah beracun tersebut berupa limbah cair yang di

kelola melalui system anaerob. Aktivitas kegagalan internal bertujuan untuk

memastikan bahwa limbah dan sampah yang diproduksi tidak dibuang ke

lingkungan luar dan untuk mengurangi tingkat limbah yang dibuang sehingga

jumlahnya tidak melewati standar lingkungan. Pabrik Tahu Jembar Manah juga

melakukan pengoperasian peralatan untuk mengurangi atau menghilangkan

polusi, pengolahan dan pembuangan limbah beracun, pemeliharaan peralatan

yang mengakibatkan terjadinya polusi, lisensi fasilitas untuk memproduksi

limbah, dan daur ulang sisa bahan.

Tabel 4.14
Hasil Tanggapan Responden Tentang Pengumpulan Pencatatan Informasi
Moneter Biaya Kegagalan Eksternal
Pilihan jawaban
No Skor
Item Pernyataan 5 4 3 2 1
. Total
(SL) (SR) (KK) (P) (TP)
1 Perusahaan menghasilkan F 0 2 9 1 3 40
biaya untuk pembersihan
% 0 13,33 60,00 6,67 20,00
71

Skor 0 8 27 2 3
lingkungan yang tercemar
F 0 3 6 2 4
Perusahaan mengalokasikan
2 biaya daur ulang bahan sisa % 0 20,00 40,00 13,33 26,67
untuk digunkan kembali
Skor 0 12 18 4 4 38
Perusahaan mengalokasikan F 0 3 10 2 0
biaya untuk
3 % 0 20,00 66,67 13,33 0
perbaikan/konservasi lahan
yang rusak Skor 0 8 27 2 0 37
F 0 8 25 5 7

Total % 0 17,78 55,55 11,11 15.56

Skor 0 28 72 8 7 115
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan akumulasi jawaban responden yang diperoleh dari 3 pernyataan

yang diajukan tentang indikator biaya kegagalan ekternal dapat dilihat paling

banyak responden memilih jawaban sering (KK) yaitu 55,55% dengan skor 72.

Berdasarkan Tabel 4.14 maka kriteria pengumpulan pencatatan pengumpulan

indikator informasi moneter dengan jumlah skor sebesar 115 termasuk pada

kriteria kurang memadai yang berada pada rentang antara nilai 109 dengan nilai

144.

Hal ini menunjukkan bahwa Pabrik Tahu Jembar Manah telah menerapkan

biaya kegagalan eksternal namun belum memadai. Biaya kegagalan ekternal

adalah biaya untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau

sampah ke dalam lingkungan. Biaya kegagalan eksternal terjadi akibat

pelepasan limbah ke lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan.Biaya

kegagalan eksternal yang dilakukan industri tahu Pabrik Tahu Jembar Manah

berupa biaya pembersihan selokan, yang dimana selokan tersebut dialiri limbah
72

dari pabrik yang mengakibatkan tergumpalnya cairan yang berbau busuk

Penyajian alokasi biaya lingkungannya pun dilakukan secara bersama- sama

dengan biaya unit-unit lain yang serumpun. Penyajian tersebut dilakukan

bersama sebagai sub-sub biaya sebagai biaya overhead pabrik. Hal ini

dilakukan oleh Indusri tahu sebab biaya lingkungan tersebut dianggap sebagai

bagian dari sarana penunjang operasional perusahaan saja, sehingga tidak perlu

melakukan penyajian secara khusus kedalam laporan keuangan.Hal ini dapat

dilihat pada laporan keuangan pabrik pada tahun 2016.

Tebel 4.15
Laporan Keuangan
Pabrik Tahu Jembar Manah
2016
Keterangan Debit Kredit
Kas 29.000.000
Piutang 176.400.000
Perlengkapan 286.000.000
Peralatan 174.000.000
Kendaraan 85.000.000
Bangunan 250.500.000
Mesin 100.000.000
Bahan baku kedelai lokal 579.600.000
Bahan baku kedelai AS 547.200.000
Bahan penolong 216.000.000
Hutang 22.500.000
Modal
Pendapatan Usaha 3.789.330.000
Pendapatan dari hasil limbah 28.800.000
Biaya listik 24.000.000
Biaya telepon 11.100.000
Biaya air 24.000.000
Biaya gaji pengelola 72.000.000
Biaya gaji administrasi 20.000.000
Biaya gaji pengawas 117.000.000
Biaya gaji karyawan pemotong 58.500.000
73

Biaya gaji karyawan pemasaran 90.000.000


Biaya gaji karyawan penggilingan 480.000.000
Biaya gaji karyawan produksi utama 542.000.000
Biaya produksi 30.080.000
Biaya pemeliharaan 3.000.000
Biaya kebersihan 9.600.000
THR 7.250.000
Sumbangan 25.000.000
Lain-lain 4.029.630.000 4.029.630.000

