Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah ilmu Paleontologi dimulai oleh Abbe Giraud-Saulavie warga
negara Perancis pada tahun 1777 setelah melakukan penelitian pada
batugamping. Dari hasil penelitiannya tersebut kemudian membuat suatu
prinsip mengenai paleontologi yaitu : Jenis-jenis fosil itu berada sesuai dengan
umur geologinya : fosil pada formasi dibawah tidak sama dengan lapisan yang
diatasnya. Prinsip Abbe Giraud-Saulavie ini dikenal dengan hukum Faunal
succesion atau urut-urutan fauna.
Setelah itu sejalan dengan perkembangan ilmu biologi muncul Baron Cuvier
(1769- 1832) yang mentusun tentang Sistematika Paleontologi. Dengan
disusunnya sistematika tersebut membuat penyelidikan-penyelidikan
paleontologi dapat lebih terarah.
Peneliti selanjutnya adalah William Smith (1816) yang memperkenalkan prinsip
Strata Identified by Fossils. Adapun terjemahan dari pernyataannya adalah
lapisan yang satu dapat dihubungkan dengan lapisan lainnya dengan
berdasarkan pada kesamaan fosil.
Perkembangan yang makin maju didalam bidang Paleontologi membuat C. R.
Darwin (1809-1882) mengeluarkan hipotesa evolusi. Pernyataannya yang
dikenal adalah Perubahan makhluk hidup disebabkan oleh adanya faktor
seleksi alam. Pernyataan tersebut memperkuat hipotesa yang dikeluarkan oleh
Lamarck (1774-1829) bahwa fauna melakukan perubahan diri untuk
beradaptasi dengan lingkungannya.
Dalam mengurutkan kejadian satu dengan yang lainnya berpedoman pada
sejumlah hukum atau prinsip, antara lain :
1. Hukum Superposisi
Dalam urut-urutan yang normal (urutan sedimentasi), lapisan yang termuda
terletak pada lapisan yang paling atas.
2. Hukum Keaslian Horisontal
Lapisan sedimen akan diendapkan dengan permukaan yang horisontal dan
mendekati sejajar dengan permukaan dasar tempat pengendapan. Jika dasar
tempat pengendapan tidakrata, maka sedimen pada permulaannya akan
mengikuti bentuk dasar cekungannya namun kemudian akan tetap horisontal
permukaanya.
3. Hukum Penerobosan
Suatu intrusi (penerobosan) batuan beku adalah lebih muda daripada batuan
yang diterobosnya.
Diversitas organisme mempelajari tingkatan dari suatu organisme yang
anatominya paling sederhana sampai dengan yang paling komplek. Organisme
yang paling komplek anatominya yang akan mampu bertahan.

1.2 Tujuan
- Agar kita bisa menganalisis fosil
- Kita dapat menetahui dari mana fosil itu berasal
- Dan kita bisa mengetahui pada masa – masa fosil tersebut hidup
1.3 Alat dan Bahan
1.3.1 Alat
Alat yang kami gunakan untuk melaksanakan praktikum ini
adalah :
-Alat tulis
-Lembar deskripsi
1.3.1 Bahan
-Maket fosil
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Protozoa mempunyai tempat hidup di mana-mana, yaitu di perairan,


misalnya di kolam, air laut,air tawar, tetapi ada juga yang hidup sebagai parasit
pada hewan atau tumbuhan, bahkan manusia. Di tanah pun mereka bisa
hidup, untuk itulah hewan tersebut dimasukkan kelompok kosmopolit, artinya
dapat ditemukan di berbagaitempat. Karena hidupnya ada yang berada di
perairan, maka mereka mempunyai peranan penting dalam rantai makanan
untuk komunitas lingkungan akuatik. Masih ingatkah Anda mengenai rantai
makanan (food chain)? Peranan Protozoa sebagai zooplankton (organisme seperti
hewan) adalah Protozoa yang hidup dari fitoplankton (organisme seperti
tumbuhan) yang fotosintetik dan zooplankton sebagai makanan bagi hewan-
hewan yang lebih besar. Karena peristiwa tersebut sehingga dapat digambarkan
sebagai berikut Energi cahaya => Fitoplankton => Zooplankton => hewan-hewan
yang lebih besar. Begitu juga Protozoa yang hidup di lingkungan daratan yang
basah atau akuatik, mereka sebagai pemakan bakteri atau cendawan atau
disebut Protozoa saprofitik dengan memanfaatkan substansi yang dihasilkan
oleh bakteri atau cendawan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan Protozoa berperan
sangat penting di dalam keseimbangan ekologis dan dapat digambarkan sebagai
berikut. Bentuk Protozoa sangat beragam, ada yang berbentuk lonjong,
menyerupai bola, memanjang, dan polimorfik (memiliki berbagai bentuk
morfologi), ukuran tubuhnya berdiameter 1 milimikron. Sel Protozoa terbungkus
membran sitoplasma dan setiap selnya mempunyai satu atau beberapa
nukleus. Pada umumnya Protozoa dapat membentuk sista atau seludang yang
dibuat secara vegetatif/trofozoit sehingga dapat melindungi dirinya terhadap
bahaya dari alam sekitarnya, misalnya kekeringan dan kehabisan makanan
atau keasaman perut di dalam inangnya. Untuk mempertahankan jenisnya,
Protozoa berkembang biak dengan cara aseksual/vegetatif dan
seksual/generative (Blow, 19996).