Sumber : Data Internal Perusahaan

Industri Pabrik Tahu Jembar Manah tidak melaporkan biaya lingkungannya

secara khusus, atau membuat laporan yang berhubungan dengan lingkungan

atau setidak-tidaknya mencantumkan biaya lingkungan secara khusus sesuai

dengan standart pelaporan biaya social .Pada laporan keuangan dapat terlihat

biaya-biaya yang keluar yang digunakan untuk pengelolaan lingkungan dicatat

sebagai biaya pemeliharaan sebesar Rp. 30.080.000,00, biaya kebersihan Rp.

3.000.000,00, adapun biaya pemeliharan ini adalah biaya untuk pemeliharaan

peralatan, pemeliharan bak-bak penampung sebagian limbah cair, dan biaya

kebersihan adalah pemeliharaan untuk pembersihan selokan. Sedangkan untuk

penanganan limbah padat yang dijual kembali kepada produsen dimasukan

kedalam akun pendapatan hasil dari limbah sebesar Rp. 28.000.000,00, dimana

industri ini setiap bulannya menghasilkan sebanyak ±150 karung ampas tahu

yang per karungnya dijual sebesar Rp.16.000,00.

Pelaporan biaya lingkungan kedalam laporan keuangan terpisah dibutuhkan

dalam suatu bidang usaha terlebih lagi jika bidang usaha tersebut berpotensi besar

menghasilkan dampak negatif bagi lingkungan, karena nantinya laporan biaya

lingkungan tersebut dapat mempengaruhi kebijakan pimpinan pabrik dalam

mengambil keputusan pengalokasian biaya limbah. Pelaporan biaya lingkungan


74

kedalam laporan keuangan sendiri juga berguna sebagai perbandingan besarnya

biaya yang dikeluarkan pabrik untuk lingkungan atau sosial dalam setiap

tahunnya.

Berdasarkan pada laporan keuangan Pabrik Tahu Jembar Manah

menunjukan industri ini telah menerapkan akuntansi lingkungan dengan cukup

baik, dikarenakan terdapat proporsi dari biaya lingkungan yang dikeluarkan

oleh perusahaan terhadap biaya produk. Tetapi ada kontradiksi dilapangan,

secara perhitungan alokasi dana yang dikeluarkan menunjukan lumayan baik

dalam penerapan akuntansi lingkungan, namun prakteknya dilapangan

penerapan akuntansi lingkungan yang dilakukan oleh industri Pabrik Tahu

Jembar Manah belum dikatakan maksimal karena masih adanya pencemaran di

lahan sawah dan sungai akibat limbah cair yang belum ditangani oleh pabrik.

4.3 Analisis Deskriptif Inovasi Produk pada Industri Pabrik Tahu Jembar

Manah

Analisis penerapan inovasi produk pada Pabrik Tahu Jembar Manah

menggunakan 3 dimensi yaitu kualitas produk, fitur produk, gaya dan desain

produk yang terdiri dari masing-masing indikator. Berdasarkan hasil

tanggapan responden melalui kuesioner yang diberikan kepada pemilik,

bagian pengelola, bagian pengawasan, bagian pemasaran dan produksi .Maka

diperoleh hasil tanggapan responden mengenai inovasi produk pada Pabrik

Tahu Jembar Manah sebagai berikut :

Tabel 4.16
Hasil Tanggapan Responden Tentang Inovasi Produk
75

Dimensi Indikator Skor Kriteria


Kualitas Produk Penghematan Bahan Bakar
Mesin yang Handal
Daya Tahan Produk
194 Sangat Baik
Fitur Produk Keistimewaan Produk
Menambahkan Fitur Baru
134 Sangat Baik
Gaya dan Desain Poduk Kombinasi warna
Pengembangan model produk
46 Tidak Baik
Sumber: Hasil Perhitungan

Adapaun pernyataan-pernyataan kuesioner berisi tentang inovasi produk

pada Industri Pabrik Tahu Jembar Manah. Berdasarkan hasil data keusioner yang

diolah menunjukkan data sebagai berikut

Tabel 4.17
Rekapitulasi Jawaban Responden pada Variabel Inovasi Produk
Pilihan Jawaban
Total
No Item Pernyataan 5 4 3 2 1
Skor
(SL) (SR) () (TD) (STD)
Dalam proses produksi perusahaan
1 melakukan penghematan bahan bakar 50 4 0 0 4 58