Pada suhu berapa Protozoa dapat hidup Pada umumnya Protozoa
membutuhkan suhu optimum untuk tumbuh antara 16-25°C, dengan suhu
maksimumnya antara 36-40°C. Adapun pH (derajat keasaman optimum) untuk
proses metabolismenya adalah antara pH 6-8. Anda sudah mengetahui bahwa
Protista ada yang fotoautotrof dan heterotrof. Bagaimana dengan Protozoa
Karena Protozoa termasuk anggota Protista, maka Protozoa juga mempunyai
klorofil dan bersifat fotoautotrof. Namun, ada beberapa Protozoa yang tidak
memiliki klorofil. Protozoa jenis ini mendapatkan makanan/nutrien organiknya
melalui membran sitoplasma seperti pada bakteri. Ada juga Protozoa yang
makan dengan cara menelan makanannya yang berupa partikel-partikel padat
melalui rongga mulut. Makanannya antara lain berupa bakteri, ganggang,
bahkan Protozoa jenis lain. Setelah ditelan, makanan tersebut akan
masuk/terkurung di dalam vakuola. Di sinilah makanan tersebut akan
dirombak oleh enzim-enzim dari substansi yang kompleks menjadi bentuk
terlarut yang dapat diasimilasi. Ada beberapa bahan makanan setelah tertelan
tidak terurai menjadi bentuk yang terlarut dalam vakuola dan dapat
dikeluarkan dari sel melalui pori anus atau tetap berada di dalam vakuola yang
akan bergerak di permukaan sel sehingga vakuola akan pecah dan membuka
untuk membuang kotoran-kotoran itu dari dalam sel. Terkadang interaksi
antara Protozoa dengan organisme lain bisa bersifat mutualisme/
menguntungkan, misalnya Flagellata (jenis Protozoa) yang hidup di dalam usus
rayap yang dapat mencerna selulose dalam kayu menjadi bentuk yang dapat
dimanfaatkan oleh rayap itu sendiri karena apabila Flagellatanya dihilangkan
dari ususnya maka rayap itu akan mati. Protozoa dibagi menjadi enam filum,
yaitu Rhizopoda atau Sarcodina (berkaki semu), Actinopoda, Foraminifera,
Flagellata atau Mastigophora (bercambuk), Ciliata (berambut getar), dan
Sporozoa (penghasil spora)( Pringgoprawiro, 1983).
Brachiopoda adalah Bivalvia yang berevolusi pada zaman awal periode
Cambrian yang masih hidup hingga sekarang yang merupakan komponen
penting organisme benthos pada zaman Paleozoikum. Brachiopoda berasal dari
bahasa latin brachium yang berarti lengan (arm), dan poda yang berarti kaki
(foot). Brachiopoda artinya hewan ini merupakan suatu kesatuan tubuh yang
difungsikan sebagai kaki dan lengan atau dengan kata lain binatang yang
tangannya berfungsi sebagai kaki. Filum ini merupakan salah satu filum kecil
dari invertebrata. Hingga saat ini terdapat sekitar 300 spesies dari filum ini
yang mampu bertahan dan sekitar 30.000 fosilnya telah dinamai. Mereka sering
kali disebut dengan “lampu cangkang” atau lamp shell. Secara umum
brachiopoda merupakan salah satu fosil hewan yang sangat melimpah
keberadaannya pada sedimen yang berasal dari zaman paleozoikum. Salah satu
kelasnya, yaitu Inarticulata bahkan menjadi penciri penting (fosil index) zaman
Cambrian awal ( Hilman, 2009).
3.2 Pembahasan
Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sejarah kehidupan di
bumi termasuk hewan dan tumbuhan zaman lampau yang telah menjadi fosil.