Dalama proses produksi perusahaan


2 menggunakan mesin yang handal 30 36 0 0 0 66

Produk yang dihasilkan perusahaan


3 memiliki kualitas dan daya tahan yang 50 20 0 0 0 70
baik

Perusahan memperhatikan
4 keistimewaan produk yang dihasilkan 70 4 0 0 0 74

Perusahaan selalu menambahkan fitur


5 yang baru pada produk 30 20 12 0 0 62

6 Kemasan/Produk yang dihasilkan 0 0 9 6 9 24


76

perusahaan memiliki kombinasi warna


yang menarik

Perusahaan melakukan pengembangan


7 model/bentuk produk secara rutin. 0 4 3 4 11 22

Total 376
Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan Tabel 4.17 dan total skor pada tabel di atas memperlihatkan

bahwa besarnya variabel inovasi produk adalah sebesar 376 dengan jumlah 15

responden. Hasilnya menunjukkan garis kontinum yang dapat digambarkan

sebagai berikut:

376

TB KB CB B SB
105 189 273 357 441 525

Gambar 4.4
Garis Kontinum Inovasi Produk
Sumber : Hasil perhitungan

Garis kontinum di atas menggambarkan bahwa nilai jawaban responden pada

variabel inovasi produk terletak pada kelas interval baik. Secara detail kondisi

inovasi produk ini dapat dijelaskan melalui sebaran 7 pernyataan kuesioner, terdiri

dari 3 pernyataan mengenai kualitas produk 2 pernyataan mengenai fitur produk

dan 2 pertanyaan mengenai gaya dan desain produk. Hal ini menunjukkan bahwa

Industri Pabrik Tahu Jembar Manah secara umum telah menerapkan suatu inovasi

produk bagi perusahaan secara baik dan menunjukkan bahwa industri Pabrik Tahu

Jembar Manah dapat menerapkan suatu inovasi terhadap produknya,


77

mengembangkan produk baru dan meningkatkan kualitas produk.Penjelasan

penerapan inovasi produk dijelaskan dengan masing-masing dimensi sebagai

berikut :

1. Kualias Produk

Gambaran berkaitan dengan kualitas produk dalam inovasi produk

berdasarkan tanggapan responden terhadap 3 pernyataan sebagai ukuran. Secara

detail kondisi kualitas produk dalam akuntansi manajemen lingkungan memiliki 3

indikator yang terdiri dari masing-masing satu pernyataan kuesioner sebagai

ukuran, yang ditanyakan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.18
Hasil Tanggapan Responden Tentang Inovasi Produk Kualitas Produk
Pilihan jawaban
No Skor
Item Pernyataan 5 4 3 2 1
. Total
(SL) (SR) (KK) (P) (TP)
F 10 1 0 0 4
Dalam proses produksi
1 perusahaan melakukan % 66,67 6,67 0 0 26,67
penghematan bahan bakar Skor 50 4 0 0 4 58
F 6 9 0 0 0
Dalama proses produksi
2 perusahaan menggunakan % 40,00 60,00 0 0 0
mesin yang handal
Skor 30 36 0 0 0 66
F 10 5 0 0 0
Produk yang dihasilkan
3 perusahaan memiliki kualitas % 66,67 33,33 0 0 0
dan daya tahan yang baik
Skor 50 20 0 0 0 70
Total F 26 15 0 0 4 194

% 57,78 33,33 0 0 8,89


78

Sko
130 60 0 0 4
r
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan akumulasi jawaban responden yang diperoleh dari 3 pernyataan

yang diajukan tentang indikator kualitas produk dapat dilihat paling banyak

responden memilih jawaban selalu (SL) yaitu 57.78% dengan skor 130.

Berdasarkan Tabel 4.18 maka kriteria inovasi produk kualitas produk dengan

jumlah skor sebesar 194 termasuk pada kriteria sangat baik yang berada pada

rentang antara nilai 181 dengan nilai 225.

Hal ini menunjukkan bahwa Pabrik Tahu Jembar Manah telah menerapkan

inovasi produk dalam hal kualitas produk dengan sangat baik. Dalam proses

produksinya perusahaan menggunkan mesin-mesin yang handal yang menunjang

terciptanya produk yang berkualitas, selain itu kualitas tahu yang dihasilkan

memiliki kualitas yang sangat baik, hal ini menjadikan Industri Pabrik Tahu

Jembar Manah menjadi salah satu pabrik tahu terbaik di Sumedang.

2. Fitur Produk

Gambaran berkaitan dengan fitur produk dalam inovasi produk berdasarkan

tanggapan responden terhadap 2 pernyataan sebagai ukuran. Secara detail kondisi

fitur produk dalam akuntansi manajemen lingkungan memiliki 2 indikator yang

terdiri dari masing-masing satu pernyataan kuesioner sebagai ukuran, yang

ditanyakan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.19
Hasil Tanggapan Responden Tentang Inovasi Produk Fitur Produk
79

Pilihan jawaban
No Skor
Item Pernyataan 5 4 3 2 1
. Total
(SL) (SR) (KK) (P) (TP)
F 14 1 0 0 0
Perusahan memperhatikan
1 keistimewaan produk yang % 93,33 6,67 0 0 0
dihasilkan
Skor 70 4 0 0 0 74
F 5 6 4 0 0
Perusahaan selalu
26,6
2 menambahkan fitur yang baru % 33,33 40,00 0 0
7
pada produk
Skor 20 30 12 0 0 62
F 19 7 4 0 0
13,3
Total % 63,33 23,33 0 0
3
Sko
90 34 12 0 0
r 134
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan akumulasi jawaban responden yang diperoleh dari 3 pernyataan

yang diajukan tentang indikator fitur produk dapat dilihat paling banyak

responden memilih jawaban selalu (SL) yaitu 63,33% dengan skor 90.

Berdasarkan Tabel 4.19 maka kriteria fitur produk dengan jumlah skor sebesar

134 termasuk pada kriteria sangat baik yang berada pada rentang antara nilai 127

dengan nilai 150.

Hal ini menunjukkan bahwa Pabrik Tahu Jembar Manah telah menerapkan

inovasi produk dalam hal fitur produk dengan sangat baik. Dalam memproduksi

tahu Industri Pabrik Tahu Jembar manah selalu memperhatikan keistiewaan

produk yang dihasilkan, mulai dari cita rasa yang dihasilkan, sampai dengan

menambahkan fitur yang baru pada produk, seperti menyediakan sambal tahu

dengan berbagai macam pilihan rasa, hal tersebut merupakan sebuah inovasi
80

produk yang baik, karena akan menjadi daya tarik tersediri untuk pembeli

mencoba berbagai rasa dari aneka jenis sambal tahu yang disediakan.

Tabel 4.20
Hasil Tanggapan Responden Tentang Inovasi Produk Gaya dan Desain
Produk
Pilihan jawaban
No Skor
Item Pernyataan 5 4 3 2 1
. Total
(SL) (SR) (KK) (P) (TP)
Kemasan/Produk yang F 0 0 3 3 9
dihasilkan perusahaan
1 % 0 0 20,00 20,00 60,00
memiliki kombinasi warna
yang menarik Skor 0 0 9 6 9 24
F 0 1 1 2 11
Perusahaan melakukan
2 pengembangan model/bentuk % 0 6,67 6,67 13,33 73,33
produk secara rutin.
Skor 0 4 3 4 11 22
F 0 1 4 5 20

Total % 0 3,33 13,33 16,67 66,67

Skor 0 4 12 10 20 46
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan akumulasi jawaban responden yang diperoleh dari 2 pernyataan

yang diajukan tentang indikator gaya dan desain produk dapat dilihat paling

banyak responden memilih jawaban tidak pernah (TP) yaitu 66,37% dengan skor

20. Berdasarkan Tabel 4.20 maka kriteria inovasi produk dengan jumlah skor

sebesar 46 termasuk pada kriteria tidak baik yang berada pada rentang antara nilai

30 dengan nilai 54.

Hal ini menunjukkan bahwa Pabrik Tahu Jembar Manah telah menerapkan

inovasi produk dalam hal gaya dan desain produk namun belum maksimal.
81

Perushaaan hampir tidak pernah melakukan perubahan gaya dan desain produk

terhadap produknya baik itu dalam hal model atau bentuk, hal tersebut

disebabkan karena produk yang dihasilkan adalah tahu, yang mana cirikhas dari

tahu itu sendiri adalah berbentuk kotak, dalam hal ini inovasi yang dilakukan oleh

perusahaan lebih kepada kualitas produk, agar tahu yang dihasilkan mempunya

ciri khas rasa yang istimewa dibandingkan dengan industri pabrik tahu lainnya.

Berdasarkan pada penjelasan dimensi dan inikator dari inovasi produk

tersebut menunjukan industri ini telah menerapkan inovasi produk dengan

sangat baik, dikarenakan dengan adanya inovasi produk perusahan dapat lebih

menggembangkan produknya dengan lebih efektif terutama dalam hal

meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.