Paleontologi adalah Orang yang mengeluti bidang Paleontologi
Paleontologi berasal dari bahasa yunani, yaitu paleon yang berarti tua atau yang
berkaitan dengan masa lalu ontos berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu
atau pembelajaran, atau di pihak lain menyebutkan bahwa paleontology adalah
juga paleobiologi ( paleon = tua, bios = hidup, logos = ilmu ) jadi paleontologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang sejarah.
Fosil yang kami deskripsikan termaksud ke dalam hewan invertebratea
Invertebrata adalah organisme yang paling berlimpah di bumi. Mereka
menempati hampir semua habitat, mereka dapat ditemukan merayap, terbang,
berenang atau mengambang. Invertebrata adalah hewan tanpa tulang
punggung. Hewan ini tidak memiliki kerangka internal yang terbuat dari tulang.
Invertebrata memainkan peran penting dalam ekosistem bumi.
Pada pratikum kali ini mempelajari tentang cara pendeskripsian fosil
yang dibuat dengan tanah liat pada pratikum pertama ini menentukan proses
terbentuknya pemfosil, jenis fosil, dan umur fosil dan menentukan cara hidup
fosil, lingkungan hidup, dan lingkungan pengendapan yang telah dijelaskan
adalah zona batimetri atau lingkungan pengendapanya.
Pada pendeskripsian pertama kami mendeskripsikan tentang fosil yang
kami buat adalah fosil dari filum protozoa adalah fosil mikro yang memiliki
proses pemfosilan yang termineralisasi yang memiliki umur N9-N23 atau
meosen tengah bagian bawah-kwarter jenis fosil protozoa nya adalah orbulina
dengan cara hidup mengambang /melayang didalam air laut didaerah atlantik
pada daerah air hangat agak dingin, lingkungan pengendapan agak
dipermukaan ( Neritik tepi ) 5- 200 m.
Fosil yang kami dapat memiliki Filum Protozoa, Kelas Sarcodina, Ordo
Foraminifera , Family Orbulinanidae, Genus Orbulina Spesies Orbulina
universal D’ORBIGNY. Fosil ini memiliki susunan kamar planispiral, bentuk test
spherical, bentuk kamar globular, jumlah kamar pada ventral dan dorsal 1,
suture pada ventral dan dorsal jumlahnya 1, hiasan pada permukaan test
puncate, komposisi test gamping hyalin. Kisaran hidup N.9 – N.23.
Fosil ini merupakan fosil mikro termasuk kedalam filum protozoa,
dengan kelas sarcodina, ordo foraminifera adalah genus orbulina, fosil yang
memiliki susunan kamar plaspiral, bentuk test senerical atau cangkang yang
memiliki bentuk globural dinding berfori-fori aperture primer intermarginal
umbilical pada tingkat awal. Bentuk fosil mirip dengan bola golf yang memiliki.
Cangkang globular, dinding berpori, kamar spherical, bulatan terakhir secara
keseluruhan menutupi bagian pertama dari cangkang yang umumnya kecil,
aperture primer interiomarginal umbilical pada tingkat awal.
Setelah pratikum ini telah mengetahui macam macam fosil dari
beberapa filum dan mengetahui cara pendeskripsian dan mengetahui jenis fosil
proses terbentuknya, lingkungan pengendapanya dan umur geologinya. Telah
mengetahui kegunaan fosil dalam ilmu geologi yang sangat berguna untuk
mengetahu umur pada batuan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini praktikan dapat menyimpulkan bahwa :
1. Telah mengetahui cara mendeskripsikan fosil dan telah mengetahui
defininisi fosil.
2. Telah mengetahui dari mana proses terbentuknya fosil dan tempat
pengendapanya
3. Mengetagui massa atau umur fosil tersebut.

4.2 Saran
Saat praktikum hendak dimulai atau sedang berlangsung, hendaknya
praktikan agar lebih baik lagi dan lebih kondusif. Dan praktikan
seharusnya dapat memahami apa yang hendak di lakukan didalam
praktikum terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Blow, W.H., 1969, Late Middle Eocene to Recent planktonic foraminiferal
Pringgoprawiro, H., 1983, Biostratigrafi dan paleogeografi Cekungan Jawa
Timur Utara, suatu pendekatan baru. Disertasi Doktor, ITB, Bandung,
239 h.
Hilman,Mohan.,etal, Paleontologi : Bivalvia.Fakultas Teknik Geologi,Universitas
Padjadjaran (2009): Jatinangor.

Anda mungkin juga menyukai