4.4 Analisis Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan dalam

meningktakan Inovasi Produk pada Industri Pabrik Tahu Jembar

Manah

Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan dirasa penting, namun pada

Indutri Pabrik Tahu Jembar Manah sendiri dianggap oleh bagian pengelola masih

mempunyai banyak kekurangan dan perlu dilakukan perbaikan. Bagian Pengelola

perlu mengikuti training dan penyesuaian untuk mengembangkan pengetahuan

mengenai Akuntansi Manajemen Lingkungan. Training dilakukan rutin setiap

tahun karena rata rata pekerjanya pun hanya lulusan SMA, sehingga

meminimalisir kesalahan dalam penerapan akuntansi manajemen lingkungan dan

untuk penyesuaian serta pengembangan pengetahuan tentang akuntansi

manajemen lingkungan.
82

Pabrik Tahu Jembar Manah telah menerapkan akuntansi manajemen

lingkungan dengan cukup baik, dikarenakan terdapat proporsi dari biaya

lingkungan yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap biaya produk. Tetapi

ada kontradiksi dilapangan, secara perhitungan alokasi dana yang dikeluarkan

menunjukan hasil yang lumayan baik dalam penerapan akuntansi lingkungan,

namun prakteknya dilapangan penerapan akuntansi lingkungan yang dilakukan

oleh industri Pabrik Tahu Jembar Manah belum dikatakan maksimal karena

masih adanya pencemaran di lahan sawah dan sungai akibat limbah cair yang

belum ditangani oleh pabrik.

Produk dan proses merupakan sumber-sumber biaya lingkungan sehingga

akan mempengaruhi informasi moneter akuntansi manajemen lingkungan.

Informasi akuntansi manajemen lingkungan dapat bermanfaat bagi pemilik dan

pengelola untuk mengambil keputusan terkait inovasi produk. Dengan

menghasilkan inovasi ramah lingkungan, perusahaan bukan hanya mengatasi

masalah lingkungan saja, akan tetapi pada kenyataannya daya saing perusahaan

akan meningkat karena inovasi produk yang dilakukan sesuai dengan

perkembangan dan permintaan pelanggan serta menjadi tumpuan perusahaan

untuk bersaing di pasar. Tabel terkait pada fokus akuntansi manajemen

lingkungan dan inovasi produk yang telah diterapkan sebagai berikut:

Table 4.21
Hasil keseluruhan skor
Skor Kriteria
AML 1216 Kurang Memadai
Inovasi produk 376 Baik
Sumber: Hasil perhitungan
83

Berdasarkan pada tabel 4.21 perusahaan telah menerapkan akuntansi

manajemen lingkungan yang menghasilkan informasi bagi pemilik dan pengelola

namun belum maksimal. Akuntansi manajemen lingkungan memberikan kendali

terhadap aktivitas yang dilakukan perusahaan berkaitan dengan lingkungan.

Penerapan akuntansi manajemen lingkungan dan inovasi produk pada Indutri

Pabrik Tahu Jembar Manah termausk pada kriteria kurang memdai dan baik.

Pada kriteria kurang memdai ini artinya Pabrik Tahu Jembar Manah telah

menyediakan informasi akuntansi manajemen lingkungan namun belum

menunjang pelaksanaan fungsi-fungsi akuntansi manajemen lingkungan,

perusahaan hanya dapat menjadikan informasi sebagai alat pengendali.

Selanjtunya, inovasi produk yang baik, akan meningkatkan kemampuan

perusahaan dalam menciptakan produk yang berkualitas, disinilah akuntansi

manajemen lingkungan adalah alat pengendali agar inovasi tersebut tidak

berdampak buruk terhadap lingkungan. Selain itu, inovasi produk dapat

mempengaruhi biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan, dengan kata lain

penggunaan akuntansi manajemen lingkungan terkait dengan penciptaan inovasi

produk yang dapat meningkatkan daya saing dan posisi perusahaan (Rustika,

2011).
84

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil pembahasan yang telah dilakukan,

maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan akuntansi manajemen lingkungan pada Industri Pabrik Tahu

Jembar Manah lebih bertujuan untuk pengelolaan padahal dari segi

manfaat akuntansi manajemen lingkungan mempunyai nilai yang lebih

untuk diterapkan. Pencatatan Pengumpulan Informasi fisik akuntansi

manajemen lingkungan di Pabrik Tahu Jembar Manah sudah memadai

dengan menyediakan informasi mengenai jumlah bahan input dan output

kegiatan produksi. Sedangkan pencatatan pengumpulan informasi moneter

akuntansi manajemen lingkungan kurang meemadai karena tidak

melaporkan pembebanan biaya lingkungan dan tidak melaporkan

pendapatan pengelolaan daur ulang limbah atau laporan keuangan

lingkungan.

2. Inovasi Produk pada Industri Pabrik Tahu Jembar Manah sudah termasuk

dalam kriteria baik. Inovasi produk di Industri Pabrik Tahu Jembar Manah

dilakukan dengan mengembangkan produk baru, meningkatkan sifat

produk, meningkatkan kualitas produk serta melakukan evaluasi pada

produk sehingga tercipta produk yang berkualitas baik.


85

3. Hasil analisis menunjukkan perusahaan telah menerapkan akuntansi

manajemen lingkungan dalam kriteria kurang memadai dan menerapkan

inovasi produk yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa Pabrik Tahu

Jembar Manah telah menerapkan akuntansi manajemen lingkungan yang

menghasilkan informasi bagi pemilik dan pengelola dimana akuntansi

manajemen lingkungan memberikan kendali terhadap aktivitas yang

dilakukan oleh pabrik, tetapi tidak melaporkan pembebanan biaya

lingkungan dan tidak melaporkan pendapatan pengelolaan daur ulang

limbah. Selain itu penerapan inovasi produk yang baik, akan

meningkatkan kemampuan Pabrik Tahu Jembar Manah dalam

menciptakan produk yang berkualitas, sehingga dapat dikatakan bahwa

akuntansi manajemen lingkungan adalah alat pengendali untuk

meningkatkan inovasi produk.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Operasional

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh beberapa saran yang dapat

dikemukakan, yaitu :

1. Pabrik Tahu Jembar Manah diharapkan lebih mampu mengatasi limbah

cairnya dengan menambah bak-bak penampungan limbah cair agar tidak

hanya sebagian melainkan secara keseluruhan limbah cair dapat diatasi

dengan cara anaerobik, sehingga tidak ada limbah cair yang terbuang

keperairan sungai dan lahan sawah yang mengakibatkan kerusakan dan

pencemaran lingkungan sekitar.


86

2. Memperbaiki gaya dan desain produk, dengan cara menempelkan logo

pada kemasan tahu, supaya menambah daya tarik pembeli sekaligus

menjadi ciri khas Industri Pabrik Tahu Jembar Manah.

3. Pabrik Tahu Jembar Manah diharapakan menyajikan biaya biaya

lingkungan secara spesifik kedalam laporan keuangan agar lebih mampu

mengidentifikasi berapa biaya yang keluar untuk penanganan lingkungan

dan membuat perbandingan dari tahun ketahun agar mampu menekan

biaya lingkungan.

5.2.2 Saran Pengembangan Ilmu Pengetahuan

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengubah metode penelitian

seperti menggunakan metode desktiftif verifikatif.

2. Selanjutnya menambahkan variabel yang berkaitan dengan limbah cair

misalnya, akuntansi untuk limbah cair agar menjadi limbah yang tidak

mengganggu lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Adam C dan Zutshi. 2004. “Corporate Social Responsibility : Why Business


ShouldAct Responsibly and Be Accountable” dalam Journal Australian
Accounting Review

Augusty, Ferdinand T, 2000. Manajemen Pemasaran : Sebuah Pendeketan


Strategik, Research Pafer Series, Program MM Undip, Semarang

Agustia, Dian. 2013. “Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash
Flowdan Leverage Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Vol. 15, No. 1, Mei 2013, hlm. 27-42.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


PT.Rineka Cipta.

Anwar, Melita Lukita. 2016. “Pengaruh DAU, DAK, PAD terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dan Kemiskinan” dalam jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16
No. 02 Tahun 2016

Bergfors, Markus E. Larsson, Andreas. 2009. “Product and process innovation in


process industry: a new perspective on development”. Journal of Strategy
and Management, Vol. 2 Iss 3 pp. 261 – 276. 02 Maret 2017.

Bisbe, J., and Otley, D. 2004. The effect of the interactive use of management
control system on product innovation. Accounting, Organizations, and
Society, 26: 709-737.

Creswell W. John. 2013. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Crawford & De Benedetto. 2000. Marketing. New York: McGraw-Hill.

Gatignon dan Xuereb. 1997. Strategic Orientation of The Firm and New Product
Performance. Journal of Marketing Research.

Frost, G., and Wilmshurst, T. D. 2000. “The Adoption of Environment-related


Management Accounting: An Analysis of Corporate Environmental
Sensitivity”. Accounting Forum, Vol. 24(4), pp. 344-361.

Ferreira, Aldonio et al. 2010. "Environmental management accounting and


innovation: an exploratory analysis", Accounting, Auditing & Accountability
Journal, Vol. 23 Iss 7 pp. 920 – 948. 01 Maret 2017.

87
Fontana, Avanti. 2011. Innovate We Can!.Bekasi : Cipta Inovasi Sejahtera

Ferreira et.al. 2009. “Environmental management accounting and innovation: an


exploratory analysis” Accounting, Auditing & Accountability Journal. Vol.
23 No. 7.

Gunawan, Endro. 2015. Biogas Berbahan Limbah Tahu dari Sumedang, tersedia
di https://www.kompasiana.com/endrogun/biogas-berbahan-limbah-tahu-
dari-sumedang [14/10/2015]

Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial Buku 2.


Edisi 8. Terjemahan oleh Denny Arnos Kwary. Jakarta: Salemba Empat.

________. 2011. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.

IFAC (International Federation of Accountants). 2005. International Guidance


Document on Environmental Management Accounting, IFAC, New York.

Ikhsan, Arfan. 2008. Akuntansi Manajemen Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.


________.2009. Akuntansi Manajemen Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Kotler, Philip. & Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua
Belas, Jilid 1, dialihbahasakan oleh Benjamin Molan, Jakarta: PT Indeks.

Kotler, Philip. & Gary Armstrong. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi


sembilan, Jilid 1, dialihbahasakan oleh Alexander Sindoro, Jakarta: Indeks

Kusuma,Galih Arif, 2014. “Uji Daya Hambat dari Ekstrak Tanaman Pacar
Air(Impatiens balsamica L) terhadap Pertumbuhan Bakteri Aeromonas
hydrophila”. Jurnal Ilmiah. PS. Agrobisnis Perikanan UNSRAT, Manado.
Vol 2,No1(2014).

Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ulum, I. dan A. Juanda. 2016. Metode Penelitian Akuntansi. Yogyakarta: Aditya


Media Publishing.

Ramadhani, Budi et al. Inovasi produk dan Proses: Implikasi Akuntansi


Manajemen Lingkungan.

Rustika, Novia. 2011. Analisis Pengaruh Penerapan Akuntansi Manajemen


Lingkungan dan Strategi Terhadap Inovasi Perusahaan (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Jawa Tengah)

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung :


Alfabeta

88
________.2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 19thed.
Bandung: Alfabeta
________.2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D).Bandung : Alfabeta

Sekaran, Uma dan Bougie, Roger. 2013. Research Methods for Business. United
Kingdom: Jhon Wiley & Sons Ltd.

Sekaran, Uma. 2003. Research Methods For Business: A Skill Building Aproach,
New York-USA: John Wiley and Sons, Inc
________.2014. Research Methods For Business. Jakarta:Salemba Empat.

Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung : Reflika Aditama.

Wilmshurst, T. D., & Frost, G. R. (2000) “ Corporate environmental reporting: a


test of legitimacy theory “ dalam Journal Accounting, Auditing &
Accountability Journal, 13(1), 10-26.

Yuniarti, 2015.Pelaku Konsumen. Bandung: Pustaka Setia.

Zucker, M. D. 2001. Using Case Study Methodology in Nursing Research.


(online), tersedia di www.novaedu.com [20/03/2008)].

89
90

LAMPIRAN
91
92
93
94
95
Kuisoner Penelitian Untuk Responden
Tanggal :

Assalamualaikum wr wb.
Responden yang terhormat. Dengan kerendahan hati, saya Hanifah Mulyani
mahasiswa semester akhir di Universitas Islam Bandung memohon kepada
Bapak/Ibu/Saudara/I dapat meluangan waktunya untuk membantu saya dalam
menjawab pertanyaan – pertanyaan kuisoner yang akan saya gunakan sebagai data
penelitian yang sedang saya lakukan dengan judul “Analisis Penerapan
Akuntansi Manajemen Lingkungan Dalam Kaitannya Dengan Inovasi
Produk”.

Data ini saya gunakan dalam penyusunan skripsi di Prodi Akuntans Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Bandung. Kerahasian identitas anda serta
hasil penelitian ini dijamin dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian.
Jawaban anda akan sangat berarti bagi saya.

Atas bantuan Bapak/Ibu/Saudara/I saya ucapkan terimkasih.

A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Masa kerja :
4. Umur :
5. Jenis Kelamin :
6. Pendidikan Terakhir :

96
B. Pernyataan Responden
Petunjuk Pengisisan Kuisoner :
Berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapat anda.
Mohon dijawab tanpa pengaruh apapun dan peneliti menjamin kerahasian
jawaban anda.
Keterangan :
SL : Selalu
SS : Sering
KK : Kadang-Kadang
P : Pernah
TP : Tidak Pernah

97
PENGANTAR KUISONER

Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan

No Pernyataan Response Responden


STD TD N D SD
Pencatatan Pengumpulan Informasi Fisik
Bahan
1. Perusahaan menggunakan sejumlah
bahan yang berasal dari bahan yang di
daur ulang
2. Perusahaan menggunakan sejumlah
bahan dalam proses produksi.
Energi
3. Perusahaan menggunakan sejumlah
energy (bahan bakar)
4. Perusahaan menggunkan penghematan
jumlah energy (bahan baka) yang
digunakan
Produk
5. Bapaka/ Ibu melakukan analisis
pengembangan produk dalam
penilaian peluang untuk menekan
dampak lingkungan
6. Bapak/Ibu melakukan analisis dampak
produk terhadap penilaian dampak
lingkungan dalam hal daya saing
desain produk
7. Bapak/Ibu melakukan analisis
persediaan produk terhadap jumlah
bahan dan energi yang dibutuhkan dan
jumlah residu yang di lepaskan ke
lingkungan sekitar.
Limbah
8. Perusahaan mengolah dan
menggunakan limbah yang dihasilkan
9. Perusahaan membuang limbah yang
dihasilakan secara langsung ke
lingkungan.
Emisi

98
10. Perusahaan meakukan penghematan
dalam pemakaian emisi gas
11. Perusahaan menggunkan kembali
emisi gas yang dihasilkan
Air
12. Dalam proses produksi perusahaan
menggunakan air yang di ambil dari
alam seluruhnya
13. Perusahaan membuang semua air yang
sudah digunakan secara langsung
Pencatatan Pengumpulan Informasi Moneter
Biaya Pencegahan Lingkngan
14. Perusahaan mengalokasikan biaya
untuk penyusutan dan memilih
peralatan pengendalian lingkungan
15. Perusahaan megalokasikan biaya
untuk pengembangan sistem pengelola
lingkungan
16. Perusahaan mengalokasikan biaya
pelatihan karyawan untuk masalah
lingkungan
Biaya Deteksi Lingkungan
17. Perusahaan mengalokasikan biaya
untuk pengembangan/desain produk
yang ramah lingkungan
18. Perusahaan mengalokasikan biaya
untuk pengolahan dan pembuangan
limbah berbahaya/tercemar
Biaya Kegagalan Internal
19. Perusahaan mengalokasikan biaya
pemeriksa proses produksi untuk
menjamin kepatuhan terhadap regulasi
lingkungan
20. Perusahaan mengalokasikan biaya
untuk pengolahan dan pembuangan
limbah berbahaya
21. Perusahaan mengalokasikan biaya
untuk pemeliharaan peralatan limbah
Biaya Kegagalan Eksternal
22. Perusahaan menghasilkan biaya untuk
pembersihan lingkungan yang
tercemar
23. Perusahaan mengalokasikan biaya
daur ulang bahan sisa untuk digunkan
kembali
24. Perusahaan mengalokasikan biaya

99
untuk perbaikan/konservasi lahan
yang rusak

Inovasi Produk

No Pernyataan Response Responden


STD TD N D SD
Kualitas Produk
1. Dalam proses produksi perusahaan
melakukan penghematan bahan bakar
2. Dalama proses produksi perusahaan
menggunakan mesin yang handal
3. Produk yang dihasilkan perusahaan
memiliki kualitas dan daya tahan yang
baik
Fitur Produk
4. Perusahan memperhatikan
keistimewaan produk yang dihasilkan
5. Perusahaan selalu menambahkan fitur
yang baru pada produk
Gaya dan Desain Produk
6. Kemasan/Produk yang dihasilkan
perusahaan memiliki kombinasi warna
yang menarik
7. Perusahaan melakukan pengembangan
model/bentuk produk secara rutin.

100
101
102
PENGANTAR WAWANCARA

Pertanyaan :

1. Apakah penerapan akuntansi manajemen lingkungan di Pabrik Tahu

Jembar Manah dirasa penting ?

2. Apakah limbah pembuangan hasil produksi tahu di daur ulang kembali

sehingga menghasilkan produk baru atau dibuang begitu saja ?

3. Apakah dengan meciptakan produk baru dapat memuaskan konsumen dan

meningkatkan volume penjualan ?

103
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA LENGKAP : HANIFAH MULYANI

NAMA PANGGILAN : HANI

TEMPAT, TANGGAL LAHIR : SUMEDANG, 17 JANUARI 1996

ALAMAT : DSN.CIBURULUNG RT02/RW04

DS.SUKATANI KEC.TANJUNGMEDAR

KAB.SUMEDANG

AGAMA : ISLAM

JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

NAMA AYAH : MULYAWAN SARIP HIDAYAT

NAMA IBU : YENI SURYENI

STATUS : MAHASISWA

NO HP : 082295006157

E-MAIL : hanifahmulyani06@gmail.com

HOBI : TRAVELING

GOLONGAN DARAH :O

RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. SDN SUKTANI, TAHUN LULUS 2002

2. SMPN 2 TANJUNGKERTA, TAHUN LULUS 2011

3. SMAN 1 CIMALAKA, TAHUN LULUS 2014

4. PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

TAHUN 2014
RIWAYAT ORGANISASI :

1. WAKIL KETUA OSIS SMPN 2 TANJUNGKERTA

2. SEKRETARIS PASKIBRA SMPN 2 TANJUNGKERTA

3. SEKRETARIS PASKIBRA SMAN 1 CIMLAKA

SUMEDANG, JANUARI 2018

HORMAT SAYA,

HANIFAH MULYANI

Anda mungkin juga menyukai